Anda di halaman 1dari 14

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI

(STIA)
TABALONG
PERTEMUAN 3-4

Administrasi Perpajakan
2021
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA)
Tabalong
Administrasi Perpajakan (2021)
Program Studi : Administrasi Bisnis

DOSEN PENGAMPU.Shinta Avriyanti,SE.,M.AB

Mobile : 082230909239
email :
shinta_avriyanti.stia_tabalong@yahoo.com
BAB III
PAJAK PENGHASILAN

Dasar UU No 7 Tahun 1983, diubah dengan UU No 10 Tahun 1994, diubah


dengan UU No 17 Tahun 2000, dan diubah dgn UU Nomor 38 Tahun 2008
SUBJEK PAJAK PENGHASILAN
I. Subjek Pajak Penghasilan adalah Orang Pribadi atau Badan yang
diwajibkan membayar Pajak penghasilan sesuai dengan
Peraturan Perpajakan
a. Orang Pribadi
1. Orang Pribadi atau Perseorangan
2. Waisan yg belum terbagi; yaitu harus dilakukan penunjukan ahli
waris agar pengenaan pajaknya tetap dapat dilaksanakan sebagai subjek
pajak.
b. Badan Usaha; Meliputi Perseroan terbatas, Perseroan Komoditer,
Koperasi, BUMN, BUMD, Organisasi Masa
c. Bentuk Usaha Tetap ( BUT): Usaha yang pemiliknya tidak tinggal di
dalam Negeri dan hanya tidak lebih dari183 dalam jangka waktu 12
Bulan. Contohnya tempat kedudukan Manajemen, Cabang
Perusahaan, Kantor Perwakilan dsb.
II. Pembagian Subjek Pajak Penghasilan (Wajib Pajak)

1. Subjek Pajak (WP) Dalam Negeri

a. Orang Pribadi; yg bertempat tinggal di Ind lebih dari 183 hr dalam 12 bln dan

atau ada niat untuk menetap di Indonesia

b. Badan yg didirikan di Ind dan unit2 tertentu yg memenuhi kriteria yg telah ditetap

kan.

2. Subjek Pajak (WP) Luar Negeri

a. Orang Pribadi; yg tdk bertempat tinggal di Ind, dan atau yg bera-

da di Ind tdk lebih dari 183 hr dalam jangka waktu 12 bulan

b. Badan; yg tidak didirikan dan tidak berkedudukan di Indonesia yg dpt menerima

atau memperoleh penghasilan di Indonesia tdk dari menjalankan usaha atau me

lakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia

III. Perbedaan Subjek Pajak (WP) Dalam dan Luar Negeri

a. WP Dalam Negeri;

- dikenai pajak penghasilan dalam negeri & penghasilan dari luar negeri

- dikenai pajak berdasarkan tarif pajak netto dengan tarif umum

- menyampaikan SPt Tahunan Pajak Penghasilan sbg sarana menetapkan pajak

yg terutang dlm suatu tahun pajak

b. Wajib Pajak Luar Negeri;

- dikenai pajak penghasilan yg berasal dr sumber penghasilan di Indonesia

- dikenai pajak berdasarkan penghasilan bruto dgn tarif pajak sepadan

- tidak wajib menyampaikan SPt Tahunan Pajak Penghasilan, krn penetapan

pajaknya bersifat final


- yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan dlm bentuk
usaha tetap di
Indonesia pemenuhan kewajiban perpajakannya dipersamakan
dgn pemenu-
han kewajiban perpajakan WP Badan Dalam Negeri
IV. Pengecualian Subjek Pajak Penghasilan (Wajib Pajak) yaitu;
Kedutaan, Perwakilan Diplomatik, Organisasi Internasional (Indonesia
turut sebagai
keanggotaannya) seperti ILO, WHO, Unicef dll.
OBJEK PAJAK PENGHASILAN (Pasal 4 UUP 36/2008)
1. Objek Pajak Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan
ekonomis yg diterima atau diperoleh Wajib Pajak baik yg berasal dari
DN maupun LN yg dpat dipakai untuk dikonsumsi atau untuk
menambah kekayaan WP itu sendiri . Contohnya : Imbalan jasa,
gaji/upah/honor/komisi/bonus/gratifikasi/uang pensiun,
hadiah/undian/penghargaan, laba usaha, keuntungan penjualan,
keutungan saham, keuntungan penambangan/royalty, imbalan bunga,
dll
2. Penghasilan yang tidak dikenai Pajak Penghasilan; yaitu al:
bantuan/sumbangan/zakat, harta hibahan, warisan, deviden yg
berasal dari laba yg ditahan, beasiswa, pendidikan dan penelitian
pengembangan, bantuan dan santunan yg dibayarkan oleh
penyelenggara jaminan sosial, dll.
CARA MENGHITUNG PENGHASILAN KENA
PAJAK (PKP)
Sebelum menghitung berapa Jumlah Pajak Terutang dan berapa
Jumlah Pajak yang harus dibayar, maka harus menghitung
terlebih dahulu berapa Jumlah Penghasilan Kena Pajak (PKP);
baik Wajib Pajak Orang Pribadi/Perseorangan atau Badan,
dengan menghitung berapa Jumlah Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP);
1. U n t u k Wa j i b P a j a k O r a n g P r i b a d i / P e r s e o r a n g a n ,
penghasilan neto (bersih) dihitung berdasarkan norma
perkiraan penghasilan netto. Penggunaan norma
perkiraan penghasilan neto (bersih) harus mendpt izin dari
menteri keuangan bagi WP yg tidak menyelenggarakan
sistem pencatatan dan pembukuan dalam kegiatan
usahanya, tetapi tetap mencatat penjualan dan
pembeliannya, dan diperuntukan bagi WP Perseorangan
dgn syarat peredaran bruto usaha tidak lebih dari 1,8 M.
Untuk besaran prosentase norma perkiraan penghasilan
neto ditetapkan Direktur Jenderal Pajak (Dirjend Pajak) yaitu
RUMUS U/MENGHITUNG PKP BAGI WP ORANG
PROBADI/PERSEORANGAN DENGAN
MENGGUNAKAN NORMA PERKIRAAN
PENGHASILAN NETTO ADALAH :
PKP = PEREDARAN USAHA X % NORMA PERKIRAAN
PENGHASILAN NETO – PTKP

Jumlah/besaran PTKP berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan


Nomor 101/PMK.010/2016 adalah sbb :
WP sendiri = Rp. 54.000.000,-
Tambahan WP yang kawin = Rp. 4.500.000,-
Tambahan untuk setiap tanggungan = Rp. 4.500.000,- (maksimal
3 orang)
Tambahan untuk isteri/suami yang bekerja dan penghasilannya
digabung =
Rp. 54.000.000,-
Catatan :
TK = Tidak Kawin
K/0 = Kawin tdk/belum punya anak
K/../1 = Kawin punya anak/tanggungan 1 (satu) orang
K/1/1 = Kawin + Isteri punya penghasilan + 1 anak/tanggungan
K/1/3 = Kawin + Isteri punya penghasilan + 3 anak/tanggungan
CONTOH MENGHITUNG PKP :

- Tuan Sani seorang pengusaha status Kawin 2 anak (K/-/2) pada tahun 2021
mencatat penjualan barang (peredaran usaha) sebesar Rp. 260.000.000,-
dengan Norma perkiraan penghasilann sebesar 20%.
- Berapakah Penghasilan Kena Pajak (PKP) Tuan Sani?
Jawab :
- Jumlah peredaran usaha Rp. 260.000.000,- x 20% = Rp. 52.000.000,-
- PTKP (K/-/2) =
1. Wajib Pajak = Rp.
2. Tamb. Kawin = Rp.
3. Tamb. 2 anak/tanggungan = Rp. (+)
Jumlah PTKP sebesar ....................................... = Rp. ( - )
- Jumlah Penghasilan Kena Pajak (PKP) sebesar.... = Rp.
- Berapakah jumlah Pajak Penghasilan Tuan Sani terutang ?
Jawab :
Jumlah Pajak Penghasilan Tuan Sani terutang tahun 2021 adalah
sebesar :

- Jadi jumlah Pajak Penghasilan Tuan Sani Terutang Tahun 2021 yang
disetorkan adalah sebesar ………
2. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi/Perseorangan; yg
kegiatan usahanya menyelenggarakan pembukuan: yaitu
para pengusaha yg menyelenggarakan sistem pencatatan
dan pembukuan dalam aktivitas usahanya, dapat
menghitung Penghasilan Kena Pajak (PKP) berdasarkan
Laporan Laba Rugi dari Laporan Keuangan yg bibuatnya.
Rumus : PKP = Penghasilan Bruto Usaha –
Biaya/Pengeluaran – PTKP
Contoh :
Mr. X (Pengusaha) status Kawin 3 orang anak (K/0/3) pd Tahun
Pajak 2020 ikhtisar Laporan Keuangannya sbb :
- Penjualan barang/Peredaran usaha Rp. 850.000.000,-
- Harga pokok penjualan/modal Rp. 450.000.000,- ( - )
- Penghasilan/Laba Bruto/kotor Rp. 400.000.000,-
Biaya usaha :
- Biaya sewa Rp. 20.000.000,-
- Biaya Penyusutan Rp. 17.500.000,-
- Biaya Operasional Rp. 75.000.000,- ( + )
- Jumlah Rp. 112.500.000,-
- Laba bersih usaha (Laba Kotor – Biaya Usa) = Rp.
400.000.000,- = Rp. 112.500.000,- = Rp. 287.500.000,-
Jumlah Penghasilan bersih Mr. X dalam 1 tahun (2020) =
Rp. 287.500.000,-
PTKP Mr. X adalah;
- Sebagai Wajib Pajak =
Rp.54.000.000,-
- Kawin = Rp.
4.500.000,-
- Tanggungan (3 org) = 3 x Rp. 4.500.000,- =
Rp.13.500.000,- ( + )
- Jumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak = Rp.
72.000.000,-
Jumlah Penghasilan Kena Pajak (PKP) Mr. X adalah;
Laba bersih usaha – PTKP = Rp. 287.500.000,- - Rp.
72.000.000,- = Rp. 215.500.000,-
Jumlah Pajak Pengasilan terutang Mr. X adalah =
- 5% x Rp. 50.000.000,- = Rp. 2.500.000,-
- 15% x Rp. 165.500.000,- = Rp. 24.825.000,-( + )
- Total PPh Mr. X th 2020 = Rp. 27.325.000,-
Jadi Jumlah PPh terutang Mr. X tahun 2020 yg harus
BAB IV
PAJAK PENGHASILAN BADAN/BADAN USAHA TETAP (BUT)

1. Wajib Pajak Badan Usaha/Bentuk Usaha Tetap adalah Wajib Pajak yg diwajibkan dalam
aktivitas usahanya menyelenggaran Manajemen Usaha, sehingga pada akhir periode
Akuntansi atau Akhir Tahun Pajak akan menghasilkan Laporan Keuangan (Neraca, Laba
Rugi, Perubahan Modal dan Daftar kepemilikan Aset/harta)

Rumus menghitung PKP adalah : PKP = Laba Bruto Usaha – Biaya


= Laba Neto Usaha

Contoh :
PT ” Abel-Abel ” pada Th 2020 dalam Ikhtisar Laporan Keuangan/Laba Rugi sbb :
- Penjualan Bersih/Peredaran Usaha = Rp. 800.000.000.000,-
- Harga Pokok Penjualan = Rp. 500.000.000.000,- ( - )
- Laba Bruto Usaha = Rp. 300.000.000.000,-

Biaya Usaha :
1. Utk mendptkn menagih & biaya memelihara penghasilan Rp. 90.000.000.000,-
2. Biaya bunga, sewa dan royalti Rp. 20.000.000.000,-
3. Biaya Penyusutan dan amortisasi Rp. 40.000.000.000,-
4. Biaya Lain-lain Rp. 15.000.000.000,-
Total Biaya Usaha Rp. 165.000.000.000,-
Total Laba Bruto Usaha = Rp. 300.000.000.000,-
Total Biaya Usaha = Rp. 165.000.000.000,- ( - )
Total Laba Bersih Usaha = Rp.
135.000.000.000,-
Penghasilan Luar Usaha :
- Deviden dari Luar Negeri Rp. 90.000.000.000,-
- Sewa Rp. 10.100.000.000,- (+)
- Jumlah Penghasilan Luar Usaha = Rp.
100.100.000.000,- ( + )
Jumlah Penghasilan Kena Pajak (PKP) Th 2020 = Rp.
235.100.000.000,-
Berapa Pajak Penghasilan (PPh) terutang PT. Abel-Abel ?
PPh terutang Tahun 2020 adalah sebesar = 25% x Rp.
235.100.000.000,-
= Rp.
58.775.000.000,-
Bilamana di tahun 2020 PT. Abel-Abel masih terdapat
Angsuran Pajak Penghasilan Pajak yang masih harus dibayar
Tahun Pajak 2020 sebesar = Rp. 50.000.000.000,- ( PPh Psl. 25)
maka pajak yang harus disetorkan ke Kas Negara hanya
sebesar Rp. 58.775.000.000,- ( - ) Rp. 50.000.000.000,- = Rp.
Soal :
a. Pak Adam seorang Pengusaha status K/-/1 pada Tahun 2020
berdasarkan Ikhtisar Laporan Keuangan Perusahaannya bahwa :
1. Penjualan Barang/Peredaran usahanya sebesar Rp.
305.000.000,-
2. Harga pokok penjualan/modal sebesar Rp.
115.000.000,- ( - )
3. Jumlam Penghasilan/laba kotor sebesar Rp.
190.000.000,-
b. Biaya Usaha :
1. Biaya sewa sebesar Rp. 17.500.000,-
2. Biaya Penyusutan Rp. 10.500.000,-
3. Biaya Operasional Rp. 65.000.000,- ( - )
4. Jumlah Biaya Usaha Rp. 93.000.000,-
c. Jumlah Penghasilan/Laba Bersih sebesar ( a – b) = Rp.
97.000.000,-
d. Pertanyaan :
1. Berapa PTKP Pak Adam (K/-/1) ) ?
2. Berapa PKP Pak Adam ?
3. Berapa PPh Terutang Pak AdamTahun 2020 ?
THANKS

Anda mungkin juga menyukai