Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 4, No.

2, November 2010

MEMAHAMI KARAKTERISTIK
PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG PROFESIONAL

Edy Topo Ashari


Kepala Badan Kepegawaian Negara
E-mail: edytopo@yahoo.com

Abstract

Number of complaints and in some cases skewed assessment addressed to the government bureaucracy, basically is
one indication that reinforce the notion that professional civil servants generally still below the expected standard. The
meaning of professional demands applicative consequences that reflected in the attitudes and behaviors, among others,
has a deep personal commitment to their job, highly discipline, owns high integrity, and also had their professionalism
being rewarded adequately for a decent life as human beings. He/She is the person who knows how to maintain his/
her reputations, moral commitment, the demands of his/her profession, as well as the values and ideals championed
by his/her profession.

Key Words: professional, commitment, discippline, integrity

Abstrak

Banyaknya keluhan dan dalam beberapa hal penilaian miring yang dialamatkan kepada birokrasi pemerintah, pada
dasarnya merupakan salah satu indikasi yang memperkuat dugaan bahwa PNS yang profesional umumnya masih
di bawah standar yang diharapkan. Makna profesional menuntut konsekuensi aplikatif yang tercermin dari sikap dan
perilaku orang yang profesional, antara lain, memiliki komitmen pribadi yang mendalam atas pekerjaannya, mempunyai
disiplin kerja yang tinggi, dan memiliki integritas yang tinggi dan mendalam, serta seseorang yang profesional harus
memperoleh dan diberi imbalan yang memadai atas pekerjaan yang dilakukan yang memungkinkan untuk hidup secara
layak sebagai manusia. Ia adalah orang yang tahu menjaga nama baiknya, komitmen moralnya, tuntutan profesi, serta
nilai dan cita-cita yang diperjuangkan oleh profesinya.
Kata Kunci: Profesional, komitmen, disiplin, integritas

PENDAHULUAN bisa dibantah bahwa substansi pokok yang


diamanatkan oleh undang-undang tersebut
Bukan tanpa maksud, jika dalam kepada seluruh “komunitas PNS”, terutama
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang bagi mereka yang berposisi sebagai penentu
Pokok-Pokok Kepegawaian, kata profesional kebijakan (policy maker) di bidang kepegawaian
dan profesionalisme dengan redaksi yang adalah mewujudkan PNS yang profesional.
bervariasi diulang hingga sepuluh kali. Ibarat Permasalahannya adalah, mempersiapkan
“kitab suci”, undang-undang tersebut adalah PNS yang profesional dan memiliki kompetensi
roh dan landasan dalam menjalankan kebijakan tinggi seperti yang diinginkan semua pihak,
manajemen pegawai negeri sipil (PNS) di hingga saat ini masih merupakan ‘impian”
Republik Indonesia. Kendatipun tidak secara daripada kenyataan. Banyaknya keluhan dan
eksplisit dijelaskan apa makna kata profesional dalam beberapa hal penilaian miring yang
dan profesionalisme PNS dalam konteks dialamatkan kepada birokrasi pemerintah, yang
kebijakan kepegawaian, fakta yang tidak notabene di dalamnya termasuk PNS, pada
dasarnya merupakan salah satu indikasi yang
Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 1
Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 4, No.2, November 2010

memperkuat dugaan bahwa performance sang belum menjiwai sebagian besar PNS yang ada
abdi dan pelayan publik ini dalam kacamata saat ini. Ilustrasi singkat di atas menunjukkan
masyarakat umumnya masih di bawah standar bahwa PNS yang profesional adalah impian
yang diharapkan (Herman, 2003). dan harapan kita semua. Dan harapan
Sebagai salah satu unsur penting tersebut akan terwujud, jika setiap individu
dalam birokrasi pemerintah, keberadaan PNS telah memiliki watak profesionalisme
PNS dituntut untuk dapat menyesuaikan diri khususnya dalam memberikan pelayanan
dengan perubahan-perubahan lingkungan, kepada masyarakat (Herman, 2004).
baik pada tataran internal maupun eksternal/ Pertanyaannya sekarang adalah, apa
global sehingga dapat berfungsi secara betul PNS itu memang sebagai suatu profesi
efektif terutama dalam berhubungan dengan sehingga dituntut harus profesional dalam setiap
masyarakat. Untuk itu, PNS dituntut memiliki tindakannya, atau hanya sekedar pekerjaan
tingkat profesionalisme yang tinggi dan biasa sebagaimana layaknya pekerjaan pada
kompetensi memadai agar bisa memberikan umumnya, apa sebenarnya yang dimaksud
pelayanan yang berkualitas, sesuai dengan dengan istilah profesi, profesional ataupun
harapan masyarakat. Harus diakui bahwa profesionalisme yang seringkali dipahami
upaya untuk meningkatkan kualitas kinerja secara rancu dan sekaligus dijadikan tuntutan
pelayanan oleh PNS terus dilakukan, baik oleh hampir setiap orang yang mengharapkan
pada tataran operasional maupun manajerial. kualitas pelayanan yang baik, dan apa
Bahkan berbagai jenis pendidikan dan pula ciri atau karakteristik dari orang yang
pelatihan dilakukan oleh unit-unit atau profesional yang mem-bedakannya dengan
lembaga pemerintah, yang pada umumnya orang yang tidak profesional. Berangkat
di-maksudkan untuk meningkatkan profe- dari kenyataan di atas, tulisan ini mencoba
sionalisme PNS dalam rangka melaksanakan menelusuri pengertian dan makna kata
tugas pelayanan kepada masyarakat. Namun profesi, profesional dan pro-fesionalisme
dalam kenyataan, harapan dan tuntutan beserta karakteristik yang menyertainya. Pada
masyarakat untuk mendapatkan pelayanan tataran aplikasinya, tulisan ini juga mencoba
yang berkualitas dari aparatur pemerintah melakukan identifikasi karakteristik PNS
belum sepenuhnya dapat diwujudkan. yang profesional, serta berbagai upaya yang
Fenomena ini menunjukkan bahwa, perlu dilakukan untuk meningkatkan kadar dan
di satu sisi aspirasi masyarakat terhadap kualitas pro-fesionalisme sang abdi publik ini.
pelayanan yang berkualitas semakin tinggi
seiring dengan semakin tingginya tingkat
kesadaran dan pendidikan masyarakat. Di sisi PROFESI, PROFESIONAL DAN
lain, menunjukkan kontradiksi ketidaksiapan PROFESIONALISME
aparatur pemerintah terhadap tuntutan dan
harapan masyarakat tersebut. Kondisi di atas Trend yang berkembang saat ini
oleh sebagian kalangan ditafsirkan karena adalah semakin banyak muncul kelompok
sebagian besar PNS yang ada saat ini belum atau individu yang mengidentifikasi diri
bisa disebut profesional, atau sifat-sifat sebagai penyandang suatu profesi tertentu
profesionalisme yang seharusnya melekat dan atau mengaku seorang profesional. Tetapi
dimiliki oleh suatu profesi seperti halnya PNS dalam praktinya, seorang profesional belum

2 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 4, No.2, November 2010

tentu termasuk dalam pengertian profesi. keahlian (competent application), tanggung


Umumnya dikatakan bahwa profesi ialah jawab sosial (social responsibility), self control,
suatu jenis pekerjaan yang karena sifatnya dan pengakuan oleh masyarakat (social
menuntut adanya standar keahlian serta sanction).
dukungan perilaku tertentu, misalnya pekerjaan P endapat yang hampir serupa
dokter, ahli hukum, akuntan, guru, arsitek, ahli diadaptasi dari Thomas H. Patten Jr. bahwa
astronomi, dan pekerjaan yang bersifat lainnya. suatu pekerjaan (an occupation) dapat
Untuk memperoleh pemahaman yang relatif disebut profesi, apabila pekerjaan itu sendiri
utuh, perlu dikaji sumber-sumber tertulis yang mencerminkan adanya dukungan yang
telah mencoba menganalisis dan merumuskan berupa: ciri-ciri pengetahuan (intellectual
pengertian profesi. character), diabdikan untuk kepentingan
Secara etimologis, kata profesi berasal orang lain, keberhasilan pekerjaan tersebut
dari bahasa Latin, yaitu professues, yang berarti bukan didasarkan pada keuntungan financial,
suatu kegiatan atau pekerjaan yang semula didukung oleh adanya organisasi (asosiasi)
dihubungkan dengan sumpah dan janji bersifat profesi yang antara lain menentukan berbagai
religius. Dengan demikian secara historis, ketentuan yang merupakan kode etik,
seseorang yang memiliki profesi tertentu berarti dan ditentukan adanya standar kualifikasi
memiliki ikatan bathin dengan pekerjaannya. profesi. Pendapat kedua ahli asing di atas
Pengertian ini membawa konsekuensi bahwa selaras dengan kriteria profesi seperti yang
jika terjadi pelanggaran sumpah atau janji tercantum dalam Encyclopedia of Professional
profesinya, berarti sama dengan pelanggaran Management, bahwa the list criteria for
sumpah jabatan yang dianggap telah menodai profession are as a numerous as writers on
“kesucian” profesi tersebut. Artinya, kesucian the subject; however the following criteria are
profesi tersebut perlu dipertahankan dan common to most listings; an organized body of
yang bersangkutan tidak akan menghianati knowledge, client recognition of the authority,
profesinya (Mahmoeddin, 1994: 53). Hilman code of ethics, and a professsional culture
Nugroho dalam suatu riset desertasinya motioned by professional association.
mengartikan profesi sebagai suatu pekerjaan Dari beberapa sumber di atas nampak
yang didasarkan pada studi kekhususan jelas tidak ada perbedaan prinsip. Per-
intelektual dan pelatihan, dengan maksud bedaannya, sekedar terletak pada formulasi
menawarkan pelayanan keahlian atau saran atau redaksi kalimatnya. Sebab masing-
kepada orang lain untuk suatu kepastian masing rumusan memberikan tekanan yang
upah/bayaran atau gaji, terutama untuk intinya bahwa profesi memang sebuah
mereka yang berstatus praktisi atau para pekerjaan, tetapi sekaligus tidak sama dengan
pekerja bebas (2003: 8). Paul E. Torgerson pekerjaan pada umumnya. Profesi mempunyai
dan Irwin T. Weinstock seperti dikutip oleh tuntutan yang sangat tinggi, bukan saja
Wahjosumidjo (1987: 128-129), mengatakan dari luar melainkan terutama dari dalam
bahwa untuk menentukan suatu lapangan diri orang itu sendiri. Tuntutan tersebut
kerja (area of activity) dapat disebut suatu menyangkut tidak saja keahlian, melainkan juga
profesi, apabila lapangan kerja tersebut komitmen moral, tanggung jawab, keseriusan,
memiliki lima hal penting di dalamnya, yaitu: disiplin, dan integritas pribadi. Dengan kata
pengetahuan (knowledge), diterapkannya lain, suatu pekerjaan disebut profesi jika

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 3


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 4, No.2, November 2010

pekerjaan tersebut mencerminkan adanya utama yang diperoleh dari jalur pendidikan atau
dukungan keterpaduan berbagai kriteria, pengalaman, dan di-laksanakan secara terus
yaitu: pengetahuan, kahlian atau kemahiran, menerus dan serius yang merupakan sumber
mengabdi kepada kepentingan orang banyak, utama bagi nafkah hidupnya.
tidak mengutamakan keuntungan financial, Dalam praktiknya, dikenal dua jenis
adanya organisasi atau asosiasi profesi, bidang profesi, yaitu profesi khusus dan profesi
adanya pengakuan masyarakat, dan kode etik. luhur.
Sebagai kebulatan pengertian dapat 1. Profesi Khusus
dirumuskan bahwa profesi merupakan struktur Profesi khusus adalah para profesional
pengertian yang di dalamnya mencakup yang melaksanakan profesi secara
beberapa butir, yaitu bahwa profesi pada khusus untuk mendapatkan nafkah atau
hakikatnya merupakan jenis tugas, pekerjaan, penghasilan tertentu sebagai tujuan
jabatan, dan ada pula yang mengatakan pokoknya. Termasuk dalam kategori ini
occupation, area of activity. Karena sifat- adalah profesi bidang ekonomi, politik,
sifatnya, suatu profesi memerlukan ke-khususan hukum, kedokteran, pendidikan, humas
tertentu, baik dalam proses memperoleh (public relation) dan sebagai jasa konsultan.
profesi, bagaimana mereka yang memiliki 2. Profesi Luhur
profesi itu berperilaku, serta memanfaatkan Yang termasuk dalam kelompok profesi
profesi tersebut demi kepentingan orang luhur adalah para profesional yang
banyak. Kekhususan yang dimaksud pada melaksanakan profesinya, tidak lagi
hakikatnya merupakan berbagai kriteria semata-mata berorientasi untuk men-
yang disyaratkan oleh setiap jenis tugas dapatkan nafkah sebagai tujuan utama,
yang dapat disebut profesi. Jadi, bukan tetapi sudah merupakan dedikasi atau
sekedar kepandaian, atau keterampilan dalam sebagai jiwa pengabdian dan panggilan
mempergunakan alat dan memanfaat-kan hidupnya. Kelompok profesi dalam kategori
bahan, melainkan adanya dukungan secara ini misalnya adalah kegiatan profesi di
terintegrasi dari beberapa unsur, yaitu: (1) bidang keagamaan, pen-didikan, sosial,
ilmu pengetahuan (knowledge); (2) keahlian budaya dan seni.
(competent application); (3) tanggung jawab
sosial (social responsibility); (4) organisasi/ Sementara, istilah “profesional”
asosiasi profesi; (4) berbagai ketentuan pola (professional), aslinya adalah kata sifat
perilaku yang perlu dipedomani sebagai dari kata profesi (profession), yang berarti
etika profesi; dan (5) adanya pengakuan oleh sangat mampu melakukan pekerjaan. Secara
masyarakat. sederhana, profesional berarti orang tersebut
Profesi oleh Sonny Keraf dirumuskan tahu, bisa, dan mau, atau secara mendasar
sebagai pekerjaan yang dilakukan sebagai memiliki sikap mental positif, bertanggung
nafkah hidup dengan mengandalkan keahlian jawab, peduli dan mau berkembang (Atmadi,
dan keterampilan yang tinggi dan dengan 2001). Sedangkan menurut F.X. Oerip S.
melibatkan komitmen pribadi (moral) yang Poswopoespito dan T.A. Tatang Utomo
mendalam (1998: 35). Oleh karena itu, dalam (2000: 266), profesional artinya ahli dalam
perkembangan selanjutnya, profesi dapat bidangnya. Sikap profesional bermakna sikap
diartikan sebagai suatu pekerjaan atau kegiatan yang mengacu pada peningkatan kualitas

4 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 4, No.2, November 2010

profesi. Sikap profesional akan terlihat dengan dan hidup dari pekerjaan itu dengan meng-
jelas karena langsung mengejawantah pada andalkan keahlian dan keterampilan yang
tindakan profesional, yaitu tindakan yang tinggi, serta punya komitmen pribadi yang
mencerminkan bahwa ia benar-benar ahli mendalam atas pekerjaannya.
dalam bidangnya. Jusuf Suit dan Almasdi (2000: Dengan mengutip pendapat James
99-101), bahwa profesional dapat diartikan M. Cooper, Hilman Nugroho (2003: 8) ber-
sebagai suatu kemampuan dan keterampilan pendapat bahwa seorang profesional adalah
seseorang dalam melakukan pekerjaan seorang yang mempunyai pengetahuan
menurut bidang dan tingkatan masing-masing. dan keterampilan khusus, mampu memper-
Hasil dari pekerjaan yang dilaksanakan bila timbangkan berbagai alternatif pilihan dan
ditinjau dari segala segi telah sesuai dengan mampu memilih salah satu dari berbagai
porsi, objektif, serta bersifat terus menerus pilihan tindakan yang produktif yang paling
dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun sesuai khususnya pada saat tertentu. Dengan
serta dalam jangka waktu penyelesaian yang demikian orang yang profesional adalah mereka
relatif singkat. Demikian sempurnanya hasil yang mampu menampilkan ke-seluruhan
pekerjaan itu, di samping pelayanan dan dari pengetahuan dan keterampilan, serta
perilaku yang diberikan, menyebabkan sulitnya berkemampuan untuk memilih salah satu dari
pihak lain untuk mencari-cari celanya. Personil berbagai alternatif yang ada di lingkungannya
yang semacam itu di dalam organisasi disebut sesuai dengan situasi. Profesional dapat juga
tenaga profesional. diasumsikan sebagai spesialis, kemudian
Namun demikian, pengertian di atas didefinisikan sebagai orang yang melewatkan
tidak cukup. Menurut Jusuf Suit dan Almasdi, waktunya dalam pembelajaran untuk memandu
seseorang atau tenaga profesional tidak seperti halnya kesenian, pendidikan, psikologi
dapat dinilai dari satu segi saja, tetapi harus dan sebagainya, yang merupakan pribadi
dari segala segi. Di samping keahlian dan pemilik sertifikat profesional (Catetter,
keterampilan, juga perlu diperhatikan menta- 1981: 94). Sedangkan Ballantine memaknai
litasnya. Jadi, yang dikatakan dengan tenaga profesional sebagai pribadi yang berkarakter
profesional ialah tenaga yang benar-benar dan memiliki kompetensi komponen intelektual
memiliki keahlian dan keterampilan serta seperti komitmen yang kuat terhadap karier
sikap mental terkendali terpuji, juga dapat yang didasari kemampuan bertanggung
menjamin bahwa segala sesuatunya dari jawab sesuai dengan tugas dan kemampuan
perbuatan dan pekerjaannya berada dalam berorientasi terhadap pelayanan pelanggan
kondisi yang terbaik dari penilaian semua (1993: 165). Selanjutnya digambarkan bahwa
pihak. Sementara FGP. Sianipar (2000: 8) seorang yang profesional pada umumnya
mengatakan bahwa seseorang dapat dikatakan mengacu pada kepemilikan paham kultur yang
profesional, apabila orang tersebut memiliki luas dalam masyarakat, memiliki kekhususan
keahlian atau keterampilan di bidang tertentu atau kepiawaian yang luas, memiliki jiwa
dan mampu mempraktikkan keahlian tersebut kepemimpinan. Seorang yang profesional
sesuai dengan etika profesi. Pandangan lain dipandang publik sebagai orang yang pakar
dikemukakan oleh Sonny Keraf (1998: 35- dengan kemampuan yang tinggi dalam ruang
36), bahwa orang profesional adalah orang lingkup batasan bidangnya.
yang melakukan suatu pekerjaan purna waktu Dengan demikian, orang profesional

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 5


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 4, No.2, November 2010

dapat juga diartikan sebagai orang yang sikap profesional dalam bekerja dan di
melaksanakan tugas profesinya dengan dalam keseharian hidupnya. Demikian halnya
kemampuan tinggi (profesiensi) sebagai dengan makna profesional, profesionalisme
sumber kehidupan. Kebalikan dari orang seseorang tidak hanya semata-mata diukur
profesional adalah orang amatir, yang di dari kemampuan dan keterampilan (skills)
negara-negara Barat umumnya disebut yang dimiliki, tetapi faktor etika atau moral juga
subprofessional. Dalam menjalankan masuk di dalamnya (Mogokinta, 2002). Adapun
kewenangan profesionalannya, seseorang kata profesionalitas dapat dimaknai sebagai hal
yang berprofesi tertentu dituntut memiliki yang berkaitan dengan keprofesian atau perihal
keragaman kecakapan/kemampuan yang profesi tertentu. Namun demikian, ada penulis
dalam konteks manajemen sumber daya yang mengatakan bahwa kata profesionalitas
manusia umumnya dikenal dengan istiah yang terkadang dipakai oleh sebagian penulis/
competency. Sebagai contoh, seorang guru pengarang kita sebenarnya merupakan istilah
yang profesional dituntut memiliki beberapa yang salah kaprah. Artinya, penggunaan
kompetensi yang bersifat psikologis, antara istilah tersebut dianggap benar padahal
lain: (1) kompetensi kognitif (kecakapan ranah salah. Karena kata profesionality, yang dikira
cipta); (2) kompetensi afektif (kecakapan bentuk asli dari kata profesionalitas tersebut
ranah rasa); dan (3) kompetensi psikomotorik sesunggunya tidak dikenal dalam kosa kata
(kecakapan ranah karsa). Namun yang menjadi bahasa Indonesia, kecuali (mungkin) dalam
catatan di sini adalah, bahwa orang yang angan-angan pengarang sendiri (Muhibbin
profesional belum tentu kompeten, sebaliknya Syah, 2002: 230).
orang yang kompeten belum tentu profesional. Makna profesional sebagaimana
Orang profesional dikatakan kompeten, jika digambarkan di atas dalam kesehariannya,
mereka memiliki beberapa kompetensi yang menuntut konsekuensi aplikatif yang tercermin
dipersyaratkan oleh profesi (bidang tugasnya). dari sikap dan perilaku orang yang profesional.
Sebaliknya, orang yang kompeten di bidang Beberapa di antaranya adalah:
tertentu belum tentu profesional, jika mereka 1. Orang yang profesional adalah orang yang
tidak memiliki karakteristik sebagai orang memiliki komitmen pribadi yang mendalam
profesional. Oleh karena itu, istilah profesional atas pekerjaannya. Komitmen pribadi inilah
dan kompetensi biasanya selalu dipakai secara yang melahirkan tanggung jawab yang
bergandengan, atau kedua kata tersebut tidak besar dan mendalam atas pekerjaannya.
dapat dipisahkan. Artinya, orang yang profesional melibatkan
Sedangkan, istilah profesionalisme seluruh dirinya, giat, tekun dan serius
yang biasanya selalu digunakan secara menjalankan pekerjaannya. Dia sadar
bervariasi dengan kata profesional, dapat dan yakin bahwa pekerjaannya telah
dipahami sebagai kualitas dan tindak tanduk menyatu dengan dirinya, pekerjaannya
khusus yang merupakan ciri orang profesional. membentuk identitas dan kematangan
Profesionalisme dapat pula berarti sebagai diri, dan karena itu dirinya berkembang
paham menempatkan profesi sebagai titik bersama dengan perkembangan dan
perhatian utama dalam hidup seseorang. kemajuan pe-kerjaannya.
Ini berarti bahwa orang yang menganut 2. Orang yang profesional mempunyai
paham profesionalisme selalu menunjukkan disiplin kerja yang tinggi. Disiplin ini

6 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 4, No.2, November 2010

tidak serta merta dipacu dari luar oleh sebagainya hanya demi sesuatu yang
lingkungan, aturan, atasan, atau oleh lain di luar nilai dan tuntutan profesinya.
orang lain, melainkan disiplin muncul Ia adalah orang yang tahu menjaga nama
dari dalam dirinya. Disiplin, ketekunan, baiknya, komitmen moralnya, tuntutan
dan keseriusan adalah perwujudan dari profesi, serta nilai dan cita-cita yang
komitmen atas pekerjaannya. Hanya diperjuangkan oleh profesinya.
dengan disiplin diri baik waktu, ketekunan Dari ilustrasi di atas terlihat jelas
dalam menyelesaikan pekerjaan sampai bahwa orang yang profesional adalah orang
tuntas, maupun dalam menepati rencana- yang memang diandalkan dan dipercaya
rencana kerja yang telah digariskan tanpa oleh masyarakat. Di satu pihak, masyarakat
harus menjadi budak dari semua itu, ia tidak bisa melayani dirinya sendiri (karena
bisa berhasil dalam menjalankan tugas tidak mempunyai keterampilan dan keahlian
pekerjaannya maupun berhasil menjadi yang memadai untuk itu), di pihak lain karena
orang yang sukses dan berguna bagi orang profesional mempunyai keahlian dan
banyak orang. keterampilan yang sangat dibutuhkan oleh
3. Orang profesional harus memperoleh masyarakat. Jadi, masyarakat percaya
dan diberi imbalan yang memadai sepenuhnya pada kaum profesional karena
atas pekerjaan yang dilakukan yang mereka ahli dan terampil melayani kebutuhan
memungkinkan untuk hidup secara masyarakat, sementara masyarakat sendiri
layak sebagai manusia. Hanya dengan tidak bisa melakukannya dengan hasil yang
imbalan yang memadai, orang profesional maksimal. Ini berarti, masyarakat percaya
dapat mempunyai komitmen pribadi bahwa pelayanan yang diberikan oleh kaum
yang mendalam, bertanggung jawab profesional akan membawa hasil dengan
penuh atas pekerjaan dan atas pihak- kualitas yang baik dan memuaskan. Lebih dari
pihak lain yang menjadi fokus pelayanan itu, orang yang profesional juga diandalkan
profesinya. Tanpa itu, siapapun akan dan dipercaya masyarakat karena mempunyai
dengan mudah melepaskan tanggung komitmen moral/pribadi serta tanggung jawab
jawab dan mencari pekerjaan lain karena yang mendalam atas pekerjaannya. Sebagai
tuntutan pemenuhan kebutuhan hidup contoh, orang mempercayakan kesehatannya
dan keluarganya. Banyak kasus terjadi, kepada dokter karena dokter ahli dan punya
penyebab kurangnya sikap profesional komitmen moral. Masyarakat mempercayai
semata-mata karena orang merasa tidak guru untuk mendidik anak-anaknya karena
dibayar dengan semestinya. Akibatnya, mereka tidak melakukannya sendiri, tetapi
orang lalu tidak merasa pekerjaannya di pihak lain karena guru ahli dan terampil
sebagai bagian dari hidupnya. di bidang tersebut dan punya komitmen
4. Orang profesional adalah orang yang dan tanggung jawab moral untuk mendidik
memiliki integritas yang tinggi dan anak. Singkatnya, orang yang profesional
mendalam. Artinya, orang yang pro-fesional adalah orang yang diandalkan dan dipercaya
adalah bukan orang yang tidak tahu malu karena ahli, terampil, punya komitmen moral,
melakukan berbagai pe-nyimpangan dalam bertanggung jawab, tekun, penuh disiplin,
profesinya, seperti: berkolusi, melakukan dan serius dalam menjalankan tugas pe-
korupsi, melakukan pemalsuan, dan kerjaannya.

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 7


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 4, No.2, November 2010

kerja karena professional literature; (5) merupa-


KARAKTERISTIK PNS PROFESIONAL kan perwujudan dari hasil penelitian yang
dilakukan secara terus menerus; (6) merupa-
Orang profesional pada dasarnya kan hasil arahan sistem yang telah diterima
adalah pribadi yang berkarakter dan memiliki secara baik, dari bentuk etika profesional
kompetensi komponen intelektual, seperti dan kekuatan kepekaan perasaan terhadap
komitmen yang kuat terhadap karier yang tanggapan masyarakat umum; dan (7) pada
didasari dari kemampuan bertanggung akhirnya yang terpenting dicirikan oleh
jawab sesuai dengan tugas dan kemampuan kenyataan dari karak-teristik profesionalisme
berorientasi terhadap pelayanan pelanggan. itu sendiri, dengan cara belajar tentang
Oleh sebab itu, para profesional di dalamnya keahliannya secara terus menerus (2003: 9).
melekat beberapa ciri khusus. H.A.R. Tilaar Pendapat lain dikemukakan oleh
mengidentifikasi beberapa karakteristik yang Joko Affandi (2002: 88), bahwa paling tidak
harus dimiliki oleh orang yang pro-fesional, ada empat ciri yang bisa ditengarai sebagai
yaitu: (1) memiliki suatu keahlian khusus; petunjuk atau indikator untuk melihat tingkat
(2) merupakan suatu panggilan hidup; (3) profesionalisme seseorang. Pertama,
memiliki teori yang baku secara universal; penguasaan ilmu pengetahuan seseorang di
(4) mengabdikan diri untuk masyarakat dan bidang tertentu, dan ketekunannya mengikuti
bukan untuk diri sendiri; (5) dilengkapi dengan perkembangan ilmu yang dikuasai. Kedua,
kecakapan diagnostik dan kompetensi yang kemampuan seseorang dalam menerapkan
aplikatif; (6) memiliki otonomi dalam melak- ilmu yang dikuasai, khususnya yang berguna
sanakan pekerjaannya; (7) mempunyai bagi kepentingan sesama. Ketiga, ketaatan
kode etik; (8) memiliki klien yang jelas; (9) dalam melaksanakan dan menjunjung tinggi
mempunyai organisasi profesi yang kuat, dan etika keilmuan, serta kemampuannya untuk
(10) mempunyai hubungan dengan profesi memahami dan menghormati nilai-nilai sosial
pada bidang-bidang yang lain (2000: 137-138). yang berlaku di lingkungannya. Dan terakhir
Karakteristik lain dikemukakan oleh adalah besarnya rasa tanggung jawab terhadap
Hilman Nugroho yang menukil pendapat Tuhan, bangsa dan negara, masyarakat,
Yoder, bahwa terdapat tujuh ukuran mengenai keluarga, serta diri sendiri atas segala tindak
tampilan pekerjaan seorang profesional: tanduk dan perilaku dalam mengemban tugas
(1) selalu menggambarkan sikap formal berkaitan dengan penguasaan dan penerapan
dari segala sesuatu yang telah melalui bidang ilmu yang dimiliki. Jika disederhanakan,
standar pelatihan; (2) mempunyai kemampuan maka tingkat profesionalisme seseorang dapat
mempertimbangkan dan menganalisis ditengarai oleh empat hal, yaitu: ilmu, amal,
lingkungan kerja secara menyeluruh sesuai etika, dan tanggung jawab.
standard practice; (3) terbiasa untuk berani Sedangkan menurut Sonny Keraf
mengambil keputusan terhadap perubahan (1994: 39-43), ada beberapa karakteristik
informasi dan dari pengalaman di antara para profesi yang bersifat umum, yang sekaligus
ahli, secara resmi dan menguntungkan; (4) diandaikan dimiliki oleh orang-orang yang
mempunyai pengetahuan dan dan terbiasa profesional, yaitu: adanya keahlian dan
dengan terjadinya perkembangan yang keterampilan khusus, adanya komitmen
berlangsung secara terus menerus di tempat moral yang tinggi, biasanya orang yang
profesional adalah orang yang hidup dari
8 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN
Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 4, No.2, November 2010

profesinya, pengabdian kepada masyarakat, dihadapkan pada sekurang-kurangnya dua


pada profesi luhur biasanya ada izin khusus pertanyaan berikut (1997: 72-76). Pertama,
untuk menjalankan profesi tersebut, dan kaum adalah bagaimana membuat profesionalisme
profesional biasanya menjadi anggota dari birokrasi efektif dalam menjawab berbagai
suatu organisasi profesi. Dalam pandangan perkembangan dan dinamika sosial, ekonomi,
Rosady Ruslan (2002: 52), melalui pemahaman dan politik yang terus berkembang? Kedua,
etika profesi para profe-sional diharapkan apa yang bisa diperbuat oleh birokrasi dalam
memiliki kualifikasi kemampuan tertentu, upaya menumbuhkan kemandirian masyarakat
antara lain: kemampuan kesadaran etis (ethical dan membuat masyarakat yang mandiri
sensibility), kemampuan berpikir secara etis tersebut tetap memberikan respek yang tinggi
(ethical reasoning), kemampuan berperilaku kepada pemerintah?
secara etis (ethical conduct), dan kemampuan Untuk menjawab pertanyaan pertama,
kepemimpinan yang etis (ethical leadership). beberapa segi dari keberadaan PNS, seperti:
Bagi seorang profesional, paling pola rekrutmen, pemahaman atas komitmen
tidak ada empat prinsip etika profesi yang profesional, promosi karier, kesejahteraan,
harus menjadi pegangan dalam menjalani dan etika birokrasi perlu segera dibenahi.
keprofesiannya (Keraf 1994: 44). Keempat Rekrutmen PNS yang berlaku hingga saat
prinsip tersebut adalah: prinsip tanggung ini belum sepenuhnya menjamin terjaringnya
jawab, prinsip keadilan, prinsip otonomi, calon-calon terbaik. Gejala nepotisme dan
dan prinsip integritas moral. Berdasarkan penggunaan uang pelicin merupakan faktor
hasil kajian Puslitbang BKN (Herman, 2003) penghambat yang utama. Untuk itu, diperlukan
disepakati bahwa ada enam hal yang harus suatu standar persyaratan yang lebih tinggi
dimilik oleh seorang PNS yang profesional, dan prosedur eksaminasi yang lebih ketat di
yaitu menguasai dan memahami bidang tugas/ dalam proses penjaringan (seleksi) calon-
pekerjaannya, kemampuan mengaplikasikan calon PNS (CPNS) yang direkrut. Setelah
pengetahuan kerja yang dimilikinya, memiliki rekrutmen, diperlukan suatu tahap transisi
etika dalam bekerja, memiliki tanggung jawab sebelum seseorang memperoleh tugas
dalam menjalankan tugas/pekerjaan, memiliki dan tanggung jawab kedinasan. Untuk itu,
komitmen terhadap tugas/pekerjaan yang pendidikan tentang seluk beluk pemerintahan
diembannya, memiliki jiwa pengabdian kepada termasuk kepamongprajaan perlu diberikan
masyarakat. untuk menanamkan komitmen pengabdian
dan pelayanan yang kuat. Apa yang selama
ini berlaku melalui program prajabatan perlu
CATATAN PENUTUP disempurnakan.
Selain itu, ukuran-ukuran baku yang
Dari sekian banyak permasalahan yang dapat menjadi acuan objektif untuk promosi
dihadapi oleh birokrasi pemerintah, khususnya karier perlu dibuat. Penghargaan terhadap
PNS, dua yang menonjol adalah masalah prestasi, kejujuran, kerja keras, dan ke-
profesionalisme dan respek masyarakat disiplinan seyogyanya dijadikan jaminan bagi
yang rendah. Dalam hal ini, Ryaas Rasyid promosi karier. Sistem merit ini akan mendorong
berpendapat bahwa pengembangan kualitas lahirnya suasana kompetitif yang sehat di dalam
profesional birokrasi pemerintahan yang lingkungan kerja. Kecenderungan terjadinya
responsif terhadap dinamika masyarakat
Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 9
Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 4, No.2, November 2010

pilih kasih dan nepotisme dalam praktik terang sebagai pamong yang mengayomi
promosi di berbagai sektor pemerintahan akan dan melindungi masyarakat. Tentu saja ini
melemahkan semangat berprestasi, sehingga mengandaikan bahwa organisasi profesi
komitmen profesional sebagai aparatur negara, semacam Korpri sendiri sudah bersih dan
dan lebih spesifik lagi sebagai pamong praja, baik, tidak ada nepotisme, tidak ada kolusi,
masih sangat sulit dibangun. Sejalan dengan tidak ada korupsi, tidak ada diskriminasi
jaminan promosi yang kompetitif tersebut, faktor dalam memperjuangkan seluruh komunitas
kesejahteraan PNS juga berpengaruh terhadap PNS, tidak ada suap, memiliki komitmen
perilaku dan kualitas pelayanan yang mereka yang sangat tinggi untuk memperjuangkan
tampilkan sehari-hari. Seorang PNS yang nasib PNS, dan semacamnya. Jadi, integritas
terpaksa mencari nafkah tambahan di luar, organisasi profesi tersebut juga harus pertama-
apalagi yang memanfaatkan kewenangan yang tama tinggi dan baik. Demikian pula, ini pun
ada padanya untuk memperoleh tambahan mengandaikan bahwa pemerintah, melalui
nafkah secara ilegal, pada dasarnya telah kementerian/instansi terkait, memang bersih
menyimpang dari komitmennya sebagai abdi dari praktik-praktik yang malah merusak citra
masyarakat dan abdi negara yang baik. PNS yang baik atau profesional, termasuk
Ketersediaan pedoman bertingkah kemauan politik untuk memperjuangkan tingkat
laku, yang dikenal dengan etika profesi untuk kesejahteraannya.
birokrasi pemerintahan, khususnya PNS, juga Sedangkan untuk menjawab per-
sangat diperlukan dalam upaya membangun tanyaan kedua, akan lebih mudah apabila
semangat pengabdian dan mengembangkan pertanyaan pertama telah terjawab secara
kualitas mereka. Etika profesi tidak sama positif. Karena, hanya pegawai negeri yang
dengan peraturan disiplin yang ada saat ini. berkualitas tinggi dan memiliki komitmen
Etika profesi berkenaan dengan suatu acuan profesional yang dapat mengembangkan
moralitas yang menjamin tegaknya wibawa berbagai upaya serta kebijakan untuk
dan citra baik seorang pegawai negeri sebagai menumbuhkan kemandirian masyarakat, dan
abdi masyarakat. Cakupan nilainya lebih karenanya memperoleh respek yang tinggi
luas dari sekedar ketaatan kepada hukum dari masyarakat yang mandiri itu. Dalam
maupun peraturan disiplin PNS. Melalui lingkup yang lebih makro, perluasan kebijakan
organisasi profesi tersebut bisa dikembangkan pemberdayaan masyarakat akan dapat
sebagai sebuah profesi dalam pengertian yang mendorong lahirnya semangat dan perilaku
sebenar-benarnya.Tentu saja sangat sulit untuk mandiri para warga masyarakat. Di sini,
membentuk sebuah organisasi profesi yang pemberdayaan (empowering) dilihat sebagai
mampu memiliki komitmen seperti di atas. penciptaan kebebasan berprakarsa dan
Dalam hal ini, Korpri bisa saja menjadi pelopor berkreasi bagi masyarakat dalam memecahkan
untuk memperjuangkan dan mengembalikan masalah-masalah mereka sendiri dan dalam
citra PNS sebagai sebuah profesi yang luhur, memajukan kualitas kehidupannya.
yang keberadaannya benar-benar dihargai dan
masyarakat tetap respek.
Kalau cara ini bisa ditempuh, disertai
dengan kontrol yang ketat dari organisasi DAFTAR PUSTAKA
profesi, citra PNS akan benar-benar kembali

10 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 4, No.2, November 2010

Affandi, M. Joko, Netralitas dan Profesionalitas Jakarta, Ghalia Indonesia, 2000.


Pegawai Negeri Sipil, dalam Wacana Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan
Pengembangan Kepegawaian, Pendekatan Baru, Bandung, Remaja
Jakarta, Badan Kepegawaian Negara, Rosdakarya, 2002.
2002. Tilaar, H.A.R., Pradigma Baru Pendidikan
Alhumami, dalam Media Indonesia, 23 Januari Nasional, Jakarta, PT. Rineka Cipta,
2003. 2000.
Atmadi, Ferry W., “Manajer Profesional”, Seri Wahidin, Syamsul, Profesionalime Polri, Ada
Kertas Kerja, Volume I Nomor 10 2001, dan Tiada, Jawa Pos, Tanggal 29 Juni
Jakarta, Puslitbang BKN. 2004.
Ballantine, Jeanne H., The Sociology of Wahjosumidjo, Kepemimpinan dan Motivasi,
Education, New Jersey, Prentice Hall, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1987.
Inc., 1983.
Castetter, William B., The Personnel Function
in Education Administration, New York,
McMillan Publishing, Inc., 1981.
Herman, Analisis Terhadap Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Profesionalisme
Pegawai Negeri Sipil, (Makalah),
Jakarta, Puslitbang BKN, 2003.
Herman, Profesionalisme PNS: Karakteristik
dan Upaya Peningkatan, Jakarta,
Puslitbang BKN, 2004.
Nugroho, Hilman, Kualitas Kerja Pejabat
Eselon IV, (Sinopsis Desertasi),
Program Pasca Sarjana, Universitas
Negeri Jakar-ta, 2003.
Poerwopoespito, F.X., Oerip, S., dan Utomo,
T.A., Tatang, Mengatasi Krisis Manusia
di Perusahaan, Jakarta, Grasindo,
2000.
Rasyid, Ryaas, Kajian Awal Birokrasi
Pemerintahan Politik Orde Baru,
Jakarta, Yarsif Watampone, 1997.
Ruslan Rosady, Etika Humas, Konsep dan
Aplikasi,
Sianipar, JPG., Manajemen Pelayanan
Masyarakat, Jakarta, LAN-RI, 2000.
Suit, Jusuf dan Almasdi, Aspek Mental Dalam
Manajemen Sumber Daya Manusia,

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 11

Anda mungkin juga menyukai