Anda di halaman 1dari 8

Tugas Agama

Kelas X Semester Ganjil

Oleh : Fenia Samantha (17) X-9

Sekolah Menengah Atas Negeri 15 Surabaya


Tahun Ajaran 2015-2016
A. Memahami Makna Pengendalian Diri
1. Pengertian dan pentingnya pengendalian diri (mujahadah an-Nafs)

Kontrol diri (mujahadah al-nafs) adalah perjuangan sungguh-sungguh atau jihad melawan
ego atau nafsu pribadi. Perjuangan ini dilakukan karena nafsu-diri memiliki kecenderungan
untuk mencari pelbagai kesenangan, masa bodoh terhadap hak-hak yang harus ditunaikan, serta
mengabaikan terhadap kewajiban-kewajiban. Siapa pun yang gemar menuruti apa saja yang
diinginkan oleh hawa nafsunya, maka sesungguhnya ia telah tertawan dan diperbudak oleh
nafsunya itu. Hal inilah yang menjadi salah satu alsan mengapa Nabi Saw menegaskan bahwa
jihad melawan nafsu lebih dahsyat daripada jihad melawan musuh (qital).

2. Macam-Macam tingkatan nafsu

1. Nafsu Amarah, Nafsu ini adalah nafsu yang paling mudah menjerumuskan manusia
kedalam panasnya api neraka. Orang yang memiliki nafsu ini tentu tidak kenal dengan yang
namanya akhirat. Orang ini senang melakukan perbuatan yang dilarang asalkan dirinya bisa
merasa senang dengan perbuatannya itu.

2. Nafsu Lawwamah, Nafsu ini tingkatannya lebih tinggi daripada nafsu amarah. Orang
yang berada pada tahap nafsu lawwamah ini sudah tau antara perbuatan yang dilarang dan amal
kebajikan. Saat jatuh pada kejahatan dia masih merasa puas namun disisi lain ia menyesali
perbuatannya itu. Dia Kadang ia berbuat baik dan setelah itu akan kembali melakukan perbuatan
dosa lagi. Orang yang seperti ini masih belum bisa dijamin masuk surga.

3. Nafsu Mulhamah, Orang yang berada pada tingkatan ini apabila hendak melakukan
amal kebajikan terasa berat. Namun dalam keadaan bermujahadah dia berbuat kebaikan-
kebaikan karena ia sudah mulai takut pada kemurkaan Allah dan pedihnya api Neraka. Bila
berhadapan dengan kemaksiatan, hatinya masih rindu dengan maksiat. Namu ia masih dapat
melawan dengan membayangkan nikmatnya berada di Syurga. Dia sudah mengenal penyakit-
penyakit yang berada dalam hatinya. Seperti iri hati, dengki, syirik, dll. Tapi dia masih belum
bisa melawan. Bila penyakit-penyakit hati ini sudah tidak ada lagi, ia akan rasa satu kenikmatan
baru dalam hatinya dan akan merasa benci dalam melakukan kejahatan. Dan pada saat itu dia
telah meningkat ke taraf nafsu yang lebih baik lagi yaitu nafsu Muthmainnah.

4. Nafsu Muthmainnah, Orang yang berada dalam tingkatan ini sudah dijamin masuk
surga. Sesuai dengan yang terkandung dalam surat Al-Fajr ayat 27-30 : “Hai jiwa yang tenang,
kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang redha dan diredhai, maka masuklah ke dalam
golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam Syurga-Ku”.
5. Nafsu Radhiah, Sifat dari nafsu ini adalah dia selalu menganggap yang makruh itu
haram, dan yang sunat ia anggap itu kewajiban. Jika ia tidak melaksanakan apa yang disunatkan,
ia merasa berdosa. Baginya takdir baik atau buruk adalah sama saja. mereka tidak peduli dengan
urusan yang berbau dunia. Karena hati mereka hanya pada Allah dan ridho atas segala keputusan
yang Allah berikan kepadanya.

6. Nafsu Mardhiyah, Tingakatan ini lebih tinggi dari tingkatan nafsu radhiyah. Yang
istimewa pada tingkatan ini adalah Bukan hanya orang pada tingkatan nafsu ini yang sangat
mencintai Allah SWT, tapi Allah SWT juga sangat mencintainya. Dia buat Allah SWT cinta
padanya dengan melaksanakan apa yang di sunatkan dan tidak melaksanakan sebuah dosa
walaupun sekecil jarum di lautan.

7. Nafsu Kamilah, Tingakatan yang ketujuh ini adalah tingkatan para Nabi dan Rasul,
manusia yang suci dan sempurna. Yang terpelihara dari perbuatan tercela dan Allah selalu
mengawasi dan membimbingnya.

3. Amalan-amalan dalam agama Islam untuk melatih pengendalian diri


Dalam Islam, orang yang memiliki pengendalian diri yang baik umumnya adalah orang yang terbiasa
melatih hati dan perasaannya dengan baik. Orang yang rajin berpuasa memiliki pertahanan diri dan
pengendalian diri yang jauh lebih baik dengan orang yang tidak berpuasa. Demikian pula orang yang berpuasa
jelas memiliki semangat dan ketekunan diri yang lebih dibandingkan orang yang tidak berpuasa, memiliki
motivasi diri yang lebih di atas rata-rata orang yang tidak berpuasa.
Dengan demikian, puasa merupakan sarana pembentuk kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual
sekaligus momentum paling baik dalam rangka mendewasakan diri, mengendalikan diri, membentuk sikap dan
karakter mulia.

B. Memahami Makna Prasangka Baik (Husnuzzan)


1. Pengertian dan pentingnya prasangka baik menurut islam

Husnudzdzan kepada Allah artinya berprasangka baik terhadap semua keputusan / takdir Allah.
Allah adalah Dzat yang maha Kuasa dan maha Mengetahui  atas segala yang terbaik bagi
makhluk-Nya. Allah adalah rabbul alamin yaitu pengatur alam semesta ( QS Al Fatihah : 1 ).
Semua ciptaan-Nya telah diatur sedemikian rupa , sehingga tidak ada yang sia-sia ( QS Ali Imran
: 191 ). Boleh jadi yang terlihat jelek justru kenyataannya sangat baik akibatnya bagi manusia.
Sebaliknya  sesuatu yang terlihat baik, justru kenyataannya sangat jelek dan buruk akibatnya 
bagi manusia ( QS Al Baqarah : 216 ).

2. Macam-macam prasangka baik

a. prasangka baik baik kepada Allah Swt:

1. macam-macam prasangka baik kepada Allah Swt


a. prasangka baik dalam ketaatan kepada Allah Swt

Husnuzzan dalam ketaatan kepada Allah Swt. harus berada di depan perasaan dan pikiran
kita. Artinya, meskipun hati kita belum bisa merasakan kebenaran aturan Allah Swt. dan pikiran
kita melihat ada hal lain yang lebih baik menurut pendapat kita, sebagai muslim tidak ada sikap
yang akan kita ambil selain sami’na wa ata’na, kami dengar perintah-Mu ya Allah dan kami taat.
Apa pun yang diturunkan Allah Swt. kepada kita pasti aturan terbaik untuk kita. Pasti ada
hikmah besar di balik semua
aturan yang Dia turunkan untuk kita meskipun keterbatasan pikiran dan perasaan kita belum bisa
melihatnya.

b. prasangka baik dalam nikmat Allah

Allah Swt. memberikan nikmat-Nya kepada siapa pun yang dikehendaki-Nya. Nikmat
harta, kesehatan, kesempatan, dan masih banyak lagi nikmat yang diberikan Allah kepada kita.
Allah Swt. memberikan nikmat kepada kita tentu dengan maksud dan tujuan tertentu. Husnuzzan
kepada Allah Swt. atas nikmat yang telah Dia berikan dapat kita lakukan dengan memperbanyak
syukur dan merenungkan untuk apa Allah Swt. memberikan nikmat itu kepada kita. Dengan
demikian, kita mengetahui cara memperlakukan nikmat tersebut.

c. prasangka baik dalam menghadapi ujian dari Allah Swt

Manusia acap kali merasakan kepedihan ujian hidup. Saat menghadapi ujian hidup itu,
hati terkadang tidak bersabar. Kemudian muncullah keluhan, umpatan, rasa marah, bahkan
menyalahkan Tuhan atas ujian yang dirasakan. Dalam batas wajar, keluh kesah diperbolehkan
dalam Islam. Hal itu merupakan bagian dari dinamika hidup. Akan tetapi, manakala keluh kesah
itu melampaui batas hingga menyalahkan, hal itu masuk dalam larangan Allah. Allah melarang
seseorang berkeluh kesah berlebihan bukanlah untuk kepentingan Allah, melainkan untuk
kepentingan orang yang bersangkutan. Sikap sabar akan menuntun manusia pada rasa husnuzzan
kepada Allah. Pada gilirannya, husnuzzan akan membawa pada pola pikir rasional dalam
memandang ujian hidup. Gabungan antara husnuzzan dan rasional itulah yang membawa
manusia pada hikmah besar di balik ujian yang Allah berikan.

d. prasangka baik dalam melihat ciptaan Allah Swt

Husnuzzan kepada Allah Swt. artinya bersikap baik sangka kepada Allah Swt. atas apa
pun ciptaan-Nya. Setiap makhluk yang diciptakan Allah Swt. pasti memiliki maksud dan tujuan
yang bermanfaat bagi kehidupan di bumi ini. Husnuzzan kepada Allah Swt. meyakini bahwa
tidak ada satu pun yang sia-sia dalam ciptaan Allah Swt. Dengan sikap ini kita akan dapat lebih
memerhatikan keadaan lingkungan dengan penuh penghormatan kepada penciptanya. Inilah
sikap husnuzzan kepada Allah Swt. Sikap ini harus menjadi tindakan nyata dalam kehidupan
seorang muslim. Dengan husnuzzan kita yakini kebenaran Allah Swt. Dengan husnuzzan kepada
Allah Swt. kita optimis melihat hidup dan menghadapi segala kesulitannya. Dengan husnuzzan
pula kita mengharap kebaikan dari Allah Swt. yang seperti janji-Nya akan menganugerahkan
kebaikan bagi siapa pun yang berbaik sangka kepada-Nya. 

2. manfaat berprasangka baik kepada Allah Swt

a)        Kehidupan rohani yang tenang, tentram, tanpa dibayangi rasa takut, was-was dan khawatir,
sebab dia merasa Allah sangat dekat dengannya dan pasti akan memberikan pertolongan
kepadanya. Allah tidak akan menimpakan suatu masalah diluar batas kemampuan manusia
b)        Semua takdir dianggapnya selalu baik bagi dirinya, baik berupa musibah atau pun nikmat.
Setiap masalah yang dihadapi pasti mengandung hikmah demi kebaikan diri pada masa
berikutnya.
c)        Menahan diri untuk memberikan reaksi terhadap masalah yang timbul dan terjadi , baik pada
diri sendiri maupun pada lingkungan di sekitarnya, sebab diri manusia mempunyai daya analisa
yang serba terbatas. Boleh jadi sesuatu yang terlihat jelek, sebetulnya baik akibatnya baik bagi
semuanya. Dan boleh jadi sesuatu yang terlihat jelek, justru menimbulkan manfaat yang besar di
kemudian hari bagi semua pihak.
d)        Rendah hati dan selalu evaluasi diri sekaligus menyadari bahwa diri manusia banyak
kesalahan. Ujung-ujungnya manusia akan terdorong untuk memohon ampun kepada Allah
dengan memperbanyak istighfar .

3. contoh perilaku yang menunjukkan prangsangka baik dan buruk kepada Allah Swt

1).Syukur,Kata syukur berasal dari bahasa Arab, yang artinya terima kasih. Menurut istilah,
syukur ialah berterima kasih kepada Allah SWT dan pengakuan yang tulus atas nikmat dan
karunia-Nya, melalui ucapan, sikap, dan perbuatan.

2).Sabar, Sabar (ash shabr) dapat diartikan dengan “menahan” (al habs). Dari sini sabar dimaknai
sebagai upaya menahan diri dalam melakukan sesuatu atau meninggalkan sesuatu untuk
mencapai rida Allah. 

b. prasangka baik kepada diri sendiri

1. manfaat berprasangka baik kepada diri sendiri

1.      Berinisiatif, yaitu memberdayakan daya pikir  untuk merencanakan ide menjadi konsep yang
dapat berdaya guna dan bermanfaat.
2.      Gigih, yaitu usaha sekuat tenaga dan tidak berputus asa untuk melaksanakan kebaikan,
walaupun harus menghadapi tantangan yang berat.
3.      Rela berkorban, yaitu bersedia dengan ikhlas, senang hati dan tidak mengharap imbalan
bahkan rela memberikan apa yang dimiliki ( tenaga, pikiran dan harta ) untuk keperluan orang
lain atau masyarakat.
Ketiga sikap yang muncul dari husnuz zan terhadap diri ini merupakan sikap yang  saling
terkait dan sangat sulit untuk dipisahkan. Ide yang muncul dari pikiran perlu direncanakan dan
direalisasikan. Realisasi memerlukan kegigihan dan kerelaan diri untuk mengorbankan apa yang
dimiliki demi terwujudnya cita-cita. Cita-cita yang terwujud melahirkan kepuasan hidup yang
tiada bandingannya. Cita-cita yang belum terwujud bukan berarti penghalang dan beban tapi
merupakan keberhasilan yang tertunda dan sekaligus dijadikan motivasi untuk lebih giat, gigih
dengan mendekat kepada yang Maha Kuasa sebab segala yang terjadi selalu berada di bawah
kekuasaan-Nya..
         Memaksimalkan pemberdayaan 3 sikap husnuz zan terhadap diri ini telahmengantarkan
banyak tokoh menjadi orang yang sukses, namanya harum dan dikenang manusia sepanjang
hayat , baik di dunia maupun  di akhirat . Bahkan di akhirat dijanjikan oleh Allah imbalan surga
yang penuh dengan kenikmatan, manakala didasari sikap iman dan niat beribadah kepada Allah

2. contoh perilaku yang menunjukkan prasangka baik dan buruk sangka kepada diri
sendiri

1).Menuntut ilmu, Menuntut ilmu disamping hukumnya wajib, ilmu juga akan bermanfaat bagi
pemiliknya. Dan Allah SWT berjanji akan mengangkat derajat orang yang memiliki ilmu
pengatuah disamping orang-orang yang beriman. 

2). Bekerja mencari rizki yang halal. Orang Islam selain berkewajiban menunaikan ibadah
kepada Allah (salat), juga berkewajiban mencari rezeki untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Seseorang yang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya hasil usaha sendiri, kedudukannya di sisi
Allah lebih baik dari orang minta-minta, yang keberadaannya dalam hidupnya menjadi beban
orang lain.

3. cara berprasangka baik kepada orang lain

a.         Tidak merendahkan orang lain, sebab boleh jadi orang yang direndahkan justru lebih baik dari
orang yang merendahkan ( QS Al Hujurat  : 11 ).
b.        Tidak mencaci maki atau menghina orang lain, apalagi hinaan tersebut tidak  sesuai kenyataan.
c.         Allah melihat perbuatan manusia bukan dari segi dhahirnya ( pelakunya ), tetapi yang menjadi
ukurannya  adalah niat yang ada dalam hati.

3. manfaat prasangka baik (Husnuzzan) bagi manusia dan lingkungan sekitar

manfaat prasangka baik (Husnuzzan) bagi manusia dan lingkungan sekitar adalah untuk
menciptakan lingkungan yang tentram dan damai. sehingga kita terhindar dari hal-hal yang tidak
diinginkan dan tidak terjadi fitnah.

C. Memahami Makna Persaudaraan


a. pengertian dan pentingnya persaudaraan menurut islam

Secara bahasa Persaudaraan berasal dari dari kata saudara, yang kalau kita buka kamus berarti
orang yang seibu sebapa; orang yang bertalian keluarga, sanak; orang yang bersegolongan.
Dalam bahasa arab disebut dengan ukhuwwah yang berasal dari kata akh.
Adapun secara istilah, persaudaraan saya artikan sebagai hubungan yang terjalin antara
seseorang dengan orang lain atau masyarakat yang mencakup masalah sikap, tindakan, dan
sebagainya terhadap orang yang berhadapan dengan dirinya . Baik hubungan itu terjalin dengan
harmonis atau sebaliknya. Tanpa definisi-pun kita tahu benar akan arti apa itu persaudaraan,
karena Persaudaraan itu telah kita rasakan dalam hidup ini, rasa suka, cinta, sayang, bahkan
marah, jengkel, dan buruk sangka mungkin pernah melanda kita. 
Menurut saya, pengertian persaudaraan secara umum berbeda dengan persaudaraan sesama
muslim (ukhuwwah islamiyah), karena ukhuwwah islamiyah pernah diilustrasikan Rasulullah
dengan bangunan yang saling menguatkan antara yang satu dengan yang lain. Jadi, ukhuwwah
islamiyah dipahami sebagai persahabatan. Arti persahabatan itu tentulah berbeda dengan
persaudaraan menurut adat atau kebiasaan orang indonesia. Sahabat sudah pasti teman, tapi
teman bukan berarti sahabat. 
Persaudaraan yang dimaksudkan adalah bukan menurut ikatan geneologi, tapi menurut ikatan
iman dan agama. Hal tersebut diisyaratkan dalam larangan Allah SWT mendoakan orang yang
bukan Islam setelah kematian mereka. Firman Allah SWT : “Tiadalah sepatutnya bagi nabi dan
orang-orang yang beriman meminta ampun (kepada Allah SWT) bagi orang-orang musyrik,
walaupun orang-orang musyrik itu adalah kerabatnya.” (At-Taubah : 113)

b. macam-macam persaudaraan menurut islam

1. ukhuwah diniyyah

Ukhuwah diniyyah artinya yaitu sikap persaudaraan antar sesama pemeluk agama. Dalam hal ini,
kita sebagai seorang muslim mesti dan wajib mencintai saudara-saudara kita seagama, baik itu
dari kebangsaan yang berbeda, ras yang berbeda, suku yang berbeda, ataupun baik itu kaya,
miskin, pejabat, maupun rakyat. Asalkan semuanya muslim, maka mesti bagi kita untuk menjaga
sikap persaudaraan sesama agama (Ukhuwah Diniyyah)

2. ukhuwah wathaniyah wa an-nasab

Yakni ukhuwah atau sikap persaudaraan antar sesama warga negara. Layaknya kita sebagai
bangsa indonesia mesti menjaga sikap persaudaraan antar sesama warga negara dan
memperjuangkannya jika saudara kita mengalami kesulitan di negara lain. Sama-sama menjaga
keutuhan negara dan saling membantu antar sesama warga negara.

3. ukhuwah insaniyyah atau basyariyyah

Ukhuwah basyariah artinya yaitu sikap persaudaraan antar sesama manusia. Sikap persaudaraan
ini lebih memandang pada nilai-nilai kemanusiaan. Tidak memprioritaskan pada status agama,
ras, suku, bangsa, dan lain sebagainya.
c. manfaat persaudaraan dalam kehidupan dan lingkungan sekitarnya

1. Mendapatkan ridho dari Allah Shubhanallaahu wa Ta'la.


2. Membuat orang yang kita dikunjungi berbahagia. Hal ini amat sesuai dengan sabda Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, yaitu "Amal yang paling utama adalah membuat seseorang
berbahagia."
3. Menyenangkan malaikat, karena malaikat juga sangat senang bersilaturahmi.
4. Disenangi oleh manusia.
5. Membuat iblis dan setan marah.
6. Memanjangkan usia.
7. Menambah banyak dan berkah rejekinya.
8. Membuat senang orang yang telah wafat. Sebenarnya mereka itu tahu keadaan kita yang masih
hidup, namun mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka merasa bahagia jika keluarga yang
ditinggalkannya tetap menjalin hubungan baik.
9. Memupuk rasa cinta kasih terhadap sesama, meningkatkan rasa kebersamaan dan rasa
kekeluargaan, mempererat dan memperkuat tali persaudaraan dan persahabatan.
10. Menambah pahala setelah kematiannya, karena kebaikannya (dalam hal ini, suka
bersilaturahmi) akan selalu dikenang sehingga membuat orang lain selalu mendoakannya.

Anda mungkin juga menyukai