Q Prosedur Asper Per Kala Dan Resusitasi BBL
Q Prosedur Asper Per Kala Dan Resusitasi BBL
Disusun Oleh:
Npm : 1930701028
Lokal : B2
JURUSAN KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah yang maha Esa atas segala limpahan rahmat dan hidayahnya
sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini,semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai petunjuk atau pedoman bagi pembaca.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca walaupun masih terdapat banyak kekurangan oleh karena itu kritik dan saran
yang sifatnya membangun sangatlah diperlukan penulis untuk kedepannya Sebagai penutup,
saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penulisan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR............................................................................................................. 2
DAFTAR ISI........................................................................................................................... 3
BAB I...................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN................................................................................................................... 4
1.1.Latar belakang............................................................................................................... 4
1.2.Rumusan Masalah.......................................................................................................... 4
1.3.Tujuan............................................................................................................................ 4
BAB II..................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN..................................................................................................................... 5
2.1. prosedur asuhan persalinan normal kala I,II,III,IV........................................................5
2.2. Prosedur asuhan BBl (resusitasi bbl)...........................................................................10
BAB III................................................................................................................................. 14
PENUTUP............................................................................................................................. 14
A.Kesimpulan.................................................................................................................... 14
B.Saran.............................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 15
BAB I
PENDAHULUAN
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau
dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan
(kekuatan sendiri). Definisi persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang dimulai secara
spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses persalinan. Bayi
dilahirkan secara spontan dalam presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37 hingga 42
minggu lengkap. Setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi sehat.Tujuan asuhan
persalinan normal adalah tercapainya kelangsungan hidup dan kesehatan yang tinggi bagi ibu serta
bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap namun menggunakan intervensi seminimal
mungkin sehingga prinsip keamanan dan kualitas layanan dapat terjaga pada tingkat yang seoptimal
mungkin. pendekatan seperti ini berarti bahwa: dalam asuhan persalinan normal harus ada alasan yang
kuat dan bukti manfaat apabila akan melakukan intervensi terhadap jalannya proses persalinan yang
fisiologis/alamiah.
Resusitasi ( respirasi artifisialis) adalah usaha dalam memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian
oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada otak, jantung dan alat-alat
vital lainnya. Resusitasi digunakan untuk manajemen asfiksia pada bayi baru lahir.
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami prosedur dalam melakukan asuhan persalinan normal kala I,II,III dan
IV
2. Untuk memahami prosedur asuhan BBL ( resusitasi BBL)
BAB II
PEMBAHASAN
persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang dimulai secara spontan, beresiko rendah pada
awal persalinan dan tetap demikian selama proses persalinan. Bayi dilahirkan secara spontan dalam
presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37 hingga 42 minggu lengkap. Setelah persalinan
ibu maupun bayi berada dalam kondisi sehat.
A. Penggunaan partograf
Partograf adalah alat untuk memantau kemajuan kala I persalinan dan informasi untuk membuat
keputusan klinik.
Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks
melalui periksa dalam.
Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan normal. Dengan demikian juga dapat
mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.
Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik
kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan
laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan
dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan
bayi baru lahir.
Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan merupakan elemen penting
dari asuhan persalinan.
Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan
swasta, RS, dll).
Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan persalinan
kepada ibu dan proses kelahiran bayinya.
(Pusdiknakes, 2003).
B. Memberi dukungan persalinan
Ketika persalinan sudah maju dan kontraksi menjadi semakin nyeri, ibu biasanya
mendapat manfaat besar dari dukungan berkesinambungan bidan mereka.
Bila perlu, bidan dapat menggosok punggung ibu, berbicara dengan ibu di antara
kontraksi, mengatakan kepada ibu betapa baiknya ia melakukan koping dan berikan
penjelasan maupun kata-kata yang memberi dorongan.
Bagian dari pemberian dukungan adalah mendengarkan ibu dan merespon bahasa
tubuh verbal maupun nonverbal.
Sensivitas diperlukan bias menjadi saat “kilas balik” bagi ibu yang pernah menjadi
korban penganiayaan seksual di masa kanak-kanak.
1. Bagi Bidan :
sebagai berikut :
Ruangan yang hangat dan bresih, memiliki sirkulasi udara yang baik dan terlindung dari
tiupan angin.
Sumber air bersih dan mengalir untuk cuci tangan dan memandikan ibu sebelum dan
sesudah melahirkan.
Air disinfeksi tingkat tinggi (air yang dididihkan dan didinginkan) untuk membersihkan
vulva dan perineum sebelum dilakukan periksa dalam dan membersihkan perineum ibu
setelah bayi lahir.
Kecukupan air bersih, klorin, deterjen, kain pembersih, kain pel dan sarung tangan karet
untuk membersihkan ruangan, lantai, perabotan, dekomentasi dan proses peralatan.
Kamar mandi yang bersih untuk kebersihan pribadi ibu dan penolong persalinan.
Tempat yang lapang untuk ibu berjalan-jalan dan menunggu saat persalinan, melahirkan
bayi dan untuk memberikan asuhan bagi ibu dan bayinya setelah persalinan. Pastikan
ibu mendapatkan privasi yang diinginkannya.
Tempat tidur yang bersih untuk ibu.
Meja yang bersih atau tempat untuk menaruh peralatan persalinan.
Meja untuk tindakan resusitasi BBL.
(Saifuddin, 2006)
Oksigen
Makan dan minum
Istirahat selama tidak ada his
Kebersihan badan terutama genetalia
Buang air keil dan buang air besar
Pertolongan persalinan yang terstandar
Penjahitan perineum bila perlu
d) Menjaga kebersihan badan terutama daerah genetalia (bila memungkinkan ibu disuruh untuk
mandi atau membersihkan daerah kemaluan).
e) Menganjurkan ibu untuk buang air kecil atau buang air besar.
a) Memberi informasi tentang proses persalinan atas tindakan yang akan dilakukan.
a) Mendengarkan keluhan ibu dengan penuh perhatian atau menjadi pendengar yang baik.
e) Memberi pujian pada ibu terhadap tindakan positif yang telah dilakukan.
Tabel Indikasi-indikasi untuk tindakan dan / atau rujukan segera selama kala I persalinan :
1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang mempunyai kemampuan untuk melakukan bedah sesar.
2. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan ringer loktat
atau cairan garam fisiologis (NS).
3. Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan untuk melakukan bedah sesar.
3. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan untuk melakukan bedah
sesar.
4. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan bawa partus set, kateter penghisap lendir delle dan
handuk/kain untuk mengeringkan dan menyelimuti bayi kalau ibu melahirkan di jalan.
Ketuban pecah bercampur dengan sedikit mekonium disertai tanda-tanda gawat janin
Dengarkan DJJ, jika ada tanda-tanda gawat janin laksanakan asuhan yang sesuai (lihat di bawah)
Ketuban telah pecah (lebih dari 24 jam) atau ketuban pecah pada kehamilan kurang bulan (usia
kehamilan kurang dari 37 minggu)
1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan melakukan asuhan kegawat daruratan
obstetrik.
- Temperatur tubuh
- Menggigil
- Nyeri abdomen
2. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan ringer laktat
atau cairan garam fisiologis (NS) dengan tetesan 125 ml/jam.
3. Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan untuk melakukan bedah sesar.
Tekanan darah lebih dari 160/ 110 dan/atau terdapat protein dalam urine (preeklamsia berat)
2. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan ringer laktat
atau cairan garam fisiologis (NS)
1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan untuk melakukan bedah sesar.
Alasan :
Jika diagnosisnya adalah polihidramnion, mungkin ada masalah-masalah dengan janinnya. Dengan
adanya makrosomia risiko distosia bahu dan perdarahan pasca persalinan atau lebih besar.
DJJ kurang dari 100 atau lebih dari 180 kali/menit pada 2 x penilaian dengan jarak 5 menit (gawat janin)
1. Baringkan ibu miring ke kiri, dan anjurkan untuk bernapas secara teratur.
2. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan renger laktat
atau cairan garam fisiologis (NS) dengan tetesan 125 ml/jam.
3. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan kegawat daruratan
obstetrik dan BBL.
Primipara dalam persalinan fase aktif dengan palpasi kepala janin masih 5/5
2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan pembedahan bedah sesar.
2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan kegawat daruratan obstetri
dan BBL.
Presentasi ganda (majemuk) (adanya bagian janin, seperti misalnya lengan atau tangan, bersamaan
dengan presentasi belakang kepala)
1. Baringkan ibu dengan posisi lutut menempel ke dada atau miring ke kiri.
2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan kegawat daruratan obstetri
dan BBL.
1. Gunakan sarung tangan disinfeksi tingkat, letakan satu tangan divagina dan jauhkan kepala janin
dari tali pusat janin. Gunakan tangan yang lain pada abdomen untuk membantu menggeser bayi dan
menolong bagian terbawah bayi tidak menekan tali pusatnya. (keluarga mungkin dapat membantu).
2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan kegawat daruratan obstetri
dan BBL.
ATAU
1. Minta ibu untuk melakukan posisi bersujud dimana posisi bokong tinggi melebih kepala ibu, hingga
tiba ke tempat rujukan.
2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetri
dan BBL.
c. Pucat
2. Jika mungkin naikkan kedua kaki ibu untuk meningkatkan aliran darah ke jantung.
3. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan RL atau cairan
garam fisiologis (NS), infuskan 1 liter dalam waktu 15 – 20 menit, jika mungkin infuskan 2 liter dalam
waktu 1 jam pertama, kemudian turunkan tetesan menjadi 125 m/jam.
4. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan kegawat daruratan obstetri
dan BBL.
1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kapasitas kegawatdaruratan obstetri dan BBL.
3. Jika kontraksi berhenti dan/atau tidak ada perubahan serviks, evaluasi djj, jika tidak ada tanda-tanda
kegawatan pada ibu dan janin. Persilahkan ibu pulang dengan nasehat untuk :
b. Datang untuk mendapatkan asuhan jika terjadi peningkatan frekuensi dan lama kontraksi.
c. Kurang dari 2 kontraksi dalam waktu 10 menit, masing-masing berlangsung kurang dari 40 detik.
1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetri
dan BBL.
h. Pendokumentasian kala I
1. Bidan harus mendokumentasikan secara akurat semua asuhan dalam catatan ibu termasuk DJJ,
kontraksi, dan tiap observasi yang dilakukan maupun bagaimana ibu melakukan koping.
2. Partograf biasanya diperbaharui tiap setengah jam, atau secepatnya bila memungkinkan.
3. Selain itu setiap intervensi, masalah atau rujukan juga harus didokumentasi jelas dan ditandatangani
dalam catatan ibu.
Pendokumentasian dapat dilakukan dengan menggunakan hasil temuan dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik :
1. Anamnesis
c. HPHT
d. Tapsiran persalinan
e. Alergi obat-obatan
2. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan abdomen
1) Menentukan TFU
3) Memantau DJJ
4) Memantau presentasi
b. Pemeriksaan dalam
S : Subjektif
O : Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil dari pemeriksaan laboratorium
dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I
varney.
A : Assesment
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data objektif dalam identifikasi yang
meliputi:
3. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi, kolaborasi dan atau rujukan sebagai
langkah II, III dan IV varney.
P : Planning