Kelompok 1. Konsep Dasar Hiv Aids
Kelompok 1. Konsep Dasar Hiv Aids
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
ARJUNA G GAGOLA
ALFANY N TORAR
GRACE Y S KAPUGU
LINGKAN PANDEIROT
RIRI V DONDO
Tanda dan gejala HIV sangat bervariasi tergantung dengan tahapan infeksi yang
diderita. Berikut adalah tanda dan gejala HIV :
3. Faktor Risiko
4. Perkembangan HIV
Setelah HIV masuk ke dalam tubuh manusia maka virus tersebut akan menyerang
dan merusak sejumlah besar sel darah putih serta berkembang biak dengan cepat.
a. Periode jendela
Tahap ini disebut dengan periode jendela, berkisar antara 1 hingga 3 bulan
bahkan ada yang hingga 6 bulan (HIV masih ‘bersembunyi’, belum bisa
dideteksi).33 Selama periode ini, orang tersebut di dalam tubuhnya sudah
terdapat virus dan bisa menularkannya kepada orang lain. Meskipun tidak
akan teruji positif secara laboratoris.
b. Tahapan Tanpa gejala
Pada tahap ini , HIV telah berkembang biak dalam tubuh sehingga dapat
diketahui dari tes HIV. Orang yang tertular HIV tetap tampak sehat selama 5
sampai 10 tahun, dikenal dengan masa laten HIV/AIDS.33 Daya tahan tubuh
masih mampu mengatasi serangan dari berbagai penyebab penyakit
oportunis. Rata-rata tahapan ini berlangsung selama 7 tahun.
c. Tahapan gejala mulai muncul
Pada ini, sistem kekebalan tubuh semakin menurun, orang yang HIV+ akan
mulai menampakkan gejala-gejala AIDS. Misalnya dengan adanya
pembengkakan kelenjar limfa pada seluruh tubuh. Tahap ini kira-kira
berlangsung selama lebih dari 1 bulan. Tahapan ini merupakan tahapan
penghancuran dan perusakan secara progresif sel darah putih oleh virus HIV
sehingga dapat melumpuhkan sistem kekebalan tubuh. Dan pada saat ini
mulai muncul penyakit oportunis karena daya tahan tubuh sudah sangat
menurun.
d. Tahapan AIDS
Pada tahap akhir, ketika sudah menjadi AIDS, penderita akan semakin lemah
kondisinya akibat berbagai penyakit yang tidak dapat dilawan oleh sistem
kekebalan tubuhnya. Tahapan akhir dengan berbagai jenis infeksi oportunis
seperti radang paru-paru, gangguan syaraf, jamur, kanker kulit. Pada
akhirnya penderita akan meninggal karena penyakit oportunis tersebut.
e. Infeksi Oportunistik
Macam-macam infeksi opurtunistik adalah TB, Pneumonia, Kandidiasis,
Herpes, Diare, Toksoplasma dan Sarkoma Kaposi.
5. Pencegahan HIV/AIDS
Pencegahan HIV/AIDS bertujuan untuk melindungi diri dari tertularnya HIV dan
tidak menularkan virus kepada orang lain. Berikut adalah cara pencegahan penularan
HIV/AIDS :
“Saya juga rutin ikut pengajian di kampung, tiap minggu tiga kali rutin, selasa,
kamis dan minggu.... ....”(Ibu HIV Positif HIV,52 tahun, wiraswasta)
“Semenjak sakit saya merasa harus lebih dekat sama Allah... saya ikut juga
pengajian rutin di kampung”. (Ibu HIV Positif HIV, 36 tahun, tidak bekerja)
Temuan dalam penelitian sesuai dengan yang disampaikan oleh Bulechek, Butcher,
Dochterman dan Wagner (2012) bahwa aktifitas dukungan spiritual meliputi: evaluasi
kemampuan beribadah; tingkatkan partisipasi dalam beribadah, fasilitasi pelaksanaan
ibadah; ketenangann beribadah; pemenuhan kebutuhan spiritual; libatkan system
pendukung dalam penyediaan perlengkapan; dukung penggunaan sumber spiritual.
“Saya tidak bergaul dengan menemui teman perempuan, saya bergaulnya hanya sekedar
chating saja agar tetap bisa bergaul bu...saya tidak mau menularkan penyakit saya,
kasihan nanti orang yang tidak bersalah bisa tertular...” (Remaja positif HIV, 27 tahun)
“...Saya nggak pernah ikut pertemuan ODHA disini karena saya pernah lihat suami dan
anak teman SMA saya...saya takut ketahuan jadi terus saya nggak ikut lagi...” (Ibu
positif HIV, ibu rumah tangga, 30 tahun)
Permasalahan dalam aspek sosialisasi pada ODHA perlu agar tidak mencetuskan
masalah yang lain terutama masalah psikologis. Sosialisasi diperlukan agar ODHA
mendapat dukungan yang optimal. Dukungan dari teman, sahabat, masyarakat dapat
tejadi jika tidak ada permasalahan dalam aspek sosialisasi. Dukungan sosial diperlukan
agar hidup ODHA menjadi lebih bermakna, sehingga menjadi lebih bersemangat dalam
hidup. Justifikasi ini didukung hasil penelitian menunjukkan ada hubungan positif antara
dukungan sosial yang diterima dengan kebermaknaan hidup pada ODHA (r= 0,885;
p<0,01). Semakin tinggi tingkat dukungan sosial yang diterima maka semakin tinggi pula
kebermaknaan hidup yang dirasakan ODHA dan dukungan support system berperan
penting dalam mengatasi permasalahan psikososialspiritual klien HIV/Aids