Anda di halaman 1dari 4

15. Tahap PB.

a. Prabencana.

1) Perencanaan PB.

2) Pengurangan resiko bencana, dilakukan untuk mengurangi


dampak buruk yang mungkin timbul, terutama dilakukan dalam
situasi sedang tidak terjadi bencana.
a) Pengenalan dan pemantauan risiko bencana.
b) Perencanaan partisipatif PB.
c) Pengembangan budaya sadar bencana.
d) Peningkatan komitmen terhadap pelaku Gulben.
e) Penerapan upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan PB.

3) Pencegahan.
a) Identifikasi dan pengenalan secara pasti terhadap
sumber bahaya atau ancaman bencana.
b) Kontrol terhadap penguasaan dan pengelolaan sumber
daya alam yang secara tiba-tiba dan/atau berangsur
berpotensi menjadi sumber bahaya bencana.
c) Pemantauan penggunaan teknologi yang secara tiba-
tiba dan/ atau berangsur berpotensi menjadi sumber
ancaman atau bahaya bencana.
d) Penataan ruang dan pengelolaan lingkungan hidup.
e) Penguatan ketahanan sosial masyarakat.

4) Pemaduan dalam perencanaan pembangunan, dilakukan


dengan cara mencantumkan unsur-unsur rencana PB kedalam
rencana pembangunan pusat dan daerah.
e) Persyaratan analisis risiko bencana, disusun dan ditetapkan
oleh BNPB/ BPBD.
f) Penegakan rencana tata ruang, dilakukan untuk
mengurangi risiko bencana.
g) Pendidikan dan pelatihan.
h) Persyaratan standar teknis PB.

b. Tanggap Darurat.

1) Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi,


kerusakan dan sumber daya.
2) Penentuan status keadaan darurat bencana.
3) Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana.
4) Pemenuhan kebutuhan dasar.
5) Perlindungan terhadap kelompok rentan.
6) Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.

c. Pasca Bencana.

1) Pada tahap pasca bencana sasaran substansial rehabilitasi


dan rekonstruksi adalah :

a) Aspek kemanusiaan, yang antara lain terdiri dari


sosial psikologis, pelayanan kesehatan, pelayanan
pendidikan, rekonsiliasi dan resolusi konflik, keamanan dan
ketertiban, partisipasi dan peran serta lembaga dan
organisasi kemasyarakatan, dunia usaha dan masyarakat.
b) Aspek perumahan dan permukiman, yang terdiri dari
perbaikan lingkungan daerah bencana, pemberian bantuan
perbaikan rumah masyarakat dan pembangunan kembali
sarana sosial masyarakat.

c) Aspek infrastruktur pembangunan, yang antara lain


terdiri dari perbaikan prasarana dan sarana umum,
pemulihan fungsi pemerintah.

d) Pemulihan fungsi pelayanan publik, pembangunan


kembali sarana dan prasarana, penerapan rancang bangun
yang tepat dan penggunaan peralatan yang lebih baik dan
tahan bencana, peningkatan fungsi pelayanan publik dan
peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.

e) Aspek ekonomi, yang antara lain terdiri dari


pemulihan sosial ekonomi dan budaya, peningkatan kondisi
sosial, ekonomi dan budaya, mendorong peningkatan
ekonomi lokal seperti pertanian, perdagangan, industri,
parawisata dan perbankan.

f) Aspek sosial yang antara lain terdiri dari pemulihan


konstruksi sosial dan budaya, pemulihan kearifan dan
tradisi masyarakat, pemulihan hubungan antar budaya dan
keagamaan dan pembangkitan kembali kehidupan sosial
budaya masyarakat.

g) Aspek lintas sektor yang antara lain terdiri dari


pemulihan aktivitas/ kegiatan yang meliputi tata
pemerintahan dan lingkungan hidup.

2) Penyelenggaraan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca


bencana memerlukan dokumen perencanaan yang selanjutnya
disebut sebagai Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi
(RENAKSI) untuk jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun.
Penyusunan dokumen Rencana Aksi Rehabilitasi dan
Rekonstruksi (RENAKSI) dilaksanakan pada akhir masa tanggap
darurat dan masa pemulihan awal dengan memperhatikan :

a) Hasil pengkajian kebutuhan pascabencana.


b) Penentuan prioritas.
c) Pengalokasian sumberdaya dan waktu pelaksanaan
d) Dokumen rencana kerja pemerintah baik pusat
maupun daerah.
e) Dokumen perencanaan pembangunan terkait lainnya.

Penyusunan Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi


(RENAKSI) meliputi :

a) Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi


(RENAKSI) Nasional untuk bencana skala nasional.

b) Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi


(RENAKSI) Provinsi untuk bencana skala Provinsi.

c) Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi


(RENAKSI) Kabupaten/Kota untuk bencana skala
Kabupaten/Kota.

Dokumen Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi (RENAKSI)


memuat hal-hal mendasar sebagai berikut :

a) Kondisi umum wilayah dan kejadian bencana.

b) Gambaran kondisi korban dan pengungsi; jumlah


kerusakan dan kerugian akibat bencana serta dampak
bencana bagi masyarakat

c) Prioritas-prioritas program dan kegiatan serta


kebutuhan dana yang diperlukan dan sumberdaya yang
telah tersedia.

d) Penjelasan mengenai kelembagaan, penatausahaan


asset, pengakhiran masa tugas dan kesinambungan rencana
aksi pasca rehabilitasi dan rekonstruksi.

e) Durasi waktu penyelenggaraan, standar pelayanan,


tolok ukur dan indikator kinerja.
Dokumen Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi
(RENAKSI) ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala BNPB dan
atau Kepala BPBD sesuai pada skala bencananya, sedangkan
mekanisme penyusunannya akan diatur lebih lanjut dalam bentuk
pedoman operasional yang ditetapkan oleh Kepala BNPB dan atau
kepala BPBD sesuai pada sekala bencananya

Anda mungkin juga menyukai