Anda di halaman 1dari 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ikan Mas Koki (Carassius auratus)


2.1.1. Taksonomi dan morfologi
Ikan mas koki dibudidaya pertama kali oleh masyarakat China tahun 960-1279
dan menjadi populer pada masa pemerintahan Dinasti Ming tahun 1368-1644 karena
bentuknya yang unik. Selain itu juga menjadi komoditas ekspor yang dijual ke
negara-negara lain (Liviawaty dan Aprianto, 1990). Ikan mas koki merupakan ikan
hias air tawar yang juga banyak ditemukan di Indonesia, ikan mas koki memiliki
beberapa keunggulan diantaranya dapat dijadikan ikan hias yang jinak dan mudah
dipelihara (Lingga dan Susanto, 2003).
Taksonomi ikan mas koki menurut Miswar dkk (2013) yaitu kingdom :
Animalia, filum : Chordata, subfilum : vertebrata, kelas : Actinopterygii, ordo :
Cypriniformes, famili : Cyprinidae, Genus : Carassius, spesies : Carassius auratus.
Secara morfologi, bentuk awal ikan mas koki sama seperti ikan mas, karena
jenis ikan ini berasal dari satu spesies akan tetapi ikan mas koki tidak memiliki
sungut di mulutnya. Ikan mas koki termasuk jenis ikan yang sudah ada sejak lama
atau bahkan menjadi ikan yang pertama kali dipelihara sebagai ikan hias (Miswar
dkk., 2013). Pada sebagian ikan mas koki, bagian atas kepala dan pipinya tampak
ditumbuhi tumpukan otot tebal dan lensa mata pada ikan mas koki tidak dapat
berkontraksi luas sehingga jarak pandang terbatas, kondisi ini menyebabkan ikan mas
koki hanya mengandalkan indra penciuman untuk mencari makan (Yanovsky, 1967).
Secara umum bentuk tubuh ikan mas koki pendek dan bulat sehingga gerakan
tubuhnya sangat menarik saat berenang, mulutnya terletak di ujung tengah, memiliki
mata lebar dan besar, di sisi tubuhnya terdapat gurat sisi dan mempunyai lembaran
insang, di bagian hidung ikan mas koki terdapat tunas pembau yang tidak
berhubungan dengan organ pernafasan. Selain itu, ikan mas koki mempunyai sirip
lengkap yang berfungsi sebagai alat gerak dan keseimbangan yaitu sirip dada
(Pectoral fin), sirip perut (Ventral fin), sirip dubur (Anal fin), sirip ekor (Caudal fin),
dan sirip punggung (Dorsal fin). Ikan mas koki memiliki sisik berderet rapi,

4
5

mengkilap dan menutupi tubuh. Warnanya yang cukup menarik dan variatif,
umumnya sisik ikan ditentukan oleh banyak sedikitnya pigmen-pigmen guanine yang
terkandung dalam sisik ikan mas koki (Yanovsky, 1967). Ikan mas koki (Carassius
auratus) disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Ikan mas koki (Carassius auratus) (Yanovsky, 1967)

2.1.2. Sifat dan habitat


Ikan mas koki lebih suka air yang jernih dengan suhu optimal berkisar antara
25 C – C dan pH 7.0-7.8, akan tetapi ikan mas koki mampu beradaptasi pada
suhu lebih rendah dan lebih tinggi tanpa ada masalah. Ikan mas koki tergolong ikan
yang mudah dipelihara karena sifatnya cukup adaptif terhadap lingkungan yang baru,
sehingga dapat hidup dengan baik di kolam, bak-bak kecil maupun di akuarium.
Selain itu, ikan mas koki termasuk ikan yang cukup sensitif terhadap cahaya yaitu
mampu membedakan kekuatan cahaya sehingga harus hidup di tempat yang cukup
cahaya atau sinar (Fazil dkk., 2017).
Ikan mas koki termasuk jenis ikan omnivora yaitu makan berbagai jenis
makanan, jenis makanannya antara lain cacing, udang, serangga, larva, dan tumbuhan
air yang berada di lingkungan tempat hidupnya (Effendy, 1993).
6

2.2. Lernaea sp.


2.2.1. Taksonomi dan morfologi

Klasifikasi Lernaea sp. adalah kingdom : Animalia, filum : Arthropoda, kelas


: Crustacea, ordo : Copepoda, famili : Lernaeidae, Genus : Lernaea, spesies :
Lernaea sp. (Steckler dan Yanong, 2012). Menurut Gusrina (2008) Lernaea sp.
sangat berbahaya karena menghisap cairan tubuh ikan untuk perkembangan telurnya.
Selain itu bila parasit ini mati, akan meninggalkan bekas lubang pada tubuh ikan
sehingga akan terjadi infeksi sekunder.
Lernaea sp. adalah parasit penyebab penyakit lernaeosis, ektoparasit ini
termasuk crustacea (udang-udangan tingkat rendah). Handajani (2005) menyebutkan
bahwa Lernaea sp. adalah parasit yang menancapkan kepalanya ke dalam tubuh ikan
dengan menggunakan semacam perangkat mirip jangkar dan bagian ekor (perut) yang
bergantung di luar tubuh ikan.
Lernaea sp. terdiri dari jantan dan betina dengan panjang sekitar 5-25mm dan
memiliki warna tubuh yang transparan sampai coklat, Lernaea betina memiliki
kantung telur yang berbentuk huruf V di bagian kaudal dengan panjang 0,5-2 mm.
Pada bagian cephalotorax memiliki empat cabang yang disebut holdfast dan holdfast
tersebut terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian dorsal dan ventral yang digunakan
untuk menancapkan tubuh ke inangnya. Pada bagian dorsal berukuran lebih besar
dibandingkan bagian ventral dan di bagian dorsal menjadi dua cabang (membentuk
huruf T) sedangkan pada bagian ventral tidak memiliki cabang, Lernaea sp. juga
memiliki kaki yang terletak di segmen perut. Bagian posterior juga terdapat uropod
berbentuk silindris yang memiliki dua setae yang berfungsi sebagai alat gerak
(Shatrie dkk., 2011). Lernaea sp. disajikan pada Gambar 2.
7

Gambar 2. Lernaea sp. (Shatrie dkk., 2011).

2.2.2. Siklus hidup Lernaea sp.


Siklus hidup Lernaea sp. meliputi stadium naupilus, copepodid, dan
cyclopodid. Lernaea sp. menghabiskan waktu siklus hidup sekitar 21-25 hari
(Steckler dan Yanong, 2012).
Di perairan telur yang matang dilepaskan dan akan menetas dalam waktu 24-
36 jam menjadi naupilus yang berenang bebas. Naupilus berbentuk oval dengan
panjang sekitar 150 . Naupilus berkembang menjadi naupilus II dan III. Naupilus
III akan berkembang menjadi copepod I-IV. Copepodid IV akan berkembang menjadi
copepodid V jantan dan copepodid V betina. Copepodid V melakukan
premetamorfosis menjadi cyclopoid jantan dan cyclopoid betina. Cyclopoid jantan
berenang bebas dan akan mati dalam 24 jam setelah kopulasi, sedangkan cyclopoid
betina akan tetap menempel pada inangnya atau mencari inang lain. Cyclopoid betina
menjadi individu betina, dewasa dan memproduksi telur. Lernaea sp. hidup pada
tubuh ikan di perairan dengan kisaran suhu 26 -28 , jika suhu di bawah 20 maka
Lernaea sp. tidak dapat menyelesaikan siklus hidupnya dan tidak bisa bereproduksi
(Hossain dkk., 2018). Siklus hidup Lernaea sp. disajikan pada Gambar 3.
8

Gambar 3. Siklus hidup Lernaea sp. (Steckler dan Yanong, 2012)

2.2.3. Gejala klinis


Pada Lernaea sp. hanya betina yang menjadi parasit pada ikan, Lernaea sp.
yang menginfeksi ikan akan memakan sel darah ikan dengan mengasorbsi darah. Hal
ini menyebabkan kerusakan pada daerah yang tertancap holdfast Lernaea sp. seperti
pendarahan, peradangan, kulit dan otot mengalami nekrosis dan mengalami kebutaan
apabila tertancap pada mata (Koyun dan Ataman, 2017).
Ikan mas koki yang terinfeksi oleh Lernaea sp. akan menunjukkan perilaku
abnormal disertai dengan perubahan fisologis yaitu ditandai dengan kulit ikan pucat
dan sisik mengelupas, sirip luka dan insang tampak pucat, ditempat melekatnya
Lernaea sp. akan tampak bercak darah, ikan menggesek-gesekkan badannya dipinggir
kolam dan ikan terapung ke permukaan. Jika infeksi berat pada ikan maka akan
mengakibatkan luka seluruh tubuh ikan, berat badan ikan menurun dan akhirnya ikan
mati (Eldeen dkk., 2013).

Anda mungkin juga menyukai