DISUSUN OLEH :
A. Latar Belakang..............................
B. Rumusan Masalah...................
C. Tujuan.........................................
BAB II PEMBAHASAN..................
A. Pengertian.......................................
A. Kesimpulan............................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Balakang
Setiap perbuatan manusia itu ada yang baik dan ada yang tidak baik atau buruk. Baik dan
buruk merupakan dua istilah yang banyak digunakan untuk menentukan suatu perbuatan yang
dilakukan oleh seseorang. Pernyataan tersebut dapat dijadikan indikator untuk menilai perbuatan
itu baik atau buruk sehingga dapat dilatarbelakangi sesuatu yang mutlak dan relatif.
Pernyataan – pernyataan tersebut perlu dicarikan jawaban dan dapat dijadikan rumusan
masalah sehingga para pembaca menilai sesuatu itu baik atau buruk memiliki indikator yang
pasti. Untuk itu dijadikan pembahasan masalah adalah Bagaimana ukuran menilai baik dan
buruk menurut pandangan Islam
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Akhlak Menurut Imam Al-Ghazali adalah sifat yang melekat diri seseorang yang
menjadikannya dengan mudah bertindak tanpa banyak pertimbangkan lagi. Ada pula sebagian
ulama mengatakan bahwa akhlak itu adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang
dimana sifat itu akan timbul dengan mudah karena sudah menjadi kebiasaan.
ق عَا َدةُ ْا ِإل َر َد ِة
ُ ُاَ ْل ُخل
“ Khuluq (akhlak) ialah membiasakan kehendak.”
1. Baik dan buruk
Pengertian baik menurut ethik adalah sesuatu yang berharga untuk sesuatu tujuan.
Sebaliknya, yang tidak berharga tidak berguna untuk tujuan, apabila yang merugikan, atau yang
menyebabkan, tidak tercapainya tujuan adalah ”buruk”.
Tujuan dari masing-masing sesuatu,walaupun berbeda-beda,semuanya akan bermuara kepada
satu tujuan yang dinamakan baik,semuanya mengharapkan mendapatkan yang baik dan
bahagia,tujuan yang akhir yang sama ini dalam ilmu ethik ”kebaikan tertinggi”, yang dengan
istilah latinnya di sebut Summum Bonum atau bahasa arabnya Al-khair al-Kully.
Kebaikan tertinggi ini bisa juga di sebut kebahagiaan yang universal atau Universal
Happiness.
Allah Berfirman :
ِ فَا ْستَبِقُوا ْال َخ ْي َرا. َولِ ُك ِّل ِوجْ هَةٌ هُ َو ُم َولِّهَا
)١٤٨ : ت ( البقرة
”dan setiap sesuatu (niat) mempunyai tujuan yang ingin di capainya,maka berlomba-lombalah
kalian ( membuat ) kebaikan”
2. Benar dan Salah
Pengertian benar, menurut etika (ilmu akhlak) ialah hal-hal yang sesuai/cocok dengan
peraturan-peraturan. Sebaliknya pengertian salah menurut etika ialah hal-hal yang tidak sesuai
dengan peraturan-peraturan yang berlaku.
Kebenaran yang objektif, yang merupakan kebenaran yang pasti dan satu itu adalah
kebenaran yang didasarkan kepada peraturan yang dibuat oleh yang Maha satu, Maha
mengetahui akan segala sesuatu yang Maha benar. Karena itu, satu-satunya kebenaran yang
objektif adalah kebenaran yang dibuat oleh yang Maha satu yang Maha benar itu. Dan peraturan
yang dibuat manusia yang bersifat relatif itu adalah benar apabila tidak bertentangan dengan
peraturan yang obyektif yang dibuat oleh yang maha satu yang maha benar. Yakni peraturan
yang tidak bertentangan dengan wahyu, karena kebenaran mutlaq adalah kebenaran dari yang
maha benar.
Allah SWT. Berfirman :
)١٤٧ : ق ِم ْن َربِّكَ فَالَ تَ ُكوْ ن ََّن ِمنَ ْال ُم ْمت َِر ْينَ ( البقرة
ُّ اَ ْل َح
“kebenaran adalah dari tuhanmu dan janganlah kalian termasuk orang yang ragu-ragu”.
Di dalam akhlak islamiyah,untuk mencapai tujuan baik harus dengan jalan yang baik dan
benar. Sebab ada garis yang jelas antara yang boleh dan tidak boleh; ada garis damarkasi anatar
yang boleh di lampaui dan yang tidak boleh di lampaui, garis pemisah antara yang halal dan
yang haram. Semua orang muslim harus melalui jalan yang di bolehkan dan tidak boleh melalui
jalan yang dilarang. Bahkan antara yang hala dan yang haram tidak jelas, disebut Syubhat,orang
muslim harus berhati-hati, jangan sampai jatuh di daerah yang Syubhat, sebab di khawatirkan
akan jatuh di daerah yang haram.
Sebagaimana sabda Rasullullah SAW :
ِ ْت فَقَ ْد ا ْستَ ْب َرأَ لِ ِد ْينِ ِه َو ِعر
, ض ِه ِ فَ َم ِن اتَّقَي ال ُّشبُهَا, اس ٌ َ َوبَ ْينَهُ َما ُم ْشتَبِه, َواِ َّن ْال َح َرا َم بَي ٌِّن, لحالَ َل بَي ٌِّن
ِ َّ ِمنَ الن ات الَيَ ْعلَ ُمه َُّن َكثِ ْي ٌر َ اِ َّن ْا
ِ اَالَ َواِ َّن ِح َمى هللا, ك ِح ًمى ُ َّاعي يَرْ عَي َحوْ َل ْال ِح َمى يُوْ ِش
ٍ ِ اَالَ َواِ َّن لِ ُك ِّل َمل, ك اَ ْن يَقَ َع فِ ْي ِه ِ َكالر. لح َر ِام َ في ْا ِ ت َوقَ َع ِ َو َم ْن َوقَ َع ال ُّشبُهَا
) لج َس ُد ُكلُّهُ اَالَ َو ِه َي ْالقَ ْلبُ ( متفق عليه
َ َت فَ َس َد ْا
ْ َواِذاَ فَ َسد, ُصلُ َح ْال َج َس ُد ُكلُّه ْ صلُ َح
َ ت َ في ْا
َ َ اِذا, ًلج َس ِد ُمضْ َغة ِ ار ُمهُ اَالَ َواِ َّن
ِ َم َح
”sesungguhnya halal itu jelas dan sesungguhnya haram itu jelas. Dan diantara keduanya ada
beberapa Syubhat yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia oleh karena itu barang siapa
menjauhi Syubhat (keadaan tidak jelas, sesunnguhnya (berarti) ia telah membersihkan
agamanya dan kehormatan dirinya.; dan barang siapa yang termasuk di dalam syubhat akan
termasuk kedalam, sebagaimana gembala yang mengembala di keliling batas, hampir ia akan
jatuh ke dalamnya. Ketahuilah, bahwa tiap-tiap milik da batasnya; dan ketahuilah, bahwa
batas-batas allah ialah larangan-larangan-Nya.
Dan ketahuilah, bahwasanya di tubuh itu ada sekepal daging, yang apabila dia bersih, bersihlah
tubuh semuanya; dan apabila dia rusak rusaklah tubuh semuanya; dan ketahuilah, dia ialah
”hati”.
Jadi, menurut akhlak islam, perbuatan itu disamping baik juga harus benar, yang benar juga
harus baik. Sebab dalam ethik yang benar belum tentu baik, dan yang baik belum tentu benar.
3. Adanya kebaikan
Banyak orang yang mengira bahwa orang yang mebgetahui tentang baik itu otomatis menjadi
baik; orang yang mengetahui ilmu akhlak menjadi orang yang berakhlak mulia; seperti halnya
orang yang mengetahui ilmu agama, pandai dalam ilmu agama menjadi orang yang beragama
dengan baik. Belum tentu orang pandai tentu dalam ilmu agama itu menjalankan agama secara
baik, seperti halnya orang yang tahu akan ilmu akhlak belum tentu menjadi orang yang
berakhlak mulia.
Letaknya kebaikan itu pada dua hal :
Pertama : pada adanya kemauan, will, iradah atau niat; dan
Kedua : pada praktek, action atau amaliah.
Kemauan menjadi modal utama untuk berakhlak. Seseorang yang tahu akan baik,
mengetahui baiknya sesuatu, mengetahui betapa baiknya jujur, adil, dermawan, ramah, sopan,
rendah hati, dll. Tapi apabila dia tidak mau melakukan berbuat jujur, tidak mau berbuat adil,
tidak mau dernawan, tidak mau ramah, tidak mau berbuat sopan, dan sebagainya, maka dia tidak
menjadi orang yang baik tersebut.
Kalau kita ingin akan menjadi baik, kita harus menjalankan kebaikan itu. Kalau kita ingin
menjadi orang beragama kita harus melaksanakan ketentuan-ketentuan agama. Dan kebaikan ini
akan menjadi akhlaknya apabila perbuatan baik itu dibiasakannya. Tidak cukup untuk disebut
beakhlak baik apabila nelakukan kebaikan itu tidak menjadi kebiasaannnya. Umpamanya sholat
hanya sesekali atau puasanya sering ditinggalkan dan zakatnya tidak diberikan dan lain
sebagainya.
6. Standar Baik dan Buruk Berdasarkan Sifat yang ada pada Jiwa Manusia
Ada beberapa sifat manusia yang mendorong manusia pada perbuatan dosa, diantaranya yaitu
:
7. Standar baik dan buruk berdasarkan ajaran akhlak, moral,dan etika
Ada ada beberapa aliran untuk menentukan standar baik dan buruknya sesuatu itu, diantarnya
:
1. Aliran Idealisme
Aliran ini memandang bahwa kebenaran yang hakiki tidak dapat dilihat melalui panca indra
semata, karena semua sesuatu yang tampak melalui panca indra hanya merupakan kepalsuan
belaka dan bukan sesuatu yang sebenarnya. Jadi kesimpulan dari aliran ini, bahwa untuk
mengetahui sesuatu itu baik atau buruk maka dapat diukur dengan cita.
2. Aliran Naturalisme
Aliran ini memandang bahwa untuk menilai sesuatu yang baik dan buruk itu dapat dipengaruhi
oleh pembawaan manusia sejak lahir kedunia. Dengan kata lain manusia sejak anak-anak dapat
menilai sesutau itu baik ataupun buruk, akan tetapi dia belum bisa menganalisis mengapa sesuatu
itu baik ataupun buruk. Untuk bisa menganalisis sesuatu itu baik dan buruk diperlukan
pengalaman hidup yang lama, karena semakin lama pengalaman hidupnya maka semakin matang
pemahamannya terhadap sesuatu yang baik dan buruk. Dengan ini dapat ditegaskan bahwa
menilai sesuatu itu ditentukan oleh kebutuhan dan kondisi wilayah yang ditempati oleh manusia.
3. Aliran Hedonisme
Hedonisme merupakan aliran filsafat tua yang berakar dai pemikiran filsafat Yunani. Menurut
aliran ini sesuatu yang dikategorikan baik itu adalah sesuatu yang bisa mendatangkan
kenikmatan nafsu biologis. Sedangkan sesuatu yang buruk itu adalah sesuatu yang tidak
memberikan kenikmatan nafsu biologis. Sehingga aliran ini menitikberatkan bahwa kebahagian
itu terletak pada kepuasan biologis dan hal itu merupakan tujuan hidup bagi mereka yang
beraliran hedonisme.
c. Aliran Mu’tazilah
Aliran Mu’tazilah mengatakan bahwa akal manusia tidak dilarang untuk berfikir sebebas-
bebasnya termasuk memikirkan tentang persoalan agama. Karena itu dalam menentukan setiap
nash (dalil), aliaran Mu’tazilah selalu menentukan nash (dalil) yang akan dijadikan dasar
pemikirannya. Dan untuk menentukan baik dan buruknya sesuatu, aliran Mu’tazilah selalu
berorientasi pada akalnya dan kemudian mencari nash (dalil) yang mendukungnya. Sehingga
aliran ini sering juga disebut sebagai aliran Rasionalisme.
d. Aliran Ahlus Sunnah Wal-Jama’ah
Adanya aliran Ahlus Sunnah Wal-Jama’ah merupakan reaksi dari aliran Mu’tazilah yang
menganggap bahwa dalam memecahkan persoalan hanya dengan filosofisnya saja dan tidak
dibandingkan dengan teologi sebelumnya (sunnah Nabi). Maka lain halnya dengan aliran
Mu;tazilah, aliran Ahlus Sunnah Wal-Jama’ah banyak menggunakan sunnah Nabi dalam
menentukan sesuatu itu baik atupun salah dan lebih mendahulukan nash (dalil) baru kemudian
akal yang menjelaskannya. Dan aliran Ahlus Sunnah Wal-Jama’ah juga menambahkan bahwa
untuk menentukan sesuatu itu benar dan buruk itu sudah ditentukan oleh Al-Qur’an dan Al-
Hadist.
5. Aliran Tasawuf
Menurut aliran Tasawuf nilai baik dan buruk sesuatu itu bisa dilihat dari perasaan bahagia.
Bahagia disini bisa dikategorikan sebagai perasaan yang spirititual. Maka tidak heran dalam
aliran Tasawuf sangat popular istilah zuhud, yaitu suatu sikap yang menunggalkan kesenangan
dunia yang bersifat materil.
BAB III
PENUTUP
I.II Kesimpulan
Sesuatu yang disebut baik atau buruk itu relative sekali, karena bergantung pada
pandangan dan penilaian masing-masing yang merumuskannya dan pengertian ini bersifat
subjektif, karena bergantung pada individu yang menilainya.
Dari segi bahasa baik adalah terjemahan dari kata khair dalam bahasa arab, atau good
dalam bahasa inggris. Louis Ma’luf dalam kitabnya, Munjid, mengatakan bahwa yang disebut
baik adalah sesuatu yang telah mencapai kesempurnaan
DAFTAR PUSTAKA