Anda di halaman 1dari 4

STRATEGI EFEKTIF PENURUNAN AKI

DAN AKB DI INDONESIA


Posted on 2 Juni 2015 by niahamida
Tujuan keempat MDGs difokuskan untuk menurunkan angka kematian bayi (AKB).
AKB saling berkaitan dengan Angka Harapan Hidup (AHH) dimana saat ini anak-anak
yang lahir di Indonesia dapat mengharapkan hidup hingga usia 68 tahun. Oleh
karena itu, AKB merupakan salah satu indikator kesehatan sehingga perlu dilakukan
upaya untuk mengurangi AKB. Berdasarkan hasil data SDKI 2012 lebih rendah
dibandingkan dengan hasil data SDKI 2007 atau AKB mengalami penurunan
meskipun tidak terlalu signifikan. Target MDGs adalah mengurangi dua pertiga
angka tahun 1990. Saat itu jumlah AKB adalah 97 kematian per 1000 kelahiran
hidup. Target saat ini, AKB adalah 32 kematian per 1000 kelahiran hidup. Dengan
demikian, Indonesia cukup berhasil dalam menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB).
Sedangkan, tujuan kelima MDGs difokuskan pada kesehatan ibu untuk menurunkan
Angka Kematian Ibu (AKI). Pada tahun 2007, Angka Kematian Ibu (AKI) di
Indonesia sebenarnya telah mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup. Namun,
berdasarkan data SDKI 2012, AKI melonjak sangat signifikan menjadi 359 per
100.000 kelahiran hidup. Target MDGs adalah mengurangi tiga perempat angka
tahun 1990. Target yang harus dicapai adalah 97. Melihat data SDKI 2012,
Indonesia tidak akan berhasil menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI). Oleh karena
itu, diperlukan strategi yang efektif dalam penurunan AKI dan AKB di Indonesia yang
salah satunya merujuk pada kerangka analisis Sistem Kesehatan Nasional (SKN).

Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah bentuk dan cara penyelenggaraan


pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya bangsa Indonesia dalam
satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan
dalam kerangka mewujudkan kesejahteraan rakyat sebagaimana dimaksud dalam
UUD 1945. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua
komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Subsistem SKN adalah upaya
kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumber daya manusia kesehatan, sediaan
farmasi; alat kesehatan; dan makanan, manajemen dan informasi kesehatan serta
pemberdayaan masyarakat.

Angka Kematian Ibu (AKI) terjadi akibat komplikasi pada saat persalinan sehingga
dapat menimbulkan konsekuensi yang sangat serius. Selain itu, penyebab langsung
kematian maternal yang paling umum di Indonesia adalah pendarahan, eklamasi,
dan infeksi. Persalinan di Indonesia masih ada yang dilakukan di rumah tanpa
bantuan seorang tenaga persalinan terlatih. Hal tersebut terjadi karena harganya
lebih murah dan mereka lebih nyaman dengan seseorang yang mereka kenal dan
percaya atau karena masih belum memadainya pelayanan kesehatan dan tenaga
kesehatan sehingga masyarakat tidak dapat menjangkaunya, terutama di pedesaan.
Sebenarnya, masalah tersebut dapat dicegah dengan pemakaian alat kontrasepsi.
Namun, alat kontrasepsi tidak mudah dijangkau oleh masyarakat sehingga
mengakibatkan meningkatnya AKI.

Dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) diperlukan strategi yang efektif yaitu
meningkatkan upaya kesehatan. Upaya kesehatan yang dapat diberikan adalah
dengan asuhan persalinan normal dengan paradigma baru yaitu dari sikap
menunggu dan menangani komplikasi menjadi mencegah komplikasi yang mungkin
terjadi. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan mendekatkan pelayanan kebidanan
kepada setiap ibu yang membutuhkannya. Penempatan bidan harus adil dan merata
sehingga tidak ada kesenjangan penempatan bidan baik di perkotaan maupun di
pedesaan. Dalam upaya tersebut harus bersifat non-diskriminatif dimana setiap ibu
yang membutuhkan pertolongan bidan wajib memperoleh pelayanan tersebut. Selain
itu, ketersediaan pelayanan kebidanan harus berkualitas, terjamin keamanannya,
efektif dan sesuai serta pembiayaan pelayanan kesehatan harus terjangkau oleh ibu
yang membutuhkannya. Dalam upaya tersebut, bidan yang melayani ibu hamil harus
berkompeten, berintegritas, dan bersifat objektif serta bidan harus bekerjasama
dengan tim yang berkompeten sehingga persalinan dapat dilakukan secara cepat
dengan ketepatan yang tinggi (tidak mengalami kesalahan dalam melakukan
persalinan). Jadi, pemerintah harus meningkatkan kuantitas dan kualitas dari bidan
maupun tim yang akan membantu bidan dalam persalinan baik di perkotaan maupun
di pedesaan.

Masih mahalnya pembiayaan pelayanan kebidanan bagi ibu di kalangan miskin dapat
diatasi dengan adanya asuransi bagi ibu hamil dimana asuransi tersebut merupakan
tanggung jawab dari pemerintah, masyarakat dan swasta. Asuransi tersebut harus
bersifat efektif, efisien, adil dan transparan. Jadi, pemerintah harus menjangkau
pembiayaan persalinan secara efektif dan efisien serta adil dan transparan bagi ibu
hamil. Sebenarnya, AKI dapat dicegah dengan pemakaian alat kontrasepsi. Namun,
alat kontrasepsi masih sulit dijangkau oleh ibu-ibu di kalangan miskin. Oleh karena
itu, seharusnya pemerintah menyediakan alat kontrasepsi yang aman, berkhasiat,
bermanfaat dan bermutu dimana alat kontrasepsi tersebut tersedia secara merata
dan terjangkau. Selain itu, masyarakat juga harus mendapatkan informasi yang
benar, lengkap dan tidak menyesatkan tentang alat kontrasepsi dari produsen,
distributor maupun pelaku pelayanan kesehatan. Jadi, pemerintah harus
meningkatkan penyediaan alat kontrasepsi yang berkualitas, terutama bagi ibu-ibu di
kalangan miskin. Pemerintah harus mampu menciptakan alat kontrasepsi melalui
inovasi/kreatifitas yang dikelola secara profesional, sistematis dan
berkesinambungan sehingga mengurangi ketergantungan terhadap luar negeri dan
harga alat kontrasepsi dapat dijangkau oleh semua kalangan masyarakat. Jadi,
pemerintah harus meningkatkan manajemen dan informasi tentang inovasi untuk
menurunkan AKI salah satunya adalah menciptakan alat kontrasepsi yang
bersumber dari dalam negeri.

Semua program yang diimplementasikan pemerintah kepada ibu-ibu tidak akan


berjalan optimal tanpa adanya perubahan perilaku dari ibu-ibu. Oleh karena itu,
perlu adanya pemberdayaan masyarakat yang dilakukan untuk menumbuhkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan, serta menjadi penggerak dalam menurunkan
AKI. Pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan kemitraan berbagai pihak, dimana
pemerintah berperan untuk membuka akses informasi dan dialog, menyiapkan
regulasi dan menyiapkan masyarakat dengan membekalinya dengan pengetahuan
dan ketrampilan bagi ibu-ibu maupun masyarakat dan ibu-ibu maupun masyarakat
dapat berpartisipasi dengan memberikan kritikan yang membangun untuk
menurunkan AKI.

Angka Kematian Bayi (AKB) terjadi akibat BBLR, asfiksia lahir ataupun dipengaruhi
oleh kondisi ibu saat melahirkan. Selain itu, kematian perinatal dapat dipengaruhi
oleh status ekonomi (kemiskinan) sehingga menyebabkan bayi berpotensi memiliki
gizi buruk dan status kesehatan yang buruk pula.

Dalam menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) diperlukan strategi yang efektif
yaitu meningkatkan upaya kesehatan. Upaya kesehatan yang dapat diberikan adalah
dengan asuhan persalinan normal dengan paradigma baru yaitu dari sikap
menunggu dan menangani komplikasi menjadi mencegah komplikasi yang mungkin
terjadi. Hal tersebut dapat menurunkan AKB karena bayi dilahirkan dengan selamat
pada saat persalinan. Selain itu, pemerintah juga memberikan makanan dan/atau
minuman khusus ibu hamil secara gratis kepada ibu hamil seperti susu khusus ibu
hamil dan biscuit khusus ibu hamil. Hal tersebut dilakukan setiap seminggu sekali
sehingga ibu-ibu hamil di Indonesia dapat memperoleh nutrisi dan upaya tersebut
harus dilakukan secara adil dan merata baik di perkotaan maupun pedesaan. Selain
itu, ketersediaan nutrisi tersebut harus berkualitas, terjamin keamanannya, efektif
dan sesuai.

Imunisasi campak juga merupakan indikator dari AKB karena diperkirakan 30.000
anak meninggal setiap tahun karena komplikasi campak dan baru-baru ini ada
beberapa kejadian luar biasa polio dimana 303 anak menjadi lumpuh. Sebenarnya,
imunisasi pada anak-anak tidak hanya bergantung pada para orang tua untuk
memastikan bahwa anak-anak mereka memperoleh vaksinasi, tapi diperlukan sistem
kesehatan yang terkelola dengan baik untuk mengatur mereka dalam memperoleh
imunisasi. Oleh karena itu, pemerintah perlu lebih meningkatkan sistem kesehatan
terkait pemberian imunisasi campak terhadap bayi dan meningkatkan pemberian
imunisasi campak yang aman, bermanfaat dan bermutu dimana imunisasi campak
tersebut tersedia secara merata untuk menurunkan AKB. Jadi, pemerintah harus
meningkatkan pemberian imunisasi campak yang berkualitas terhadap bayi baik di
perkotaan maupun di pedesaan. Dalam pemberian imunisasi campak tersebut
diperlukan tenaga kesehatan yang berkompeten dan berintegritas karena terdapat
kesulitan tersendiri dalam memberikan imunisasi kepada anak-anak dibandingkan
kepada orang dewasa. Jadi, pemerintah harus meningkatkan kuantitas dan kualitas
dari tenaga kesehatan dalam pemberian imunisasi campak terhadap bayi baik di
perkotaan maupun di pedesaan.

Pemerintah harus mampu menciptakan nutrisi untuk ibu-ibu hamil baik dalam
berupa makanan atau minuman atau inovasi yang lainnya dimana nutrisi tersebut
memberikan tambahan nutrisi untuk ibu-ibu hamil sehingga anak yang akan
dilahirkan selamat baik secara fisik maupun kecerdasannya. Nutrisi tersebut harus
diberikan secara gratis kepada ibu-ibu hamil secara merata baik di perkotaan
maupun di pedesaan. Bahan baku dari nutrisi tersebut harus bersumber dari dalam
negeri. Selain itu, pemerintah harus mampu menciptakan imunasi yang lebih efektif
daripada imunisasi sebelumnya melalui inovasi/kreatifitas yang dikelola secara
profesional, sistematis dan berkesinambungan sehingga tidak terdapat lagi anak-
anak Indonesia yang menderita polio dan menyebabkan kelumpuhan. Jadi,
pemerintah harus meningkatkan manajemen dan informasi tentang inovasi untuk
menurunkan AKB salah satunya adalah menciptakan nutrisi untuk ibu-ibu hamil yang
bersumber dari dalam negeri dan menciptakan imunisasi yang lebih efektif daripada
imunisasi sebelumnya. Pemerintah harus mengatur pembiayaan atas semua
keperluan untuk menurunkan AKB secara efektif dan efisien serta adil dan
transparan dimana pembiayaan tersebut merupakan tanggung jawab dari
pemerintah dan masyarakat. Pembiayaan tersebut harus bersifat efektif, efisien, adil
dan transparan.

Program pemerintah yang diimplementasikan untuk menurunkan AKB akan berjalan


optimal apabila pemerintah memberdayakan masyarakat untuk ikut andil dalam
program yang diimplementasikan. Pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan
kemitraan berbagai pihak, dimana pemerintah berperan untuk membuka akses
informasi dan dialog, menyiapkan regulasi dan menyiapkan masyarakat dengan
membekalinya dengan pengetahuan dan ketrampilan bagi ibu-ibu, orang tua
maupun masyarakat dan ibu-ibu, orang tua maupun masyarakat dapat berpartisipasi
dengan memberikan kritikan yang membangun untuk menurunkan AKB.

Strategi yang efektif dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) di Indonesia adalah dengan meningkatkan tingkat
implementasi dari keenam subsistem SKN ditambah dengan adanya inovasi
kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam bentuk regulasi. Regulasi tersebut
sangat mempengaruhi keberhasilan pemerintah dalam penurunan AKI dan AKB.

~Rahmania Hamida FKM-UJ’13~

DAFTAR PUSTAKA
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2012. Survey Demografi
dan Kesehatan Indonesia. Jakarta:Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional.
Stalker, Peter. 2008. Millenium Development Goals. BAPPENAS dan UNDP.
Departemen Kesehatan RI. 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta:Departemen
Kesehatan RI

Anda mungkin juga menyukai