Anda di halaman 1dari 15

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Lokasi Kebakaran Makassar Mall


Gambar 1. 2 Gambar Tampak Depan (Bagian barat) Gedung Makassar Mall Pasca
Kebakaran

Gambar 2. 1 Diagram Tegangan-Regangan Beton


Gambar 2. 2 Penurunan Kuat Tekan Beton pada berbagai temperatur (Suhendro,
2000)

Gambar 2. 3 Kerusakan balok pada gedung Makassar Mall pasca kebakaran


Gambar 2. 4 Kerusakan akibat kebakaran pada suatu elemen balok yang

menunjukkan perubahan warna pada aggregat di lokasi Makassar


Mall
Gambar 2. 5 Kerusakan pada beton akibat kebakaran yang terlihat dengan
mikroskop ((Sumber: J. Ingham)

Gambar 2. 6 Hubungan temperature dengan indikator warna dengan Phenolftalein


Gambar 2. 7 Gambar Variasi Letak Garis Netral

Gambar 2. 8 Distribusi tegangan beton tekan pada penampang bentuknya setara


dengan kurva tegangan-regangan beton tekan

Gambar 2. 9 Gambar Analisis Balok Bertulangan Rangkap (Sumber: Istimawan


Dipohusodo, Struktur Beton Bertulang)

Gambar 2. 10 Flow Chart Analisis Balok

Gambar 3. 1 Gambar Struktur 3D Gedung Makassar Mall

Gambar 4. 1 Hasil evaluasi struktur tiap lantai secara visual


Gambar 4. 2 Kondisi visual Struktur Balok di Lokasi Gedung Makassar Mall
pasca bakar

Gambar 4. 3 Grafik Hasil Uji Tarik Baja


Gambar 4. 4 Balok yang akan Dianalisa
Gambar 4. 5 Grafik Kekuatan Balok Makassar Mall

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Akhir-akhir ini, kebakaran gedung mulai mendapat perhatian serius dari

semua pihak setelah di Indonesia didera sejumlah kasus kebakaran gedung yang

cenderung meningkat tajam dengan skala yang cukup besar. Kebakaran dapat

diakibatkan oleh berbagai hal, mulai dari hubungan pendek arus listrik, kompor

meledak, huru-hara, maupun tindak kriminalitas. Pihak-pihak yang terpaksa

berurusan pasca gedung terbakar tidak hanya pemilik gedung, pihak kepolisian,

para pengacara hukum, maupun perusahaan asuransi, namun lebih luas lagi juga

mengimbas ke para ahli struktur (teknik sipil). Peran ahli struktur dalam

menangani gedung pasca bakar adalah bagaimana: (a) menaksir temperatur

tertinggi yang pernah dialami elemen-elemen struktur pada saat kebakaran terjadi,

(b) menaksir kekuatan sisa struktur bangunan pasca kebakaran, dan (c)

mengusulkan teknik perkuatan elemen-elemen struktur (pelat, balok dan kolom)

sesuai keperluan sedemikian rupa sehingga bangunan dapat berfungsi seperti

sebelum kebakaran.

Pada tanggal 27 Juni 2011 telah terjadi kebakaran pada Makassar Mall.

Makassar Mall yang berlokasi di jalan Cokroaminoto Makassar adalah bangunan

yang direncanakan sebagai pasar pusat grosir dan strukturnya didesain dengan

sistem konstruksi beton bertulang biasa. Struktur terdiri atas 4 lantai yang

direncanakan untuk menahan beban mati (DL), beban hidup (LL). Secara garis

II-1
besar, Makassar Mall terdiri atas 4 lantai, memiliki ukuran panjang sekitar 126.5

meter, lebar 90.5 meter dan tinggi total bangunan 18.65 meter.

Gambar 1. 1 Lokasi Kebakaran Makassar Mall

Gambar 1. 2 Gambar Tampak Depan (Bagian barat) Gedung Makassar Mall


Pasca Kebakaran

Temperatur yang tinggi saat terjadi kebakaran memiliki pengaruh yang besar

terhadap kedua jenis material baik beton maupun baja. Sebenarnya beton

II-2
merupakan bahan bangunan yang memiliki daya tahan terhadap api yang relatif

lebih baik dibandingkan dengan material lain seperti baja, terlebih lagi Kayu. Hal

ini disebabkan karena beton merupakan material dengan daya hantar panas yang

rendah, sehingga dapat menghalangi rembetan panas ke bagian dalam struktur

beton tersebut. Dalam penelitian terdahulu memperlihatkan bahwa adanya

penurunan kekuatan pada struktur pasca kebakaran dan tentunya akan diikuti

penurunan kapasitas dari struktur tersebut. Komponen struktur seperti balok,

pelat, dan kolom akan mengalami penurunan kekuatan pada saat terjadi

kebakaran. Tingkat kerusakan yang terjadi sangat tergantung pada intensitas api

dan durasi kebakaran.

Dalam menangani masalah tersebut secara ilmiah dan tepat, digunakan

berbagai metode penaksiran, baik secara non-destruktif maupun destruktif, serta

analisis secara komputasi. Penelitian ini diharapkan mampu memprediksi

kekuatan balok beton bertulang pada Makassar Mall pasca kebakaran, serta

mengupayakan suatu rehabilitasi dengan perbaikan jika memungkinkan atau

melakukan rekonstruksi/ membongkar secara keseluruhan jika kekuatan balok

sudah tidak memungkinkan untuk diperbaiki.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah :

1. Terdapat kerusakan balok bangunan Makassar Mall pasca kebakaran.

2. Bagaimana tingkat karbonasi balok Makassar Mall pasca kebakaran.

3. Bagaimana pola retak balok Makassar Mall pasca kebakaran.

II-3
4. Berapa kuat tekan beton (secara komputasional) dan kuat tarik baja sisa
pasca kebakaran.

5. Bagaimana kemampuan/kekuatan elemen struktur balok Makassar Mall


pasca kebakaran dengan analisis komputasi (software SAP 2000)

6. Bagaimana metode perbaikan struktur balok Makassar Mall pasca


kebakaran.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis tingkat kerusakan dan kekuatan sisa balok pada struktur


Makassar Mall pasca kebakaran.

2. Mengetahui perbandingan (comparison) analisa struktur balok Makassar


Mall secara komputasi dan manual.

1.4. Manfaat Penelitian


Dari hasil penelitian ini diharapkan :

1. Memberikan informasi mengenai tingkat kerusakan dan kerusakan struktur


beton bertulang (balok) pasca kebakaran.

2. Menjadi referensi dalam melakukan perbaikan struktur beton bertulang


(balok) pasca kebakaran.

1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian


Ruang lingkup penelitian dapat dikemukakan sebagai berikut :

1. Melakukan pemeriksaan terhadap balok Makassar Mall pasca kebakaran


antara lain pemeriksaan visual, pola retak, tingkat karbonasi, pengujian alat
palu beton (Schmidt Hammer Test),dan kuat tarik baja tulangan

II-4
2. Melakukan pemodelan dengan software Analisa Struktur dan menganalisis

kekuatan struktur (balok) pasca kebakaran secara komputasional

3. Membuat rekomendasi metode perbaikan yang akan diterapkan pada

struktur.

Batasan masalah antara lain :

1. Tidak menghitung pondasi, pelat dan elemen kolom.


2. Pemeriksaan tingkat kerusakan elemen balok yang meliputi pemeriksaan

visual, pola retak, tingkat karbonasi, pengujian alat palu beton (Schmidt

Hammer Test), dan kuat tarik baja tulangan.

3. Aturan-aturan yang digunakan adalah:


a. Peraturan Pembebanan Indonesia 1989.

b. Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI

03-2847-2002.

c. Building Code Requirements for Structural Concrete (ACI 318-2005)

and Commentary (ACI 318R-2005).

4. Analisa struktur dengan software Analisa Struktur (SAP 2000).


1.6. Sistematika Penulisan
Sistematika pembahasan skripsi ini terdiri atas lima bab, yang meliputi :

BAB I : Pendahuluan, menjelaskan tentang latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup dan

batasan masalah, sistematika penelitian.

BAB II : Tinjauan Pustaka, berisi tentang kekuatan beton (balok), pengaruh


temperatur terhadap kekuatan beton bertulang, karbonasi, pola

II-5
retak, kuat tekan beton, kuat tarik baja tulangan, dan analisis

komputasi.

BAB III : Metodologi Penelitian, berisi tentang bagan alir, pengumpulan data,

lokasi dan waktu penelitian, alat dan bahan, dan prosedur

penelitian.

BAB IV : Has il Penelitian dan Pembahas an, menjelaskan tentang

pemeriksaan struktur, analisa struktur dengan software Analisa

Struktur (SAP 2000), dan metode perbaikan struktur.

BAB V : Kesimpulan dan Saran, berisi tentang kesimpulan dari studi ini,
serta saran-saran.

II-6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Beton Bertulang

Beton dengan kuat tekan tinggi dan tulangan baja dengan kuat tarik tinggi.

Nilai kuat tekan beton relatif tinggi dibandingkan dengan kuat tariknya. Nilai kuat

tariknya hanya berkisar 9% - 15% saja dari kuat tekannya. Pada penggunaanya

sebagai komponen struktural bangunan, umumnya beton diperkuat dengan batang

tulangan baja sebagai bahan yang dapat bekerja sama dan mampu membantu

kelemahannya, terutama pada bagian yang menahan gaya tarik, artinya bahwa

tulangan baja bertugas memperkuat dan menahan gaya tarik, sedangkan beton

bertugas untuk menahan gaya tekan.

2.1.1. Beton
Beton merupakan bahan bangunan yang memiliki daya tahan terhadap api

yang relatif lebih baik dibandingkan dengan material lain seperti baja, terlebih lagi

kayu. Hal ini disebabkan karena beton merupakan material dengan daya hantar

panas yang rendah, sehingga dapat menghalangi rembetan panas ke bagian dalam

struktur beton tersebut. Oleh karena itu selimut beton biasanya dirancang dengan

ketebalan yang cukup yang dimaksudkan untuk melindungi tulangan dari suhu

yang tinggi di luar jika terjadi kebakaran, karena seperti diketahui bahwa tulangan

baja akan mengalami penurunan kekuatan/tegangan leleh yang cukup drastis pada

suhu yang tinggi Pada struktur beton yang mengalami kebakaran, kekuatan beton

akan dipengaruhi oleh perubahan temperatur, tingkat dan lama pemanasan. Yang

menjadi perhatian pada beton terbakar apakah kekuatan beton tersebut masih

II-1
mampu menahan berbagai beban diantaranya ialah gaya aksial, lenturan dan gaya

geser dimana dapat digambar pada hubungan regangan-tegangan yang terjadi

didalam beton.

Gambar 2. 1 Diagram Tegangan-Regangan Beton


2.1.2. Sifat Beton Terhadap Temperatur Tinggi

Hasil hidrasi dari komponen semen akan membentuk gel kalsium silikat

dan kalsium hidroksida yang biasanya menentukan sifat kebasaan beton.

2CaOSiO2 + 6H2O 3CaO2SiO2.3H2O + 3Ca (OH)2

Meningkatnya temperatur akan menyebabkan terjadinya proses dehidrasi. Sampai

pada suhu 100oC, proses dehidrasi akan menghilangkan air bebas dalam beton dan

mampu memperbaiki sifat lekatan antar partikel gel C-S-H (3CaOSiO2.3H2O)

sehingga dapat meningkatkan kuat tekan sekitar 10-15%. Proses dehidrasi akan

selesai pada suhu 540 oC. Pada suhu 450oC hingga 500oC elemen CaOH akan

berubah menjadi CaO dan akan mulai mengembang serta menyebabkan retak.

II-2
Pengurangan C-S-H yang jumlahnya cukup banyak akan sangat mengurangi

kekuatan beton. Temperatur yang terus meningakat akan meyebabkan proses

karbonisasi yaitu terbentuknya Kalsium Karbonat (CaCO3) yang berwarna

keputih-putihan sehingga mengubah warna permukaan beton menjadi lebih terang

(pink keputih-putihan).

Kekuatan beton setelah dingin bervariasi tergantung pada temperatur yang

dicapai, lamanya pemanasan, proporsi campuran, aggregat yang digunakan dan

beban yang bekerja selama pemanasan. Untuk temperatur sampai pada 300oC,

penurunan kekuatan dari struktur beton tidak signifikan, sementara untuk

temperatur diatas 500oC kekuatannya menurun hanya dengan persentase yang

kecil dari kekuatan awalnya. Temperatur 300 oC biasanya diambil sebagai

temperatur kritis dimana beton memperlihatkan kerusakan yang mulai signifikan.

Gambar 2. 2 Penurunan Kuat Tekan Beton pada berbagai temperatur


(Suhendro, 2000)
Spalling (pengelupasan) pada lapisan permukaan adalah efek yang umum

terjadi pada saat terjadi kebakaran dan dapat dibagi menjadi 2 atau lebih kategori.

II-3
Pengelupasan yang disertai dengan ledakan yang menyebar dan umumnya muncul

pada 30 menit pertama pada kebakaran. Pengelupasan secara perlahan-lahan,

berupa terkelupasnya beton menjadi retak secara paralel pada permukaan yang

terkena api yang akan menyebabkan terjadinya pemisahan sebagian lapisan beton

dan terlepasnya bagian beton sepanjang daerah yang lemah seperti pada lapisan

tulangan. Juga, sifat agregat dan pasta semen terhadap panas menyebabkan

munculnya tegangan antar partikel yang akan berujung pada retak, terutama

berupa retak pada permukaan. Pendinginan secara tiba-tiba oleh pemadam

kebakaran juga dapat menyebabkan retak.

Gambar 2. 3 Kerusakan balok pada gedung Makassar Mall pasca kebakaran

Warna beton juga dapat berubah sebagai akibat dari pemanasan, yang mana

akan terlihat dengan jelas pada saat inspeksi visual. Pada banyak kejadian

perubahan warna pink/merah terjadi pada suhu diatas 300oC, yang mana menjadi

penting karena bertepatan dengan mulai terjadinya penurunan kekuatan yang

signifikan akibat kebakaran. Perubahan warna pink/merah pada beton merupakan

ciri utama dan menJadi indikasi terjadinya perlemahan. Perubahan warna

merupakan akibat daripada oksidasi kandungan besi pada agregat, perlu dicatat

II-4
bahwa karena perbedaan kandungan besi pada aggregat sehingga tidak semua

terjadi perubahan warna. Pada umumnya, perubahan warna terjadi pada aggregat

yang bersilika dan hanya sedikit pada batu kapur (limestone) dan granit.

Gambar 2. 4 Kerusakan akibat kebakaran pada suatu elemen balok yang


menunjukkan perubahan warna pada aggregat di lokasi Makassar Mall

Gambar 2. 5 Kerusakan pada beton akibat kebakaran yang terlihat dengan


mikroskop ((Sumber: J. Ingham)

II-5
Tampak sebuah retak yang paralel pada permukaan luar beton dan perubahan

warna merah pada partikel aggregat mengindikasikan bahwa telah terjadi

pemanasan sekitar 300o - 500oC.

Tabel 2. 1 Perubahan secara kimia dan kekuatan beton akibat pemanasan


Temperatur Perubahan akibat pemanasan

yang dicapai oC Perubahan Kimia Perubahan Kekuatan

70-80 Pemisahan awal Penurunan kekuatan

105 Kehilangan air pada aggregat dan yang minor (<10%)

matrikx semen, dan meningkatnya

porositas

120-163 Dekomposisi gypsum

250-350 Oksidasi dari kandungan besi Penurunan kekuatan

menyebabkan terjadinya perubahan yang signifikan mulai


o
warna menjadi pink/merah pada pada suhu 300 C

aggregat. Kehilangan kadar air pada

matriks semen dan meningkatnya

degradasi.

450-500 Dehidrasi dari bahan pengikat dan

perubahan warna menjadi putih dan

keabu-abuan

573 5% kenaikan volume dari kuarsa Beton secara struktural

menyebabkan retak radial di sudah tidak lagi baik

digunakan pada suhu


sekeliling butiran kuarsa pada

II-6
aggregat melebihi 500-600oC

600-800 Terlepasnya karbondioksida dari

karbonat yang akan menyebabkan

kerusakan pada konstruksi beton

(dengan beberapa retak mikro pada

matriks semen)

800-1200 Pemisahan dan tegangan akibat suhu

yang ekstrim menyebabkan

terjadinya disintegrasi penuh pada

elemen yang terbakar, menyebabkan

beton berwarna putih keabua-abuan

dan beberapa retak mikro

1200 Beton mulai meleleh/rontok

1300-1400 Beton telak meleleh/rontok total

(Sumber: J. Ingham, 2009)

Kuat tekan beton benda uji silinder maupun kuat lentur benda uji yang

dipanaskan dalam tungku pada temperatur 200 oC meningkat sekitar 10-15 %

dibandingkan dengan beton normal yang tanpa dipanaskan. Warna beton yang

dipanaskan pada temperatur ini umumnya berwarna hitam gelap.

Kerusakan beton dapat pula disebabkan oleh perbedaan angka muai antara

agregat dan pasta semen. Perbedaan ini menyebabkan kerusakan pada interfacial

zone sehingga lekatan antar batuan menjadi berkurang banyak. Pada temperatur

kamar. Angka muai batuan pada umumnya lebih rendah dari pada pasta-semen.

II-7

Anda mungkin juga menyukai