DOSEN PEMBIMBING :
DISUSUN OLEH :
6B
UNIVERSITAS BENGKULU
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum Wr. Wb
Dengan menyebut nama allah yang maha pengasih lagi maha penyayang ,
Alhamdulillah segala puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan taufiq dan
innayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini yang berjudul : “
manajemen berbasis sekolah “
Dalam makalah ini membahas tentang “otonomi daerah dan relevansi pendidikan”,
dan makalah ini ditulis oleh penulis sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas-tugas
yang diberikan oleh dosen yang bersangkutan dengan mata kuliah agar dapat menambah nilai
dalam perkuliahan manajemen berbasis sekolah.
Dalam upaya penyelesaian makalah ini, penulis telah mengerjakannya dengan
semaksimal mungkin. Oleh karena itu penulis sangat bengharap agar tugas pembuatan
makalah ini dapat diterima dengan baik.
Dengan penuh kerendahan hati, penulis menyadari bahwa isi maupun penulisan makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis tidak menutup kepada pembaca untuk
memberikan segala bentuk kritikan atau saran yang bersifat membangun.
Akhir kata mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya.
Wassalamualaikum wr.wb
Bengkulu , Februari 2021
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu pilar pembangunan bangsa disamping
pembangunan sumber daya alam dan teknologi. Dalam hal pembangunan sumber daya
manusia, pendidikan merupakan salah satu sektor strate-gis yang perlu menjadi fokus
perhatian. Hal ini mengingat pendidikan merupakan salah satu sa-rana untuk meningkatkan
kecerdasan dan ket-erampilan manusia (Ahmad Ali Riyadi, 2006). Dengan demikian kualitas
sumber daya manu-sia tergantung dari kualitas pendidikannya, oleh karena itu berbagai
inovasi harus perlu terus dilakukan pemerintah agar kualitas pendidikan semakin meningkat.
Pelaksanaan otonomi daerah sebagaima-na diatur dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah, yang kemu-dian direvisi menjadi Undang-Undang No. 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dan terakhir menjadi Undang-Undang No. 23 Ta-
hun 2014 tentang Pemerintah Daerah bermakna pengakuan adanya daerah otonom dan
sekaligus pengakuan/penyerahan wewenang, hak, dan ke-wajiban untuk mengelola urusan
pemerintahan di bidang tertentu dari Pemerintah kepada Daerah. Termasuk pula di dalamnya
berbagai kemungkinan pengelolaan dan pengembangan bidang pendidikan, dimana terdapat
perubahan pengelolaan pendidikan dari yang bersifat sentralistik kepada yang lebih bersifat
desentralistik. Penyelenggaraan otonomi pendidikan ini dipertegas dalam UU No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), yang menegaskan tentang pergeseran
paradigma pen-didikan nasional, dari education for all (pendi-dikan untuk semua) menjadi
education from all, by all, and for all (pendidikan dari semua, oleh semua dan untuk semua)
(Sirozi, 2005). Dalam penyelenggaraan desentralisasi pendidikan, pe-merintah daerah sebagai
pemilik otoritas tertinggi di daerah memiliki kewenangan dalam hal pengaturan, pengurusan,
pembinaan, serta pengawasan. Karenanya komitmen dari pemerintah daerah dalam
penyelenggaraan desentralisasi pendidikan adalah suatu hal yang sangat diperlukan.
Pemerintah daerah diharapkan menciptakan strategi dan inovasi dalam pelaksanaan
desentralisasi pendidikan di daerahnya masing-masing. Pemerintah Daerah mengetahui dan
mengerti apa yang seharusnya dapat dilaksanakan dalam upaya meningkatkan kualitas
pendidikan di daerahnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Otonomi Daerah
Otonomi Daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pemberlakuan
Otonomi Daerah ini memiliki makna strategis dan signifikansi bagi dunia pendidikan. Dalam
perspektif pendidikan, Otonomi Daerah identik dengan desentralisasi pendidikan.
manajemen Berbasis sekolah (MBS) dapat membantu dalam mendukung peningkatan
mutu pendidikan ditiap daerah, sehingga masing-masing daerah dapat memberdayakan
partisipasi serta peran masyarakat dalam mengelola pendidikan. Dalam rangka mengetahui
sejauh mana pengaruh Otonomi Daerah dan MBS terhadap Peningkatan mutu Pendidikan.
Otonomi Daerah Secara etimologi, kata otonomi berasal dari bahasa latin “autos”
yang berarti sendiri dan “nomos” yang berarti aturan. maka otonomi dapat berarti “peraturan
sendiri” atau mempunyai hak/ kekuasaan/ kewenangan untuk membuat peraturan sendiri, arti
tersebut dikembangkan menjadi “pemerintah sendiri”. Dengan adanya otonomi daerah
diharapkan pemerintah daerah dapat mengembangkan dan meningkatkan serta mendukung
perkembangan potensi daerahnya masing-masing yang meliputi seluruh bidang pemerintahan
kecuali politik luar negeri, hankam, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta ‘kewenangan
bidang lain’ dalam wujud otonomi luas, nyata dan bertanggung jawab. otonomi daerah yang
tertuang dalam peraturan perundang-undangan, secara subtansial menunjukan bahwa
kabupaten dan kota memegang peranan penting dalam kewenangan dan pembiayaan.
Demikian halnya dengan pengembangan pendidikan, sangat bergantung atas kebijakan
pemerintah daerah sebagai bagian dari kewenangan yang dilimpahkan melalui otonomi
pengelolaan pendidikan yang diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
secara lebih cepat, tepat, efisien dan efektif.
Dengan mengacu pada kebijakan pemerintah yang dituangkan dalam UU No. 22
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah; otonomi daerah adalah kewenangan daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Jadi ada pengakuan wewenang pemerintahan yang luas kepada daerah
otonom oleh pemerintah pusat. (Undang-Undang RI Tahun 1999 Tentang Otonomi Daerah).
Munculnya otonomi daerah ini dilandasi oleh berbagai pemikiran sebagaimana
dikemukakan oleh Fasli Jalal dan Dedi Supriyadi sebagai berikut:
1. Wilayah Indonesia yang secara geografis sangat luas dan beraneka ragam.
2. Aneka ragam golongan dan lingkungan sosial, budaya, agama, ras, dan etnik serta bahasa,
disebabkan antara lain oleh perbedaan sejarah perkembangan penduduk dengan segala
aspeknya.
3. Besarnya jumlah dan banyaknya jenis populasi sekolah/madrasah yang tumbuh sesuai
dengan perkembangan ekonomi, iptek, perdagangan dan sosial budaya.
4. Perbedaan lingkungan yang mungkin saja menimbulkan aspirasi dan gaya hidup yang
berbeda antara wilayah satu dengan lainnya.
5. Perkembangan sosial politik ekonomi-budaya-agama yang cepat dan dinamis menuntut
penanganan segala persoalan secara cepat dan dinamis (Fasli Jalal, 2001:2).
Meskipun otonomi daerah sudah menjadi tuntutan masyarakat, namun ada beberapa
kondisi yang harus dipenuhi, antara lain:
1.Pola dan pelaksanaan manajemen harus demokratis.
2.Pemberdayaan masyarakat harus menjadi tujuan utama, bukan semata-mata
kewibawaan atau kekuasaan pemerintah daerah atau pusat.
3.Peran serta masyarakat, bukan hanya pada stake holders, harus menjadi bagian
mutlak dari sistem manajemen.
4.Pelayanan harus lebih cepat, efisien, dan efektif, melebihi pelayanan era sentralistik
demi kepentingan rakyat banyak.
5.Keanekaragaman aspirasi dan nilai serta norma lokal harus dihargai dalam kerangka
dan demi penguatan sistem ketahanan nasional dan persatuan bangsa.
PENUTUP
Kesimpulan
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?
article=530502&val=10879&title=Otonomi%20Daerah%20Dan%20Implikasinya
%20Terhadap%20Peningkatan%20Mutu%20Pendidikan%20Madrasah
https://media.neliti.com/media/publications/294599-pengaruh-otonomi-daerah-dan-
manajemen-be-174681c9.pdf
http://meseptiandrianiiskandar.blogspot.com/2018/05/makalah-relevansi-pendidikan.html