Anda di halaman 1dari 25

ETIKA KOMUNIKASI 2016

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan sarana untuk terjalinnya hubungan antar


seseorang dengan orang lain. Dengan adanya komunikasi, maka terjadilah
hubungan sosial karena bahwa manusia itu adalah sebagai makhluk sosial,
diantara satu dengan yang lainnya saling membutuhkan, sehingga terjadinya
interaksi timbal balik.

Dalam hubungan seseorang dengan orang lain terjadi proses komunikasi


diantaranya. Tetapi ketika sedang melakukan komunikasi terkadang tidak
memperhatikan etika-etika komunikasi dengan baik. Hal ini yang terkadang
orang salah menafsirkan isi dari informasi yang diberikan atau pun yang
didengarkannya. Terlebih lagi ketika berkomunikasi dalam ruang lingkup
perkantoran. Cara yang paling mudah menerapkan etika komunikasi dalam
perkantoran ialah, semua anggota dan pimpinan perkantoran perlu
memperhatikan beberapa hal berikut ini:

1. Tata krama pergaulan yang baik

2. Norma kesusilaan dan budi pekerti

3. Norma sopan santun dalam segala tindakan

Dalam suatu organisasi penerapan etika komunikasi dibutuhkan untuk


semua bentuk kegiatan kerja. Etika komunikasi yakni etika komunikasi yang
terjadi dan berlangsung dalam kantor (office communication). Dengan
terciptanya etika komunikasi timbal balik yang baik antara pimpinan dan
karyawan, akan menimbulkan produktivitas kerja yang baik. Dengan kata lain
tanpa adanya komunikasi, maka pekerjaan kantor akan menjadi tidak sesuai
dengan rencana yang sudah ditetapkan sehingga tujuan-tujuan yang diharapkan
tidak akan tercapai. Pada dasarnya komunikasi kantor dapat berlangsung secara

MANAJEMEN S1 1
ETIKA KOMUNIKASI 2016

lisan maupun tulisan. Secara lisan, dapat terjadi secara langsung (tatap muka atau
face to face) tanpa melalui perantara. Setiap individu berusaha menetapkan
berbagai sikap dan pola perilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh setiap
individu atau apa yang seharusnya dijalankan individu, dan apa tindakan yang
seharusnya dilakukan.

1.2 Rumusan Masalah

1) Jelaskan pengertian komunikasi!

2) Jelaskan pengertian etika!

3) Apa saja aliran-aliran etika?

4) Jelaskan pengertian profesi!

5) Bagaimana etika profesi itu?

6) Seperti apa etika dalam berkomunikasi?

1.3 Tujuan

 Bagi Pembaca:

1) Menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca.

2) Pembaca dapat mengetahui lebih mendalam mengenai Etika Komunikasi.

 Bagi Penulis:

1) Penulis menjadi lebih mengetahui secara mendalam mengenai Etika


Komunikasi.

2) Sebagai acuan dalam membuat makalah selanjutnya.

MANAJEMEN S1 2
ETIKA KOMUNIKASI 2016

1.4 Manfaat

Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat


terhadap semua pihak dalam mempelajari tentang Etika Komunikasi. Selain itu
dapat menambah wawasan kita semua mengenai berkomunikasi dengan baik
yang selalu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

MANAJEMEN S1 3
ETIKA KOMUNIKASI 2016

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi

Meskipun komunikasi merupakan kegiatan yang sangat dominan dalam


kehidupan sehari-hari, namun tidaklah mudah memberikan definisi yang dapat
diterima semua pihak. Sebagaimana layaknya ilmu sosial lainnya, komunikasi
mempunyai banyak definisi sesuai dengan persepsi ahli-ahli komunikasi yang
memberikan batasan pengertian. Beberapa contoh definisi komunikasi menurut
beberapa tokoh antara lain:
1. Wilbur Schramm (1955)
Komunikasi merupakan tindakan melaksanakan kontak antara pengirim dan
pengirim, dengan bantuan pesan, pengirim dan penerima memiliki beberapa
pengalaman bersama yang memberi arti pada pesan dan simbol yang dikirim
oleh pengirim dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima.

2. Theodore Herbert (1981)


Komunikasi ialah proses yang didalamnya menunjukkan arti pengetahuan
dipindahkan dari seseorang kepada orang lain, biasanya dengan maksud
mencapai beberapa tujuan khusus.

3. Edward Depari (1990)


Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang
disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung arti, dilakukan oleh
penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan.

Dari beberapa pengertian komunikasi menurut beberapa tokok diatas,


dapat kita kemukakan pengertian yang sederhana, bahwa komunikasi ialah suatu

MANAJEMEN S1 4
ETIKA KOMUNIKASI 2016

proses pengiriman pesan atau simbol-simbol yang mengandung arti dari


seseorang komunikator kepada komunikan dengan tujuan tertentu.
Agar komunikasi dapat berjalan secara efektif, maka komponen-
komponen komunikasi adalah sebagai berikut:
1. Komunikator atau Pengirim Pesan
Komunikator ialah individu atau orang yang mengirim pesan. Seorang
komunikator menciptakan pesan, untuk selanjutnya mengirimkannya dengan
saluran tertentu kepada orang atau pihak lain.

2. Pesan atau Informasi


Pesan adalah informasi yang diciptakan komunikator dan akan dikirimkan
kepada komunikan. Pesan ini dapat berupa pesan verbal maupun non-verbal.
Pesan verbal ialah pesan yang berbentuk ungkapan kata/kalimat baik lisan
maupun tulisan. Pesan non-verbal ialah pesan isyarat, baik berupa isyarat
gerakan badan, ekspresi wajah, nada suara, dan sebagainya.

3. Media atau Saluran


Media ialah suatu sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari
seorang komunikator kepada komunikan. Ada berbagai macam media, meliputi
media cetak, audio, audio visual.

4. Komunikan atau Penerima


Komunikan adalah pihak penerima pesan. Selain menerima pesan,
komunikan juga bertugas untuk menganalisis dan menafsirkan sehingga dapat
memahami makna pesan tersebut.

5. Umpan Balik atau Feedback.


Umpan balik atau feedback disebut pula respon, dikarenakan komponen ini
merupakan respon atau tanggapan dari seorang komunikan setelah mendapatkan
pesan dari komunikator.

MANAJEMEN S1 5
ETIKA KOMUNIKASI 2016

6. Gangguan atau Noise


Gangguan komunikasi sering kali terjadi, baik gangguan yang bersifat
teknis maupun semantis. Gangguan teknis bisa saja terjadi karena saluran tidak
berfungsi secara baik. Sementara itu gangguan semantis bermula dari perbedaan
dalam pemaknaan arti lambang atau simbol dari seorang komunikator dengan
komunikan.

Fungsi komunikasi antara lain:


1) Membangun Konsep Diri (Establishing Self-Concept)
2) Eksistensi Diri (Self Existence)
3) Kelangsungan Hidup (Live Continuity)
4) Memperoleh Kebahagiaan (Obtaining Happiness)
5) Terhindar dari Tekanan dan Ketegangan (Free From Pressure and Stress)

2.2 Pengertian Etika

Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan


hidup tingkat internasional diperlukan suatu system yang mengatur bagaimana
seharusnya manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi
saling menghormati dan dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama,
protokoler dan lain-lain.
Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan
masing-masing yang terlibat agar mereka senang, tenang, tentram, terlindung
tanpa merugikan kepentingannya serta terjamin agar perbuatannya yang tengah
dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan
dengan hak-hak asasi umumnya. Hal itulah yang mendasari tumbuh kembangnya
etika di masyarakat kita.
Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat
kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana
yang benar dan mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut etik,
berasal dari kata Yunani “ethos” yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-
kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik.

MANAJEMEN S1 6
ETIKA KOMUNIKASI 2016

Selain itu dari segi etimologi (asal kata), istilah etika berasal dari kata
Latin ethicus yang berarti kebiasaan. Sesuatu dianggap etis atau baik, apabila
sesuai dengan kebiasaan masyarakat. Pengertian lain tentang etika ialah sebagai
studi atau ilmu yang membicarakan perbuatan atau tingkah laku manusia, mana
yang dinilai baik dan mana pula yang dinilai buruk. Etika juga disebut ilmu
normatif, maka dengan sendirinya berisi ketentuan-ketentuan yang dapat
digunakan sebagai acuan untuk menilai tingkah laku apakah baik atau buruk,
seperti yang dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini :
1) Drs. O.P. Simorangkir : etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam
berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
2) Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentang
tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari seg baik dan buruk, sejauh
yang dapat ditentukan oleh akal.
3) Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang berbicara
mengenai nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam
hidupnya.

Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan


manusia. Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya
melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia
untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini.
Etika pada akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan tentang
tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yang pelru kita pahami bersama bahwa
etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan kita, dengan
demikian etika ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek
atau sisi kehidupan manusianya.
Ada dua macam etika yang harus kita pahami bersama dalam
menentukan baik dan buruknya prilaku manusia :
1) Etika deskriptif, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan
rasional sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam
hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta

MANAJEMEN S1 7
ETIKA KOMUNIKASI 2016

sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang prilaku atau sikap yang
mau diambil.
2) Etika normatif, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan
pola perilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini
sebagai sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus
memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan.

Etika secara umum dapat dibagi menjadi :


1) Etika umum, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia
bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-
teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi
manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik atau buruknya
suatu tindakan. Etika umum dapat di analogkan dengan ilmu pengetahuan,
yang membahas mengenai pengertian umum dan teori-teori.
2) Etika khusus, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam
bidang kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud : Bagaimana
saya mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang kehidupan dan
kegiatan khusus yang saya lakukan, yang didasari oleh cara, teori dan
prinsip-prinsip moral dasar. Namun, penerapan itu dapat juga berwujud :
Bagaimana saya menilai perilaku saya dan orang lain dalam bidang kegiatan
dan kehidupan khusus yang dilatarbelakangi oleh kondisi yang
memungkinkan manusia bertindak etis, cara bagaimana manusia mengambil
suatu keputusan atau tidanakan, dan teori serta prinsip moral dasar yang ada
dibaliknya. Etika khusus dibagi lagi menjadi dua bagian :
a) Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia
terhadap dirinya sendiri.
b) Etika sosial, yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola
perilaku manusia sebagai anggota umat manusia.
Perlu diperhatikan bahwa etika individual dan etika sosial tidak dapat
dipisahkan satu sama lain dengan tajam, karena kewajiban manusia terhadap diri
sendiri dan sebagai anggota umat manusia saling berkaitan.

MANAJEMEN S1 8
ETIKA KOMUNIKASI 2016

Etika sosial menyangkut hubungan manusia dengan manusia baik secara


langsung maupun secara kelembagaan (keluarga, masyarakat, negara), sikap
kritis terhadap pandangan-pandangan dunia dan idiologi-idiologi maupun
tanggung jawab umat manusia terhadap lingkungan hidup.
Dengan demikian luasnya lingkup dari etika sosial, maka etika sosial ini
terbagi atau terpecah menjadi banyak bagian atau bidang. Dan pembahasan
bidang yang paling aktual saat ini adalah sebagai berikut :

1) Sikap terhadap sesama


2) Etika keluarga
3) Etika profesi
4) Etika politik
5) Etika lingkungan
6) Etika idiologi

Sistem Penilaian Etika :


1) Titik berat penilaian etika sebagai suatu ilmu, adalah pada perbuatan baik
atau jahat, susila atau tidak susila
2) Perbuatan atau kelakuan seseorang yang telah menjadi sifat baginya atau
telah mendarah daging, itulah yang disebut akhlak atau budi pekerti. Budi
tumbuhnya dalam jiwa, bila telah dilahirkan dalam bentuk perbuatan
namanya pekerti. Jadi suatu budi pekerti, pangkal penilaiannya adalah
dari dalam jiwa; dari semasih berupa angan-angan, cita-cita, niat hati,
sampai ia lahir keluar berupa perbuatan nyata.
3) Burhanuddin Salam, Drs. menjelaskan bahwa sesuatu perbuatan di nilai
pada 3 (tiga) tingkat :
a) Tingkat pertama, semasih belum lahir menjadi perbuatan, jadi
masih berupa rencana dalam hati, niat.
b) Tingkat kedua, setelah lahir menjadi perbuatan nyata, yaitu
pekerti.
c) Tingkat ketiga, akibat atau hasil perbuatan tersebut, yaitu baik
atau buruk.

MANAJEMEN S1 9
ETIKA KOMUNIKASI 2016

2.3 Aliran Etika

Suatu ukuran baik dan buruk sifatnya individual yakni akan dilihat dari
orang yang menilainya, karena baik dan buruk itu terikat pada ruang dan waktu,
sehingga ia tidak berlaku secara universal. Suatu perbuatan dinilai baik atau
buruk dapat dilihat dari beberapa aliran-aliran dari berbagai sudut pandang,
antara lain:

1. Adat Kebiasaan
Ukuran baik atau buruk menurut adat kebiasaan yakni tergantung kepada
kesetiaan dan ketaatan seseorang (loyal) terhadap ketentuan adat istiadat. Namun
demikian, ukuran menurut adat ini tidak dapat digunakan sepenuhnya karena
ketentuan-ketentuan dari Hukum Adat yang berasal dari adat istiadat banyak
yang irasional (tidak dapat diterima oleh akal sehat).

2. Kebahagiaan (Hedonisme)
Yang menjadi ukuran baik atau buruk menurut paham ini yaitu apakah suatu
perbuatan tersebut melahirkan kebahagiaan dan kenikmatan / kelezatan. Dalam
paham ini terbagi lagi menjadi:
a. Aliran hedonisme individualistis
Maksud dari aliran ini yaitu suatu kebahagiaan yang bersifat
individualistis (egoistik hedonism), jika suatu keputusan baik bagi
pribadinya maka disebutlah baik, dan sebaliknya.
b. Kebahagiaan rasional (Rasionalistik Hedonism)
Aliran ini berpendapat, bahwa kebahagiaan atau kelezatan individu itu
haruslah berdasarkan pertimbangan akal sehat.
c. Kebahagiaan Universal (Universalistic Hedonism)
Lain halnya dengan aliran ini, yang menjadi tolak ukur apakah suatu
perbuatan baik atau buruk dapat melihat kepada suatu akibat perbuatan

MANAJEMEN S1 10
ETIKA KOMUNIKASI 2016

tersebut apakah melahirkan kesenangan atau kebahagiaan terhadap seluruh


makhluk (bukan untuk diri sendiri/pribadi).

3. Bisikan Hati (Instuisi)


Aliran ini merupakan bantahan terhadap aliran hedonisme, yakni menilai
suatu perbuatan baik atau buruk adalah dengan kekuatan batin tanpa melihat
terlebih dahulu akibat yang ditimbulkan dari perbuatan itu, akan tetapi tujuannya
kepada kebaikan budi pekerti.

4. Evolusi
Paham ini berpendapat bahwa segala sesuatunya yang ada di alam ini
selalu (secara berangsur-angsur) mengalami perubahan yakni berkembang
menuju ke arah kesempurnaan. Adapun seorang Filsuf Herbert Spencer (1820-
1903) mengemukakan bahwa perbuatan akhlak itu tumbuh secara sederhana
kemudian dengan berlakunya (evolusi) akan menuju ke arah cita-cita , dan cita-
cita inilah yang dianggap sebagai tujuan. Yang menjadi tujuan dari cita-cita
manusia adalah kebahagiaan dan kesenangan, sehingga suatu kesenangan atau
kebahagiaan itu akan selalu berkembang sesuai dengan situasi dan kondisi sosial.

5. Paham eudaemonisme
Kata eudaemonisme di ambil dari istilah Gerika, yaitu “eudaemonia” dalam bahasa
Indonesia diterjemahkan dengan “kebahagiaan, untuk bahagia”. Prinsip pokok paham
ini adalah kebahagiaan bagi diri sendiri dan kebahagiaan bagi orang lain.
Menurut Aristoteles, untuk mencapai eudaemonia ini diperlukan 4 hal, yakni:

a) Kesehatan, kebebasan, kemerdekaan, kekayaan dan kekuasaan


b) Kemauan
c) Perbuatan baik
d) Pengetahuan batiniah

MANAJEMEN S1 11
ETIKA KOMUNIKASI 2016

6. Aliran Vitalisme
Aliran ini merupakan bantahan terhadap aliran Naturalism, sebab
menurut penganut paham ini ukuran baik atau buruk itu bukanlah alam tetapi
“vitae” yakni yang sangat diperlukan untuk hidup. Tokoh terpenting dari aliran ini
yaitu F. Niettsche, dia banyak sekali memberi pengaruh terhadap tokoh
revolusioner seperti Hitler. Pada akhir hayatnya ia menjadi seorang ateis dan
mati dalam keadaan gila, dia memproklamirkan gagasan “God is dead”, Tuhan telah
mati, Tuhan itu tidak ada lagi, maka jauhkanlah diri (putuskan hubungan dengan
Tuhan). Aliran vitalisme ini dikelompokkan menjadi:
a) Vitalisme Pessimistis (Negatif Vitalistis). Disebut pesimis karena
manusia yang dilahirkan adalah celaka, maksudnya karena ia telah
dilahirkan dan hidup, sedangkan lahir dan hidupnya manusia itu tiada
guna. Terdapat ungkapan yakni “homohomini lupus”, artinya manusia yang satu
adalah segala bagi manusia yang lainnya.
b) Vitalisme Optimisme. Menurut aliran ini, hidup atau kehidupan adalah
berarti pengorbanan diri karena itu hidup yang sejati adalah kesediaan
dan kerelaan untuk melibatkan diri dalam setiap kesusahan, yang paling
baik adalah segala sesuatu yang menempa kemauan manusia untuk
berkuasa. Oleh karena itu, perang adalah halal, sebab orang yang
berperang itulah (yang menang) yang akan memegang kekuasaan.

7. Aliran Pragmatisme
Aliran ini menitik beratkan pada hal yang berguna dari diri sendiri,baik
yang bersifat moril maupun materil. Serta menitikberatkan padapengalaman,
oleh karena itu penganut ini tidak mengenal istilah kebenaran, sebab kebenaran
itu bersifat abstrak dan tidak diperoleh dalam dunia empiris.
8. Aliran Gessingnungsethik
Aliran ini diprakarsai oleh Albert Schweitzer. Yang terpenting menurut
ajaran ini adalah “penghormatan akan kehidupan”, yaitu sedapat mungkin setiap
makhluk harus saling menolong dan berlaku baik. Ukuran kebaikannya yakni

MANAJEMEN S1 12
ETIKA KOMUNIKASI 2016

pemeliharaan akan kehidupan, dan yang buruk yakni setiap usaha yang berakibat
binasa dan menghalang-halangi hidup.

9. Aliran Idealisme
Istilah tersebut berasal dari bahasa Gerika (Yunani), yaitu dari kata “idea”
yang secara etimologis berarti: akal, pikiran, atau sesuatu yang hadir dalam pikiran, atau
dapat juga disebut sesuatu bentuk yang masih ada dalam alam pikiran manusia.
Aliran ini berpendapat bahwa segala yang ada hanyalah tiada, sebab yang ada itu
hanya gambaran dari alam pikiran (bersifat tiruan), sebaik apa pun suatu tiruan
tentunya tidak akan seindah aslinya (ide). Dengan demikian, yang baik itu hanya
apa yang ada di dalam ide itu sendiri.

Selain itu, aliran etika lainnya diuraikan oleh John C. Merill (1975:79-
88) yang dapat digunakan sebagai standar menilai tindakan etis, antara lain
deontologis, teleologis, egoisme, dan utilitarisme.
Aliran deontologis (deon = yang harus/wajib, Yunani) melakukan
penilaian atas tindakan dengan melihat tindakan itu sendiri. Artinya, suatu
tindakan secara hakiki mengandung nilai sendiri apakah baik atau buruk. Kriteria
etis ditetapkan langsung pada jenis tindakan itu sendiri. Ada tindakan/perilaku
yang langsung dikategorikan baik, tetapi juga ada perilaku yang langsung dinilai
buruk.
Ukuran etis yang berbeda, dikemukakan oleh aliran teleologis (telos
berarti tujuan). Aliran ini melihat nilai etis bukan pada tindakan itu sendiri, tetapi
dilihat atas tindakan itu. Jika tujuannya baik dalam arti sesuai dengan norma
moral, maka tindakan itu digolongkan sebagai tindakan etis. Jadi apabila suatu
tindakan betujuan jelek, akan dikategorikan tidak etis.
Etika egoisme menetapkan norma moral pada akibat yag diperoleh oleh
pelakunya sendiri. Artinya tindakan dikategorikan etis dan baik, apabila
menghasilkan terbaik bagi diri sendiri.
Etika utilitarisme (utilitis = berguna) adalah kebalikan dari paham
egoisme, yaitu yang memandang suatu tindakan itu baik jika akibatnya baik bagi
orang banyak. Dengan demikian, tindakan itu tidak diukur dari kepentingan

MANAJEMEN S1 13
ETIKA KOMUNIKASI 2016

subyektif individu, melainkan secara obyektif pada masyarakat umum. Semakin


universal akibat baik dari tindakan itu, maka dipandang semakin etis.

2.4 Pengertian Profesi dan Etika Profesi

Istilah profesi telah dimengerti oleh banyak orang bahwa suatu hal yang
berkaitan dengan bidang yang sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian,
sehingga banyak orang yang bekerja tetap sesuai. Tetapi dengan keahlian saja
yang diperoleh dari pendidikan kejuruan, juga belum cukup disebut profesi.
Tetapi perlu penguasaan teori sistematis yang mendasari praktek pelaksanaan,
dan hubungan antara teori dan penerapan dalam praktek.
Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya
memerlukan/menuntut keahlian (expertise), menggunakan teknik-teknik ilmiah,
serta dedikasi yang tinggi. Keahlian diperoleh dari lembaga pendidikan yang
khusus diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Kita tidak hanya mengenal istilah profesi untuk bidang-bidang
pekerjaan seperti kedokteran, guru, militer, pengacara, dan semacamnya, tetapi
meluas sampai mencakup pula bidang seperti manajer, wartawan, pelukis,
penyanyi, artis, sekretaris dan sebagainya. Sejalan dengan itu, menurut De
George, timbul kebingungan mengenai pengertian profesi itu sendiri,
sehubungan dengan istilah profesi dan profesional. Kebingungan ini timbul
karena banyak orang yang profesional tidak atau belum tentu termasuk dalam
pengertian profesi. Berikut pengertian profesi dan profesional menurut De
George :
· Profesi, adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk
menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian. Profesional,
adalah orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan purna waktu dan hidup
dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. Atau
seorang profesional adalah seseorang yang hidup dengan mempraktekkan suatu
keahlian tertentu atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan tertentu yang menurut

MANAJEMEN S1 14
ETIKA KOMUNIKASI 2016

keahlian, sementara orang lain melakukan hal yang sama sebagai sekedar hobi,
untuk senang-senang, atau untuk mengisi waktu luang.
Yang harus kita ingat dan fahami benar bahwa “pekerjaan/profesi” dan
“profesional” terdapat beberapa perbedaan, yaitu:
Profesi :
a) Mengandalkan suatu keterampilan atau keahlian khusus.
b) Dilaksanakan sebagai suatu pekerjaan atau kegiatan utama (purna waktu).
c) Dilaksanakan sebagai sumber utama nafkah hidup.
d) Dilaksanakan dengan keterlibatan pribadi yang mendalam.
Profesional :
a) Orang yang tahu akan keahlian dan keterampilannya.
b) Meluangkan seluruh waktunya untuk pekerjaan atau kegiatannya itu.
c) Hidup dari situ.
d) Bangga akan pekerjaannya.

Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi, yaitu:
1) Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan
ini dimiliki berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang
bertahun-tahun.
2) Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya
setiap pelaku profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.
3) Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana
profesi harus meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan
masyarakat.
4) Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan
selalu berkaitan dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai
kemanusiaan berupa keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dan
sebagainya, maka untuk menjalankan suatu profesi harus terlebih
dahulu ada izin khusus.
5) Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.

MANAJEMEN S1 15
ETIKA KOMUNIKASI 2016

Dengan melihat ciri-ciri umum profesi di atas, kita dapat menyimpulkan


bahwa kaum profesional adalah orang-orang yang memiliki tolak ukur perilaku
yang berada di atas rata-rata. Di satu pihak ada tuntutan dan tantangan yang
sangat berat, tetapi di lain pihak ada suatu kejelasan mengenai pola perilaku yang
baik dalam rangka kepentingan masyarakat. Seandainya semua bidang
kehidupan dan bidang kegiatan menerapkan suatu standar profesional yang
tinggi, bisa diharapkan akan tercipta suatu kualitas masyarakat yang semakin
baik.
Prinsip-prinsip etika profesi :
1) Tanggung jawab
a) Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya.
b) Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau
masyarakat pada umumnya.

2) Keadilan.
Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang
menjadi haknya.

3) Otonomi.
Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan di beri
kebebasan dalam menjalankan profesinya.

Syarat-syarat suatu profesi :


1) Melibatkan kegiatan intelektual.
2) Menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.
3) Memerlukan persiapan profesional yang alam dan bukan sekedar latihan.
4) Memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan.
5) Menjanjikan karir hidup dan keanggotaan yang permanen.
6) Mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi.
7) Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
8) Menentukan baku standarnya sendiri, dalam hal ini adalah kode etik.

MANAJEMEN S1 16
ETIKA KOMUNIKASI 2016

Peranan etika dalam profesi :


1) Nilai-nilai etika itu tidak hanya milik satu atau dua orang, atau
segolongan orang saja, tetapi milik setiap kelompok masyarakat, bahkan
kelompok yang paling kecil yaitu keluarga sampai pada suatu bangsa.
Dengan nilai-nilai etika tersebut, suatu kelompok diharapkan akan
mempunyai tata nilai untuk mengatur kehidupan bersama.
2) Salah satu golongan masyarakat yang mempunyai nilai-nilai yang
menjadi landasan dalam pergaulan baik dengan kelompok atau
masyarakat umumnya maupun dengan sesama anggotanya, yaitu
masyarakat profesional. Golongan ini sering menjadi pusat perhatian
karena adanya tata nilai yang mengatur dan tertuang secara tertulis (yaitu
kode etik profesi) dan diharapkan menjadi pegangan para anggotanya.
3) Sorotan masyarakat menjadi semakin tajam manakala perilaku-perilaku
sebagian para anggota profesi yang tidak didasarkan pada nilai-nilai
pergaulan yang telah disepakati bersama (tertuang dalam kode etik
profesi), sehingga terjadi kemerosotan etik pada masyarakat profesi
tersebut. Sebagai contohnya adalah pada profesi hukum dikenal adanya
mafia peradilan, demikian juga pada profesi dokter dengan pendirian
klinik super spesialis di daerah mewah, sehingga masyarakat miskin tidak
mungkin menjamahnya.
Selain ciri-ciri profesi yang telah disebutkan diatas, James J. Spillane
(Rosady Ruslan,. 2002:51) menyebutkan ciri-ciri khas dari profesi adalah
sebagai berikut:
1) Suatu bidang yang terorganisir dengan baik, berkembang maju dan memiliki
kemampuan intelektualitas tinggi,
2) Teknik dan proses intelektual,
3) Penerapan praktis dan teknis intelektual,
4) Melalui periode panjang menjalani pendidikan, latihan dan sertifikasi,
5) Menjadi anggota asosiasi atau organisasi profesi tertentu sebagai wadah
komunikasi, membina hubungan baik dan saling tukar-menukar informasi
sesama para anggotanya,
6) Memperoleh pengakuan terhadap profesi yang disandangnya,

MANAJEMEN S1 17
ETIKA KOMUNIKASI 2016

7) Sebagai profesional memiliki perilaku dengan tanggungjawab sesuai kode


etik.

Kode etik merupakan standar moral bagi setiap anggota profesi yang
dituangkan secara formal, tertulis dan normatif dalam suatu bentuk aturan main.
Disusunnya kode etik profesi ialah merupakan komitmen terhadap tanggung
jawab pelaksanaan tugas dan kewajiban. Fungsi kode etik profesi ialah
memandu, mendampingi, memberi arah tingkah laku anggota profesi agar tidak
keluar dari etika yang menjadi panutan. Kode etik profesi memberi gambaran
nyata tentang:
1) Bagaimana seharusnya para anggota berperilaku
2) Bagaimana sepatutnya para anggota bertindak
3) Manakah tindakan yang benar dan salah
4) Manakah tindakan yang baik dan buruk
5) Apakah hak dan kewajiban anggota profesi

Untuk mendapatkan atau melakukan kebenaran tindakan, maka kita


harus taat etika. Untuk mendapatkan kebenaran hukum, para profesional di
bidang ini harus taat pada kode etik hukum. Untuk melaksanakan kebenaran
jurnalistik, maka para anggota profesi wartawan harus memperhatikan kode etik
profesinya.
Pada hakikatnya tindakan yang benar hanya satu, tetapi yang tidak
benar banyak tidak terhingga. Oleh karena itu, tindakan profesional perlu
dipandu oleh etika profesi. Melalui pemahaman, penghayatan dan pengamalan
etika profesi, diharapkan semua anggota perkantoran memiliki kualifikasi etis
yang meliputi:

1. Pengetahuan etis (ethical cognitive)


Memiliki pengetahuan, wawasan dan cara berpikir yang sesuai dengan
norma etika yang berlaku bagi prefesinya. Ia perlu memahami dan mengetahui
ketentuan-ketentuan etis yang menyangkut tindakan profesi. Pengetahuan ini
menjadi beka; penting untuk kualifikasi selanjutnya yang dituntut, ialah

MANAJEMEN S1 18
ETIKA KOMUNIKASI 2016

kesadaran etis. Apabila orang mengetahui norma etika, diharapkan memiliki


kesadaran yang tinggi untuk mematuhinya.

2. Kesadaran etis (ethical afective)


Memiliki sikap sadar dan taat terhadap norma etika. Kesadaran etis ini
menjadi landasan utama bagi seorang profesional untuk lebih sensitif dalam
memperhatikan kepentingan profesi untuk kepentingan obyektif profesi, dan
bukan kepentingan subyektif individu. Yang bersangkutan dengan senang hati
menempatkan etis profesi sebagai acuan dalam bersikap.

3. Perilaku etik (ethical behavior)


Memiliki perilaku yang sesuai dengan tuntutan etika profesi. Dalam
setiap tindakannya, senantiasa mempertimbangkan norma etika, moral dan tata
krama profesi. Dia dengan cermat dapat memperhatikan hak-hak orang lain,
sesuai dengan hak dan kewajiban anggota.
a. Tanggung jawab
Setiap orang yang menyandang profesi tertentu harus memiliki rasa
tanggung jawab terhadap profesinya. Dalam hal ini tanggung jawab yang
dimaksud mengandung dua arti, antara lain:
· Tanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan atau fungsinya (by
function), artinya keputusan yang diambil dan hasil dari pekerjaan tersebut harus
baik serta dapat dipertanggungjawabkan, sesuai dengan standar profesi, efisien
dan efektif.
· Tanggung jawab terhadap dampak atau akibat dari aktivitas pelaksanaan
profesi (by profession) terhadap dirinya, rekan kerja dan profesi, perkantoran
atau perusahaan dan masyarakat umum, serta keputusan atau hasil pekerjaan
tersebut dapat memberikan manfaat dan berguna baik bagi dirinya maupun bagi
perkantoran dan orang lain.

b. Kebebasan
Para profesional memiliki kebebasan dalam menjalankan profesinya
tanpa merasa takut atau ragu-ragu, tetapi tetap memiliki komitmen dan

MANAJEMEN S1 19
ETIKA KOMUNIKASI 2016

bertanggung jawab dalam batas-batas aturan main yang telah ditentukan oleh
kode etik sebagau standar perilaku profesional.

c. Kejujuran
Kejujuran merupakan prinsip profesional yang penting. Ditunjukkan oleh
sifat jujur dan setia serta merasa terhormat pada profesi yang disandangnya, tidak
menyombongkan diri serta berusaha terus untuk mengembangkan diri dalam
peningkatan keahlian dan keterampilan profesional. Dengan demikian
merupakan perbuatan tabu apabila seorang profesional secara sengaja
melancurkan profesinya untuk tujuan yang tidak dapat dipertanggung jawabkan
demi keuntungan materiil atau kepentingan pribadi.

d. Keadilan
Dalam menjalankan profesinya, maka setiap profesional memiliki
kewajiban untuk memelihara pelaksanaan hak dan kewajiban secara seimbang.
Seorang profesional bertindak objektif, tidak mengganggu orang lain, tidak
mencermarkan nama perkantoran.

e. Otonomi
Dalam prinsip ini, seorang profesional memiliki kebebasan secara
otonom dalam menjalankan profesinya sesuai dengan keahlian, pengetahuan dan
kemampuannya. Kebebasan otonom merupakan peluang bagi profesional untuk
meningkatkan kinerja dan kreativitasnya. Akan tetapi dia harus bertanggung
jawab tidak menyalahgunakan otonomi kreatif ini untuk kepentingan pribadi
yang tidak sejalan dengan kaidah kode etik profesi.

Demikianlah etika profesi merupakan pemandu agar para anggota


mengetahui dan memiliki pegangan yang kokoh untuk menilai pekerjaan atau
tindakannya. Apabila seseorang melanggar kode etik profesi, sedah barang tentu
akan ada sanksi yang diterimanya. Jenis sanksi itu sesuai dengan kelaziman dan
ketentuan yang telah disepakati oleh para profesional itu sendiri. Jadi kode etik

MANAJEMEN S1 20
ETIKA KOMUNIKASI 2016

dibuat dan disusun oleh para anggota profesi itu sendiri, dan ditujukan untuk
mengatur tindakan seluruh anggota.

2.5 Etika Komunikasi

Etika komunikasi perkantoran merupakan suatu rangkuman istilah yang


mempunyai pengertian tersendiri, yakni norma, nilai atau ukuran tingkah laku
yang baik dalam kegiatan komunikasi dalam kegiatan komunikasi di suatu
perkantoran. Pada dasarnya komunikasi perkantoran dapat berlangsung secara
lisan maupun tertulis. Secara lisan dapat terjadi secara langsung (tatap muka),
maupun dengan menggunakan media telepon. Secara tertulis misalnya dengan
mempergunakan surat. Baik komunikasi langsung maupun tidak langsung,
norma etika perlu diperhatikan.
Komunikasi perkantoran merupakan proses komunikasi antara pimpinan
dengan anggota, antar anggota, maupun antar unsur pimpinan. Untuk menjaga
agar proses komunikasi tersebut berjalan baik, agar tidak menimbulkan dampak
negatif, maka diperlukan etika berkomunikasi. Cara paling mudah menerapkan
etika komunikasi perkantoran ialah, semua anggota dan pimpinan perkantoran
perlu memperhatikan beberapa hal berikut ini:
a. Tata krama pergaulan yang baik
b. Norma kesusilaan dan budi pekerti
c. Norma sopan santun dalam segala tindakan
Apabila etika dan tata krama berlaku di mana saja dan kapan saja, maka
dalam ruang lingkup ini komunikasi dengan orang lain dalam pergaulan
masyarakat maupun dalam kehidupan perkantoran merupakan arena yang benar-
benar menuntut jatah diterapkannya etika. Karena itu ada orang yang
mengatakan bahwa antara etika dan komunikasi dalam pergaulan merupakan dua
hal yang tidak dapat dipisahkan. Dimanapun orang berkomunikasi, selalu
memerlukan pertimbangan etis, agar lawan bicara dapat menerima dengan baik.
Berkomunikasi tidak selamanya mudah, apalagi jika kita tidak mengetahui jati
diri mereka yang kita hadapi, tentu kita akan menebak-nebak dan merancang
persiapan komunikasi yang sesui dengan tuntutan etis kedua belah pihak. Ketika

MANAJEMEN S1 21
ETIKA KOMUNIKASI 2016

kita paham tentang karakter orang yang kita hadapi kita akan lebih mudah
berusaha menamppilkan diri sebaik-baiknya dalam berkomunikasi.
Hak untuk berkomunikasi di ruang publik merupakan hak yang paling
mendasar. Jika hak itu tidak dijamin akan memberi kebebasan berpikir sehingga
tidak mungkin bisa ada otonomi manusia. Hak untuk berkomunikasi di ruang
publik ini tidak bisa dilepaskan dari otonomi demokrasi yang didasarkan pada
kebebasan untuk berekspresi (B. Libois, 2002:19). Jadi, untuk menjamin
otonomi demokrasi ini hanya merupakan bagian dari upaya untuk menjamin
otonomi demokrasi tersebut.
Etika komunikasi selalu dihadapkan dengan berbagai masalah, yaitu
antara kebebasan berekspresi dan tanggung jawab terhadap pelayanan publik.
Etika komunikasi memiliki tiga dimensi yang terikat satu dengan yang lain,
yaitu:
1. Aksi komunikasi
Aksi komunikasi yaitu dimensi yang langsung terikat dengan perilaku
aktor komunikasi (wartawan, editor, agen iklan, dan pengelola rumah produksi).
Perilaku aktor komunikasi hanya menjadi salah satu dimensi etika komunikasi,
yaitu bagian dari aksi komunikasi. Aspek etisnya ditunjukkan pada kehendak
baik ini diungkapkan dalam etika profesi dengan maksud agar ada norma intern
yang mengatur profesi.

2. Sarana
Dalam masalah komunikasi, keterbukaan akses juga ditentukan oleh
hubungan kekuasaan. Penggunaan kekuasaan dalam komunikasi tergantung pada
penerapan fasilitas baik ekonomi, budaya, politik, atau teknologi (bdk. A.
Giddens, 1993:129). Semakin banyak fasilitas yang dimilki semakin besar akses
informasi, semakin mampu mendominasi dan mempengaruhi perilaku pihak lain
atau publik.

MANAJEMEN S1 22
ETIKA KOMUNIKASI 2016

3. Tujuan
Dimensi tujuan menyangkut nilai demokrasi, terutama kebebasan untuk
berekspresi, kebebasan pes, dan juga hak akan informasi yang benar. Dalam
negara demokratis, para aktor komunikasi, peneliti, asosiasi warga negara, dan
politis harus mempunyai komitmen terhadap nilai kebebasan tersebut.

Komunikasi merupakan salah satu bidang yang sangat penting dalam


kegiatan kantor melihat hakikat kantor sebagai kumpulan orang yang bersama-
sama menyelenggarakan kegiatan kantor atau kegiatan ketatusahaan. Seorang
manajer harus dapat berkomunikasi secara efektif dengan semua pegawai kantor
baik sacara horizontal maupun vertikal atau secara diagonal. Pengurusan
informasi (information handling) yakni menyampaikan dan penerimaan berita
akan berjalan dengan baik bila dalam kantor itu terdapat komunikasi yang
efektif.

MANAJEMEN S1 23
ETIKA KOMUNIKASI 2016

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Komunikasi ialah suatu proses pengiriman pesan atau simbol-simbol


yang mengandung arti dari seseorang komunikator kepada komunikan dengan
tujuan tertentu. Komunikasi mempunyai komponen-komponen agar komunikasi
dapat berjalan dengan baik, yaitu:
1. Komunikator atau pengirim pesan
2. Pesan atau informasi
3. Media atau saluran
4. Komunikan atau penerima pesan
5. Umpan balik atau feedback
6. Gangguan
Etika menurut para ahli adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia
dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana
yang buruk. Pengertian lain tentang etika ialah sebagai studi atau ilmu yang
membicarakan perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dinilai baik dan
mana pula yang dinilai buruk. Etika dalam perkembangannya sangat
mempengaruhi kehidupan manusia. Etika pada akhirnya membantu kita untuk
mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yang
pelru kita pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek
atau sisi kehidupan kita.
Aliran etika menurut John C. Merill (1975: 79-88) antara lain
deontologis, teleologis, egoisme, dan utilitarisme. Deontologis artinya suatu
tindakan secara hakiki mengandung nilai sendiri apakah baik atau buruk. Aliran
teleologis melihat nilai etis bukan pada tindakan itu sendiri, tetapi dilihat atas
tindakan itu. Aliran egoisme artinya tindakan dikategorikan etis dan baik, apabila
menghasilkan terbaik bagi diri sendiri. Aliran utilitarisme yaitu yang
memandang suatu tindakan itu baik jika akibatnya baik bagi orang banyak.
MANAJEMEN S1 24
ETIKA KOMUNIKASI 2016

Profesi menurut De George adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai


kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu
keahlian. Kode etik merupakan standar moral bagi setiap anggota profesi yang
dituangkan secara formal, tertulis dan normatif dalam suatu bentuk aturan main.
Disusunnya kode etik profesi ialah merupakan komitmen terhadap tanggung
jawab pelaksanaan tugas dan kewajiban. Fungsi kode etik profesi ialah
memandu, mendampingi, memberi arah tingkah laku anggota profesi agar tidak
keluar dari etika yang menjadi panutan.
Etika komunikasi perkantoran merupakan suatu rangkuman istilah yang
mempunyai pengertian tersendiri, yakni norma, nilai atau ukuran tingkah laku
yang baik dalam kegiatan komunikasi dalam kegiatan komunikasi di suatu
perkantoran. Untuk menjaga agar proses komunikasi tersebut berjalan baik, agar
tidak menimbulkan dampak negatif, maka diperlukan etika berkomunikasi. Cara
paling mudah menerapkan etika komunikasi perkantoran ialah, semua anggota
dan pimpinan perkantoran perlu memperhatikan beberapa hal berikut ini:
1) Tata krama pergaulan yang baik
2) Norma kesusilaan dan budi pekerti
3) Norma sopan santun dalam segala tindakan

MANAJEMEN S1 25

Anda mungkin juga menyukai