Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN ANALISIS JURNAL

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN JIWA


Ny. R DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Jiwa

Disusun oleh:

MUHAMMAD MARIADI FIRDAUS


2014901110049

Pembimbing Akademik
Noor Amaliah, Ns., M. Kep.

Pembimbing Klinik
Rosa Sosiawati, S. Kep., Ns.

PROGRAM STUDI PROFESI NERS A


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
2020/2021
1. Pendahuluan

Halusinasi merupakan salah satu tanda gejala dari skizofrenia positif. Halusinasi
adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran)
dan rangsangan eksternal (dunia luar). (Hartono, 2010). Beberapa jenis halusinasi yang
banyak kita dengar seperti halusinasi pendengaran adalah, pasien mendengar suara-suara
yang memanggilnya untuk menyuruh melakukan sesuatu yang berupa dua suara atau
lebih yang mengomentari tingkah laku atau pikiran pasien dan suara-suara yang terdengar
dapat berupa perintah untuk bunuh diri atau membunuh orang lain (Yustinus, 2006).
Sehingga untuk meminimalkan komplikasi atau dampak dari halusinasi dibutuhkan
pendekatan dan memberikan penatalaksanaan untuk mengatasi gejala halusinasi.
Penatalaksanaan yang diberikan meliputi terapi farmakologi, ECT dan non farmakologi.
Sedangkan terapi farmakologi lebih mengarah pada pengobatan antipsikotik dan pada
terapi non farmakologi lebih pada pendekatan terapi modalitas (Videbeck, 2008).

Terapi modalitas adalah terapi kombinasi dalam keperawatan jiwa, dimana perawat
jiwa memberikan praktek lanjutan untuk menatalaksanaan terapi yang digunakan oleh
pasien gangguan jiwa (Videbeck, 2008). Ada beberapa jenis terapi modalitas, antara lain:
terapi individual, terapi lingkungan (milliu therapi), terapi biologis atau terapi somatik,
terapi kognitif, terapi keluarga, terapi perilaku, terapi bermain, terapi spiritual (Yosep,
2007).

Terapi spiritual atau terapi religius yang antara lain zikir, apabila dilafalkan secara
baik dan benar dapat membuat hati menjadi tenang dan rileks. Terapi zikir juga dapat
diterapkan pada pasien halusinasi, karena ketika pasien melakukan terapi zikir dengan
tekun dan memusatkan perhatian yang sempurna (khusu’) dapat memberikan dampak
saat halusinasinya muncul pasien bisa menghilangkan suara-suara yang tidak nyata dan
lebih dapat menyibukkan diri dengan melakukan terapi zikir.

2. Kasus

Ny. R adalah seorang perempuan berusia ± 55 tahun. Anak klien mengatakan bahwa
klien mulai mengalami gangguan sejak anak pertama klien meninggal dunia, anak klien
juga mengatakan bahwa gangguan klien muncul pada pagi, siang, sore dan malam hari.
Anak klien mengatakan tidak tahu apakah keluarga klien yang lain ada mengalami
gangguan seperti klien atau tidak. Saat Pengkajian Ny. R tampak tidak tenang saat diajak
berkomunikasi. Mengurangi kontak mata dan sering menoleh ke berbagai arah sambil
terlihat mengobrol sendiri. Sering tidak merespon saat diajak berbicara. Ny. R
mengatakan bahwa beliau adalah anak ketiga dari delapan bersaudara yang lahir pada
saat G30S-PKI, kedua orang tuanya sudah meninggal dunia. Pada saat kecil beliau sangat
dekat dan dirawat oleh neneknya. Klien merupakan seorang janda dengan 4 orang anak,
akan tetapi anak kedua beliau yang merupakan satu-satunya anak perempuan meninggal
dunia pada saat masih kecil. Saat ini beliau tinggal bersama tiga orang putra beliau di
rumah.

3. Rumusan masalah

1. Mana yang lebih efektif antara terapi religius zikir dan cognitive behavior theraphy?
2. Yang mana dapat di terapkan pada pasien dengan gangguan halusinasi antara terapi
religius zikir dan cognitive behavior theraphy?
3. Apakah terapi religius zikir dalam mengontrol halusinasi?

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh pasien halusinasi


pendengaran yang dirawat pada bulan November 2013 di Rumah
(Patient, Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondoutomo Semarang, dengan
Population or jumlah pasien halusinasi pendengaran sebanyak 306 orang.
problem) Penentuan ukuran sampel menggunakan Slovin, dengan tingkat
kesalahan yang dikehendaki 10% sehingga didapatkan sampel 75
responden.
(Intervention) Terapi religius zikir
(Comparasion
or Cognitive behavior theraphy
Intervention)

(Outcome) Membantu mengontrol pasien halusinasi

Keyword: halusinasi, terapi modalitas, terapi religious zikir, cognitive behavior


theraphy

4. Metode/strategi penelusuran bukti

Jurnal 1

Judul: Pengaruh terapi religius zikir terhadap peningkatan kemampuan mengontrol


halusinasi pendengaran pada pasien halusinasi di RSJD dr. Amino Gondohutomo
Semarang
Nama peneliti: Wahyu Catur Hidayati dan Dwi Heppy Rochmawati
Alamat jurnal:
http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/ilmukeperawatan/article/view/243
Waktu penelitian: Tahun 2014

Jurnal 2

Judul: Penurunan halusinasi pada klien jiwa melalui cognitive behavior theraphy
Nama peneliti: Sri Eka Wahyuni, Budi Anna Keliat, Yusron, Herni Susanti
Alamat jurnal:
http://jki.ui.ac.id/index.php/jki/article/view/66
Waktu penelitian: Tahun 2011
5. Hasil Penelusuran

NO Judul Jurnal Validity Important Applicable


1. Pengaruh terapi Metode penelitian Sebelum dilakukan tindakan terapi zikir didapatkan data bahwa 1. Mudah dilakukan
religius zikir Desain penelitian menggunakan kemampuan mengontrol halusinasi pendengaran di RSJD Dr. 2. Tanpa mengeluarkan
terhadap metode khususnya Quasy Amino Gondohutomo Semarang masih buruk karena kebanyakan biaya
peningkatan Experimental Design pasien hanya diberikan Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) biasa 3. Tidak memiliki efek
kemampuan (eksperimen semu) dengan seperti menutup telinga dan menghardik sedangkan untuk samping
mengontrol pendekatan one group pre and ketenangan rohani nya pihak RSJD Dr. Amino Gondohutomo 4. Tidak memerlukan
halusinasi posttest. Instrument yang Semarang belum menerapkan SOP terapi religius zikir secara alat khusus
pendengaran pada digunakan pada penelitian ini optimal dan belum diberikan secara berkala oleh perawat karena 5. Bisa dilakukan kapan
pasien halusinasi di menggunakan lembar observasi hanya diberikan atas dasar inisiatif perawat saja. saja
RSJD dr. Amino yang telah dibuat daftar/lembar 6. Pelafalannya
Sedangkan setelah dilakukan terapi zikir, diketahui kemampuan
Gondohutomo check list. Instrument ini akan sederhana dan mudah
responden mengontrol halusinasi pendengaran pada pasien
Semarang dilakukan uji content dilafalkan
halusinasi sesudah diberikan terapi religius zikir dengan kategori
validitas/uji expert.
baik sebanyak 74 orang (98,7%), sedangkan kategori buruk
sebanyak 1 orang (1,3%). Sesuai uji statistik terhadap kemampuan
responden mengontrol halusinasi pendengaran pada pasien
halusinasi sesudah diberikan terapi religius zikir diperoleh mean=
5,55 > 3. Sehingga kemampuan mengontrol halusinasi
pendengaran sudah dikategori baik.

Terapi religius zikir bisa dikatakan efektif untuk meningkatkan


kemampuan mengontrol halusinasi pendengaran dengan hasil
sudah dibuktikan bahwa banyak responden mengalami
peningkatan dalam kemampuan mengontrol halusinasi
pendengaran, tetapi banyaknya stimulus suara lain yang datang
dari banyak sumber akan sedikit menyulitkan satu responden
dalam proses terapi religius zikir.
2. Penurunan Metode penelitian: Pada kelompok yang mendapatkan cognitive behaviour therapy 1. Tanpa mengeluarkan
halusinasi pada Penelitian ini adalah penelitian rerata pelaksanaan cara mengontrol halusinasi sebelum intervensi biaya
klien jiwa melalui quasi experimental dengan rerata 33,21, dan setelah intervensi naik menjadi menjadi 55,68. 2. Tidak memiliki efek
cognitive behavior metode kuantitatif menggunakan Selanjutnya, berdasarkan hasil uji statistik disimpulkan ada samping
theraphy desain “Quasi experimental pre- perbedaan yang bermakna rerata pelaksanaan cara dalam 3. Tidak memerlukan
posttest control group” dengan mengontrol halusinasi antara sebelum dengan setelah intervensi alat khusus
intervensi cognitive behavior pada kelompok yang mendapat cognitive behaviour therapy (p=
therapy pada bulan Februari 0,000; α= 0,05).
sampai dengan Juni 2010.
Pengetahuan klien dalam Peningkatan pengetahuan terjadi karena
Teknik pengambilan sampel
pada saat pelaksanaan cognitive behavior therapy klien diberi
secara consecutive sampling.
informasi dan belajar keterampilan baru dalam mengontrol
Penelitian dilakukan untuk
halusinasinya. Salah satu dari proses cognitive behaviour
menganalisa halusinasi,
modification adalah klien diajarkan keterampilan baru untuk
pengetahuan, dan pelaksanaan
mengatasi masalah secara praktis agar dapat diterapkan dalam
cara mengontrol halusinasi
kehidupan sehari-hari. Smith, et al. (2003) menyebutkan bahwa
dengan membandingkan pada
proses pelaksanaan cognitive behaviour therapy memperkuat
kelompok yang mendapatkan
keyakinan dan kemampuan klien dalam mengontrol halusinasi
dan yang tidak mendapatkan
yaitu dengan cara melatih melakukan strategi koping dalam
cognitive behavior therapy. Pada mengontrol halusinasinya secara konsisten.
tiap kelompok berjumlah 28 Selain itu, pada proses cognitive behaviour therapy, klien
responden. Analisis statistik dipersiapkan agar dapat melakukan intervensi dan memotivasi
yang dipergunakan yaitu dirinya sendiri untuk berubah, serta mampu berhadapan dengan
univariat dan bivariat dengan kemungkinan resistensi dan relapse melalui pelatihan stress
analisis dependent dan inoculation. Pelatihan ini terdiri dari kombinasi antara pemberian
independent sample tTest serta informasi, diskusi, restrukturisasi kognitif, problem solving,
Chi-square dengan tampilan relaksasi, pengulangan tingkah laku, monitor diri, instruksi diri,
dalam bentuk tabel dan distribusi penguatan diri, dan kemampuan dalam merubah lingkungan
frekuensi. (Oemarjoedi, 2003).

Bentuk cognitive behavior therapy juga dapat berupa problem


solving therapies, coping skills therapies dimana ditekankan pada
cara-cara belajar meningkatkan keterampilan adaptif dan asertif
dan memperluas kemampuan mengatasi masalah (Sundberg,
Winebarger, & Taplin, 2007).

Dalam proses cognitive behavior therapy dan asuhan keperawatan


umum/ generalis halusinasi terjadi proses latihan. Proses latihan
yang terdapat didalam proses cognitive behaviour therapy dapat
meningkatkan pelaksanaan cara mengontrol halusinasi. Menurut
Notoatmodjo (2007) bahwa tingkah laku atau psikomotor
merupakan hasil dari belajar, serta belajar tidak terlepas dari
latihan. Latihan yang terus menerus akan menghasilkan tindakan
yang otomatisasi, yaitu tanpa disadari, cepat, dan tepat.

Pada hasil penelitian ini juga didapatkan bahwa dengan cognitive


behaviour therapy klien dapat mengurangi frekuensi dan kekuatan
halusinasi serta distress dan depresi yang dihadapi klien dalam
menghadapi gejala psikotik yang dialaminya.
6. Diskusi
a. Pengaruh terapi religius zikir terhadap peningkatan kemampuan mengontrol halusinasi
pendengaran pada pasien halusinasi di RSJD dr. Amino Gondohutomo Semarang
Kelebihan:
1. Mudah dilakukan
2. Tanpa mengeluarkan biaya
3. Tidak memiliki efek samping
4. Tidak memerlukan alat khusus
5. Bisa dilakukan kapan saja
6. Pelafalannya sederhana dan mudah dilafalkan
Kekurangan:
1. Sulit diterapkan jika pasien sulit berkonsentrasi
2. Memerlukan suasana yang tenang untuk memfokuskan pasien sehingga mau
mengikuti arahan yang diberikan
b. Penurunan halusinasi pada klien jiwa melalui cognitive behavior theraphy
Kelebihan:
1. Tanpa mengeluarkan biaya
2. Tidak memiliki efek samping
3. Tidak memerlukan alat khusus
Kekurangan:
1. Sulit diterapkan jika pasien sulit berkonsentrasi
2. Memerlukan suasana yang tenang untuk memfokuskan pasien sehingga mau
mengikuti arahan yang diberikan
3. Memerlukan waktu yang lama untuk pengaplikasiannya agar terlihat manfaat dari
tindakan yang diberikan

7. Kesimpulan
Dari data diatas di dapatkan hasil bahwa tindakan terapi religius zikir dan cognitive
behavior theraphy dapat membantu mengontrol bahkan mengurangi tingkat halusinasi
yang terjadi pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayani, W., C., Rochmawati, D., H. & Targunawan (2014). PENGARUH TERAPI
RELIGIUS ZIKIR TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGONTROL
HALUSINASI PENDENGARAN PADA PASIEN HALUSINASI DI RSJD DR.
AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Jurnal Ilmu Keperawatan dan
Kebidanan (JIKK), 1-9.
Wahyuni, S., R., Keliat, B., A., Yusron, & Susanti, H. (2011). PENURUNAN HALUSINASI
PADA KLIEN JIWA MELALUI COGNITIVE BEHAVIOR THERAPHY. Jurnal
Keperawatan Indonesia, Vol. 14 (3): 185-192.

Banjarmasin, 10 November 2020

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

(Noor Amaliah, Ns., M.Kep) (Rosa Sosiawati, S.Kep., Ns)

Anda mungkin juga menyukai