OSTEOARTHRITIS
Disusun oleh :
Preseptor :
BAGIAN RADIOLOGI
2021
i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, serta berkat rahmat
dan karunia yang telah dilimpahkan maka penulis dapat menyelesaikan referat
yang berjudul “Osteoarthritis”.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga referat ini dapat
bermanfaat untuk kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
2.2.1 Definisi....................................................................................................4
iii
BAB IV DISKUSI...........................................................................................17
Kesimpulan .....................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
memiliki beberapa faktor risiko lain, yaitu faktor usia, jenis kelamin, dan
biomekanik pada sendi lutut, panggul, dan sendi lainnya selama aktivitas,
iv
Temuan radiografi OA lutut didapatkan kira-kira 30% pada laki-laki dan
pada wanita yang memiliki usia lebih dari 65 tahun. Sekitar 80% dari mereka
yang menderita OA akan memiliki keterbatasan dalam bergerak, dan 25% tidak
orang yang berusia lebih dari 60 tahun menderita beberapa derajat OA.
mencapai 15,5% pada pria, dan 12,7% pada wanita. The Subcommittee on
klinis, kondisi ini ditandai dengan nyeri sendi, keterbatasan gerak, krepitus,
terjadinya osteoartritis hingga empat kali lipat pada pria dan tujuh kali lipat
Tujuan
1. Untuk memenuhi salah satu tugas kepaniteran klinik senior di Rumah Sakit
1.3 Manfaat
v
1. Menambah wawasan mengenai diagnosis dan tatalaksana Osteoarthritis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
patologis yang terjadi meliputi hilangnya tulang rawan sendi hialin, diikuti
penebalan dan sklerosis tulang subkondral, pertumbuhan osteofit pada tepi sendi,
teregangnya kapsul sendi, sinovitis ringan dan kelemahan otot yang menyokong
sendi karena kegagalan perbaikan kerusakan sendi yang disebabkan oleh stress
ditandai dengan adanya degenerasi tulang rawan sendi, hipertrofi pada tepi
tulang, dan perubahan pada membran sinovial. Gangguan ini disertai dengan
2.2.2 Epidemiologi
vi
Osteoartritis merupakan penyakit sendi degeneratif dengan etiologi dan
sendi, dan menduduki urutan pertama baik yang pernah dilaporkan di Indonesia
maupun di luar negeri. Dari sekian banyak sendi yang dapat terserang OA,
et al (2010) menemukan bahwa orang dengan kelompok umur 60-64 tahun yang
menderita OA sebanyak 22%. Pada pria dengan kelompok umur yang sama,
sisanya didapati menderita osteoartritis pada lutut kiri. Berbeda halnya pada
kanan sebanyak 24,2% dan pada lutut kiri sebanyak 24,7% dan di beberapa
negara eropa sekitar 18-25%laki laki dan 24-40% wanita antara usia 60-79
2.2.3 Etiologi
juga osteoartritis idiopatik yaitu osteoartritis yang kausanya tidak diketahui dan
tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal
vii
hyperuricemia), inflamasi, post- traumatik, metabolik (seperti rickets,
herediter, jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama.
bekerja sebagai bahan seperti semen dalam tulang rawan dan kolagen). OA
diketahui.
Pasien OA biasanya berusia lebih dari 40 tahun dan osteoartritis lutut lebih
banyak terjadi pada penderita dengan kelebihan berat badan. Pada umumnya,
1. Nyeri Sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama pasien. Nyeri biasanya bertambah
dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Perubahan ini dapat
rasa nyeri tersebut akan semakin bertambah berat sampai sendi hanya bisa
arah gerakan) maupun eksentris (salah satu arah gerakan saja). Berdasarkan hasil
Magnetic Resonance Imaging (MRI), didapat bahwa sumber dari nyeri yang
viii
timbul diduga berasal dari peradangan sendi (sinovitis), efusi sendi, dan
oleh adanya fibrosis pada kapsul, osteofit atau iregularitas permukaan sendi.
Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri atau tidak
melakukan banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang
4. Krepitasi atau rasa gemeretak dapat timbul pada sendi yang sakit
awalnya hanya berupa perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau
remuk .
sendi yang biasanya tidak banyak (<100 cc) atau karena adanya osteofit, sehingga
ix
7. Tanda - Tanda Peradangan
Adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat
tanda ini tidak menonjol dan timbul pada perkembangan penyakit yang lebih jauh.
pada pasien lanjut usia. Keadaan ini selalu berhubungan dengan nyeri, karena
menjadi tumpuan berat badan. Perubahan gaya berjalan terutama terjadi pada
osteoartritis lutut.
Harus diingat bahwa masing- masing sendi mempunyai beban biomekanik, dan
persentase gangguan yang berbeda, sehingga peran faktor- faktor risiko tersebut
untuk masing- masing OA tertentu berbeda. Kegemukan, faktor genetik dan jenis
1. Umur
Dari semua faktor risiko untuk timbulnya OA, faktor usia adalah yang
umur. OA hampir tidak pernah pada anak-anak, jarang pada umur di bawah 40
tahun dan sering pada umur di atas 60 tahun. Akan tetapi harus diingat
bahwa OA bukan akibat menua saja. Perubahan tulang rawan sendi pada usia
2. Jenis Kelamin
lelaki lebih sering terkena OA paha, pergelangan tangan dan leher. Secara
x
keseluruhan, di bawah 45 tahun frekuensi OA kurang lebih sama pada laki-laki
banyak pada wanita daripada pria. Hal ini menunjukkan adanya peran
3. Suku Bangsa
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada OA nampaknya terdapat
diantara orang-orang kulit hitam dan Asia daripada Kaukasia, OA lebih sering
dijumpai pada orang-orang Amerika asli (Indian) dari pada orang-orang kulit
putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun
4. Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya OA, misalnya pada seorang
wanita dengan ibu yang mengalami OA pada sendi-sendi interfalang distal (nodus
mutasi dalam gen prokolagen II atau gen- gen struktural lain untuk unsur-unsur
tulang rawan sendi seperti kolagen tipe IX dan XII, protein pengikat atau
OA tertentu.
risiko untuk timbulnya OA baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan
ternyata tidak hanya berkaitan dengan OA pada sendi yang menanggung beban,
xi
meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat faktor lain (metabolik) yang
penyakit jantung koroner dan hipertensi yang lebih tinggi daripada orang-orang
tanpa osteoartritis.
pemakaian satu sendi yang terus menerus (misalnya tukang pahat, pemetik
cedera sendi dan olahraga berkaitan dengan risiko terjadinya OA yang lebih
7. Kelainan Pertumbuhan
pada usia muda. Mekanisme ini juga diduga berperan pada lebih banyaknya
meningkatkan risiko timbulnya OA. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang
lebih padat (keras) tak membantu mengurangi benturan beban yang diterima oleh
tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih mudah robek.
2.2.6 Patogenesis
Osteoartritis selama ini dipandang sebagai akibat dari suatu proses
degeneratif yang tidak dapat dihindari. Namun, hasil penelitian terbaru para
xii
kartilago yang penyebabnya belum diketahui.Lutut adalah sendi besar yang
fisiologis, sendi lutut mendapat beban pada saat melakukan mobilisasi. Pada
pembentukan osteofit perifer, hal tersebut biasanya timbul pada kasus yang parah,
permukaan sendi dapat kehilangan kartilago sama sekali dan tulang yang
terjadi sebagai hasil kombinasi antara degradasi rawan sendi, remodeling tulang,
dan inflamasi cairan sendi. Osteoartritis terbentuk pada dua keadaan, yaitu (1)
Sifat biometrial kartilago sendi dan tulang subkondral normal, tetapi terjadi beban
berlebihan terhadap sendi sehingga jaringan rusak, atau (2) Beban yang ada secara
fisiologis normal, tetapi sifat bahan kartilago atau tulang kurang baik.
replikasi dan memproduksi matriks baru. Proses perbaikan ini dipengaruhi oleh
xiii
Faktor pertumbuhan seperti IGF-1 memegang peranan penting dalam proses
perbaikan tulang rawan sendi. Pada keadaan inflamasi, sel menjadi kurang sensitif
pada matriks kartilago, yaitu merangsang sintesis kolagen dan proteoglikan serta
hasil degradasi matriks rawan sendi ini cenderung berakumulasi di sendi dan
menghambat fungsi rawan sendi serta mengawali suatu respon imun yang
menghantarkan rasa sakit. Sakit pada sendi juga diakibatkan oleh adanya
osteofit yang menekan periosteum dan radiks saraf yang berasal dari medulla
xiv
Peran Makrofag di dalam cairan sendi juga penting, yaitu apabila
dirangsang oleh jejas mekanik, material asing hasil nekrosis jaringan atau
katabolin. Sitokin tersebut adalah IL-1, IL-6, TNF-α dan ß, dan Interferon (IFN) α
kadar PA yang tinggi pada cairan sendinya. Sitokin ini juga mempercepat
resorpsi matriks rawan sendi. Interleukin-1 mempunyai efek multipel pada sel
cairan sendi, yaitu meningkatkan sintesis enzim yang mendegradasi tulang rawan
sendi yaitu stromelisin dan kolagenosa, menghambat proses sintesis dan perbaikan
kali lipat lebih banyak dibanding individu normal dan kondrosit sendiri dapat
mensintesis prostaglandin (PG), oksida nitrit (NO), dan protein lainnya yang
memiliki efek terhadap sintesis dan degradasi matriks. TNF yang berlebihan
xv
menghambat sintesis aggrekan dan meningkatkan proses pemecahan protein
pada jaringan. Hal ini berlangsung pada proses awal timbulnya OA (Felson,
yang lambat dan keseimbangan yang teratur antara sintesis dengan degradasi.
yang sangat aktif Pada proses timbulnya OA, kondrosit yang terstimulasi akan
melepaskan aggrekan dan kolagen tipe dua yang tidak adekuat ke kartilago dan
cairan sendi. Aggrekan pada kartilago akan sering habis serta jalinan-jalinan
pada sendi.
2.2.7 Diagnosis
Diagnosis Osteoartritis biasanya didasarkan pada gambaran klinis dan radiografi.
Pada penderita osteoartritis, dilakukannya pemeriksaan radiografi pada sendi yang
terkena sudah cukup untuk memberikan suatu gambaran diagnostik. Gambaran
radiografi sendi yang mendukung diagnosis OA adalah (Viadamir, 2003) : Penyempitan
celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada bagian yang menanggung
beban), Peningkatan densitas (sklerosis) tulang subkondral, Osteofit pada pinggir sendi,
Perubahan struktur anatomi sendi.
Pemeriksaan Diagnostik
Pada penderita OA, dilakukannya pemeriksaan radiografi pada sendi yang terkena
sudah cukup untuk memberikan suatu gambaran diagnostik ( Soeroso,
2006 ). Gambaran Radiografi sendi yang menyokong diagnosis OA adalah :
xvi
a. Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris ( lebih berat pada
bagian yang menanggung beban seperti lutut ).
b. Peningkatan densitas tulang subkondral ( sklerosis ).
c. Kista pada tulang
xvii
2. Grade 1 :Ragu-ragu, tanpa osteofit, penyempitan persendian meragukan
3. Grade 2 :Minimal, osteofit sedikit pada tibia dan patella dan permukaan
sendi menyempit asimetris.
4. Grade 3 :Moderate, adanya osteofit moderate pada beberapa tempat, permukaan
sendi menyempit, dan tampak sklerosis subkondral.
5. Grade 4 :Berat, adanya osteofit yang besar, permukaan sendi menyempit
secara komplit, sklerosis subkondral berat, dan kerusakan permukaan sendi.
Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna.
Pemeriksaan darah tepi (hemoglobin, leukosit, laju endap darah) masih dalam
batas – batas normal. Pemeriksaan imunologi masih dalam batas – batas normal.
Pada OA yang disertai peradangan sendi dapat dijumpai peningkatan ringan sel
peradangan ( <
8000 / m ) dan peningkatan nilai protein.Pemeriksaan imunologi (ANA, faktor
rheumatoid, dan komplemen) masih dalam batas-batas normal ( Soeroso
2014)
2.2.9 Penatalaksanaan
xviii
Kista dengan diameter kurang dari 6 cm dan tampak jinak pada USG
umumnya diobati secara konservatif karena dapat mengalami resolusi spontan.
Kista corpus luteal mengecil dalam 12 sampai 16 minggu. Kista dengan diameter
lebih dari 10 cm biasanya direseksi karena meningkatkan risiko keganasan, pecah
atau torsi. Penanganan kista yang berukuran antara 5 sampai 10 cm masih
kontroversi. Jika kista berseptum, nodul, papiler atau komponen padat maka
reseksi dianjurkan. Kista yang sederhana dapat dikelola dengan pemeriksaan USG
rutin. Namun memerlukan eksplorasi laparotomi darurat bila ruptur, torsi atau
infark di sebanyak 50 % kasus. Dengan munculnya teknik pencitraan seperti USG
resolusi tinggi, MRI dan gambaran Doppler transvaginal, penanganannya menjadi
jauh lebih baik. Jika kista ovarium didiagnosis pada trimester pertama, lebih baik
tunggu sampai 16 minggu saat implantasi kehamilan lebih aman dan juga kista
mungkin hilang secara spontan.
Tumor yang masih tinggal diterapi dengan cystectomi atau ovariotomy
seperti yang diindikasikan. Tumor ovarium atau kista dapat dengan mudah
dihilangkan pada kehamilan 28 minggu setelah itu tidak mudah diakses dan dapat
memicu kehamilan prematur. kista ovarium yang pecah, atau mengalami torsi atau
jika itu menunjukkan bukti keganasan, membutuhkan operasi segera, terlepas dari
masa kehamilan. Sebuah kistektomi sederhana dapat dilakukan tanpa adanya
keganasan terbuka. Sebelumnya penguraian dari pedikel yang dihindari untuk
mencegah emboli dan keracunan zat terkait dengan hipoksia, yang masuk dari
sirkulasi perifer. tetapi baru-baru ini, sirkulasi ovarium distabilkan oleh terurai,
telah terbukti menghasilkan jaringan ovarium yang layak tanpa komplikasi
sistemik.
2.2.10 Komplikasi
1. Infeksi
2. Peritonitis
3. Sepsis
4. Adhesi
5. Nyeri kronis
6. Infertilitas
2.2.11 Prognosis
xix
Bonam dengan diagnosis dini dan penanganan tepat. Prognosis dari kista
jinak sangat baik. Kista jinak tersebut dapat tumbuh di jaringan sisa ovarium atau
di ovarium kontralateral. Kematian disebabkan karena karsinoma ovari ganas
berhubungan dengan stadium saat terdiagnosis pertama kali dan pasien dengan
keganasan ini sering ditemukan sudah dalam stadium akhir.
xx
BAB III
LAPORAN KASUS
3.2. Anamnesa
a. Keluhan Utama
Seorang pasien perempuan 41 tahun datang ke IGD RS M. Natsir Solok
rujukan dari RSU Sawah Lunto dengan diagnosis peritonitis ec perforasi
gaster, dengan keluhan sakit perut kanan bawah sejak 3 hari SMRS.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Sakit perut kanan bawah sejak 3 hari SMRS. Nyeri perut terasa seperti
ditusuk-tusuk yang menjalar sampai ke pinggang kanan belakang. Nyeri
perut dirasakan terus menerus semakin lama semakin memberat. Nyeri
bertambah saat beraktivitas dan berkurang saat pasien beristirahat.
Perut kanan bawah mulai terasa bengkak sejak 3 bulan yang lalu, nyeri
dirasakan hilang timbul sejak 1 bulan ini
Mual ada, muntah ada, kembung ada
c. Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat penyakit kista ± 8 tahun yang lalu
Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung dan paru tidak
ada
d. Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat penyakit kista tidak ada
xxi
Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung dan paru dalam
keluarga tidak ada
e. Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun
Siklus : 28 hari
Durasi : 5-7 hari
DUK : 2-3x/hari
Nyeri haid : tidak ada
f. Riwayat Perkawinan
1 kali tahun 1997 - sekarang
g. Riwayat Kehamilan/Abortus/Persalinan : (4/0/4)
1. 1999/laki-laki/3000 gr/PN/dokter/hidup
2. 2001/laki-laki/3100 gr/PN/RS/hidup
3. 2009/perempuan/3100 gr/PN/bidan/hidup
4. 2013/perempuan/3200 gr/ PN/dokter/hidup
h. Riwayat kontrasepsi
Tidak ada
i. Riwayat Imunisasi
Tidak ada
j. Riwayat Kebiasaan
Merokok (-)
Alkohol (-)
Narkoba (-)
xxii
Temperatur : 36,70C
b. Status Generalisata
Kepala : Normochepali
Wajah : Cloasma gravidarum (-)
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Leher : Tidak ada pembesaran KGB
Thorak : Paru dan jantung dalam batas normal
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik
c. Status Obstetrikus
Abdomen
Inspeksi : Terlihat benjolan di perut kanan bawah , sikatrik (-)
Palpasi : Teraba benjolan di perut kanan bawah, nyeri tekan di
kuadran kanan bawah (+), Nyeri lepas (+)
Perkusi : Tympani
Auskultasi : BU ( ) menurun
Genitalia
Inspeksi : V/U tenang, PPV (-)
VT : (-)
xxiii
3.5. Diagnosis
3.6. Penatalaksanaan
IVFD RL 12 jam/kolf
Inj. Ketorolac 1 amp 2x30 mg
Inj. Ranitidin 2x50 mg (iv)
Inj. Ceftriakson 2x1 gr
Infus metrinidazol 3x500 mg
- Rencana
OK
1. Laporan Tindakan
Jam : 19.45 WIB
Pasien di operasi dengan diagnosis peritonitis ec appendisitis
perforasi dengan tindakan appendiktomi
Lalu dilanjutkan operasi dengan dr. Gunawan Efri, Sp. OG dengan
tindakan salpingooforektomi
- Tampak ovarium sebesar kepala bayi, warna kehitaman dan
terpuntir
- Kesan : kista ovarium terpuntir
- Perdarahan selama tindakan ± 100 cc
Diagnosis pasca bedah :
Post salpingooforektomi dextra a/i kista ovarium terpuntir
Follow up pasien di nifas (29/03/2021. Jam 08.00 WIB)
S/ Nyeri luka post op (+)
Nyeri di ulu hati (+)
O/ TD : 110/80 mmHg
ND : 82x/menit
NF : 22x/menit
S : 36,80C
A/ Post salpingooforektomi dextra a/i kista ovarium terpuntir
xxiv
P/ IVFD RL
Inj. Ranitidine 2x1
PCT 3x1 500 mg (po)
Cefadroxil 2x1 (500 mg)
Vitamin C 3x1
Follow up (30/03/2021. Jam 08.00 WIB)
S/ Nyeri luka post op (+)
O/ TD : 110/70 mmHg
ND : 80x/menit
NF : 20x/menit
S : 36,50C
A/ Post salpingooforektomi dextra a/i kista ovarium terpuntir
P/ IVFD RL
PCT 3x1
Follow up (31/03/2021. Jam 08.00 WIB)
S/ Nyeri luka post op (+)
O/ TD : 120/80 mmHg
ND : 86x/menit
NF : 20x/menit
S : 36,80C
A/ Post salpingooforektomi dextra a/i kista ovarium terpuntir
P/ Pasien diperbolehkan pulang
xxv
BAB IV
xxvi
BAB V
KESIMPULAN
Kista adalah kantung yang berisi cairan. Kista ovarium adalah kantung yang
berisi cairan yang terletak di ovarium. Kista ovarium terpuntir adalah kantong
berisi cairan yang terdapat pada ovarium yang mengalami torsi pada tangkai
vaskularnya sehingga secara klinis pasien mengalami nyeri akut abdomen. Kista
ovarium tidak hanya berisi cairan akan tetapi dapat berisi rambut, gigi, tulang atau
sisa- sisa kulit.
Kista ovarium terpuntir dapat terjadi pada berbagai usia, namun pada
umumnya terjadi pada awal usia reproduksi. Hampir 17% kasus ditemukan pada
wanita premenarche dan post menopause. Usia median adalah 28 tahun dengan
persentasi pasien usia <30 tahun mencapai 70 – 75%. Beberapa faktor risiko yaitu
pengobatan infertilitas, kehamilan, hipotiroid, merokok. Pada diagnosis dari
anamnesa pasien datang dengan onset mendadak, berat, nyeri abdomen bagian
bawah unilateral yang memburuk secara intermiten dalam beberapa jam.
Pemeriksaan fisik pada kista ovarium biasanya tidak spesifik dan sangat
bervariasi. Biasanya ditemukan Massa adnexa kenyal, unilateral. Nyeri tekan
umum, nyeri lepas dan muscle rigidity dapat ditemukan dan sering sulit dibedakan
dari abses pelvis atau apendisitis.
xxvii
DAFTAR PUSTAKA
1. De Jong, W., Tumor Ovarium dalam Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta:
EGC. 2003:729-730
xxviii