PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulis dapat mengembangkan dan menerapkan pola pikir secara ilmiah dalam
memberikan asuhan kebidanan secara nyata serta mendapatkan pengetahuan dalam
32
memecahkan masalah khususnya pada Cystoma Ovarii, sesuai judul “Asuhan
Kebidanan Pada Ny. “Z” dengan Cystoma Ovarii di Ruang Kandungan RSU
Aisiyah Ponorogo”.
1.4 Lokasi
Ruang Kandungan Rumah Sakit Umum Aisiyah Ponorogo.
32
1.5 Waktu
Tanggal 3 Nopember 2014.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Metode Penulisan
1.4 Lokasi
1.5 Waktu
32
BAB III TINJAUAN KASUS
Langkah I. Pengkajian Data
Langkah II. Identifikasi Diagnosa, Masalah dan Kebutuhan
Langkah III. Diagnosa Masalah Potensial Dan Antisipasi
Langkah IV. Kebutuhan Akan Tindakan Segera Dan Kolaborasi
Langkah V. Intervensi
Langkah VI. Implementasi
Langkah VII. Evaluasi
BAB IV PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
32
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.2 Etiologi
Sampai sekarang ini penyebab terjadinya kista ovarium belum sepenuhnya
di mengerti, tetapi beberapa teori menyebabkan adanya gangguan dalam
pembentukan estrogen dan dalam mekanisme umpan balik ovarium – hipotalamus.
Beberapa dari literature menyatakan bahwa penyebab terbentuknya kista pada
ovarium adalah gagalnya sel telur ( folikel ) untuk berovulasi. Folikel tersebut
gagal mengalami pematangan dan gagal dalam melepaskan sel telur, karena itu
terbentuk kista di dalam ovarium. Tetapi ada penyebab yang mendorong
tumbuhnya kista antara lain :
1. Gaya hidup yang tidak sehat seperti makanan tinggi lemak, konsumsi makanan
mengandung : zat-zat sintetik, merokok, kurang olah raga,konsumsi alkohol.
2. Polusi udara
3. Stres
4. Virus
5. Faktor genetik
6. Gagalnya sel telur berovulasi.
32
2.1.3 Sifat
Beberapa sifat dari kista adalah sebagai berikut :
a. Kista fisiologis
Kista yang bersifat fisiologis lazim terjadi dan itu normal-normal saja.Sesuai
siklus menstruasi, di ovarium timbul volikel dan folikelnya berkembang, dan
gambarnya seperti kista. Biasanya kista tersebut berukuran dibawah 5 cm, dapat
di deteksi menggunakan pemeriksaan USG, dan dalam 3 bulan akan hilang. Jadi
ksta yang bersifat fisiologis tidak perlu di operasi, kerena tidak berbahaya dan
tidak mentebabkan keganasan, tetepi perlu di amati apakah kista tersebut
mengalami pembesaran atau tidak.
b. Kista Patologis ( kanker ovarium )
Kista ovarium bersifat ganas di sebut juga kanker ovarium. Kanker ovarium
merupakan penyebab kematian terbanyak dari semua kanker ginekologi. Pada
yang patologis, pambesaran biasa terjadi relative cepat yang kadang tidak
disadari si penderita, kista tersebut sering muncul tampa gejala seperti penykit
umumnya. Itu sebabnya diaknosa awalnya agak sulit dilakukan. Kista ganas
yang mengarah ke kenker biasanya bersekat – sekat dan dinding sel tebal dan
tidak teratur . Tidak seperti kista fisiologis yang hanya berisi cairan, kista
abnormal memperlihatkan campuran cairan dan jaringan semisolid dan dapat
bersifat ganas . (Nugroho T, 2012).
2.1.4 Klasifikasi
Menurut etiologi, kista ovarium dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Kista non neoplasma
Disebabkan karena ketidak seimbangan hormon esterogen dan progresterone
diantaranya adalah :
1) Kista non fungsional
Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan epitelium yang berkurang di
dalam korteks.
2) Kista fungsional
Kista folikel
Banyak terjadi pada wanita yang menarche kurang dari 12 tahun.
Kista ini berasal dari folikel yang menjadi besar semasa proses atresia
32
folliculi. Setiap bulan sejumlah besar folikel menjadi mati, disertai
kematian ovum, disusul dengan degenerasi dari epitel folikel. Pada
massa ini tampaknya sebagai kista – kista kicil. Tidak jarang ruangan
folikel disini dengan cairan yang banyak, sehingga terbentuklah kista
yang besar, yang dapat ditemukan pada pemeriksaan klinis.Biasanya
besarnya tidak melibihi sebuah jeruk, kista jenis ini tidak memberikan
gejala yang karakteristik, bahkan kadang – kadang tidak menunjukan
gejala apapun.Bila mencapai ukuran yang cukup besar, kista tersebut
dapat memberikan rasa penuh dan tidak enak pada daerah yang
dikenai. Diagnose dapat ditentukan dengan palpasi tumor tersebut dan
biasanya tidak memerlukan terapi. (Wiknjosastro H. 2007)
Kista Korpus Luteum
Terjadi karena bertambahnya sekresi progesterone setelah ovulasi.
Ditandai dengan keterlambatan menstruasi atau menstruasi yang
panjang, nyeri abdomen bawah pelvis. Jika ruptur perdarahan
intraperitorial, terapinya adalah operasi ooverektomi.
Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG
terdapat pada mola hidatidosa. ditemui pada kehamilan mola, terjadi
pada 50 % dari semua kehamilan dibentuk sebagai hasil lamanya
stimulasi ovarium, berlebihnya HCG. Tindakanya adalah mengangkat
mola. Biasanya bersama dangan mola hydatidosa. Kista ini
berkembang akibat lamanya stimulasi ovarium dari human chorionik
gonadotropine (HCG). (Lowdermik,dkk. 2005)
Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH yang
menyebabkan hiperstimuli ovarium. Biasanya kedua ovarium
membesar dan bersifat polykisti, permukaan rata, berwarna keabu-
abuan dan berdinding tebal. Pada pemeriksaan mikroskopis akan
tampak tunika yang tebal dan fibrotic. Dibawahnya tampak folikel
dalam bermacam-macam stadium, tetapi tidak di temukan corpus
leteum. Secara klinis memberikan gejala yang disebut stain –
leventhal syndrome dan kelainan ini merupakan penyakit herediter
yang autosomaldominant. (Wiknjosastro H. 2007)
32
b. Kista neoplasma (Winjosastro.et.all 1999)
1) Kistoma ovarii simpleks
Adalah suatu jenis kista deroma serosum yang kehilangan epitel
kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista. Kista ini bertangkai dan
dapat menyebabkan torsi (putaran tingkai). Tindakannya adalah
pengangkatan kista dengan reseksi ovarium. (Winkjosastro, 1999).
2) Kistodenoma ovarii musinoum
Asal kista ini belum pasti, mungkin berasal dari suatu teratoma yang
pertumbuhanya I elemen mengalahkan elemen yang lain. Menurut Mayer,
ia mungkin berasal dari suatu teroma dimana dalam pertumbuhannya satu
elemen menghalangkan elemen –elemen lain. Ada penulis yang
berpendapat bahwa tumor berasal dari lapisan germinativum, sedang
penulis lain menduga tumor ini mempunyai asal yang sama dengan tumor
Brenner. Penangan terdiri atas pengangkatan tumor. Jika pada operasi
tumor sudah cukup besar sehingga tidak tampak banyak sisa ovarium yang
normal, biasanya di lakukan pengangkatan ovariam beserta tuba (salpingo
– ooforektomi). ( Prawirohardjo S, 2008)
3) Kistodenoma ovarii serosum
Berasal dari epitel permukaan ovarium (Germinal ovarium). Pada
umumnya kista ini tidak mencapai ukuran yang amat besar dibandingkan
dengan kistadenoma musinosum.Permukaan tumor biasanya licin, kista
serosum pun dapat berbentuk multilokuler meskipun lazimnya berongga
satu. Terapi pada umumnya samaseperti pada kistadenoma musinosum.
Hanya berhubung dengan lebih besarnya kemungkinan keganasan, perlu di
lakukan pemeriksaan yang teliti terhadap tumor yang dikeluarkan.Bahkan
kadang-kadang perlu di periksa sediaan yang di bekukan pada saat operasi
untuk menentukan tindakan selanjutnya pada waktu operasi.
4) Kista Endrometreid
Belum diketahui penyebab dan tidak ada hubungannya dengan
endometroid. Kista biasanya unilateral dengan permukaan licin, pada
dinding dalam terdapat satu lapisan sel-sel yang menyerupai lapisan
endometrium. Kista ini di temukan oleh sartesson dalam tahun 1969, tidak
ada hubunganya dengan endometriosis ovarii.
32
5) Kista dermoid
Tumor berasal dari sel telur melalui proses patogenesis. Sebenarnya kista
dermoid ialah satu terotoma kistik yang jinak dimana stuktur-stuktur
ektodermal dengan diferensiasi sempurna, seperti epital kulit, rambut, gigi
dan produk glandula sebasea berwarna putih kuning menyerupai lemak
Nampak lebih nenonjol dari pada elemen-elemen entoderm dan
mesoderm.Tidak ada ciri-ciri yang khas pada kista dermoid.Dinding kista
kelihatan putih, keabu-abuan dan agak tipis.Konsistensi tumor sebagian
kistik kenyal, dibagian lain padat. Sepintas lalu kelihatan seperti kista
berongga satu, akan tetapi bila ruangan-ruangan kecil dalam dindingnya.
(Wiknjosastro H. 2007)
2.1.5 Patofisiologi
Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormone dan
kegagalan pembentukan salah satu harmon tersebut bisa mempengaruhi fungsi
ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak
menghasilkan hormone hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang
abnormal kadang menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak
sempurna di dalam ovarium.Folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan
gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium
karena itu terbentuk kista di dalam ovarium. (Corvin, E.J, 2008)
32
Pada umumnya kista ovarium tidak mengubah siklus menstruasi karena kista
tersebut dapat mengeluarkan hormon.
c. Akibat komplikasi
1) Perdarahan pada kista dapat mengakibatkan nyeri abdomen mendadak.
2) Perputaran tungkai atau torsi juga menyebabkan nyeri abdomen secara
tiba-tiba.
3) Infeksi pada kista ovarium dapat menimbulkan gejala seperti panas, nyeri
abdomen, dan dapat mengganggu aktifitas sehari-hari.
4) Robekan dinding kista ovarium menyebabkan isi kista tampak kedalam
ruang abdomen.
5) Degenerasi keganasan sering dijumpai pada usia sebelum menarche dan
diatas 45 tahun.
d. Sindrom Meigs
Dalam 40 persen dari kasus-kasus fibroma ovarium ditemukan asites dan
hidrotoraks. (Wiknjosastro, H. 2007)
2.1.7 Komplikasi
Menurut manuaba (1998) komplikasi dari kista ovarium yaitu :
a. Perdarahan intra tumor
Perdarahan menimbulkan gejala klinik nyeri abdomen mendadak dan
memerlukan tindakan yang cepat.
b. Perputaran tangkai
Tumor bertangkai mendadak menimbulkan nyeri abdomen. Dapat terjadi pada
tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau lebih. Putaran tangkai
menyebabkan gangguan sirkulasi meskipun gangguan ini jarang bersifat total.
c. Infeksi pada tumor
Menimbulkan gejala: badan panas, nyeri pada abdomen, mengganggu aktifitas
sehari-hari.
d. Robekan dinding kista
Pada torsi tangkai ada kemungkinan terjadi robekan sehingga isi kista tumpah
kedalam rungan abdomen. Tetapi dapat pula sebagai akibat trauma, seperti jatuh
atau pukulan pada perut, dan lebih sering pada waktu persetubuhan.
e. Keganasan kista ovarium
Terjadi pada kista pada usia sebelum menarche dan pada usia diatas 45 tahun.
32
2.1.8 Penatalaksanan
a. Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan
menghilangkan kista. Jika terdapat kista fungsional, pil kontrasepsi yang
digunakan untuk mengecilkan ukuran kista. Pemakaian pil kontrasepsi juga
mengurangi peluang pertumbuhan kista.
b. Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium
adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen dengan satu
pengecualian penurunan tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh
pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang
berat. Hal ini dapat dicegah dengan memberikan gurita abdomen sebagai
penyangga.
c. Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien tentang pilihan
pengobatan dan manajemen nyeri dengan analgetik / tindakan kenyamanan
seperti kompres hangat pada abdomen atau teknik relaksasi napas dalam,
informasikan tentang perubahan yang akan terjadi seperti tanda – tanda infeksi,
perawatan insisi luka operasi. (Lowdermilk.dkk. 2005)
d. Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan
bedah, misal laparatomi, kistektomi atau laparatomi salpingooforektomi.
Prinsip pengobatan kista dengan operasi adalah sebagai berikut :
1). Apabila kistanya kecil (misalnya sebesar permen) dan pada pemeriksaan
sonogram tidak terlihat tanda-tanda keganasan,biasanya dokter melakukan
operasi dengan laparaskopi. Dengan cara ini, alat laparaskopi di masukkan
kedalam rongga panggul dengan melakukan sayatan kecil pada dinding
perut, yaitu sayatan searah dengan geris rambut kemaluan.
2). Apabila kistanya agak besar (lebih dari 5 cm), biasanya pengangkatan
kista dilakukan dengan laparatomi. Tehnik ini dilakukan dengan
pembiusan total. Dengan cara laparatomi, kista sudah dapat diperiksa
apakah sudah mengalami proses keganasan (kanker) atau tidak. Bila sudah
dalam proses keganasan operasi sekalian mengangkat ovarium dan saliran
tuba, jaringan lemak sekitar serta kelenjar linfe.
(Fizal yatim,dr 2008).
32
2.1.9 Pemeriksaan penunjang
a. Pap smear : untuk mengetahui displosia seluler menunjukan kemungkinan
adaya kanker / kista.
b. Ultrasound / scan CT : membantu mengindentifikasi ukuran / lokasi massa.
c. Laparoskopi : dilakukan untuk melihat tumor, perdarahan, perubahan
endometrial.
d. Hitung darah lengkap : penurunan Hb dapat menununjukan anemia kronis
sementara penurunan Ht menduga kehilangan darah aktif, peningkatan SDP
dapat mengindikasikan proses inflamasi / infeksi.
32
f. Pekerjaan : Untuk mengetahui bagaimana kehidupan sosial dan
ekonominya
g. Alamat : Untuk mengetahui tempat tinggal pasien, menjaga
kemungkinan bila ada pasien yang namanya sama
32
2) Riwayat haid
Dalam kasus sering ditemukan adanya hipermenorhea, menorhagia,
dan disertai dengan dysmenorhea yang hebat. Harus diwaspadai
terjadinya mioma pada ibu dengan riwayat tersebut diatas dan kapan
HPHT untuk mengetahui siklus haid/hamil dengan perdarahan abortus
(Wiknjosastro, 1991 : 288).
6. Riwayat KB
KB hormonal dengan kadar estrogen yang tinggi merupakan pencetus
terjadinya kista karena estrogen lebih tinggi kadarnya daripada wanita yang
menggunakan KB hormonal. (Hartanto, 2003)
32
Ibu mengalami kecemasan disebabkan karena dampak/gejala yang
ditimbulkan oleh adanya penyakit seperti perdarahan, ada benjolan,
perdarahan yang terus-menerus dan lama.
9. Kondisi spiritual
Ibu merasa terganggu dengan adanya perdarahan dan gejala lain dari
penyakitnya, terutama bagi pasien yang beragama Islam, tidak
dapat/terganggu dalam melaksanakan ibadah.
32
Tampak pucat pertanda adanya anemia, keluar keringat dingin bila
terjadi syok. Bila perdarahan konjungtiva tampak anemis
(Manuaba, 1998 : 410). Pada klien yang disertai rasa nyeri klien
tampak meringis
2) Mulut
Mukosa bibir dan mulut tampak pucat, bau kelon pada mulut jika
terjadi shock hipovolemik hebat.
3) Hidung
Tidak ada polip, tidak ada cairan abnormal.
4) Telinga
Benatuk simetris, tidak ada sekret berlebihan dan abnormal.
5) Dada dan payudara
Gerakan nafas cepat karena adanya usaha untuk memenuhi
kebutuhan O2 akibat kadar O2 dalam darah yang tinggi, keadaan
jantung tidak abnormal.
6) Abdomen
- Adanya benjolan pada perut bagian bawah (Sastrawinata, 1981 :
158).
- Teraba adanya massa pada perut bagian bawah konsisten
keras/kenyal, tidak teratur, gerakan, tidak sakit, tetapi kadang-
kadang ditemui nyeri (Sastrawinata, 1981 : 160).
- Pada pemeriksaan bimanual akan teraba benjolan pada perut,
bagian bawah, terletak di garis tengah maupun agak kesamping dan
sering kali teraba benjolan-benjolan dan kadang-kadang terasa
sakit (Wiknjosastro, 2006 : 344).
- Pada pemeriksaan Sondage didapatkan cavum uteri besar dan
rata (Sastrawinata, 1981 : 161).
7) Genetalia
Adanya perdarahan pervaginam yang banyak, encer sampai
bergumpal-gumpal.
8) Anus
Akan timbul haemoroid, luka dan varices pecah karena keadaan
obstipasi akibat penekanan mioma pada rectum.
9) Ekstremitas
32
Oedem pada tungkai bawah oleh karena adanya tekanan pada vena
cava inferior (Sastrawinata, 1981 : 159).
c. Pemeriksaan penunjang
1) USG
- USG abdominal dan transvaginal dapat membantu dan
menegakkan dugaan klinis (Wiknjosastro, 1999 : 344).
- USG abdominal dan transvaginal digunakan untuk memantau
apakah kista tadi bertambah besar atau tidak. (Wiknjosastro, 1999
: 172).
2) Laboratorium
- Pada kistoma ovari yang disertai dengan perdarahan banyak dapat
terjadi penurunan kadar hemoglobin (Manuaba, 1998 : 410).
- Pada pemeriksaan tidak terdapat keganasan, maka akan dilakukan
sesuai dengan prosedur terapi mioma dan bila terjadi keganasan
akan dilakukan prosedur pengobatan kanker seperti radiasi,
sitostatika.
32
2.2.4 Identifikasi Kebutuhan Segera
Langkah ini menggambarkan proses manajemen yang tidak hanya pada pemberian
pelayanan dasar pada kunjungan antenatal secara periodik. Data baru tetap
diperoleh dari evaluasi beberapa data memberi indikasi adanya situasi emergensi,
dimana bidan harus bertindak segera disamping menunggu tindakan dokter.
2.2.5 Intervensi
Berisi rencana asuhan yang diberikan kepada pasien sesuai diagnosa/ masalah awal
yang ada sesuai dengan protap yang ada.
1. Diagnosa kondisi : PAPIAH dengan kista ovarium KU baik/buruk
Tujuan : - kistoma ovari dapat teratasi
Kriteria : - kistoma ovari tidak bertambah besar
- Tidak timbul komplikasi lain
- Tanda-tanda vital
T : 110/70-140/90 mmHg
N : 70-96 x/mnt
S : 36,5-37,2oC
R : 16-20 x/mnt
Intervensi
a. Jelaskan pada ibu hasil pemeriksaan dari penyakitnya.
R/ Ibu bisa kooperatif dengan tindakan yang akan dilakukan.
b. Jelaskan tentang tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi penyakit
ibu.
R/ Agar ibu lebih tenang dalam menghadapi pengobatan yang dilakukan.
c. Minta persetujuan klien dan keluarga tentang tindakan yang akan
dilakukan.
R/ Agar klien dan keluarganya bisa kooperatif dengan tindakan yang akan
dilakukan.
d. Kolaborasi dengan dokter spesialis untuk penatalaksanaan kistoma ovari
R/ Untuk mendapatkan pengobatan yang tepat (Doenges, 2001 : 120).
32
2. Masalah I : Anemia berhubungan dengan adanya perdarahan yang abnormal.
Tujuan : Anemia teratasi
Kriteria : - Kadar Hb normal : 12 gr-16 gr%
- Kepala tidak pusing
- Muka tidak pucat
- Konjungtiva palpebra merah muda
Intervensi
a. Jelaskan kepada ibu penyebab perdarahan yang dialami.
R/ Dengan diberikan informasi tentang penyakit ibu akan lebih mengerti
dan kooperatif.
b. Jelaskan pada ibu untuk makan-makanan yang mengandung ferum.
R/ Makanan yang mengandung ferum dapat meningkatkan kadar Hb.
c. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian diit TKTP.
R/ Protein membantu pembentukan Hb.
d. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian tranfusi darah.
R/ Untuk meningkatkan kadar Hb.
32
e. Berikan kesempatan klien mengungkapkan perasaannya.
R/ Diharapkan klien dapat kooperatif dengan baik sehingga masalah yang
dihadapi teratasi (Carpenito, 1998 : 136).
4. Masalah III : Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan
urat syaraf oleh kistoma ovari
Tujuan : Nyeri berkurang/hilang
Kriteria : - Klien mengungkapkan nyeri berkurang/hilang
- Klien tidak menangis menahan sakit.
Intervensi
a. Jelaskan kepada klien tentang penyebab nyeri.
R/ Dengan menjelaskan mengenai penyebab nyeri, klien akan mengerti dan
kooperatif dengan tindakan.
b. Ajarkan kepada klien tentang strategi relaksasi dengan bernafas perlahan,
teratur atau nafas dalam.
R/ Dapat mengurangi rasa nyeri.
c. Beri pengurang rasa nyeri (analgesic) bila nyeri sangat hebat.
R/ Obat analgesic akan merangsang syaraf dengan menekan rasa nyeri
sehingga mengurangi rasa nyeri.
d. Observasi tanda-tanda vital
R/ Nyeri hebat ingin menimbulkan pengeluaran adrenalin yang berlebihan
sehingga berpengaruh pada kenaikan frekuensi denyut nadi dan tekanan
darah (Carpenito, 1998 : 30).
32
b. Hindari makanan berlemak dan merangsang asam lambung.
R/ Makanan berlemak lebih lama tinggal di dalam lambung sehingga
menimbulkan rasa penuh (enek) (Carpenito, 1998 : 130)
2.2.6 Implementasi
Pelaksanaan/implementasi merupakan tahap ketiga dalam proses asuhan kebidanan
yang merupakan perwujudan dari rencana tindakan yang telah disusun dalam tahap
perencanaan, implementasi akan dilaksanakan pada kasus nyata serta sesuai dengan
kondisi klien (Depkes RI, 1995 : 11)
2.2.7 Evaluasi
Adalah merupakan tahap akhir dari proses asuhan kebidanan untuk menilai tentang
kriteria hasil yang dicapai, apakah sesuai dengan rencana atau tidak dalam evaluasi
dilakukan dengan pendekatan SOAP, yang dimaksud SOAP adalah sebagai
berikut:
S : Subyektif
Yang didapatkan dari keluhan klien
O : Obyektif
Yang didapatkan dari hasil pemeriksaan oleh petugas yang terkait.
A : Assesment
Berisi kesimpulan dari data subyektif dan obyektif yang menunjukkan
keberhasilan tindakan yang telah dilakukan ataupun masalah yang baru
muncul.
P : Planning
Merupakan perencanaan lanjut dan tindakan yang sudah dilakukan dengan
berpedoman pada tingkat keberhasilan yang telah dicapai (Depkes RI, 1995 :
11).
32
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN
PADA Ny. “Z” DENGAN CYSTOMA OVARII
DI RUANG KANDUNGAN RSU AISIYAH PONOROGO
I. PENGKAJIAN DATA
A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama Istri : Ny. ”Z” Nama Suami : Tn. ”M”
Umur : 40 tahun Umur : 42 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Penghasilan : - Penghasilan : ± Rp. 700.000/bln
Alamat : Jl.Pramuka 02/02, Alamat : Jl. Pramuka 02/02
Siman Ronowijayan Siman Ronowijayan
2. Keluhan utama
Ibu mengatakan mengalami haid yang banyak dan lama disertai nyeri hebat
seperti ditusuk-tusuk yang hilang timbul pada perut bagian bawah sejak 2
bulan yang lalu.
32
3. Status Perkawinan
a. Kawin/ tak kawin : kawin
b. Usia kawin pertama : 27 tahun
c. Lama perkawinan : 12 tahun
d. Perkawinan ke : 1
e. Jumlah anak : -
4. Riwayat menstruasi
a. Menarche : umur 14 tahun
- Lamanya : 7 - 9 hari
- Warna : merah segar
- Konsistensi : encer, kadang disertai gumpalan
- Siklus : 28 hari
- Banyaknya : sehari 3x ganti pembalut
b. 2 bulan terakhir : ganti pembalut sehari 4-5x sehari.
6. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan Ibu mengatakan tidak pernah atau menderita penyakit
menahun, menurun dan menular seperti hipertensi, diabetes mellitus,
jantung, TBC, paru-paru dan penyakit kelamin. Ibu mengatakan
mengalami haid yang banyak dan lama disertai nyeri hebat seperti
ditusuk-tusuk yang hilang timbul pada perut bagian bawah sejak 2 bulan
yang lalu.
b. Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah atau menderita penyakit menahun,
menurun dan menular seperti hipertensi, jantung, TBC, paru-paru dan
32
penyakit kelamin, tidak ada riwayat tranfusi darah, ada riwayat operasi,
dan ibu ada riwayat perawatan di RS.
7. Riwayat KB
Ibu mengatakan setelah kelahiran anak pertamanya ibu tidak menggunakan
KB apapun sampai sekarang.
b. Eliminasi
Sebelum sakit : Ibu BAB 1x sehari, konsistensi lembek, warna kuning
trengguli, tidak ada masalah. BAK 5-6 x/hari,
konsistensi jernih, tidak ada masalah.
Selama sakit : Ibu BAB 1x sehari, konsistensi lembek, warna kuning
trengguli, tidak ada masalah. BAK 6-7 x/hari,
konsistensi jernih, tidak ada masalah.
c. Istirahat
Sebelum sakit : Ibu biasa tidur malam pukul 21.00-05.00 WIB, tidak
ada keluhan. Ibu tidak biasa tidur siang.
32
Selama sakit : Ibu biasa tidur malam pukul 21.00-05.00 WIB, sering
terbangun karena tidak nyaman dikarenakan haid
yang banyak dan nyeri. Ibu tidur siang ±1/2 jam.
d. Aktivitas
Sebelum sakit : Ibu tetap mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti
biasa (memasak, mencuci, menyapu), tidak ada
keluhan.
Selama sakit : Ibu tetap mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti
biasa (memasak, mencuci, menyapu), tapi sering
istirahat karena sering merasa lemas.
e. Personal Hygiene
Sebelum sakit : - Ibu mengatakan mandi 2 x/hari, gosok gigi
bersamaan dengan mandi.
- Ganti pakaian dalam setiap hari habis mandi
- Keramas 2x seminggu
- Sehabis BAB/BAK ibu cebok dari depan (vulva)
ke belakang (anus).
Selama sakit : - Ibu mengatakan mandi 2 x/hari, gosok gigi
bersamaan dengan mandi
- Ganti pakaian dalam setiap hari habis mandi
- Keramas 2x seminggu.
- Sehabis BAB/BAK ibu cebok dari depan (vulva)
ke belakang (anus)
- Ibu sering ganti pembalut karena merasa tidak
nyaman dengan haid yang banyak, lama, dan nyeri.
f. Pola Seksual
Sebelum sakit : Ibu melakukan hubungan seksual 1-2x/ minggu, tidak
ada keluhan.
Selama sakit : Ibu tidak hubungan seksual sejak 2 bulan lalu, suami
mengerti dengan kondisi dirinya.
32
9. Riwayat Psikososial
Ibu mengatakan cemas karena penyakit yang dideritanya dan kemungkinan
operasi yang akan dilakukan. Ibu berdoa agar penyakitnya cepat sembuh.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Status emosional : Stabil
d. Tanda vital
Tensi : 150/90 mmHg
Nadi : 88 x/mnt
RR : 24x/mnt
Suhu : 36’5oC
BB : 52 kg
TB : 150 cm
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
a. Kepala
Rambut : hitam, tidak ada benjolan, tidak mudah rontok, tidak
ada ketombe.
Muka : Tidak sembab, agak pucat, tampak tegang, menyeringai
saat dipalpasi.
Mata : Konjungtiva palpebrae pucat, sklera putih, tidak ada
sekret.
Hidung : Tidak sekret maupun polip.
32
Mulut : Bersih, tidak ada karies gigi, tidak stomatitis
Telinga : Simetris, tidak ada sekret abnormal.
b. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan tyroid, tidak
ada pembendungan vena jugularis.
c. Mammae : Simetris, tidak ada hiperpigmentasi areolla mammae,
putting menonjol.
d. Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi
e. Genetalia : Tidak ada fluor albus, tidak ada pembesaran kelenjar
bartholini/ skene, tidak ada condiloma matalata/
akuminata, perdarahan (+)
f. Anus : Tidak haemorroid.
g. Ekstremitas : Pada ekstremitas bawah tidak ada kelainan, tidak ada
oedema.
Palpasi
a. Mammae : Tidak ada benjolan abnormal pada payudara.
b. Abdomen : Teraba massa / benjolan di adneksa kiri diameter sebesar
±6-7 cm. Ada nyeri tekan.
Auskultasi
Dada : Tidak ada wheezing atau ronchi
Perkusi
Abdomen : Tidak kembung
Reflek Patela : ka/ki (+)
3. Pemeriksaan penunjang
a. USG dan hasilnya didapatkan tampak massa dalam ovarium yang
didiagnosa cystoma ovarri dengan diameter 7 cm.
b. Pemeriksaan EGC : hasil normal
c. Pemeriksaan Rontgen/ thorax : hasil normal
d. Pemeriksaan Laboratorium
Hb : 12 gr%
Albumin : 3,9 (Normal)
32
Faal Haemostasis : Bleeding time : 2 menit
Cloting time : 8 menit
HbsAg : (-)
SGOT : 41 (normal <37 u/l)
SGPt : 17 (normal < 37 u/l)
Gol. Darah : AB
Masalah : Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan rasa nyeri dan massa
abdomen.
Ds : - Ibu mengatakan merasakan nyeri pada perut bagian bawah
- Ibu mengatakan mengalami menstruasi yang banyak dan lama
sejak 2 bulan lalu
32
- Ibu mengatakan mempunyai 1 orang anak tapi meninggal setelah
lahir 12 tahun yang lalu.
DO : - Kedaan umum baik
- Kesadaran composmentis.
- Ekspresi wajah kelihatan cemas
Kebutuhan : Konseling ibu tentang : - dukungan psikologi
- pendamping ibu
- kebutuhan nutrisi
- kebutuhan istirahat
- penanganan kista yaitu kolaborasi
dengan dokter
- support mental dan spiritual
V. INTERVENSI
Tanggal : 03-11-2014 Jam : 10.00 WIB
Diagnosa : Ny ”Z” dengan Cystoma Ovarii, dengan masalah gangguan rasa
nyaman sehubungan dengan rasa nyeri dan massa abdomen
Tujuan : - Cystoma ovarii dapat diatasi
Kriteria : - Cystoma ovarii sembuh
- Tidak timbul komplikasi lain
- Ku baik, kesadaran composmentis
- Tanda – tanda vital normal
T : 110/70 – 130/90 mmHg
N : 80 – 100 x/menit
S : 36 – 37,50C
32
R : 16 – 22 x/menit
- Nyeri berkurang/ hilang
- Ibu bisa beradaptasi dengan keadaan saat ini
Intervensi :
1. Jalin hubungan baik dengan klien dengan pendekatan terapeutik
R/ Ibu bisa lebih kooperatif terhadap tindakan yang dilakukan.
2. Berikan dukungan psikologis pada ibu
R/ membantu mengurangi kecemasan, beban mental dan ibu dapat menerima
keadaan.
3. Beritahu hasil pemeriksaan dan tentang penyakit kistoma ovarii
R/ Ibu mengerti tentang keadaan dirinya.
4. Lakukan kolaborasi dengan dokter Obgyn dan tenaga medis lain
R/ masalah ibu dapat segera ditangani dan ibu cepat sembuh.
5. Jelaskan pada ibu tentang penatalaksanaan untuk mengatasi kistoma ovarii yaitu
dengan operasi (operasi)
R/ Dengan berikan penjelasan tentang kemungkinan penanganan kistoma uteri,
klien dan keluarga segera menentukan sikap.
6. Lakukan persiapan pre operasi terhadap klien
R/ Untuk mengetahui apakah prosedur opersi dapat dilakukan
7. Jelaskan penyebab nyeri
R/ Ibu tahu tentang penyebab nyeri sehingga ibu bisa lebih kooperatif.
8. Ajarkan teknik relaksasi pada ibu dengan kompres hangat pada abdomen
R/ Dapat mengurangi rasa nyeri.
VI. IMPLEMENTASI
Tanggal : 03-11-2014 Jam : 10.10 WIB
Diagnosa : Ny ”Z” dengan Cystoma Ovarii, dengan masalah gangguan rasa
nyaman sehubungan dengan rasa nyeri dan massa abdomen.
Implementasi :
32
Jam 10.10 1. Menjalin hubungan baik dengan pendekatan terapeutik (senyum,
sapa, salam) sehingga tercipta rasa percaya klien kooperatif terhadap
semua tindakan yang akan dilakukan.
Jam 10.13 2. Memberikan dukungan psikologis untuk mengurangi kecemasan
dengan cara duduk disampingnya untuk memberikan ketenangan
dan memberikan kesempatan ibu mengungkapkan perasaannya.
Jam 10.18 3. Menjelaskan pada ibu bahwa penyakit kistoma ovarii adalah
semacam kantong yang berisi cairan yang berada didalam saluran
telur wanita yang dapat disembuhkan dengan pengobatan yang tepat.
Jam 10.20 4. Melakukan kolaborasi dengan dokter Obgyn dan tenaga medis lain
untuk penatalaksanaan laparotomy
Jam 10.25 5. Menjelaskan pada ibu tentang tindakan yang dilakukan untuk
mengatasi kistoma ovarii yaitu dengan pengangkatan kista dengan
operasi (laparotomy), karena bila kista tidak segera diangkat bisa
menjadi tumor ganas (kanker) sehingga perdarahan yang dialami itu
semakin banyak.
Jam 10.30 6. Melakukan persiapan pre operasi sesuai advice Dokter
Pasang infuse RL 500 cc
Injeksi gentamicin 1 ampul
Injeksi Antrain 1 ampul
Injeksi transamin 1 ampul
Pasang DK down kateter
Lakukan pencukuran pada daerah operasi
Observasi TTV, KU ibu dan perdarahan
Jam 10.45 7. Menjelaskan tentang penyebab nyeri yang dialami ibu.
Jam 10.48 8. Ajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri ibu dengan
kompres hangat pada abdomen sementara sebelum dilakukannya
laparotomy.
VII. EVALUASI
Tanggal : 3-11-2014 Jam : 10.48 WIB
Diagnosa : Ny ”Z” dengan cystoma ovarii dengan masalah gangguan rasa
nyaman sehubungan dengan rasa nyeri dan massa abdomen.
32
S : Ibu mengatakan mengerti dan memahami penyakit yang dideritanya serta
tindakan yang akan dilakukan.
O : - Ibu menyetujui tindakan operasi untuk mengambil kista dengan mengisi
inform consent.
- Ibu tampak tenang
- Kedaan umum baik, kesadaran komposmentis.
- TTV
T : 150/90 mmHg
S : 36’5oC
N : 88 x/mnt
R : 24x/mnt
- Infuse RL terpasang ditangan
- Pasien siap untuk dioperasi dan dikirim ke OK
A : Ny “Z” dengan cystoma ovarii, Pre-Op
P : - Anjurkan diet TKTP.
- Persiapan mental ibu dan biaya untuk operasi.
32
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah penulis melaksanakan asuhan pada Ny. “Z” dengan Cystoma Ovarii,
dapat disimpulkan :
1. Dalam melakukan pengkajian data diperlukan ketelitian, kepekaan dan peran serta
ibu dalam memberikan tanggapan untuk menunjang menegakkan diagnosa
kebidanan.
2. Dalam analisa data dan menegakkan diagnosa kebidanan yang mengacu pada
tinjauan pustaka
3. Dari analisa data dapat dilakukan diagnosa masalah potensial
4. Dalam identifikasi kebutuhan segera dapat diambil tindakan segera jika ada
masalah potensial yang harus segera ditangani
5. Perencanaan yang ada pada tinjauan pustaka tidak semuanya dapat direncanakan
pada kasus nyata
6. Pada dasarnya pelaksanaan merupakan perwujudan dan perencanaan, akan tetapi
tidak semua rencana dapat dilaksanakan karena kemungkinan kondisi klien
berubah sehingga dapat merubah rencana yang telah dibuat.
7. Evaluasi merupakan tahap akhir dari asuhan kebidanan yang mana setelah penulis
mengadakan evaluasi diharapkan klien bersedia kontrol sehingga dapat dideteksi
lebih dini jika terjadi komplikasi.
4.2 Saran
1. Mahasiswa
Mahasiswa harusnya mempunyai tanggung jawab atas tugas profesinya.
Mahasiswa mempunyai pegangan etik kebidanan. Mahasiswa dapat bertindak
cepat tanggap dalam menghadapi permasalahan kebidanan
2. Klien
Klien harusnya dapat bekerja sama dengan lebih baik dengan petugas kesehatan,
agar asuhan yang diberikan bisa dilakukan secara optimal
32
3. Institusi Kesehatan
Dapat memberikan pelayanan yang sesuai standart yang telah ada dan melakukan
asuhan yang bermutu tinggi untuk kepuasan klien.
32