Anda di halaman 1dari 15

MODUL PDRD

PERTEMUAN KE-5
Dosen : Drs Chairil Anwar Pohan, M.Si, MBA

TOPIK : PAJAK KENDARAAN BERMOTOR

A. Pendahuluan
Pajak Kendaraan Bermotor dikenakan kepada orang pribadi atau badan yang memiliki dan/ atau
menguasai kendaraan bermotor, berdasarkan Nilai Jual Kendaraan Bermotor, dan bobot yang
mencerminkan secara relatif tingkat kerusakan jalan dan/ atau pencemaran lingkungan akibat
penggunaan kendaraan bermotor. Terdapat kendaraan bermotor yang dikecualikan dari objek PKB,
yaitu kereta api, kendaraan pertahanan dan kemanan, dan kendaraan kedutaan dan lain-lain dengan
asas resiprositas dan lembaga-lembaga internasional yang memperoleh pembebasan pajak.

Ada beberapa kebijakan yang telah dilakukan oleh Pemda dalam memenuhi dan menyeimbangkan
fungsi budgetair dan regulerend, yakni:
1. Menaikkan tarif progresif PKB.
a. Pemberlakuan tariff pajak progresif berdasarkan nilai jual kendaraan bermotor.
Misalnya, persentase tariff PKB bagi kendaraan bermotor dengan nilai jual Rp100 juta –
Rp200 juta akan berbeda dengan kendaraan bermotor yang memiliki nilai jual Rp200 juta
– Rp300 juta. Kebijakan ini selain akan mendorong memaksimalkan fungsi budgetair PKB
karena besaran tariff pajak akan terus meningkat sesuai dengan nilai jual kendaraan
bermotor, kebijakan ini juga akan menciptakan keadilan bagi Wajib Pajak karena mereka
akan dikenakan pajak sesuai dengan nilai jual kendaraan mereka.
b. Pengenaan tariff pajak progresif berdasarkan cc kendaraan bermotor.
Semakin besar cc nya, maka semakin tinggi persentase PKB yang harus dibayarkan
c. Pembatasan usia kendaraan bermotor.
Kebijakan ini dapat dilakukan untuk mendukung pencapaian fungsi regulerend PKB yaitu
pembatasan pemakaian kendaraan bermotor. Dengan membuat regulasi mengenai
pembatasan usia kendaraan bermotor, misalnya pelarangan penggunaan kendaraan yang
berusia lebih atau sama dengan 20 tahun, secara otomatis jumlah kendaraan bermotor yang
digunakan akan menurun dan emisi yang mencemari lingkungan pun akan berkurang.
2. Mengatur tariff progresif untuk kepemilikan mobil/sepeda motor kedua, ketiga, dan seterusnya.

Namun, pada kenyataannya kebijakan ini masih belum berhasil secara optimal dalam
menyeimbangkan fungsi budgetair dan regulerend karena praktik tindakan penghindaran pajak
yang dilakukan oleh Wajib Pajak dengan berbagai cara. Salah satu regulasi pengaturan tariff
progresif untuk mengurangi upaya Wajib Pajak yang kerap mengakali pengenaan tariff progresif
ini dengan cara mengatasnamakan kendaraan bermotor miliknya pada orang lain adalah untuk
kepemilikan dan/ atau penguasaan mobil/sepeda motor dilihat dari “nama dan alamat”, jika sama
maka dapat dikenakan tariff pajak progresif atas kepemilikan lebih dari satu kendaraan. Tentu saja
hal ini akan berdampak pada tujuan penerapan PKB sebagai alat pengatur dan pembatasan
penggunaan kendaraan bermotor tidak dapat terpenuhi dengan maksimal.

Begitu pula kendala yang mungkin muncul dalam pembatasan usia kendaraan bermotor, apabila
kebijakan ini dibuat adalah resistensi dari masyarakat karena merasa kebijakan pemerintah tidak
pro masyarakat kecil.

1
B. Pengertian
Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan
bermotor.
Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang digunakan di
semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya
yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan
bermotor yang bersangkutan, termasuk alatalat berat dan alat-alat besar yang dalam operasinya
menggunakan roda dan motor dan tidak melekat secara permanen serta kendaraan bermotor yang
dioperasikan di air.

C. Objek dan Pengecualian Pajak Kendaraan Bermotor


Objek Pajak Kendaraan Bermotor adalah kepemilikan dan/atau penguasaan Kendaraan Bermotor.
Termasuk dalam pengertian Kendaraan Bermotor adalah kendaraan bermotor beroda beserta
gandengannya, yang dioperasikan di semua jenis jalan darat dan kendaraan bermotor yang
dioperasikan di air dengan ukuran isi kotor GT 5 (lima Gross Tonnage) sampai dengan GT 7 (tujuh
Gross Tonnage).

Dikecualikan dari pengertian Kendaraan Bermotor adalah:


1. Kereta api;
2. Kendaraan Bermotor yang semata-mata digunakan untuk keperluan pertahanan dan keamanan
negara;
3. Kendaraan Bermotor yang dimiliki dan/atau dikuasai kedutaan, konsulat, perwakilan negara
asing dengan asas timbal balik dan lembaga-lembaga internasional yang memperoleh fasilitas
pembebasan pajak dari Pemerintah; dan
4. objek Pajak lainnya yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah.

D. Subjek dan Wajib Pajak Pajak Kendaraan Bermotor


Subjek Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau Badan yang memiliki dan/atau
menguasai Kendaraan Bermotor.
Wajib Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau Badan yang memiliki Kendaraan
Bermotor.
Dalam hal Wajib Pajak Badan, kewajiban perpajakannya diwakili oleh pengurus atau kuasa Badan
tersebut.

E. Dasar Pengenaan Pajak (Tax Base) Kendaraan Bermotor


Dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor adalah hasil perkalian dari 2 (dua) unsur pokok: i.
Nilai Jual Kendaraan Bermotor; dan ii. bobot yang mencerminkan secara relatif tingkat kerusakan
jalan dan/atau pencemaran lingkungan akibat penggunaan Kendaraan Bermotor.
Khusus untuk Kendaraan Bermotor yang digunakan di luar jalan umum, termasuk alat-alat berat
dan alat-alat besar serta kendaraan di air, dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor adalah Nilai
Jual Kendaraan Bermotor.
Bobot dinyatakan dalam koefisien yang nilainya 1 (satu) atau lebih besar dari 1 (satu), dengan
pengertian sebagai berikut: a. Koefisien sama dengan 1 (satu) berarti kerusakan jalan dan/atau
pencemaran lingkungan oleh penggunaan Kendaraan Bermotor tersebut dianggap masih dalam
batas toleransi; dan koefisien lebih besar dari 1 (satu) berarti penggunaan Kendaraan Bermotor
tersebut dianggap melewati batas toleransi.

2
Nilai Jual Kendaraan Bermotor ditentukan berdasarkan Harga Pasaran Umum atas suatu Kendaraan
Bermotor. Harga Pasaran Umum adalah harga rata-rata yang diperoleh dari berbagai sumber data
yang akurat. Nilai Jual Kendaraan Bermotor ditetapkan berdasarkan Harga Pasaran Umum pada
minggu pertama bulan Desember Tahun Pajak sebelumnya.
Dalam hal Harga Pasaran Umum suatu Kendaraan Bermotor tidak diketahui, Nilai Jual Kendaraan
Bermotor dapat ditentukan berdasarkan sebagian atau seluruh faktor-faktor:
a. harga Kendaraan Bermotor dengan isi silinder dan/atau satuan tenaga yang sama;
b. penggunaan Kendaraan Bermotor untuk umum atau pribadi;
c. harga Kendaraan Bermotor dengan merek Kendaraan Bermotor yang sama;
d. harga Kendaraan Bermotor dengan tahun pembuatan Kendaraan Bermotor yang sama;
e. harga Kendaraan Bermotor dengan pembuat Kendaraan Bermotor;
f. harga Kendaraan Bermotor dengan Kendaraan Bermotor sejenis; dan
g. harga Kendaraan Bermotor berdasarkan dokumen Pemberitahuan Impor Barang (PIB).

Penentuan Bobot dihitung berdasarkan faktor-faktor:


a. tekanan gandar, yang dibedakan atas dasar jumlah sumbu/as, roda, dan berat Kendaraan
Bermotor;
b. jenis bahan bakar Kendaraan Bermotor yang dibedakan menurut solar, bensin, gas, listrik,
tenaga surya, atau jenis bahan bakar lainnya; dan
c. jenis, penggunaan, tahun pembuatan, dan ciri-ciri mesin Kendaraan Bermotor yang
dibedakan berdasarkan jenis mesin 2 tak atau 4 tak, dan isi silinder.

Penghitungan dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dinyatakan dalam suatu tabel yang
ditetapkan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri (dalam hal ini Permendagri No, 29 Tahun
2012) setelah mendapat pertimbangan dari Menteri Keuangan. Penghitungan dasar pengenaan
Pajak Kendaraan Bermotor ditinjau kembali setiap tahun.

PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR


DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR (PERMENDAGRI
NOMOR 29 TH 2012)

Sebagai dasar perhitungan Pajak Kenderaan bermotor menurut Permendagri no. 29 Tahun 2012
adalah sebagai berikut :
Pasal 2
(1) Bobot) tercantum pada kolom 7 Lampiran I Peraturan Menteri ini melalui penetapan sebagai
berikut:
a. sedan, jeep, minibus, microbus, bus, sepeda motor dan sejenisnya, sebesar 1 (satu); dan
b. mobil barang/beban, sebesar 1,3 (satu koma tiga).

Pasal 5
(1) Dasar pengenaan PKB untuk kendaraan bermotor angkutan umum orang ditetapkan sebesar
60% (enam puluh persen) dari dasar pengenaan PKB sebagaimana tercantum pada kolom 8
Lampiran I Peraturan Menteri 29/2012.
(2) Dasar pengenaan BBN-KB untuk kendaraan bermotor angkutan umum orang ditetapkan
sebesar 60% (enam puluh persen) dari dasar pengenaan BBN-KB sebagaimana tercantum pada
kolom 6 Lampiran I Peraturan Menteri 29/2012.
(3) Dasar pengenaan PKB untuk kendaraan bermotor angkutan umum barang ditetapkan sebesar
80% (delapan puluh persen) dari dasar pengenaan PKB sebagaimana tercantum pada kolom 8
Lampiran I Peraturan Menteri 29/2012.

3
(4) Dasar pengenaan BBN-KB untuk kendaraan bermotor angkutan umum barang ditetapkan
sebesar 80% (delapan puluh persen) dari dasar pengenaan BBN-KB sebagaimana tercantum
pada kolom 6 Lampiran I Peraturan Menteri 29/2012.

F. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor


Berkaitan dengan pemberian kewenangan dalam penetapan tarif untuk menghindari penetapan tarif
pajak yang tinggi yang dapat menambah beban bagi masyarakat secara berlebihan, Daerah hanya
diberi kewenangan untuk menetapkan tarif pajak dalam batas maksimum yang ditetapkan dalam
UU 28/2009. Selain itu, untuk menghindari perang tarif pajak antardaerah untuk objek pajak yang
mudah bergerak, seperti kendaraan bermotor, dalam UU 28/2009 ini ditetapkan juga tarif minimum
untuk Pajak Kendaraan Bermotor. Pengaturan tarif demikian diperkirakan juga masih memberikan
peluang bagi masyarakat untuk memindahkan kendaraannya ke daerah lain yang beban pajaknya
lebih rendah. Oleh karena itu, dalam Undang-Undang ini Nilai Jual Kendaraan Bermotor sebagai
dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor masih
ditetapkan seragam secara nasional. Namun, sejalan dengan tuntutan masyarakat terhadap
pelayanan yang lebih baik sesuai dengan beban pajak yang ditanggungnya dan pertimbangan
tertentu, Menteri Dalam Negeri dapat menyerahkan kewenangan penetapan Nilai Jual Kendaraan
Bermotor kepada Daerah. Selain itu, kebijakan tarif Pajak Kendaraan Bermotor juga diarahkan
untuk mengurangi tingkat kemacetan di daerah perkotaan dengan memberikan kewenangan Daerah
untuk menerapkan tarif pajak progresif untuk kepemilikan kendaraan kedua dan seterusnya..

Dalam UU 28/2009 ditetapkan :


1. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor pribadi ditetapkan sebagai berikut:
a. untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor pertama paling rendah sebesar 1% (satu persen)
dan paling tinggi sebesar 2% (dua persen);
b. untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor kedua dan seterusnya tarif dapat ditetapkan secara
progresif paling rendah sebesar 2% (dua persen) dan paling tinggi sebesar 10%
(sepuluh persen).
Pajak progresif untuk kepemilikan kedua dan seterusnya dibedakan menjadi kendaraan
roda kurang dari 4 (empat) dan kendaraan roda 4 (empat) atau lebih.
Contoh:
Orang pribadi atau badan yang memiliki satu kendaraan bermotor roda 2 (dua), satu
kendaraan roda 3 (tiga), dan satu kendaraan bermotor roda 4 (empat) masing-masing
diperlakukan sebagai kepemilikan pertama sehingga tidak dikenakan pajak progresif.
2. Kepemilikan Kendaraan Bermotor didasarkan atas nama dan/atau alamat yang sama.
3. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor angkutan umum, ambulans, pemadam kebakaran, sosial
keagamaan, lembaga sosial dan keagamaan, Pemerintah/TNI/POLRI, Pemerintah Daerah, dan
kendaraan lain yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah, ditetapkan paling rendah sebesar
0,5% (nol koma lima persen) dan paling tinggi sebesar 1% (satu persen).
4. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar ditetapkan paling rendah
sebesar 0,1% (nol koma satu persen) dan paling tinggi sebesar 0,2% (nol koma dua persen).
5. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

G. Besaran Pokok Pajak Kendaraan Bermotor


Besaran pokok Pajak Kendaraan Bermotor yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif
dengan dasar pengenaan pajak.
Pajak Kendaraan Bermotor yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat Kendaraan Bermotor
terdaftar.
Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor dilakukan bersamaan dengan penerbitan Surat Tanda
Nomor Kendaraan Bermotor, dan dilakukan di kas daerah atau bank yang ditunjuk oleh Kepala
Daerah.
Pajak Kendaraan Bermotor dikenakan untuk Masa Pajak 12 (dua belas) bulan berturut-turut
terhitung mulai saat pendaftaran Kendaraan Bermotor.

4
Pajak Kendaraan Bermotor dibayar sekaligus di muka.

F. Cara Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor


Seperti pajak-pajak jenis lainnya, pajak kendaraan bermotor ini juga dapat dibayarkan dengan
beberapa cara, yaitu secara offline atau mendatangi Kantor Samsat langsung, dan secara online
melalui laman website Samsat.

Pembayaran via Online : Untuk pembayaran pajak tahunan, pembayarannya bisa melalui ATM, e-
Samsat, SMS atau aplikasi di ponsel.

G. Restitusi Pajak
Untuk Pajak Kendaraan Bermotor yang karena keadaan kahar (force majeure) Masa Pajaknya tidak
sampai 12 (dua belas) bulan, dapat dilakukan restitusi atas pajak yang sudah dibayar untuk porsi
Masa Pajak yang belum dilalui.
Yang dimaksud dengan "keadaan kahar (force majeure)" adalah suatu keadaan yang terjadi di luar
kehendak atau kekuasaan Wajib Pajak, misalnya Kendaraan Bermotor tidak dapat digunakan lagi
karena bencana alam.

H. Bagi Hasil Kepada Kabupaten/Kota (Earmarking Tax)


PKB pada dasarnya merupakan pajak yang dipungut dengan mempertimbangkan dampak
penggunaan kendaraan bermotor, baik dalam hal kerusakan jalan maupun pencemaran lingkungan
yang ditimbulkan. Hasil penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor paling sedikit 10% (sepuluh
persen), termasuk yang dibagihasilkan kepada kabupaten/kota, dialokasikan untuk pembangunan
dan/atau pemeliharaan jalan serta peningkatan moda dan sarana transportasi umum.

I. Bagi Hasil Pajak Provinsi


Dalam rangka pemerataan pembangunan dan peningkatan kemampuan keuangan kabupaten/kota
dalam membiayai fungsi pelayanan kepada masyarakat, pajak provinsi dibagihasilkan kepada
kabupaten/kota, dengan proporsi sebagai berikut:
1. Pajak Kenderaan Bermotor: Provinsi 70%, Kab/Kot 30%.
2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor: Provinsi 70%, Kab/Kot 30%.
3. Pajak Bahan Bakar Kend. Bermotor: Provinsi 30%, Kab/Kot 70%.
4. Pajak Air Permukaan: Provinsi 50%, Kab/Kot 50%.
5. Pajak Rokok: Provinsi 30%, Kab/Kot 70%.

J. Earmarking
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan secara bertahap dan terus menerus dan sekaligus
menciptakan good governance dan clean government, penerimaan beberapa jenis pajak daerah
wajib dialokasikan (di-earmark) untuk mendanai pembangunan sarana dan prasarana yang secara
langsung dapat dinikmati oleh pembayar pajak dan seluruh masyarakat. Pengaturan earmarking
tersebut adalah:
• 10% dari penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor wajib dialokasikan untuk pemeliharaan dan
pembangunan jalan, serta peningkatan sarana transportasi umum.
• 50% dari penerimaan pajak rokok dialokasikan untuk mendanai pelayanan kesehatan dan
penegakan hukum.
• Sebagian penerimaan pajak penerangan jalan digunakan untuk penyediaan penerangan jalan.

Contoh Soal

5
1. Pemerintah Daerah Belitung menargetkan penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor Belitung th
2017 mencapai sebesar Rp 100 miliar.
Bagi Hasil :
Pajak Kendaraan Bermotor: Provinsi 70%, Kab/Kot 30%.
Bagi hasil untuk Provinsi Belitung 70% x Rp 100 miliar = 70 miliar
Kab/Kota nya: 30% x Rp 100 miliar = 30 miliar

Earmarking :
10% dari penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dialokasikan untuk mendanai Pembangunan
dan/atau pemeliharaan jalan serta peningkatan moda dan sarana transportasi umum, yakni :
• Provinsi Belitung harus mengeluarkan 10% x 70 miliar = 7 miliar untuk mendanai
Pembangunan dan/atau pemeliharaan jalan serta peningkatan moda dan sarana transportasi
umum
• Kab/Kot di Belitung harus mengeluarkan 10% x 30 miliar = 3 miliar untuk mendanai
Pembangunan dan/atau pemeliharaan jalan serta peningkatan moda dan sarana transportasi
umum

Untuk memberikan ilustrasi bagaimana regulasi tentang pemungutan Pajak Kenderaan Bermotor,
berikut ini diberikan contoh penerapannya di Provinsi DKI Jakarta.

A. CONTOH PKB DKI JAKARTA

Dasar Hukum : PERATURAN GUBERNUR NOMOR 185 TAHUN 2016 TANGGAL 4 OKTOBER 2016
TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR
Pengertian Umum
1. PKB Baru adalah proses pelayanan yang meliputi kendaraan bermotor baru, kendaraan bermotor
yang berasal dari dump Tentara Nasional Indonesia/Kepolisian Republik Indonesia, kendaraan
bermotor yang berasal dari lelang negara, kendaraan bermotor korps diplomatik/korps konsulat,
kendaraan bermotor badan/lembaga internasional, kendaraan berdasarkan putusan pengadilan dan
kendaraan bermotor yang berasal dari luar daerah.
2. PKB Perpanjangan adalah proses pelayanan yang meliputi pengesahan Surat Tanda Nomor
Kendaraan setiap tahun, perpanjangan Surat Tanda Nomor Kendaraan setiap 5 (lima) tahun dan
mutasi data kendaraan bermotor (tukar nama, pindah ke luar daerah, pindah alamat, ubah bentuk,
ganti mesin, ganti warna, ganti nomor kendaraan dan tukar nama yang berasal dari kendaraan
bermotor perorangan dinas milik negara.
3. Surat Ketetapan Kewajiban Pembayaran yang selanjutnya disingkat SKKP adalah surat yang
digunakan untuk menetapkan biaya administrasi Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) dan/atau
Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (TNKB), besarnya PKB dan BBN-KB dan Sumbangan Wajib
Dana Kecelakaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (SWDKLLJ).
4. Tanda Bukti Pelunasan Kewajiban Pembayaran yang selanjutnya disingkat TBPKP adalah tanda
bukti setoran pelunasan kewajiban pembayaran administrasi TNKB, STNK, PKB, BBN-KB dan
SWDKLLJ yang telah divalidasi.
5. Sistem Admininistrasi Manunggal Satu Atap yang selanjutnya disingkat SAMSAT adalah Sistem
Admininistrasi Manunggal Satu Atap di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
6. Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang digunakan di
semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya
yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan
bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang dalam operasinya
menggunakan roda dan motor dan tidak melekat secara permanen serta kendaraan bermotor yang
dioperasikan di air.

6
7. Kendaraan Bermotor Umum adalah setiap kendaraan yang digunakan untuk angkutan barang
dan/atau orang dengan dipungut bayaran.
8. Kendaraan Bermotor Pribadi adalah setiap kendaraan bermotor yang
dimiliki/dikuasai/dipergunakan untuk kepentingan orang pribadi, badan, lembaga negara dan yang
dimiliki/dikuasai oleh Pemerintah Pusat/Daerah.
9. Kendaraan Bermotor Alat-alat Berat atau Alat-alat Besar adalah alat-alat yang dapat
bergerak/berpindah tempat dan tidak melekat secara permanen, antara lain; penggilas jalan, loader,
forklift, dump truk, tractor head, bulldozer, derek, craine dan sejenisnya.
10. Tarif Progresif adalah tarif PKB dengan persentase yang naik atau lebih tinggi dengan semakin
bertambahnya jumlah kendaraan bermotor yang dimiliki dan/atau dikuasai oleh orang pribadi
berdasarkan nama dan/atau alamat yang sama.
11. Nilai Jual Kendaraan Bermotor yang selanjutnya disingkat NJKB adalah Nilai Jual Kendaraan
Bermotor yang dijadikan sebagai salah satu dasar pengenaan pajak yang dipengaruhi oleh faktor-
faktor tertentu yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
12. Surat Pendaftaran Objek Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SPOPD adalah surat yang
digunakan Wajib Pajak untuk mendaftarkan diri dan melaporkan objek pajak atau usahanya ke
Dinas Pelayanan Pajak.
13. Surat Pendaftaran dan Pendataan Kendaraan Bermotor yang selanjutnya disingkat SPPKB adalah
surat yang berfungsi sebagai permohonan STNK, Pendaftaran Kendaraan Bermotor, Dasar
Penetapan Pajak dan permohonan penetapan SWDKLLJ.
14. Surat Pendaftaran dan Pendataan Kendaraan Bermotor Pengesahan yang selanjutnya disebut
SPPKB Pengesahan adalah surat yang berfungsi sebagai permohonan pengesahan STNK tahunan
atau 5 (lima) tahunan yang menjelaskan identitas kendaraan bermotor dan data kepemilikan.
15. Sanksi Administrasi Berupa Bunga, Kenaikan dan/atau Denda adalah tanggungan atau pembebanan
di luar pokok pajak terutang sebagai akibat pelanggaran
16. Surat Teguran, Surat Peringatan atau Surat Lain yang Sejenis adalah surat yang diterbitkan oleh
pejabat untuk menegur atau memperingatkan wajib pajak untuk melunasi utang pajaknya.
17. Nomor Indentifikasi Kendaraan yang selanjutnya disingkat NIK adalah surat sertifikat yang
memuat data identifikasi dari nama perusahaan perakit, alamat, merek, jenis, nomor mesin dan
nomor rangka kendaraan bermotor.
18. Jatuh Tempo Pembayaran PKB adalah tanggal berakhirnya masa berlaku PKB.

Sistem Pemungutan
PKB terutang ditetapkan oleh Kepala Dinas Pelayanan Pajak dengan menerbitkan SKPD atau dokumen
lain yang dipersamakan.

Objek Pajak dan Pengecualiannya


1. Objek PKB adalah kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor.
2. Termasuk dalam pengertian kendaraan bermotor adalah:
a. kendaraan bermotor beserta gandengannya, yang dioperasikan di semua jenis jalan daratan; dan
b. kendaraan bermotor yang dioperasikan di air dengan ukuran isi kotor GT 5 (lima Gross
Tonnage) sampai dengan GT 7 (tujuh Gross Tonnage).
3. Dikecualikan dari Objek PKB adalah:
a. kereta api;
b. kendaraan bermotor yang semata-mata digunakan untuk keperluan pertahanan dan keamanan
negara, seperti:
1) truk dan bus pengangkut personil TNI dan POLRI;
2) kendaraan bermotor TNI dan POLRI yang digunakan untuk sistem telekomunikasi
pertahanan dan keamanan negara;
3) kendaraan bermotor TNI dan POLRI anti teror;
4) kendaraan bermotor TNI dan POLRI untuk keperluan operasional lalu lintas (mobil patroli
dan sejenisnya) keamanan negara;

7
5) mobil tahanan untuk keamanan negara antara lain seperti mobil tahanan Kejaksaan,
Lembaga Pemasyarakatan Kepolisian/TNI, Satpol PP; dan
6) kendaraan tempur lainnya;
c. kendaraan bermotor yang dimiliki dan/atau dikuasai kedutaan, konsulat, perwakilan negara
asing dengan asas timbal balik dan lembaga-lembaga internasional yang memperoleh
pembebasan pajak dari pemerintah; dan
d. kendaraan bermotor yang dimiliki dan/atau dikuasai oleh pabrikan atau importir yang semata-
mata disediakan untuk keperluan pameran dan tidak untuk dijual.

Subjek Pajak dan Wajib Pajak


1. Subjek PKB adalah orang pribadi atau badan yang memiliki dan/atau menguasai kendaraan
bermotor.
2. Wajib PKB adalah orang pribadi atau badan yang memiliki kendaraan bermotor.
3. Dalam hal Wajib Pajak Badan, kewajiban perpajakan diwakili oleh pengurus atau kuasa Badan
tersebut.
4. Lembaga Keuangan Bukan Bank atau Bank yang memberikan fasilitas leasing dan/atau sewa beli,
dapat menjadi Wajib Pajak, apabila:
a. kendaraan bermotor berada dalam penguasaan lembaga keuangan bukan bank atau bank yang
belum diserahkan kepada subjek pajak yang memiliki kendaraan bermotor; dan
b. PKB yang terutang tidak dibayar oleh subjek pajak/pihak debitur yang menguasai kendaraan
bermotor, dalam hal sewa beli.

Saat Terutang Pajak


1. PKB yang terutang terjadi pada saat kepemilikan atau penguasaan kendaraan bermotor.
2. Saat kepemilikan atau penguasaan kendaraan bermotor, diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
a. jual beli, terjadi pada tanggal yang tercantum dalam faktur atau invoice atau kuitansi;
b. sewa beli melalui lembaga keuangan (leasing/bank) penguasaan kendaraan bermotor terjadi
pada saat tanggal penandatanganan perjanjian;
c. hadiah, terjadi pada tanggal yang tercantum dalam akta notaris/surat keterangan pemberian
hadiah;
d. hibah/warisan, terjadi pada tanggal yang tercantum dalam akta notaris;
e. eks kedutaan, konsuler, eks lembaga internasional, terjadi pada tanggal yang tercantum dalam
risalah lelang/atau keterangan dari kedutaan, konsuler dan lembaga internasional;
f. eks lelang atau penghapusan atau dump termasuk kendaraan bermotor milik Pemerintah
Pusat/Daerah, TNI dan POLRI, terjadi pada tanggal yang tercantum dalam risalah lelang atau
penghapusan atau dum; atau
g. mutasi dari luar Daerah, terjadi pada saat tanggal pencabutan dokumen kendaraan bermotor
yang diterbitkan oleh instansi berwenang daerah asal kendaraan bermotor.

Masa Pajak
PKB dikenakan untuk masa pajak 12 (dua belas) bulan berturut-turut terhitung mulai saat pendaftaran
Kendaraan Bermotor. PKB terutang dilunasi sekaligus dan tidak dapat dimohonkan angsuran.

DASAR PENGENAAN PAJAK, TARIF PAJAK DAN TARIF PROGRESIF

Dasar Pengenaan Pajak


1. Dasar Pengenaan Pajak adalah hasil perkalian dari NJKB dan bobot yang dinyatakan dalam suatu
tabel yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri.
2. Dalam hal NJKB tidak tercantum dalam tabel yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri, maka
NJKB dapat ditetapkan oleh Gubernur.
3. Penetapan NJKB oleh Gubernur dilakukan berdasarkan permohonan penetapan NJKB seperti dari
Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), importir atau pabrikan/produsen kendaraan bermotor.
4. Permohonan penetapan NJKB dibuat secara tertulis kepada Gubernur melalui Kepala Dinas

8
Pelayanan Pajak dan diajukan paling lambat 30 (tiga) puluh hari sebelum kendaraan bermotor yang
diajukan penetapan NJKB di jual atau dipasarkan kepada masyarakat.
5. Permohonan penetapan NJKB, paling kurang menyebutkan: a. merek/tipe kendaraan; b. isi
silinder; dan c. tahun pembuatan.
6. Berdasarkan permohonan penetapan NJKB, Kepala Dinas Pelayanan Pajak menetapkan NJKB
dengan terlebih dahulu melakukan pembahasan melalui Tim Penilaian dan Perhitungan NJKB yang
dibentuk oleh Kepala Dinas Pelayanan Pajak.
7. Tim Penilaian dan Perhitungan NJKB melakukan pembahasan paling kurang 1 (satu) kali dalam 1
(satu) minggu.
a. Hasil pembahasan Tim menjadi dasar penetapan NJKB oleh Kepala Dinas Pelayanan Pajak dan
ditetapkan dalam Keputusan Kepala Dinas Pelayanan Pajak.
b. Keputusan Penetapan NJKB oleh Kepala Dinas Pelayanan Pajak, merupakan dasar usulan
penetapan NJKB oleh Gubernur.
c. Usulan penetapan NJKB disampaikan kepada Gubernur dalam jangka waktu paling lama 6
(enam) bulan atau per semester.

Tarif Pajak
Tarif PKB ditetapkan sebagai berikut:
1. kepemilikan atau penguasaan kendaraan bermotor pertama oleh orang pribadi/badan sebesar 2%.
2. kepemilikan atau penguasaan kendaraan bermotor oleh TNI/POLRI, Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah sebesar 0,50% (nol koma lima nol persen);
3. angkutan umum, ambulans, mobil jenazah dan pemadam kebakaran sebesar 0,50%
4. kendaraan bermotor yang digunakan kegiatan sosial keagamaan, lembaga sosial dan keagamaan
sebesar 0,50% (nol koma lima nol persen); dan
5. alat-alat berat dan alat-alat besar, sebesar 0,20% (nol koma dua nol persen).

Tarif Progresif
1. Tarif Progresif dikenakan terhadap kendaraan bermotor kedua dan seterusnya yang dimiliki
dan/atau dikuasai oleh orang pribadi berdasarkan nama dan/atau alamat yang sama.
2. Sarana identifikasi nama dan/atau alamat yang sama dapat menggunakan Nomor Induk
Kependudukan pada Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK).
3. Tarif Progresif, dikenakan untuk kendaraan bermotor yang sejenis.
4. Dikecualikan dari pengenaan Tarif Progresif:
a. kendaraan bermotor yang dimiliki oleh Pemerintah Pusat/Daerah, TNI dan POLRI;
b. kendaraan bermotor yang dimiliki oleh badan usaha;
c. kendaraan bermotor angkutan umum penumpang atau barang sesuai dengan izin dari Dinas
Perhubungan dan Transportasi yang dimiliki oleh perorangan;
d. kendaraan bermotor pemadam kebakaran, ambulans dan mobil jenazah; dan
e. kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar.
5. Penerapan Tarif Progresif didasarkan pada tanggal, bulan dan tahun kepemilikan, yang terdaftar
dalam database kendaraan bermotor atau SKPD/dokumen lain yang dipersamakan atau dokumen
lain yang berkaitan dengan kepemilikan kendaraan bermotor.

Tarif Progresif untuk kepemilikan kendaraan bermotor orang pribadi,


ditetapkan sebagai berikut:
1. untuk kepemilikan kendaraan bermotor kedua sebesar 2,5% (dua koma lima persen);
2. untuk kepemilikan kendaraan bermotor ketiga sebesar 3% (tiga persen);
3. untuk kepemilikan kendaraan bermotor keempat sebesar 3,5% (tiga koma lima persen);
4. untuk kepemilikan kendaraan bermotor kelima sebesar 4% (empat persen);
5. untuk kepemilikan kendaraan bermotor keenam sebesar 4,5% (empat koma lima persen);
6. untuk kepemilikan kendaraan bermotor ketujuh sebesar 5% (lima persen);
7. untuk kepemilikan kendaraan bermotor kedelapan sebesar 5,5% (lima koma lima persen);
8. untuk kepemilikan kendaraan bermotor kedelapan sebesar 6% (enam persen);

9
9. untuk kepemilikan kendaraan bermotor kesepuluh sebesar 6,5% (enam koma lima persen);
10. untuk kepemilikan kendaraan bermotor kesebelas sebesar 7% (tujuh persen);
11. untuk kepemilikan kendaraan bermotor kedua belas sebesar 7,5% (tujuh koma lima persen);
12. untuk kepemilikan kendaraan bermotor ketiga belas sebesar 8% (delapan persen);
13. untuk kepemilikan kendaraan bermotor keempat belas sebesar 8,5% (delapan koma lima persen);
14. untuk kepemilikan kendaraan bermotor kelima belas sebesar 9% (sembilan persen);
15. untuk kepemilikan kendaraan bermotor keenam belas sebesar 9,5% (sembilan koma lima persen);
dan
16. untuk kepemilikan kendaraan bermotor ketujuh belas dan seterusnya sebesar 10% (sepuluh persen).

Tarif Pajak Kendaraan Bermotor dan Biaya Lainnya


1. Tarif Pajak
Berikut ini adalah tarif Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) yang berlaku dengan kondisi:
a. Kepemilikan satu kendaraan bermotor oleh orang pribadi sebesar 2%, dan meningkat sebesar
0,5% untuk setiap tambahan kendaraan motor (tarif pajak progresif).
b. Kepemilikan kendaraan bermotor oleh badan tarif pajak sebesar 2%.
c. Kepemilikian kendaraan bermotor oleh:
1) TNI/POLRI, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, sebesar 0,50%.
2) Angkutan umum, ambulans, mobil jenazah dan pemadam kebakaran, sebesar 0,50%.
3) Sosial keagamaan, lembaga sosial dan keagamaan sebesar 0,50%.
d. Kepemilikan kendaraan bermotor alat berat yaitu sebesar 0,20%.

2. Biaya Lainnya
Selain biaya pajak, ada juga biaya lainnya di luar pajak (biasanya tercantum di dalam STNK) yang
akan dikenakan ketika membayar pajak.
a. BBN KB (Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor), besarnya 10% dari harga kendaraan atau
harga faktur untuk kendaraan baru, dan bekas sebesar 2/3 Pajak Kendaraan Bermotor (PKB).
b. PKB, besarnya 1,5% dari nilai jual kendaraan dan bersifat menurun tiap tahun karena
penyusutan nilai jual.
c. SWDKLLJ (Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan), dikelola oleh Jasa
Raharja sebesar Rp35.000 untuk motor dan Rp143.000 untuk mobil.
d. Biaya Administrasi apabila ganti pelat nomor (5 tahun sekali) atau balik nama, tapi untuk
kendaraan baru tidak dikenakan biaya ini.
e. Denda Pajak Kendaraan Bermotor, apabila jatuh tempo masa berlaku STNK belum
melakukan perpanjangan (akan dikenakan denda PKB dan denda SWDKLLJ).
1) Denda PKB adalah sebesar 25% per tahunnya.
2) Denda SWDKLLJ adalah sebesar Rp32.000 untuk kendaraan bermotor roda dua dan
Rp100.000 untuk kendaraan bermotor roda empat.

II. Cara Menghitung PKB


Terdapat rumus yang bisa dijadikan acuan dalam perhitungan Pajak Kendaraan Bermotor, yaitu:
PKB = Dasar Pengenaan Pajak x Persentase Pajak
PKB = (Nilai Jual Kendaraan Bermotor x Bobot) x Persentase Pajak

KETERANGAN:

1. Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB) ditentukan berdasarkan:


o Harga Pasaran Umum atas suatu Kendaraan Bermotor.
o Harga Pasaran Umum pada minggu ke-1 bulan Desember tahun pajak sebelumnya.
o Harga rata-rata yang diperoleh dari berbagai sumber data yang akurat.
2. Jika Harga Pasaran Umum suatu kendaraan bermotor tidak diketahui, Nilai Jual Kendaraan
Bermotor (NJKB) dapat ditentukan berdasarkan:
o Harga kendaraan bermotor dengan isi silinder atau satuan tenaga yang sama.

10
o Penggunaan kendaraan bermotor untuk umum atau pribadi.
o Harga kendaraan bermotor dengan merek yang sama.
o Harga kendaraan bermotor dengan tahun pembuatan yang sama.
o Harga kendaraan bermotor dengan pembuat kendaraan bermotor.
o Harga kendaraan bermotor dengan kendaraan bermotor sejenis.
o Harga kendaraan bermotor berdasarkan dokumen Pemberitahuan Impor Barang (PIB).
3. Bobot dinyatakan dalam koefisien yang nilainya 1 atau lebih besar dari 1, dengan pengertian:
o Koefisien sama dengan 1 (satu) berarti kerusakan jalan dan pencemaran lingkungan
oleh penggunaan kendaraan bermotor tersebut dianggap masih dalam batas toleransi.
o Koefisien lebih besar dari 1 (satu) berarti penggunaan kendaraan bermotor tersebut
dianggap melewati batas toleransi.
4. Bobot dihitung berdasarkan:
o Tekanan gandar (axle load) yang dibedakan atas jumlah sumbu, roda dan berat
kendaraan bermotor.
o Jenis bahan bakar kendaraan bermotor yang dibedakan atas solar, bensin, gas, listrik,
tenaga surya, atau jenis bahan bakar lainnya.
o Jenis, penggunaan, tahun pembuatan, dan ciri-ciri mesin kendaraan bermotor yang
dibedakan menurut jenis mesin 2 tak atau 4 tak, dan isi silinder.
5. Perhitungan dasar pengenaan PKB dinyatakan dalam sebuah tabel yang ditetapkan oleh
Menteri Dalam Negeri setelah mendapat pertimbangan dari Menteri Keuangan.
6. Perhitungan dasar pengenaan PKB ditinjau kembali setiap tahun.

Contoh berikut ini untuk lebih memahami bagaimana cara menghitungnya.


Firda memiliki motor matic keluaran terbaru yang ia beli satu tahun lalu dengan harga
Rp15.000.000 secara kontan di dealer motor. Firda ingin tahu berapa nominal pajak yang harus ia
bayarkan untuk satu motor matic miliknya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa:


• Nilai Jual Kendaraan Bermotor = Rp15.000.000
• Bobot = 1 (satu); karena kondisi masih baru dan masih dalam batas pemakaian normal
• Persentase Tarif Pajak = 2%; karena merupakan kendaraan bermotor pertama yang
dimiliki Firda.

Berdasarkan rumus yang ada, didapat:


PKB = (Rp15.000.000 x 1) x 2%
PKB = Rp300.000

Maka, Pajak Kendaraan Bermotor yang harus dibayarkan oleh Firda yaitu sebesar Rp300.000 untuk
satu motor per tahunnya.

III. Tarif Kenaikan Pajak atas PKB (Pajak Progresif)


Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) yang progresif adalah tarif PKB dengan persentase yang naik
seiring semakin banyaknya jumlah yang digunakan sebagai dasar pengenaan pajak.
Jika memiliki lebih dari satu kendaraan dengan jenis yang sama, serta atas nama dan alamat yang
sama, perhitungan dan persentase pajaknya akan berbeda. Kendaraan bermotor kedua (dan
seterusnya) dimiliki masuk ke dalam tarif pajak progresif.

Untuk tarif Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) kepemilikan oleh orang pribadi atas kepemilikan
kendaraan bermotor pertama yaitu sebesar 2%, maka untuk:
1. Kepemilikan kendaraan bermotor kedua, sebesar 2,5%
2. Kepemilikan kendaraan bermotor ketiga, sebesar 3%
3. Kepemilikan kendaraan bermotor keempat, sebesar 3,5%
4. Kepemilikan kendaraan bermotor kelima, sebesar 4%
5. Kepemilikan kendaraan bermotor keenam, sebesar 4,5%
6. Kepemilikan kendaraan bermotor ketujuh, sebesar 5%

11
7. Kepemilikan kendaraan bermotor kedelapan, sebesar 5,5%
8. Kepemilikan kendaraan bermotor kesembilan, sebesar 6%
9. Kepemilikan kendaraan bermotor kesepuluh, sebesar 6,5%
10. dan seterusnya bertambah 0,5% untuk setiap kendaraan bermotor.

IV. Cara Menghitung Kenaikan Pajak atas PKB (Pajak Progresif)


Dalam perhitungan PKB progresif tidak jauh berbeda dengan yang sebelumnya, rumus yang
digunakan juga sama, yaitu:

PKB = Dasar Pengenaan Pajak x Persentase Pajak


PKB = (Nilai Jual Kendaraan Bermotor x Bobot) x Persentase Pajak

Contoh :
Jemmy memiliki 2 unit mobil dengan merek yang berbeda. Ia membeli mobil merek A di tahun
2017 dan mobil merek B di tahun 2019. Kedua mobil tersebut didaftarkan atas nama dan alamatnya
sendiri.
Walter membeli mobil A seharga Rp120.000.000, sementara mobil B ia beli seharga
Rp230.000.000. Pertanyaannya, berapa Pajak Kendaraan Bermotor yang harus dibayarkan
Jemmy?

Berdasarkan rumus di atas, didapat perhitungan:


• PKB Mobil A = (Rp120.000.000 x 1) x 2% = Rp2.400.000
• PKB Mobil B = (Rp230.000.000 x 1) x 2,5% = Rp5.750.000

Maka, pajak yang harus dibayarkan Jemmy atas kedua mobilnya yaitu:
Total PKB = Rp2.400.000 + Rp5.750.000
Total PKB = Rp8.150.000 / tahun

Namun, bagaimana jika Jemmy kembali membeli motor di tahun 2020 atas nama dirinya juga?
Apakah motor tersebut termasuk tarif progresif (kendaraan bermotor ke-3)?
Jawabannya, tidak. Itu dikarenakan jenis kendaraannya berbeda dengan sebelumnya, walaupun
atas nama orang yang sama. Tarif progresif berlaku hanya untuk kendaraan dengan jenis yang
sama dan di bawah nama yang sama.

Cara Menghitung Pajak Kendaraan


Berikut ini adalah ilustrasi perhitungan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB):

Rumus: Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB) x koefisien x tarif pajak


• Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB):
NJKB adalah harga atau nilai yang sudah ditetapkan Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) yang
sebelumnya sudah mendapatkan data dari Agen Pemegang Merek (ATPM).
• Koefisien : NJKP diperoleh dengan rumus: (PKB/2) x 100. Nilai PKB ini tertera pada lembar bagian
belakang Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK).
• Tarif pajak progresif : Jika sudah mengetahui hasil NJKB, berikutnya dikalikan dengan persentase
pajak progresif kendaraan bermotornya.
• Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ)
SWDKLLJ ini ditentukan untuk mendapatkan pajak progresif tiap kendaraan.

Tarif Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan


Sebagaimana dalam PP No.36/2008 tentang Besar Satuan dan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan lalu
Lintas Jalan, berikut jumlah tarif SWDKLLJ yang harus dibayarkan oleh pemilik kendaraan:

12
• Bebas SWDKLLJ untuk sepeda motor di bawah 50 cc, ambulance, mobil jenazah, dan mobil
pemadam kebakaran
• Rp20.000 untuk tractor, bulldozer, forklift, mobil derek, excavator, crane dan sejenisnya
• Rp32.000 untuk sepeda motor, sepeda kumbang dan scooter di atas 50 cc hingga 250 cc dan
kendaraan bermotor roda tiga
• Rp80.000 untuk sepeda motor di atas 250 cc
• Rp140.000 untuk pick up/mobil barang hingga 2400 cc, sedan, jeep dan mobil penumpang bukan
angkutan umum
• Rp70.000 untuk mobil penumpang angkutan umum hingga 1600 cc
• Rp150.000 untuk bus dan mikro bus bukan angkutan umum
• Rp87.000 untuk bus dan mikro bus angkutan umum, serta mobil penumpang angkutan umum
lainnya di atas 1600 cc
• Rp160.000 untuk truk, mobil tangki, mobil gandengan, mobil barang di atas 2400 cc, container dan
sejenisnya

Contoh Perhitungan Pajak Progresif Kendaraan


Pak Adam memiliki 5 buah kendaraan bermotor, terdiri dari 3 mobil 2400 cc dan 2 motor 250 cc.
Kepemilikan dari kelima kendaraan tersebut berbeda-beda, untuk mobil kepemilikan pertama ada 1,
kepemilikan kedua ada 1 dan kepemilikan ketiga ada 1. Artinya, ketiga mobil tersebut tarif pajaknya
berbeda-beda pula, yakni 2%, 2,5%, dan 3%. Sedangkan kepemilikan motor merupakan motor pertama
dan atas nama pribadi Pak Adam dengan tarif pajaknya 2%. Dari STNK mobil tertulis PKB mobil
sebesar Rp5.000.000. Lalu, SWDKLLJ sebesar Rp140.000. Untuk motor, PKB yang tertulis di STNK
sebesar Rp300.000 dan SWDKLLJ sebesar Rp80.000.
Mobil: NJKB = (PKB/2, 2.5, 3) x 100 = (Rp5.000.000) x 100 = Rp500.000.000
Motor: NJKB = (PKB/2) x 100 = (Rp500.000) x 100 = Rp50.000.000
Maka, pajak progresif tiap kendaraan yang dimiliki Pak Adam adalah:

Perhitungan Pajak Mobil

Mobil Pertama
PKB: Rp500.000.000 x 2% = Rp10.000.000
SWDKLLJ: = Rp140.000 (+)
Pajak: = Rp10.140.000
Mobil Kedua
PKB: Rp500.000.000 x 2,5% = Rp12.500.000
SWDKLLJ: = Rp140.000 (+)
Pajak: Rp12.500.000 + Rp500.000 = Rp12.640.000
Mobil Ketiga
PKB: Rp500.000.000 x 3% = Rp15.000.000
SWDKLLJ: = Rp140.000 (+)
Pajak: Rp15.000.000 + Rp500.000 = Rp15.140.000
(klikpajak.id)

Perhitungan Pajak Motor

Motor 1
PKB: Rp50.000.000 x 2% = Rp1.000.000
SWDKLLJ: = Rp80.000 (+)
Pajak: Rp1.000.000 + Rp80.000 = Rp1.080.000
Motor 2

13
PKB: Rp50.000.000 x 2% = Rp1.000.000
SWDKLLJ: = Rp80.000 (+)
Pajak: Rp1.000.000 + Rp80.000 = Rp1.080.000
(klikpajak.id)

Denda Pajak Kendaraan Bermotor


Apabila jatuh tempo masa berlaku STNK belum melakukan perpanjangan maka akan dikenai denda
PKB dan denda SWDKLLJ.
Perhitungan Denda PKB: 25 persen per tahun
Terlambat 3 bulan = PKB x 25% x 3/12
Terlambat 6 bulan = PKB x 25% x 6/12
Denda SWDKLLJ : besarnya Rp 32.000 untuk roda 2 dan Rp 100.000 untuk roda 4.
Contoh: Anda punya sepeda motor dan terlambat bayar 6 bulan. Jumlah PKB tertera di STNK Rp
232.000 dan SWDKLLJ Rp 35.000. Maka Anda dikenakan denda keterlambatan sebesar (Rp 232.000
(PKB) x 25% x 6/12 ) + Denda SWDKLLJ (Rp 32.000) = Rp 61.000. Sehingga, total yang harus
dibayar sebesar adalah Rp 232.000 (PKB) + Rp 35.000 (SWDKLLJ) + Rp 61.000 (denda) = Rp
328.000.
(https://otomotif.kompas.com/)

SOAL TUGAS
1. Pak UDA tinggal di Jakarta memiliki 3 unit mobil dengan merek yang berbeda. Ia membeli mobil
merek A di tahun 2017 dan mobil merek B di tahun 2018, serta mobil merek C di tahun 2019.
Ketiga mobil tersebut didaftarkan atas nama dan alamatnya sendiri. Pak UDA membeli mobil A
seharga Rp150.000.000, mobil B ia beli seharga Rp250.000.000 sementara mobil C ia beli seharga
Rp500.000.000. Pertanyaannya, berapa Pajak Kendaraan Bermotor yang harus dibayarkan Pak
UDA?
2. Pemerintah Daerah Bangka menargetkan penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor Bangka th 2018
mencapai sebesar Rp 300 miliar.
Hitunglah :
a. Hitunglah Bagi Hasil Pajak Kendaraan Bermotor masing-masing untuk Provinsi Bangka dan
Kab/Kot nya tahun 2018
b. Hitunglah Earmarking (Earmarked Tax) dari Pajak Kenderaan Bermotor masing-masing untuk
Provinsi Bangka dan Kab/Kot nya tahun 2018.

3. Pak Musa memiliki kenderaan bermotor di tahun 2017 seperti terdapat dalam daftar dibawah ini,
dan ingin menanyakan kepada saudara berapa Pajak Kenderaan Bermotor (PKB) nya yang terutang
yang harus di bayar sebagai pendapatan asli daerah di tahun 2018.
MEREK TYPE THN JLH NJKB/UNIT BOBOT Dasar Pengenaan
BUAT UNIT Rp PKB/UNIT(Rp)
1 2 3 4 5 6 7=5x6
HONDA HONDA CIVIC 1.5 TC CVT ES 2017 1 390.000.000 1,025 399.750.000
1500
TOYOTA CAMRY 2.5 HYBRID A/T 2017 1 554.000.000 1,025 567.850.000
BAJAJ BBG BAJAJ BBG UTK PENUMPANG 2017 10 135.000.000 1,000 135.000.000
SPD MOTOR HONDA HONDA TYPE 125 CC 2017 5 25.000.000 1,000 25.000.000
TYT DYNA LIGHT TRUCK 2017 10 150.000.000 1,300 195.000.000

a. Hitung PKB dari masing-masing Merek kenderaan bermotor tersebut diatas, serta seluruh PKB
yang terutang tahun 2018.
b. Bila Pak Musa membeli lagi motor matic Yamaha bekas (second hand) tahun 2018 dengan
harga Rp35.000.000, berapa nominal pajak-BBN yang harus ia bayarkan untuk motor matic
Yamaha bekas (second hand) tsb.?
c. Lanjutan soal No. b:

14
Selain biaya pajak, ada juga biaya lainnya di luar pajak (tercantum di dalam STNK) yang akan
dikenakan ketika membayar pajak tahun 2019. Hitung berapa:
− BBN KB
− PKB
− SWDKLLJ (Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan)
− Biaya Administrasi
4. Ny. UNI tinggal di Jakarta memiliki motor matic Honda keluaran terbaru yang ia beli thn 2019
dengan harga Rp35.000.000 secara kontan di dealer motor. Tetapi dia juga memiliki motor matic
Yamaha Tahun 2018 dengan harga Rp25.000.000,
Berapa nominal pajak yang harus ia bayarkan untuk kedua motor matic miliknya tsb.

15

Anda mungkin juga menyukai