Anda di halaman 1dari 7

HUKUM AGRARIA DI INDONESIA

Nelmi Cahyati
Institut Pesantren KH Abdul Chalim Mojokerto
E-mail: nelmiecahyati98@gmail.com

Abstrak :
Jurnal ini menjelaskan tentang Hukum Agraria di Indonesia untuk mengkaji serta
memberikan wawasan di bidang Agraria di Indonesia kepada masyarakat luas. Hal ini
dikarenakan Sering terjadi penomena penggusuran dan pemasalahan sertipikat tanah
dimasyarakat, yang mana banyak kurang memahami permasalahan ini, adapun
pengertian dari agrarian itu sendiri secara umumnya adalah merupakan hal-hal yang
terkait dengan pembagian, peruntukan dan kepemilikan lahan atau biasa kita
dimasyarakat menyebutnya hukum pertanahan. Kajian yang akan dibahas diantaranya
hukum, perlindungan dan hak milik tanah.
Kajian ini selain memberikan wawasan bagi penulis juga memberikan pemahaman
kepada pembaca dalam hal ini. dari pengertian, proses alur dan lain-lain.
Kata kunci : hukum perlindungan dan hak atas tanah

Pendahuluan
Sebelum diterbitkannya UUPA (Undang-Undang Pokok Agraria) No. 5 Tahun 1960, yang
membuka hak atas tanah yaitu terdapat pada pasal 51 ayat 7 IS, pada Stb 1872 No. 117
tentang Agraris Eigendom Recht yaitu memberi hak eigendem (hak milik) pada orang
Indonesia. Hal tersebut juga disamakan dengan hak eigendom yang terdapat pada buku
II BW, tetapi hak tersebut diberikan bukan untuk orang Indonesia. Maka dengan adanya
dualisme aturan yang mengatur tentang hak-hak tanah untuk menyeragamkannya pada
tanggal 24 september 1960 diterbitkan Undang-Undang Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960
pada lembar Negara No. 104/1960.Undang-undang No.5 tahun 1960 tersebut bersifat
nasionalis, yaitu diberlakukan secara nasional dimana seluruh warga negara indonesia
menggunakan Undanng-Undang Pokok Agraria No. 5 tahun 1960 tersebut.
Pembahasan
Hak atas tanah diatur dalam pasal 20 UUPA yang menetukan bahwa hak milik atas
tanah, merupakan hak turun menurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang
atas tanah dan mempunyai fungsi sosial, hak milik atas tanah mempunyai sifat-sifat
kusus sebagai berikut:1
1. Dapat beralih karna pewarisan.

1
Supriadi,Hukum Agraria,Sinar Grafika,Jakarta,2009 hal 65
2. Pengunaan tidak terbatas dantidak dibatasi sepanjang tidak bertentanagn
perundang undangan.
3. Dapat diberikan suatu hak atas tanah hak milik kepada pemiliknya kepada pihak
lain.
Adapun untuk memberikan kepastian hukum kepada para pemegang hak atas tanah
dalam Peraturan Pemerintah ini diberikan penegasan mengenai sejauh mana kekuatan
pembuktian sertipikat, yang dinyatakan sebagai alat pembuktian yang kuat oleh
UUPA.2 Sebelum diterbitkannya UUPA (Undang-Undang Pokok Agraria) No. 5 Tahun
1960, yang membuka hak atas tanah yaitu terdapat pada pasal 51 ayat 7 IS, pada Stb
1872 No. 117 tentang Agraris Eigendom Recht yaitu memberi hak eigendem (hak
milik) pada orang Indonesia. Hal tersebut juga disamakan dengan hak eigendom yang
terdapat pada buku II BW, tetapi hak tersebut diberikan bukan untuk orang
Indonesia. Maka dengan adanya dualisme aturan yang mengatur tentang hak-hak
tanah untuk menyeragamkannya pada tanggal 24 september 1960 diterbitkan
Undang-Undang Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 pada lembar Negara No.
104/1960.Undang-undang No.5 tahun 1960 tersebut bersifat nasionalis, yaitu
diberlakukan secara nasional dimana seluruh warga negara indonesia menggunakan
Undanng-Undang Pokok Agraria No. 5 tahun 1960 tersebut. Dasar kenasionalan
hukum agraria yang telah dirumuskan dalam UUPA, adalah:
1. Wilayah indonesia yang terdiri dari bumi, air, ruang angkasa, dan kekayaan
alam yang terkandung didalamnya merupakan satu kesatuan tanah air dari
rakyat indonesia yang bersatu sebagai bangsa indonesia (pasal 1 UUPA).
2. Bumi air ruang angkasa dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
merupakan karunia tuhan yang maha esa kepada bangsa indonesia dan
merupakan kekayaan nasional. Untuk itu kekayaan tersebut harus
dipelihara dan digunakan untuksebesarbesarnya kemakmuran rakyat
(pasal1,2,14, dan 15 UUPA).
3. Hubungan antara bangsa indonesia dengan bumi, air, ruang angkasa, dan
kekayaan alam yang terkandung didalamnyabersifat abadi, sehingga tidak
dapat diputuskan oleh siapa pun (pasal 1 UUPA)
4. Negara sebagai organisasi kekuasaan dari bangsa dan rakyat indonesia
diberi wewenang untuk menguasai bumi, air, ruang angkasa, dan kekayaan
alam yang terkandung didalamnya untuk sebesar-besarnya kemakmuran,
rakyat (pasal 2 UUPA).
5. Hak ulayat sebagi hak masyarakat hukum adat diakui keberadaanya.
Pengakutan tersebut disertai syarat bahwa hak ulayat tersebut masih ada,
tidak bertentangan dengan kepentingan nasional dan peraturan
perundang-uandangan yang lebih tinggi (pasal 3 UUPA).
6. Subjek hak yang mempunyai hubungan sepenuhnya dengan bumi, air,
ruang angkasa, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya adalah
warga negara indonesia tanpa dibedakan asli dan tidak asli. Badan hukum
2
Nanik Widianty dan Y.W Sunindhia, Pembaharan Hukum Agraria,Bina Aksara,Jakarta 1998,hal 139
pada perinsipnya tidak mempunyai hubungan sepenuhnya alam yang
terkandung didalamnya (pasal 9, 21,dan 49 UUPA)
7. Meletakkan dasar-dasar untuk mengadakan kesatuan dan kesederhanaan
dalam hukum pertanahan.3
Adapun untuk memberikan kepastian hukum kepada para pemegang hak atas tanah
dalam Peraturan Pemerintah ini diberikan penegasan mengenai sejauh mana
kekuatan pembuktian sertipikat, yang dinyatakan sebagai alat pembuktian yang kuat
oleh UUPA.Untuk itu diberikan, bahwa selama belum dibuktikan yang sebaliknya,
data fisik dan data yuridis yang dicantumkan dalam sertipikat harus diterima sebagai
data yang benar, baik dalam perbuatan hukum seharihari maupun dalam sengketa di
Pengadilan, sepanjang data tersebut sesuai dengan apa yang tercantum dalam surat
ukur dan buku tanah yang bersangkutan (Pasal 32 Ayat (1) Peraturan Pemerintah ini).
Masyarakat tidak dapat menuntut tanah yang sudah bersertipikat atas nama orang
atau badan hukum lain, jika selama 5 (lima) tahun sejak dikeluarkannya sertipikat itu
dia tidak mengajukan gugatan pada Pengadilan, sedangkan tanah tersebut diperoleh
orang atau badan hukum lain tersebut dengan itikad baik dan secara fisik nyata
dikuasai olehnya atau oleh orang lain atau badan hukum yang mendapat
persetujuannya (Pasal 32 Ayat (2) Peraturan Pemerintah ini). Sertipikat merupakan
alat pembuktian yang kuat dan bahwa tujuan pendaftaran tanah yang
diselenggarakan adalah dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum di
bidang pertanahan, menjadi tampak dan dirasakan arti praktisnya, sungguhpun
sistem publikasi yang digunakan adalah sistem negatif. Ketentuan tersebut tidak
mengurangi asas pemberian perlindungan yang seimbang baik kepada pihak yang
mempunyai tanah dan dikuasai serta digunakan sebagaimana mestinya maupun
kepada pihak yang memperoleh dan menguasainya dengan itikad baik dan dikuatkan
dengan pendaftaran tanah yang bersangkutan atas namanya.

Konsep Kepemilikan Hak Atas Tanah Dan Permasalahan Hukum Sertifikat Tanah
Tidaklahmengherankan apabila baik konsep maupun praktek pendaftaran tanah
sebagai bagian tak terpisahkan dari fungsi keagrarian di Indonesia mengalami
perkembangan yang lamban terutama pada fase perkembangan. Denyut kemajuan
dalam tataran konsep maupun strategi pada pendaftaran tanah di Indonesia
sepertinya baru dirasakan sejak tahun 1994 yakni ketika mulai diluncurkannya
system ajudikasi melalui Proyek Administrasi Pertanahan atau yang lebih popular
dengan sebutan Proyek Ajudi kasi dalam rangka pelaksanaan pendaftaran tanah
sistematak sebagaimana diamanatkan oleh Pasal 19 UUPA (UU N0. 5 Tahun 1960
tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria). Praktik pendaftaran tanah dan
keagarariaan pada umumnya di Indone sia yang terjadi terutama hingga beberapa
tahun menjelang runtuhnya kekuasaan pemim pin tertnggi Orde Baru Soeharto,

3
Herman,Hak Sosial dan Hak Ekonomik Pemilik Tanah dalam Pikiran Rakyat Edisi 24 sep 1996.Peter F Dalen Dan
John D Manangemen (Clarendom Press Oxford,1998)
laksana proyekproyek pengurusan hak social dan hak ekonomik pemilik tanah yang
seharusnya dilindungi menurut UUPA2. Setiap macam hak atas tanah wajib
didaftarkan pada dan disertifikatkan oleh Kantor Pertanahan alias Badan
Pertanahan Nasional/BPN yang berkantor disetiap daerah Kabu paten dan daerah
Kota, demikian lebih kurang pesan Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA)
Pendaftaran tanah multiguna dalam perkemba ngannya selalu menuju intergrasinya
yang lebih besar adalah berkat:4
1. Dukungan politik dan finansial dari pemerintahan terutama pada fase-fase
pertama perkembangannya,
2. Dukungan dunia swasta yang bersedia menjadi pembeli atau user
data/informasi tanah sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan yang
dibutuhkan masingmasin.
3. Kemajuan teknologi alat-alat survey dan pemetaan yang memungkinkan
meningkatnya kepastian pengumpulan data lapangan dan tingkat ketelitian/
reso lusi data yang dikumpulkan.
4. Kemajuan teknologi kumputer dan teknologi kumunikasi yang memungkinkan
pengelolaan basis data (database management system) dan penghantaran data
kepada konsumen semakin cepat dan murah atau efisiensi melalui system
jaringan (network area).
5. Meningkatkan eksplorasi dan eksplotasi serta reklamasi sumber-sumber sumber
daya alam.
6. Kian kompleksnya ekonomi mikro perkotaan, yang didalamnya terdapat pasar
tanah yang dinamis. Kisah sukses negara-negara maju pada pendaftaran tanah
multiguna bisa terlalu panjang bila dipaparkan namun kita bisa menarik suatu
gambaran umum dari mereka yang mung kin bisa kita petik sebagai pelajaran
berharga kelak, yaitu; Peran pengembangan kelembagaan (institusional
development) yang meliputi aspek keorganisasian dan kepranataan merupakan
kunci pertama, mencakup amtara lain pengembangan dan pelatihan
sumberdaya manusia didalamnya. Kunci yang kedua adalah keberanian dan
kesabaran kantor pertanahan (land office) untuk memulai dan belajar terus
sepanjang waktu terutama pada fasefase awal sekitar lima tahun, sebab di
Australia atau Jepang misalnya yang memasukkan system informasi
sumberdaya alam dan wilayah kendala system membutuhkan waktu sekitar 20
tahun untuk bisa running well.

Undang-undang Pokok Agraria Hukum Agraria Nasional.


UUPA merupakan pelaksanaan pasal 33 ayat (3) UU 1945 sebagaimana
yangdinyatakan dalam pasal 2 ayat (1) UUPA, yaitu atas dasar ketentuan dalam
pasal 33 pasal ayat (3) undang-undang dasar dan hal-hal sebagai yang dimaksud
dalam pasal 1, bumi, air, dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang

4
Mohammad Shohibuddin,Perspektif Agraria kritis,Yogyakarta:STPN Press 2018,Hal 9-10
terkandung didalamnya itu pada tingkat tertinggi dikuasai oleh negara, sebagai
organisasi kekuasaan seluruh rakyat.Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 merupakan
landasan konstitusional bagi pembentukan politik dan hukum agraria nasional, yang
berisi perintah kepada negara agar bumi, air, dan kekayaan alamyang terkandung
didalamnya yang diletakan dalam penguasaan negara itu digunakan untuk
mewujudkan sebesar besarnya kemakmuran seluruh rakyat indonesia.UUPA
mempunyai dua subtansi dari segi berlakunya, yaitu pertama,tidak memberlakukan
lagi atau mencabut hukum agraria kolonoial, dan kedua membangun hukum agraria
nasional. Menurut boedi harsono4, dengan berlakunya UUPA, maka terjadilah
perubahan yang fundamental pada hukum agraria diindonesia, terutama hukum
dibidang pertanahan. Perubahan yang fundamental ini mengenai struktur perangkat
hukum, konsepsi yang mendasari maupun isinya.Soeprapto, Undang-undang pokok
Agraria dalam peraktek, Universitas indonesia, perss,jarkarta 1986UUPA merupakan
undang-undang yang melakukan pembaruan agraria karena didalamnya memuat
program yang dikenal dengan panca program agraria reform indonesia, yang
meliputi5
a. Pembaruan hukum agraria melalui unifikasi hukum yang berkonsepsi
nasional dan pemberian jaminan kepastian hukum.
b. Penghapusan hak-hak asing dan konsesi-konsesi kolonial atas tanah.
c. Mengakhiri penghisapan feodal secara berangsur-angsur.

Kesimpulan

5
Soeprapto,Undang-undang pokok Agraria dalam Praktek,Universitas Indonesia,perss,Jakarta 1986
Konsep Kepemilikan Hak Atas Tanah Dan Sertifikat Tanah Di Indonesia yaitu,
Hanya hak milik saja yang tidak dibatasi masa berlakunya oleh negara dan
karenanya ia mempunyai harga atau nilai yang paling tanah lainnya untuk bidang
tanah yang sama kualitasnya. Sungguhpun demikian paling kuat dan tinggi status
socialekonominya tanah hak milik juga rawan terhadap tangan-tanagn jahil
beritikad buruk dari pihak lain, buktinya tak jarang kita dengan kasus dimana
tanah milik seseorang yang belum disertifi katkan oleh orang etrsebut tiba-tiba
telah disertifikatkan oleh orang lain secara “aspal” (asli tapi palsu). Bahkan tak
jarang pula kita dengan beredarnya sertifikat atas nama pemiliknya yang kita
kenal dengan istilah “sertifikat ganda”. Segeralah sertifikatkan tanah milik anda,
agar kepemilikan terhadap tanah tersebut dijamin kepastian dan perlindungan
hukumnya dari tangan-tangan jahat atau etikad buruk pihak lain.Bila kita sebagai
pemilik tanah dengan status Hak Milik bermaksud memohon sertifikat kepada
Kantor Pertanahan daerah Kabupaten/ Kota. Sejak berlakunya Otonomi Daerah
berdasarkan UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah tidak dikenai
lagi istilah “Kotamadya” melainkan menjadi “Kota”. Berbeda dengan di negara-
negara maju seperti negara-negara industri di Eropa dan Amerika Serikat atau
Jepang dan Australia,

Daftar Pustaka
Supriadi,Hukum Agraria,Sinar Grafika,Jakarta,2009

Widianty Nanik , Pembaharan Hukum Agraria,Bina Aksara,Jakarta 1998

Herman,Hak Sosial dan Hak Ekonomik Pemilik Tanah dalam Pikiran Rakyat Edisi 24 sep 1996.Peter F Dalen Dan
John D Manangemen (Clarendom Press Oxford,1998)

Shohibuddin Mohammad ,Perspektif Agraria kritis,Yogyakarta:STPN Press 2018

Soeprapto,Undang-undang pokok Agraria dalam Praktek,Universitas Indonesia,perss,Jakarta 1986

Anda mungkin juga menyukai