PERTEMUAN KE-5
Dosen : Drs Chairil Anwar Pohan, M.Si, MBA
A. Pendahuluan
Pajak Kendaraan Bermotor dikenakan kepada orang pribadi atau badan yang memiliki dan/ atau
menguasai kendaraan bermotor, berdasarkan Nilai Jual Kendaraan Bermotor, dan bobot yang
mencerminkan secara relatif tingkat kerusakan jalan dan/ atau pencemaran lingkungan akibat
penggunaan kendaraan bermotor. Terdapat kendaraan bermotor yang dikecualikan dari objek PKB,
yaitu kereta api, kendaraan pertahanan dan kemanan, dan kendaraan kedutaan dan lain-lain dengan
asas resiprositas dan lembaga-lembaga internasional yang memperoleh pembebasan pajak.
Ada beberapa kebijakan yang telah dilakukan oleh Pemda dalam memenuhi dan menyeimbangkan
fungsi budgetair dan regulerend, yakni:
1. Menaikkan tarif progresif PKB.
a. Pemberlakuan tariff pajak progresif berdasarkan nilai jual kendaraan bermotor.
Misalnya, persentase tariff PKB bagi kendaraan bermotor dengan nilai jual Rp100 juta –
Rp200 juta akan berbeda dengan kendaraan bermotor yang memiliki nilai jual Rp200 juta
– Rp300 juta. Kebijakan ini selain akan mendorong memaksimalkan fungsi budgetair PKB
karena besaran tariff pajak akan terus meningkat sesuai dengan nilai jual kendaraan
bermotor, kebijakan ini juga akan menciptakan keadilan bagi Wajib Pajak karena mereka
akan dikenakan pajak sesuai dengan nilai jual kendaraan mereka.
b. Pengenaan tariff pajak progresif berdasarkan cc kendaraan bermotor.
Semakin besar cc nya, maka semakin tinggi persentase PKB yang harus dibayarkan
c. Pembatasan usia kendaraan bermotor.
Kebijakan ini dapat dilakukan untuk mendukung pencapaian fungsi regulerend PKB yaitu
pembatasan pemakaian kendaraan bermotor. Dengan membuat regulasi mengenai
pembatasan usia kendaraan bermotor, misalnya pelarangan penggunaan kendaraan yang
berusia lebih atau sama dengan 20 tahun, secara otomatis jumlah kendaraan bermotor yang
digunakan akan menurun dan emisi yang mencemari lingkungan pun akan berkurang.
2. Mengatur tariff progresif untuk kepemilikan mobil/sepeda motor kedua, ketiga, dan seterusnya.
Namun, pada kenyataannya kebijakan ini masih belum berhasil secara optimal dalam
menyeimbangkan fungsi budgetair dan regulerend karena praktik tindakan penghindaran pajak
yang dilakukan oleh Wajib Pajak dengan berbagai cara. Salah satu regulasi pengaturan tariff
progresif untuk mengurangi upaya Wajib Pajak yang kerap mengakali pengenaan tariff progresif
ini dengan cara mengatasnamakan kendaraan bermotor miliknya pada orang lain adalah untuk
kepemilikan dan/ atau penguasaan mobil/sepeda motor dilihat dari “nama dan alamat”, jika sama
maka dapat dikenakan tariff pajak progresif atas kepemilikan lebih dari satu kendaraan. Tentu saja
hal ini akan berdampak pada tujuan penerapan PKB sebagai alat pengatur dan pembatasan
penggunaan kendaraan bermotor tidak dapat terpenuhi dengan maksimal.
Begitu pula kendala yang mungkin muncul dalam pembatasan usia kendaraan bermotor, apabila
kebijakan ini dibuat adalah resistensi dari masyarakat karena merasa kebijakan pemerintah tidak
pro masyarakat kecil.
1
B. Pengertian
Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan
bermotor.
Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang digunakan di
semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya
yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan
bermotor yang bersangkutan, termasuk alatalat berat dan alat-alat besar yang dalam operasinya
menggunakan roda dan motor dan tidak melekat secara permanen serta kendaraan bermotor yang
dioperasikan di air.
2
Nilai Jual Kendaraan Bermotor ditentukan berdasarkan Harga Pasaran Umum atas suatu Kendaraan
Bermotor. Harga Pasaran Umum adalah harga rata-rata yang diperoleh dari berbagai sumber data
yang akurat. Nilai Jual Kendaraan Bermotor ditetapkan berdasarkan Harga Pasaran Umum pada
minggu pertama bulan Desember Tahun Pajak sebelumnya.
Dalam hal Harga Pasaran Umum suatu Kendaraan Bermotor tidak diketahui, Nilai Jual Kendaraan
Bermotor dapat ditentukan berdasarkan sebagian atau seluruh faktor-faktor:
a. harga Kendaraan Bermotor dengan isi silinder dan/atau satuan tenaga yang sama;
b. penggunaan Kendaraan Bermotor untuk umum atau pribadi;
c. harga Kendaraan Bermotor dengan merek Kendaraan Bermotor yang sama;
d. harga Kendaraan Bermotor dengan tahun pembuatan Kendaraan Bermotor yang sama;
e. harga Kendaraan Bermotor dengan pembuat Kendaraan Bermotor;
f. harga Kendaraan Bermotor dengan Kendaraan Bermotor sejenis; dan
g. harga Kendaraan Bermotor berdasarkan dokumen Pemberitahuan Impor Barang (PIB).
Penghitungan dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dinyatakan dalam suatu tabel yang
ditetapkan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri (dalam hal ini Permendagri No, 29 Tahun
2012) setelah mendapat pertimbangan dari Menteri Keuangan. Penghitungan dasar pengenaan
Pajak Kendaraan Bermotor ditinjau kembali setiap tahun.
Sebagai dasar perhitungan Pajak Kenderaan bermotor menurut Permendagri no. 29 Tahun 2012
adalah sebagai berikut :
Pasal 2
(1) Bobot) tercantum pada kolom 7 Lampiran I Peraturan Menteri ini melalui penetapan sebagai
berikut:
a. sedan, jeep, minibus, microbus, bus, sepeda motor dan sejenisnya, sebesar 1 (satu); dan
b. mobil barang/beban, sebesar 1,3 (satu koma tiga).
Pasal 5
(1) Dasar pengenaan PKB untuk kendaraan bermotor angkutan umum orang ditetapkan sebesar
60% (enam puluh persen) dari dasar pengenaan PKB sebagaimana tercantum pada kolom 8
Lampiran I Peraturan Menteri 29/2012.
(2) Dasar pengenaan BBN-KB untuk kendaraan bermotor angkutan umum orang ditetapkan
sebesar 60% (enam puluh persen) dari dasar pengenaan BBN-KB sebagaimana tercantum pada
kolom 6 Lampiran I Peraturan Menteri 29/2012.
(3) Dasar pengenaan PKB untuk kendaraan bermotor angkutan umum barang ditetapkan sebesar
80% (delapan puluh persen) dari dasar pengenaan PKB sebagaimana tercantum pada kolom 8
Lampiran I Peraturan Menteri 29/2012.
3
(4) Dasar pengenaan BBN-KB untuk kendaraan bermotor angkutan umum barang ditetapkan
sebesar 80% (delapan puluh persen) dari dasar pengenaan BBN-KB sebagaimana tercantum
pada kolom 6 Lampiran I Peraturan Menteri 29/2012.
4
Pajak Kendaraan Bermotor dibayar sekaligus di muka.
Pembayaran via Online : Untuk pembayaran pajak tahunan, pembayarannya bisa melalui ATM, e-
Samsat, SMS atau aplikasi di ponsel.
G. Restitusi Pajak
Untuk Pajak Kendaraan Bermotor yang karena keadaan kahar (force majeure) Masa Pajaknya tidak
sampai 12 (dua belas) bulan, dapat dilakukan restitusi atas pajak yang sudah dibayar untuk porsi
Masa Pajak yang belum dilalui.
Yang dimaksud dengan "keadaan kahar (force majeure)" adalah suatu keadaan yang terjadi di luar
kehendak atau kekuasaan Wajib Pajak, misalnya Kendaraan Bermotor tidak dapat digunakan lagi
karena bencana alam.
J. Earmarking
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan secara bertahap dan terus menerus dan sekaligus
menciptakan good governance dan clean government, penerimaan beberapa jenis pajak daerah
wajib dialokasikan (di-earmark) untuk mendanai pembangunan sarana dan prasarana yang secara
langsung dapat dinikmati oleh pembayar pajak dan seluruh masyarakat. Pengaturan earmarking
tersebut adalah:
• 10% dari penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor wajib dialokasikan untuk pemeliharaan dan
pembangunan jalan, serta peningkatan sarana transportasi umum.
• 50% dari penerimaan pajak rokok dialokasikan untuk mendanai pelayanan kesehatan dan
penegakan hukum.
• Sebagian penerimaan pajak penerangan jalan digunakan untuk penyediaan penerangan jalan.
Contoh Soal
5
1. Pemerintah Daerah Belitung menargetkan penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor Belitung th
2017 mencapai sebesar Rp 100 miliar.
Bagi Hasil :
Pajak Kendaraan Bermotor: Provinsi 70%, Kab/Kot 30%.
Bagi hasil untuk Provinsi Belitung 70% x Rp 100 miliar = 70 miliar
Kab/Kota nya: 30% x Rp 100 miliar = 30 miliar
Earmarking :
10% dari penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dialokasikan untuk mendanai Pembangunan
dan/atau pemeliharaan jalan serta peningkatan moda dan sarana transportasi umum, yakni :
• Provinsi Belitung harus mengeluarkan 10% x 70 miliar = 7 miliar untuk mendanai
Pembangunan dan/atau pemeliharaan jalan serta peningkatan moda dan sarana transportasi
umum
• Kab/Kot di Belitung harus mengeluarkan 10% x 30 miliar = 3 miliar untuk mendanai
Pembangunan dan/atau pemeliharaan jalan serta peningkatan moda dan sarana transportasi
umum
Untuk memberikan ilustrasi bagaimana regulasi tentang pemungutan Pajak Kenderaan Bermotor,
berikut ini diberikan contoh penerapannya di Provinsi DKI Jakarta.
Dasar Hukum : PERATURAN GUBERNUR NOMOR 185 TAHUN 2016 TANGGAL 4 OKTOBER 2016
TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR
Pengertian Umum
1. PKB Baru adalah proses pelayanan yang meliputi kendaraan bermotor baru, kendaraan bermotor
yang berasal dari dump Tentara Nasional Indonesia/Kepolisian Republik Indonesia, kendaraan
bermotor yang berasal dari lelang negara, kendaraan bermotor korps diplomatik/korps konsulat,
kendaraan bermotor badan/lembaga internasional, kendaraan berdasarkan putusan pengadilan dan
kendaraan bermotor yang berasal dari luar daerah.
2. PKB Perpanjangan adalah proses pelayanan yang meliputi pengesahan Surat Tanda Nomor
Kendaraan setiap tahun, perpanjangan Surat Tanda Nomor Kendaraan setiap 5 (lima) tahun dan
mutasi data kendaraan bermotor (tukar nama, pindah ke luar daerah, pindah alamat, ubah bentuk,
ganti mesin, ganti warna, ganti nomor kendaraan dan tukar nama yang berasal dari kendaraan
bermotor perorangan dinas milik negara.
3. Surat Ketetapan Kewajiban Pembayaran yang selanjutnya disingkat SKKP adalah surat yang
digunakan untuk menetapkan biaya administrasi Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) dan/atau
Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (TNKB), besarnya PKB dan BBN-KB dan Sumbangan Wajib
Dana Kecelakaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (SWDKLLJ).
4. Tanda Bukti Pelunasan Kewajiban Pembayaran yang selanjutnya disingkat TBPKP adalah tanda
bukti setoran pelunasan kewajiban pembayaran administrasi TNKB, STNK, PKB, BBN-KB dan
SWDKLLJ yang telah divalidasi.
5. Sistem Admininistrasi Manunggal Satu Atap yang selanjutnya disingkat SAMSAT adalah Sistem
Admininistrasi Manunggal Satu Atap di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
6. Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang digunakan di
semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya
yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan
bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang dalam operasinya
menggunakan roda dan motor dan tidak melekat secara permanen serta kendaraan bermotor yang
dioperasikan di air.
6
7. Kendaraan Bermotor Umum adalah setiap kendaraan yang digunakan untuk angkutan barang
dan/atau orang dengan dipungut bayaran.
8. Kendaraan Bermotor Pribadi adalah setiap kendaraan bermotor yang
dimiliki/dikuasai/dipergunakan untuk kepentingan orang pribadi, badan, lembaga negara dan yang
dimiliki/dikuasai oleh Pemerintah Pusat/Daerah.
9. Kendaraan Bermotor Alat-alat Berat atau Alat-alat Besar adalah alat-alat yang dapat
bergerak/berpindah tempat dan tidak melekat secara permanen, antara lain; penggilas jalan, loader,
forklift, dump truk, tractor head, bulldozer, derek, craine dan sejenisnya.
10. Tarif Progresif adalah tarif PKB dengan persentase yang naik atau lebih tinggi dengan semakin
bertambahnya jumlah kendaraan bermotor yang dimiliki dan/atau dikuasai oleh orang pribadi
berdasarkan nama dan/atau alamat yang sama.
11. Nilai Jual Kendaraan Bermotor yang selanjutnya disingkat NJKB adalah Nilai Jual Kendaraan
Bermotor yang dijadikan sebagai salah satu dasar pengenaan pajak yang dipengaruhi oleh faktor-
faktor tertentu yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
12. Surat Pendaftaran Objek Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SPOPD adalah surat yang
digunakan Wajib Pajak untuk mendaftarkan diri dan melaporkan objek pajak atau usahanya ke
Dinas Pelayanan Pajak.
13. Surat Pendaftaran dan Pendataan Kendaraan Bermotor yang selanjutnya disingkat SPPKB adalah
surat yang berfungsi sebagai permohonan STNK, Pendaftaran Kendaraan Bermotor, Dasar
Penetapan Pajak dan permohonan penetapan SWDKLLJ.
14. Surat Pendaftaran dan Pendataan Kendaraan Bermotor Pengesahan yang selanjutnya disebut
SPPKB Pengesahan adalah surat yang berfungsi sebagai permohonan pengesahan STNK tahunan
atau 5 (lima) tahunan yang menjelaskan identitas kendaraan bermotor dan data kepemilikan.
15. Sanksi Administrasi Berupa Bunga, Kenaikan dan/atau Denda adalah tanggungan atau pembebanan
di luar pokok pajak terutang sebagai akibat pelanggaran
16. Surat Teguran, Surat Peringatan atau Surat Lain yang Sejenis adalah surat yang diterbitkan oleh
pejabat untuk menegur atau memperingatkan wajib pajak untuk melunasi utang pajaknya.
17. Nomor Indentifikasi Kendaraan yang selanjutnya disingkat NIK adalah surat sertifikat yang
memuat data identifikasi dari nama perusahaan perakit, alamat, merek, jenis, nomor mesin dan
nomor rangka kendaraan bermotor.
18. Jatuh Tempo Pembayaran PKB adalah tanggal berakhirnya masa berlaku PKB.
Sistem Pemungutan
PKB terutang ditetapkan oleh Kepala Dinas Pelayanan Pajak dengan menerbitkan SKPD atau dokumen
lain yang dipersamakan.
7
5) mobil tahanan untuk keamanan negara antara lain seperti mobil tahanan Kejaksaan,
Lembaga Pemasyarakatan Kepolisian/TNI, Satpol PP; dan
6) kendaraan tempur lainnya;
c. kendaraan bermotor yang dimiliki dan/atau dikuasai kedutaan, konsulat, perwakilan negara
asing dengan asas timbal balik dan lembaga-lembaga internasional yang memperoleh
pembebasan pajak dari pemerintah; dan
d. kendaraan bermotor yang dimiliki dan/atau dikuasai oleh pabrikan atau importir yang semata-
mata disediakan untuk keperluan pameran dan tidak untuk dijual.
Masa Pajak
PKB dikenakan untuk masa pajak 12 (dua belas) bulan berturut-turut terhitung mulai saat pendaftaran
Kendaraan Bermotor. PKB terutang dilunasi sekaligus dan tidak dapat dimohonkan angsuran.
8
Pelayanan Pajak dan diajukan paling lambat 30 (tiga) puluh hari sebelum kendaraan bermotor yang
diajukan penetapan NJKB di jual atau dipasarkan kepada masyarakat.
5. Permohonan penetapan NJKB, paling kurang menyebutkan: a. merek/tipe kendaraan; b. isi
silinder; dan c. tahun pembuatan.
6. Berdasarkan permohonan penetapan NJKB, Kepala Dinas Pelayanan Pajak menetapkan NJKB
dengan terlebih dahulu melakukan pembahasan melalui Tim Penilaian dan Perhitungan NJKB yang
dibentuk oleh Kepala Dinas Pelayanan Pajak.
7. Tim Penilaian dan Perhitungan NJKB melakukan pembahasan paling kurang 1 (satu) kali dalam 1
(satu) minggu.
a. Hasil pembahasan Tim menjadi dasar penetapan NJKB oleh Kepala Dinas Pelayanan Pajak dan
ditetapkan dalam Keputusan Kepala Dinas Pelayanan Pajak.
b. Keputusan Penetapan NJKB oleh Kepala Dinas Pelayanan Pajak, merupakan dasar usulan
penetapan NJKB oleh Gubernur.
c. Usulan penetapan NJKB disampaikan kepada Gubernur dalam jangka waktu paling lama 6
(enam) bulan atau per semester.
Tarif Pajak
Tarif PKB ditetapkan sebagai berikut:
1. kepemilikan atau penguasaan kendaraan bermotor pertama oleh orang pribadi/badan sebesar 2%.
2. kepemilikan atau penguasaan kendaraan bermotor oleh TNI/POLRI, Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah sebesar 0,50% (nol koma lima nol persen);
3. angkutan umum, ambulans, mobil jenazah dan pemadam kebakaran sebesar 0,50%
4. kendaraan bermotor yang digunakan kegiatan sosial keagamaan, lembaga sosial dan keagamaan
sebesar 0,50% (nol koma lima nol persen); dan
5. alat-alat berat dan alat-alat besar, sebesar 0,20% (nol koma dua nol persen).
Tarif Progresif
1. Tarif Progresif dikenakan terhadap kendaraan bermotor kedua dan seterusnya yang dimiliki
dan/atau dikuasai oleh orang pribadi berdasarkan nama dan/atau alamat yang sama.
2. Sarana identifikasi nama dan/atau alamat yang sama dapat menggunakan Nomor Induk
Kependudukan pada Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK).
3. Tarif Progresif, dikenakan untuk kendaraan bermotor yang sejenis.
4. Dikecualikan dari pengenaan Tarif Progresif:
a. kendaraan bermotor yang dimiliki oleh Pemerintah Pusat/Daerah, TNI dan POLRI;
b. kendaraan bermotor yang dimiliki oleh badan usaha;
c. kendaraan bermotor angkutan umum penumpang atau barang sesuai dengan izin dari Dinas
Perhubungan dan Transportasi yang dimiliki oleh perorangan;
d. kendaraan bermotor pemadam kebakaran, ambulans dan mobil jenazah; dan
e. kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar.
5. Penerapan Tarif Progresif didasarkan pada tanggal, bulan dan tahun kepemilikan, yang terdaftar
dalam database kendaraan bermotor atau SKPD/dokumen lain yang dipersamakan atau dokumen
lain yang berkaitan dengan kepemilikan kendaraan bermotor.
9
9. untuk kepemilikan kendaraan bermotor kesepuluh sebesar 6,5% (enam koma lima persen);
10. untuk kepemilikan kendaraan bermotor kesebelas sebesar 7% (tujuh persen);
11. untuk kepemilikan kendaraan bermotor kedua belas sebesar 7,5% (tujuh koma lima persen);
12. untuk kepemilikan kendaraan bermotor ketiga belas sebesar 8% (delapan persen);
13. untuk kepemilikan kendaraan bermotor keempat belas sebesar 8,5% (delapan koma lima persen);
14. untuk kepemilikan kendaraan bermotor kelima belas sebesar 9% (sembilan persen);
15. untuk kepemilikan kendaraan bermotor keenam belas sebesar 9,5% (sembilan koma lima persen);
dan
16. untuk kepemilikan kendaraan bermotor ketujuh belas dan seterusnya sebesar 10% (sepuluh persen).
2. Biaya Lainnya
Selain biaya pajak, ada juga biaya lainnya di luar pajak (biasanya tercantum di dalam STNK) yang
akan dikenakan ketika membayar pajak.
a. BBN KB (Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor), besarnya 10% dari harga kendaraan atau
harga faktur untuk kendaraan baru, dan bekas sebesar 2/3 Pajak Kendaraan Bermotor (PKB).
b. PKB, besarnya 1,5% dari nilai jual kendaraan dan bersifat menurun tiap tahun karena
penyusutan nilai jual.
c. SWDKLLJ (Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan), dikelola oleh Jasa
Raharja sebesar Rp35.000 untuk motor dan Rp143.000 untuk mobil.
d. Biaya Administrasi apabila ganti pelat nomor (5 tahun sekali) atau balik nama, tapi untuk
kendaraan baru tidak dikenakan biaya ini.
e. Denda Pajak Kendaraan Bermotor, apabila jatuh tempo masa berlaku STNK belum
melakukan perpanjangan (akan dikenakan denda PKB dan denda SWDKLLJ).
1) Denda PKB adalah sebesar 25% per tahunnya.
2) Denda SWDKLLJ adalah sebesar Rp32.000 untuk kendaraan bermotor roda dua dan
Rp100.000 untuk kendaraan bermotor roda empat.
KETERANGAN:
10
o Penggunaan kendaraan bermotor untuk umum atau pribadi.
o Harga kendaraan bermotor dengan merek yang sama.
o Harga kendaraan bermotor dengan tahun pembuatan yang sama.
o Harga kendaraan bermotor dengan pembuat kendaraan bermotor.
o Harga kendaraan bermotor dengan kendaraan bermotor sejenis.
o Harga kendaraan bermotor berdasarkan dokumen Pemberitahuan Impor Barang (PIB).
3. Bobot dinyatakan dalam koefisien yang nilainya 1 atau lebih besar dari 1, dengan pengertian:
o Koefisien sama dengan 1 (satu) berarti kerusakan jalan dan pencemaran lingkungan
oleh penggunaan kendaraan bermotor tersebut dianggap masih dalam batas toleransi.
o Koefisien lebih besar dari 1 (satu) berarti penggunaan kendaraan bermotor tersebut
dianggap melewati batas toleransi.
4. Bobot dihitung berdasarkan:
o Tekanan gandar (axle load) yang dibedakan atas jumlah sumbu, roda dan berat
kendaraan bermotor.
o Jenis bahan bakar kendaraan bermotor yang dibedakan atas solar, bensin, gas, listrik,
tenaga surya, atau jenis bahan bakar lainnya.
o Jenis, penggunaan, tahun pembuatan, dan ciri-ciri mesin kendaraan bermotor yang
dibedakan menurut jenis mesin 2 tak atau 4 tak, dan isi silinder.
5. Perhitungan dasar pengenaan PKB dinyatakan dalam sebuah tabel yang ditetapkan oleh
Menteri Dalam Negeri setelah mendapat pertimbangan dari Menteri Keuangan.
6. Perhitungan dasar pengenaan PKB ditinjau kembali setiap tahun.
Maka, Pajak Kendaraan Bermotor yang harus dibayarkan oleh Firda yaitu sebesar Rp300.000 untuk
satu motor per tahunnya.
Untuk tarif Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) kepemilikan oleh orang pribadi atas kepemilikan
kendaraan bermotor pertama yaitu sebesar 2%, maka untuk:
1. Kepemilikan kendaraan bermotor kedua, sebesar 2,5%
2. Kepemilikan kendaraan bermotor ketiga, sebesar 3%
3. Kepemilikan kendaraan bermotor keempat, sebesar 3,5%
4. Kepemilikan kendaraan bermotor kelima, sebesar 4%
5. Kepemilikan kendaraan bermotor keenam, sebesar 4,5%
6. Kepemilikan kendaraan bermotor ketujuh, sebesar 5%
11
7. Kepemilikan kendaraan bermotor kedelapan, sebesar 5,5%
8. Kepemilikan kendaraan bermotor kesembilan, sebesar 6%
9. Kepemilikan kendaraan bermotor kesepuluh, sebesar 6,5%
10. dan seterusnya bertambah 0,5% untuk setiap kendaraan bermotor.
Contoh :
Jemmy memiliki 2 unit mobil dengan merek yang berbeda. Ia membeli mobil merek A di tahun
2017 dan mobil merek B di tahun 2019. Kedua mobil tersebut didaftarkan atas nama dan alamatnya
sendiri.
Walter membeli mobil A seharga Rp120.000.000, sementara mobil B ia beli seharga
Rp230.000.000. Pertanyaannya, berapa Pajak Kendaraan Bermotor yang harus dibayarkan
Jemmy?
Maka, pajak yang harus dibayarkan Jemmy atas kedua mobilnya yaitu:
Total PKB = Rp2.400.000 + Rp5.750.000
Total PKB = Rp8.150.000 / tahun
Namun, bagaimana jika Jemmy kembali membeli motor di tahun 2020 atas nama dirinya juga?
Apakah motor tersebut termasuk tarif progresif (kendaraan bermotor ke-3)?
Jawabannya, tidak. Itu dikarenakan jenis kendaraannya berbeda dengan sebelumnya, walaupun
atas nama orang yang sama. Tarif progresif berlaku hanya untuk kendaraan dengan jenis yang
sama dan di bawah nama yang sama.
12
• Bebas SWDKLLJ untuk sepeda motor di bawah 50 cc, ambulance, mobil jenazah, dan mobil
pemadam kebakaran
• Rp20.000 untuk tractor, bulldozer, forklift, mobil derek, excavator, crane dan sejenisnya
• Rp32.000 untuk sepeda motor, sepeda kumbang dan scooter di atas 50 cc hingga 250 cc dan
kendaraan bermotor roda tiga
• Rp80.000 untuk sepeda motor di atas 250 cc
• Rp140.000 untuk pick up/mobil barang hingga 2400 cc, sedan, jeep dan mobil penumpang bukan
angkutan umum
• Rp70.000 untuk mobil penumpang angkutan umum hingga 1600 cc
• Rp150.000 untuk bus dan mikro bus bukan angkutan umum
• Rp87.000 untuk bus dan mikro bus angkutan umum, serta mobil penumpang angkutan umum
lainnya di atas 1600 cc
• Rp160.000 untuk truk, mobil tangki, mobil gandengan, mobil barang di atas 2400 cc, container dan
sejenisnya
Mobil Pertama
PKB: Rp500.000.000 x 2% = Rp10.000.000
SWDKLLJ: = Rp140.000 (+)
Pajak: = Rp10.140.000
Mobil Kedua
PKB: Rp500.000.000 x 2,5% = Rp12.500.000
SWDKLLJ: = Rp140.000 (+)
Pajak: Rp12.500.000 + Rp500.000 = Rp12.640.000
Mobil Ketiga
PKB: Rp500.000.000 x 3% = Rp15.000.000
SWDKLLJ: = Rp140.000 (+)
Pajak: Rp15.000.000 + Rp500.000 = Rp15.140.000
(klikpajak.id)
Motor 1
PKB: Rp50.000.000 x 2% = Rp1.000.000
SWDKLLJ: = Rp80.000 (+)
Pajak: Rp1.000.000 + Rp80.000 = Rp1.080.000
Motor 2
13
PKB: Rp50.000.000 x 2% = Rp1.000.000
SWDKLLJ: = Rp80.000 (+)
Pajak: Rp1.000.000 + Rp80.000 = Rp1.080.000
(klikpajak.id)
SOAL TUGAS
1. Pak UDA tinggal di Jakarta memiliki 3 unit mobil dengan merek yang berbeda. Ia membeli mobil
merek A di tahun 2017 dan mobil merek B di tahun 2018, serta mobil merek C di tahun 2019.
Ketiga mobil tersebut didaftarkan atas nama dan alamatnya sendiri. Pak UDA membeli mobil A
seharga Rp150.000.000, mobil B ia beli seharga Rp250.000.000 sementara mobil C ia beli seharga
Rp500.000.000. Pertanyaannya, berapa Pajak Kendaraan Bermotor yang harus dibayarkan Pak
UDA?
2. Pemerintah Daerah Bangka menargetkan penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor Bangka th 2018
mencapai sebesar Rp 300 miliar.
Hitunglah :
a. Hitunglah Bagi Hasil Pajak Kendaraan Bermotor masing-masing untuk Provinsi Bangka dan
Kab/Kot nya tahun 2018
b. Hitunglah Earmarking (Earmarked Tax) dari Pajak Kenderaan Bermotor masing-masing untuk
Provinsi Bangka dan Kab/Kot nya tahun 2018.
3. Pak Musa memiliki kenderaan bermotor di tahun 2017 seperti terdapat dalam daftar dibawah ini,
dan ingin menanyakan kepada saudara berapa Pajak Kenderaan Bermotor (PKB) nya yang terutang
yang harus di bayar sebagai pendapatan asli daerah di tahun 2018.
MEREK TYPE THN JLH NJKB/UNIT BOBOT Dasar Pengenaan
BUAT UNIT Rp PKB/UNIT(Rp)
1 2 3 4 5 6 7=5x6
HONDA HONDA CIVIC 1.5 TC CVT ES 2017 1 390.000.000 1,025 399.750.000
1500
TOYOTA CAMRY 2.5 HYBRID A/T 2017 1 554.000.000 1,025 567.850.000
BAJAJ BBG BAJAJ BBG UTK PENUMPANG 2017 10 135.000.000 1,000 135.000.000
SPD MOTOR HONDA HONDA TYPE 125 CC 2017 5 25.000.000 1,000 25.000.000
TYT DYNA LIGHT TRUCK 2017 10 150.000.000 1,300 195.000.000
a. Hitung PKB dari masing-masing Merek kenderaan bermotor tersebut diatas, serta seluruh PKB
yang terutang tahun 2018.
b. Bila Pak Musa membeli lagi motor matic Yamaha bekas (second hand) tahun 2018 dengan
harga Rp35.000.000, berapa nominal pajak-BBN yang harus ia bayarkan untuk motor matic
Yamaha bekas (second hand) tsb.?
c. Lanjutan soal No. b:
14
Selain biaya pajak, ada juga biaya lainnya di luar pajak (tercantum di dalam STNK) yang akan
dikenakan ketika membayar pajak tahun 2019. Hitung berapa:
− BBN KB
− PKB
− SWDKLLJ (Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan)
− Biaya Administrasi
4. Ny. UNI tinggal di Jakarta memiliki motor matic Honda keluaran terbaru yang ia beli thn 2019
dengan harga Rp35.000.000 secara kontan di dealer motor. Tetapi dia juga memiliki motor matic
Yamaha Tahun 2018 dengan harga Rp25.000.000,
Berapa nominal pajak yang harus ia bayarkan untuk kedua motor matic miliknya tsb.
15