Etika Komunikasi 2016
Etika Komunikasi 2016
BAB I
PENDAHULUAN
MANAJEMEN S1 1
ETIKA KOMUNIKASI 2016
lisan maupun tulisan. Secara lisan, dapat terjadi secara langsung (tatap muka atau
face to face) tanpa melalui perantara. Setiap individu berusaha menetapkan
berbagai sikap dan pola perilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh setiap
individu atau apa yang seharusnya dijalankan individu, dan apa tindakan yang
seharusnya dilakukan.
1.3 Tujuan
Bagi Pembaca:
Bagi Penulis:
MANAJEMEN S1 2
ETIKA KOMUNIKASI 2016
1.4 Manfaat
MANAJEMEN S1 3
ETIKA KOMUNIKASI 2016
BAB II
PEMBAHASAN
MANAJEMEN S1 4
ETIKA KOMUNIKASI 2016
MANAJEMEN S1 5
ETIKA KOMUNIKASI 2016
MANAJEMEN S1 6
ETIKA KOMUNIKASI 2016
Selain itu dari segi etimologi (asal kata), istilah etika berasal dari kata
Latin ethicus yang berarti kebiasaan. Sesuatu dianggap etis atau baik, apabila
sesuai dengan kebiasaan masyarakat. Pengertian lain tentang etika ialah sebagai
studi atau ilmu yang membicarakan perbuatan atau tingkah laku manusia, mana
yang dinilai baik dan mana pula yang dinilai buruk. Etika juga disebut ilmu
normatif, maka dengan sendirinya berisi ketentuan-ketentuan yang dapat
digunakan sebagai acuan untuk menilai tingkah laku apakah baik atau buruk,
seperti yang dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini :
1) Drs. O.P. Simorangkir : etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam
berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
2) Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentang
tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari seg baik dan buruk, sejauh
yang dapat ditentukan oleh akal.
3) Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang berbicara
mengenai nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam
hidupnya.
MANAJEMEN S1 7
ETIKA KOMUNIKASI 2016
sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang prilaku atau sikap yang
mau diambil.
2) Etika normatif, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan
pola perilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini
sebagai sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus
memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan.
MANAJEMEN S1 8
ETIKA KOMUNIKASI 2016
MANAJEMEN S1 9
ETIKA KOMUNIKASI 2016
Suatu ukuran baik dan buruk sifatnya individual yakni akan dilihat dari
orang yang menilainya, karena baik dan buruk itu terikat pada ruang dan waktu,
sehingga ia tidak berlaku secara universal. Suatu perbuatan dinilai baik atau
buruk dapat dilihat dari beberapa aliran-aliran dari berbagai sudut pandang,
antara lain:
1. Adat Kebiasaan
Ukuran baik atau buruk menurut adat kebiasaan yakni tergantung kepada
kesetiaan dan ketaatan seseorang (loyal) terhadap ketentuan adat istiadat. Namun
demikian, ukuran menurut adat ini tidak dapat digunakan sepenuhnya karena
ketentuan-ketentuan dari Hukum Adat yang berasal dari adat istiadat banyak
yang irasional (tidak dapat diterima oleh akal sehat).
2. Kebahagiaan (Hedonisme)
Yang menjadi ukuran baik atau buruk menurut paham ini yaitu apakah suatu
perbuatan tersebut melahirkan kebahagiaan dan kenikmatan / kelezatan. Dalam
paham ini terbagi lagi menjadi:
a. Aliran hedonisme individualistis
Maksud dari aliran ini yaitu suatu kebahagiaan yang bersifat
individualistis (egoistik hedonism), jika suatu keputusan baik bagi
pribadinya maka disebutlah baik, dan sebaliknya.
b. Kebahagiaan rasional (Rasionalistik Hedonism)
Aliran ini berpendapat, bahwa kebahagiaan atau kelezatan individu itu
haruslah berdasarkan pertimbangan akal sehat.
c. Kebahagiaan Universal (Universalistic Hedonism)
Lain halnya dengan aliran ini, yang menjadi tolak ukur apakah suatu
perbuatan baik atau buruk dapat melihat kepada suatu akibat perbuatan
MANAJEMEN S1 10
ETIKA KOMUNIKASI 2016
4. Evolusi
Paham ini berpendapat bahwa segala sesuatunya yang ada di alam ini
selalu (secara berangsur-angsur) mengalami perubahan yakni berkembang
menuju ke arah kesempurnaan. Adapun seorang Filsuf Herbert Spencer (1820-
1903) mengemukakan bahwa perbuatan akhlak itu tumbuh secara sederhana
kemudian dengan berlakunya (evolusi) akan menuju ke arah cita-cita , dan cita-
cita inilah yang dianggap sebagai tujuan. Yang menjadi tujuan dari cita-cita
manusia adalah kebahagiaan dan kesenangan, sehingga suatu kesenangan atau
kebahagiaan itu akan selalu berkembang sesuai dengan situasi dan kondisi sosial.
5. Paham eudaemonisme
Kata eudaemonisme di ambil dari istilah Gerika, yaitu “eudaemonia” dalam bahasa
Indonesia diterjemahkan dengan “kebahagiaan, untuk bahagia”. Prinsip pokok paham
ini adalah kebahagiaan bagi diri sendiri dan kebahagiaan bagi orang lain.
Menurut Aristoteles, untuk mencapai eudaemonia ini diperlukan 4 hal, yakni:
MANAJEMEN S1 11
ETIKA KOMUNIKASI 2016
6. Aliran Vitalisme
Aliran ini merupakan bantahan terhadap aliran Naturalism, sebab
menurut penganut paham ini ukuran baik atau buruk itu bukanlah alam tetapi
“vitae” yakni yang sangat diperlukan untuk hidup. Tokoh terpenting dari aliran ini
yaitu F. Niettsche, dia banyak sekali memberi pengaruh terhadap tokoh
revolusioner seperti Hitler. Pada akhir hayatnya ia menjadi seorang ateis dan
mati dalam keadaan gila, dia memproklamirkan gagasan “God is dead”, Tuhan telah
mati, Tuhan itu tidak ada lagi, maka jauhkanlah diri (putuskan hubungan dengan
Tuhan). Aliran vitalisme ini dikelompokkan menjadi:
a) Vitalisme Pessimistis (Negatif Vitalistis). Disebut pesimis karena
manusia yang dilahirkan adalah celaka, maksudnya karena ia telah
dilahirkan dan hidup, sedangkan lahir dan hidupnya manusia itu tiada
guna. Terdapat ungkapan yakni “homohomini lupus”, artinya manusia yang satu
adalah segala bagi manusia yang lainnya.
b) Vitalisme Optimisme. Menurut aliran ini, hidup atau kehidupan adalah
berarti pengorbanan diri karena itu hidup yang sejati adalah kesediaan
dan kerelaan untuk melibatkan diri dalam setiap kesusahan, yang paling
baik adalah segala sesuatu yang menempa kemauan manusia untuk
berkuasa. Oleh karena itu, perang adalah halal, sebab orang yang
berperang itulah (yang menang) yang akan memegang kekuasaan.
7. Aliran Pragmatisme
Aliran ini menitik beratkan pada hal yang berguna dari diri sendiri,baik
yang bersifat moril maupun materil. Serta menitikberatkan padapengalaman,
oleh karena itu penganut ini tidak mengenal istilah kebenaran, sebab kebenaran
itu bersifat abstrak dan tidak diperoleh dalam dunia empiris.
8. Aliran Gessingnungsethik
Aliran ini diprakarsai oleh Albert Schweitzer. Yang terpenting menurut
ajaran ini adalah “penghormatan akan kehidupan”, yaitu sedapat mungkin setiap
makhluk harus saling menolong dan berlaku baik. Ukuran kebaikannya yakni
MANAJEMEN S1 12
ETIKA KOMUNIKASI 2016
pemeliharaan akan kehidupan, dan yang buruk yakni setiap usaha yang berakibat
binasa dan menghalang-halangi hidup.
9. Aliran Idealisme
Istilah tersebut berasal dari bahasa Gerika (Yunani), yaitu dari kata “idea”
yang secara etimologis berarti: akal, pikiran, atau sesuatu yang hadir dalam pikiran, atau
dapat juga disebut sesuatu bentuk yang masih ada dalam alam pikiran manusia.
Aliran ini berpendapat bahwa segala yang ada hanyalah tiada, sebab yang ada itu
hanya gambaran dari alam pikiran (bersifat tiruan), sebaik apa pun suatu tiruan
tentunya tidak akan seindah aslinya (ide). Dengan demikian, yang baik itu hanya
apa yang ada di dalam ide itu sendiri.
Selain itu, aliran etika lainnya diuraikan oleh John C. Merill (1975:79-
88) yang dapat digunakan sebagai standar menilai tindakan etis, antara lain
deontologis, teleologis, egoisme, dan utilitarisme.
Aliran deontologis (deon = yang harus/wajib, Yunani) melakukan
penilaian atas tindakan dengan melihat tindakan itu sendiri. Artinya, suatu
tindakan secara hakiki mengandung nilai sendiri apakah baik atau buruk. Kriteria
etis ditetapkan langsung pada jenis tindakan itu sendiri. Ada tindakan/perilaku
yang langsung dikategorikan baik, tetapi juga ada perilaku yang langsung dinilai
buruk.
Ukuran etis yang berbeda, dikemukakan oleh aliran teleologis (telos
berarti tujuan). Aliran ini melihat nilai etis bukan pada tindakan itu sendiri, tetapi
dilihat atas tindakan itu. Jika tujuannya baik dalam arti sesuai dengan norma
moral, maka tindakan itu digolongkan sebagai tindakan etis. Jadi apabila suatu
tindakan betujuan jelek, akan dikategorikan tidak etis.
Etika egoisme menetapkan norma moral pada akibat yag diperoleh oleh
pelakunya sendiri. Artinya tindakan dikategorikan etis dan baik, apabila
menghasilkan terbaik bagi diri sendiri.
Etika utilitarisme (utilitis = berguna) adalah kebalikan dari paham
egoisme, yaitu yang memandang suatu tindakan itu baik jika akibatnya baik bagi
orang banyak. Dengan demikian, tindakan itu tidak diukur dari kepentingan
MANAJEMEN S1 13
ETIKA KOMUNIKASI 2016
Istilah profesi telah dimengerti oleh banyak orang bahwa suatu hal yang
berkaitan dengan bidang yang sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian,
sehingga banyak orang yang bekerja tetap sesuai. Tetapi dengan keahlian saja
yang diperoleh dari pendidikan kejuruan, juga belum cukup disebut profesi.
Tetapi perlu penguasaan teori sistematis yang mendasari praktek pelaksanaan,
dan hubungan antara teori dan penerapan dalam praktek.
Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya
memerlukan/menuntut keahlian (expertise), menggunakan teknik-teknik ilmiah,
serta dedikasi yang tinggi. Keahlian diperoleh dari lembaga pendidikan yang
khusus diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Kita tidak hanya mengenal istilah profesi untuk bidang-bidang
pekerjaan seperti kedokteran, guru, militer, pengacara, dan semacamnya, tetapi
meluas sampai mencakup pula bidang seperti manajer, wartawan, pelukis,
penyanyi, artis, sekretaris dan sebagainya. Sejalan dengan itu, menurut De
George, timbul kebingungan mengenai pengertian profesi itu sendiri,
sehubungan dengan istilah profesi dan profesional. Kebingungan ini timbul
karena banyak orang yang profesional tidak atau belum tentu termasuk dalam
pengertian profesi. Berikut pengertian profesi dan profesional menurut De
George :
· Profesi, adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk
menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian. Profesional,
adalah orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan purna waktu dan hidup
dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. Atau
seorang profesional adalah seseorang yang hidup dengan mempraktekkan suatu
keahlian tertentu atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan tertentu yang menurut
MANAJEMEN S1 14
ETIKA KOMUNIKASI 2016
keahlian, sementara orang lain melakukan hal yang sama sebagai sekedar hobi,
untuk senang-senang, atau untuk mengisi waktu luang.
Yang harus kita ingat dan fahami benar bahwa “pekerjaan/profesi” dan
“profesional” terdapat beberapa perbedaan, yaitu:
Profesi :
a) Mengandalkan suatu keterampilan atau keahlian khusus.
b) Dilaksanakan sebagai suatu pekerjaan atau kegiatan utama (purna waktu).
c) Dilaksanakan sebagai sumber utama nafkah hidup.
d) Dilaksanakan dengan keterlibatan pribadi yang mendalam.
Profesional :
a) Orang yang tahu akan keahlian dan keterampilannya.
b) Meluangkan seluruh waktunya untuk pekerjaan atau kegiatannya itu.
c) Hidup dari situ.
d) Bangga akan pekerjaannya.
Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi, yaitu:
1) Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan
ini dimiliki berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang
bertahun-tahun.
2) Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya
setiap pelaku profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.
3) Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana
profesi harus meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan
masyarakat.
4) Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan
selalu berkaitan dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai
kemanusiaan berupa keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dan
sebagainya, maka untuk menjalankan suatu profesi harus terlebih
dahulu ada izin khusus.
5) Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.
MANAJEMEN S1 15
ETIKA KOMUNIKASI 2016
2) Keadilan.
Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang
menjadi haknya.
3) Otonomi.
Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan di beri
kebebasan dalam menjalankan profesinya.
MANAJEMEN S1 16
ETIKA KOMUNIKASI 2016
MANAJEMEN S1 17
ETIKA KOMUNIKASI 2016
Kode etik merupakan standar moral bagi setiap anggota profesi yang
dituangkan secara formal, tertulis dan normatif dalam suatu bentuk aturan main.
Disusunnya kode etik profesi ialah merupakan komitmen terhadap tanggung
jawab pelaksanaan tugas dan kewajiban. Fungsi kode etik profesi ialah
memandu, mendampingi, memberi arah tingkah laku anggota profesi agar tidak
keluar dari etika yang menjadi panutan. Kode etik profesi memberi gambaran
nyata tentang:
1) Bagaimana seharusnya para anggota berperilaku
2) Bagaimana sepatutnya para anggota bertindak
3) Manakah tindakan yang benar dan salah
4) Manakah tindakan yang baik dan buruk
5) Apakah hak dan kewajiban anggota profesi
MANAJEMEN S1 18
ETIKA KOMUNIKASI 2016
b. Kebebasan
Para profesional memiliki kebebasan dalam menjalankan profesinya
tanpa merasa takut atau ragu-ragu, tetapi tetap memiliki komitmen dan
MANAJEMEN S1 19
ETIKA KOMUNIKASI 2016
bertanggung jawab dalam batas-batas aturan main yang telah ditentukan oleh
kode etik sebagau standar perilaku profesional.
c. Kejujuran
Kejujuran merupakan prinsip profesional yang penting. Ditunjukkan oleh
sifat jujur dan setia serta merasa terhormat pada profesi yang disandangnya, tidak
menyombongkan diri serta berusaha terus untuk mengembangkan diri dalam
peningkatan keahlian dan keterampilan profesional. Dengan demikian
merupakan perbuatan tabu apabila seorang profesional secara sengaja
melancurkan profesinya untuk tujuan yang tidak dapat dipertanggung jawabkan
demi keuntungan materiil atau kepentingan pribadi.
d. Keadilan
Dalam menjalankan profesinya, maka setiap profesional memiliki
kewajiban untuk memelihara pelaksanaan hak dan kewajiban secara seimbang.
Seorang profesional bertindak objektif, tidak mengganggu orang lain, tidak
mencermarkan nama perkantoran.
e. Otonomi
Dalam prinsip ini, seorang profesional memiliki kebebasan secara
otonom dalam menjalankan profesinya sesuai dengan keahlian, pengetahuan dan
kemampuannya. Kebebasan otonom merupakan peluang bagi profesional untuk
meningkatkan kinerja dan kreativitasnya. Akan tetapi dia harus bertanggung
jawab tidak menyalahgunakan otonomi kreatif ini untuk kepentingan pribadi
yang tidak sejalan dengan kaidah kode etik profesi.
MANAJEMEN S1 20
ETIKA KOMUNIKASI 2016
dibuat dan disusun oleh para anggota profesi itu sendiri, dan ditujukan untuk
mengatur tindakan seluruh anggota.
MANAJEMEN S1 21
ETIKA KOMUNIKASI 2016
kita paham tentang karakter orang yang kita hadapi kita akan lebih mudah
berusaha menamppilkan diri sebaik-baiknya dalam berkomunikasi.
Hak untuk berkomunikasi di ruang publik merupakan hak yang paling
mendasar. Jika hak itu tidak dijamin akan memberi kebebasan berpikir sehingga
tidak mungkin bisa ada otonomi manusia. Hak untuk berkomunikasi di ruang
publik ini tidak bisa dilepaskan dari otonomi demokrasi yang didasarkan pada
kebebasan untuk berekspresi (B. Libois, 2002:19). Jadi, untuk menjamin
otonomi demokrasi ini hanya merupakan bagian dari upaya untuk menjamin
otonomi demokrasi tersebut.
Etika komunikasi selalu dihadapkan dengan berbagai masalah, yaitu
antara kebebasan berekspresi dan tanggung jawab terhadap pelayanan publik.
Etika komunikasi memiliki tiga dimensi yang terikat satu dengan yang lain,
yaitu:
1. Aksi komunikasi
Aksi komunikasi yaitu dimensi yang langsung terikat dengan perilaku
aktor komunikasi (wartawan, editor, agen iklan, dan pengelola rumah produksi).
Perilaku aktor komunikasi hanya menjadi salah satu dimensi etika komunikasi,
yaitu bagian dari aksi komunikasi. Aspek etisnya ditunjukkan pada kehendak
baik ini diungkapkan dalam etika profesi dengan maksud agar ada norma intern
yang mengatur profesi.
2. Sarana
Dalam masalah komunikasi, keterbukaan akses juga ditentukan oleh
hubungan kekuasaan. Penggunaan kekuasaan dalam komunikasi tergantung pada
penerapan fasilitas baik ekonomi, budaya, politik, atau teknologi (bdk. A.
Giddens, 1993:129). Semakin banyak fasilitas yang dimilki semakin besar akses
informasi, semakin mampu mendominasi dan mempengaruhi perilaku pihak lain
atau publik.
MANAJEMEN S1 22
ETIKA KOMUNIKASI 2016
3. Tujuan
Dimensi tujuan menyangkut nilai demokrasi, terutama kebebasan untuk
berekspresi, kebebasan pes, dan juga hak akan informasi yang benar. Dalam
negara demokratis, para aktor komunikasi, peneliti, asosiasi warga negara, dan
politis harus mempunyai komitmen terhadap nilai kebebasan tersebut.
MANAJEMEN S1 23
ETIKA KOMUNIKASI 2016
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
MANAJEMEN S1 25