Anda di halaman 1dari 16

Kamis , 08 April 2021

LAPORAN BIOTEKNOLOGI

ACARA 4

PEMBUATAN TEMPE

RIZKI PAMBUDI WANA

1804020042

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2021
PEMBUATAN TEMPE

I. TUJUAN
1. Untuk mengetahui bagaimana hasil fermentasi dari pembuatan
tempe.
2. Untuk mengetahui bagaimana prosedur atau langkah-langkah
dalam pembuatan tempe.
3. Untuk mengetahui apa itu tempe.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis kapang yang biasa digunakan dalam
pembuatan tempe.
5. Untuk mengetahui pH yang baik pada pembuatan tempe dari
kedelai.

II. DASAR TEORI


Tempe merupakan panganan yang terbuat dari hasil fermentasi
kacang kedelai oleh kapang berjenis Rhizopus, seperti Rhizopus
oligosporus, Rh. Oryzae, Rh. stolonifera, dan Rh. arrhizus yang pada
umumnya dikenal sebagai kapang tempe.Tempe yang dikenal luas oleh
masyarakat Indonesia biasanya adalah tempe yang berbahan dasar kedelai.
Selain tempe kedelai, ada juga tempe yang berbahan dasar selain kedelai,
contohnya tempe lamtoro berbahan dasar biji lamtoro, tempe benguk yang
berbahan biji benguk, tempe bungkil berbahan dasar bungkil kacang
tanah, tempe gembus yang berbahan dasar bungkil tahu dan tempe
bongkrek berbahan dasar bungkil kelapa (Astuti, 2009).
Tempe adalah produk hasil fermentasi kedelai yang sudah lama
dikenal di Indonesia. Faktor yang paling penting dalam pembuatan tempe
yaitu inokulum atau laru yang mengandung kapang Rhizopus sp. Jenis
kapang yang berperan dalam fermentasi tempe adalah R.
oligosporus dan R. oligopsorus dan kapang lain seperti R.
stolonifer dan R. arrhizus. Inkolum tempe digunakan sebagai agnesia
pengubah kedelai yang telah mengalami proses perebusan dan perendaman
menjadi tempe (Kasmidjo, 1990).
Fermentasi bahan pangan merupakan hasil kegiatan dari beberapa
spesies mikroba contohnya seperti bakteri, khamir dan kapang.  Mikroba
yang melakukan fermentasi dengan memberikan hasil yang dikehendaki
dapat diklasifikasikan dari mikroba-mikroba penyebab penyakit dan
penyebab kerusakan.  Mikroba fermentasi mendatangkan hasil akhir yang
dikehendaki, misalnya bakteri akan menghasilkan asam laktat, khamir
menghasilkan alkohol, kapang menghasilkan tempe (Muchtadi, 1989).
Waktu fermentasi menyebabkan pengaruh dalam kualitas suatu
produk, produk fermentasi adalah produk yang dapat diterima baik secara
kenampakan, aroma serta nutrisi yang dihasilkan. proses Fermentasi
dibantu oleh mikroorganisme yang memiliki fase hidup logaritmik.
Sehingga didapatkan produk fermentasi yang terbaik harus mengetahui
fase pertumbuhan optimal dari mikroorganisme yang dimanfaatkan
tersebut (Darajat. 2014).
Menurut Winarno (1984), Fermentasi umumnya dilakukan
menggunakan kultur murni yang dihasilkan di laboratorium. Kultur ini
dapat disimpan dalam keadaan kering atau dibekukan, contohnya kultur
murni dari bakteri asam laktat dalam membuat keju. Kadang-kadang tidak
digunakan kultur murni untuk fermentasi sebagai laru (starter). Misalnya
pada pembuatan tempe atau oncom digunakan hancuran tempe dan oncom
yang sudah jadi.
Proses Pembuatan Tempe dibagi menjadi dua cara, yaitu cara
tradisional serta cara baru. Didalam proses pembuatan secara tradisional,
tempe mula-mula direbus, lalu dikupas dan dibuang kulitnya, dicuci,
direndam semalaman, direbus, kemudian didinginkan, diberi bibit tempe
(kapang tempe) diperang dalam bungkusan, lalu ditutup menggunakan
daun pisang. Kemudian cara pembuatan tempe baru di mulai dengan
pengupasan kering biji kedelai dengan menggunakan mesin pengupas
(burr mill), lalu direbus sampai suhu mendidih. Direndam dalam air
perebusan dilakukan selama 22 jam, dicuci untuk menhilangkan kulit yang
mungkin masih tersisa, dan direbus kembali selama 40 menit. Kemudian
ditiriskan sampai bagian luarnya mengering dan diberi kapang tempe
sampai merata kemudian dimasukkan kantong plastik 200 gram. Kantong
plastik diberi lubang berukuran 4cm2 lalu diperam (fermentasi) selama 14-
16 jam. (Hermana, 1971, h. 68)
Proses pembuatan tempe melibatkan beberapa faktor pendukung,
yaitu bahan baku yang dipakai (kedelai), mikroorganisme (kapang tempe),
dan keadaan lingkungan tumbuh (suhu, pH, dan kelembaban). Dalam
proses fermentasi tempe kedelai, substrat yang digunakan yaitu biji kedelai
yang telah direbus dan mikroorganisme yang digunakan berupa kapang
antara lain Rhizopus olygosporus, Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer
dan lingkungan pendukung yang terdiri dari suhu 30 ̊C, pH awal 6.8,
kelembaban nisbi 70-80%. Selain menggunakan kapang murni, juga dapat
digunakan sebagai starter dalam pembuatan tempe .Rahadiyanti (2011).
Rahadiyanti (2011) menyatakan bahwa komposisi kedelai
bervariasi tergantung varietas yang dikembangkan dan juga warna kulit
maupun kotiledonnya. Kandungan protein dalam kedelai kuning bervariasi
antara 31-48%, dibandingkan dengan beras, jagung, tepung singkong,
kacang hijau, daging, ikan segar, dan telur ayam, kedelai mempunyai
kandungan protein lebih tinggi, hampir sama kadar protein susu skim
kering.
Menurut Hidayat (2006), Kualitas tempe amat dipengaruhi oleh
kualitas starter yang digunakan untuk inokulasinya. Berikut merupakan
syarat starter yang baik digunakan untuk pembuatan tempe :

1. Bebas dari mikroba kontaminan dan jika memungkinkan strain yang


dipakai memiliki kemampuan untuk melindungi diri dari dominasi
mikroba kontaminan
2. Mampu bertahan beberapa bulan tanpa mengalami perubahan genetis dan
kemampuan tumbuhnya
3. Mampu memproduksi spora dalam jumlah banyak
4. Mampu menghasilkan produk yang stabil berulang-ulang
5. Memiliki persentese pertumbuhan spora yang tinggi segera setelah
diinokulasi
6. Mengandung biakan jamur tempe murni, dan bila digunakan berupa
campuran yang harus memiliki proporsi yang tepat
7. Pertumbuhan miselia setelah inokulasi harus kuat, lebat berwarna putih
bersih, memiliki aroma spesifik tempe yang enak dan tidak mengalami
sporulasi terlalu dini.
Menurut Purwadaksi. (2007). Kedelai adalah tanaman pangan
berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar Glycine ururiencis,
merupakan kedelai yang menurunkan berbagai kedelai yang kita kenal
sekarang (Glycine max (L) Merril) yang berasal dari daerah Manshukuo
(Cina Utara). Di Indonesia, dibudidayakan mulai abad ke-17 sebagai
tanaman makanan dan pupuk hijau. Penyebaran tanaman kedelai ke
Indonesia berasal dari daerah Manshukuo menyebar ke daerah Mansyuria :
Jepang (Asia Timur) dan ke negara - negara lain di Amerika dan Afrika.
Jenis kedelai terdiri atas empat macam, yaitu:
1. Kedelai cokelat adalah kedelai yang kulit bijinya berwarna cokelat.
2. Kedelai hijau adalah kedelai yang kulit bijinya berwarna hijau, apabila
dipotong melintang memperlihatkan warna hijau pada irisan keping
bijinya.
3. Kedelai hitam adalah kedelai yang kulit bijinya berwarna hitam.
4. Kedelai kuning adalah kedelai yang kulitnya berwarna kuning, putih atau
hijau. Apabila dipotong melintang memperlihatkan warna kuning pada
irisan keping bijinya. Kedelai kuning inilah yang biasanya dijadikan
tempe.
III. ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang akan digunakan antara lain :
a) Alat :
1. Sarangan
2. Panci
3. Tutup panci
4. Nampan plastic
5. Plastic
6. Centong plastic
7. Baskom
8. Kompor gas
9. Daun pisang
10. Tusuk gigi
11. Karet gelang
12. Bunsen burner
13. Bolpoint
14. Label
15. Buku penuntun praktikum
16. Log book
17. HP untuk dokumentasi
18. Stopwatch
19. Timbangan
20. Korek api
21. Kertas koran
b) Bahan :
1. Ragi tempe 0,5 gram
2. Air
3. Kedelai ½ kg

IV. CARA KERJA


Setelah melaksanakan praktikum di dapat beberapa tahapan atau
proses cara kerja sebagai berikut :
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada
praktikum.
2. Mencuci nampan alat – alat yang akan digunakan pada
praktikum.
3. Lalu mencuci kedelai sampai bersih.
4. Setelah kedelai dicuci sampai bersih kemudian kedelai direbus
sampai menjadi setengah matang.
5. Langkah selanjutnya yakni kedelai yang telah direbus menjadi
setengah matang lalu langsung direndam selama semalaman.
6. Setelah kedelai yang telah direbus menjadi setengah matang
dan telah direndam selama semalaman, kemudian kulit ari yang
masih menempel pada kedelai dibuang atau dibersihkan
dimana dengan cara diremas-remas.
7. Setelah itu kedelai dicuci kembali sampai benar-benar bersih
dan sampai mendapatkan biji kedelai yang terbelah atau
keeping-keping biji yang terbelah.
8. Selanjutnya yakni setelah kedelai telah dicuci sampai bersih
dan sudah tidak ada kulit arinya, kemudian kedelai dimasukkan
ke dalam panci, panci yang sudah berisi dengan air dan telah
diberi sarangan dan dikukus sampai matang.
9. Setelah kedelai yang dikukus sudah matang kemudian panci
yang berisi kedelai diangkat dan kedelai dituangkan ke dalam
nampan plastic atau kedelai dihamparkan pada nampan plastic.
10. Berikutnya yakni kedelai yang dihamparkan pada nampan
plastic di dinginkan dengan cara dikipas-kipas supaya cepat
mongering dan cepat dingin.
11. Langkah selanjutnya yakni setelah kedelai sudah dingin dan
mongering kemudian menambahkan ragi tempe sebanyak 0,5
gram dan sambil diaduk-aduk supaya merata.
12. Selanjutnya yakni setelah ragi sudah tercampur secara merata
kemudian membungkus kedelai pada plastic dan daun pisang.
13. Setelah dimasukkan ke dalam plastic lalu plastic yang berisi
kedelai direkatkan dengan cara dibakar sedikit pada bunsen
burner setelah itu ditusuk-tusuk menggunakan tusuk gigi.
14. Berikiutnya yakni meletakkan atau menuangkan kedelai pada
daun pisang seperti membuat tempe mendoan yakni terdapat
dua layer dan diikat menggunakan karet gelang.
15. Setelah semua kedelai telah dibungkus lalu ditempatkan atau
diletakkan ke dalam nampan plastic dan diberi nama kelompok
menggunakan label supaya tidak tertukar dengan kelompok
yang lain karena satu nampan digabung menjadi beberapa
kelompok.
16. Setelah itu kemudian ditunggu atau diinkubasi selama
semalaman dan keesokan harinya diamati serta
mendokumentasikan semua kegiatan praktikum dari awal
sampai dengan akhir.
17. Tempe siap diasjikan.

HASIL PENGAMATAN TEMPE


Kelompo Hari/tgl Pengamatan Kriteria penilaian
Kekompokan Aroma Warna
k
1 Jum’at, Daun pisang 3 3 3
09 April Kompak Khas Putih
2021 tempe
kedelai
Plastik 0 3 1
Tidak kompak Khas Krem
tempe
kedelai
Sabtu, 10 Daun pisang 3 3 3
April Kompak Khas Putih
2021 tempe
kedelai
Plastik 1 3 1
Kurang Khas Krem
kompak tempe
kedelai
2 Jum’at, Daun pisang 1 3 1
09 April Kurang Khas Krem
2021 kompak tempe
kedelai
Plastik 0 0 1
Tidak kompak Tidak Krem
sedap
Sabtu, 10 Daun pisang 3 3 3
April Kompak Khas Putih
2021 tempe
kedelai
Plastik 3 3 3
Kompak Khas Putih
tempe
kedelai
3 Jum’at, Daun pisang 1 3 1
09 April Kurang Khas Krem
2021 kompak tempe
kedelai
Plastik 1 0 1
Kurang Tidak Krem
kompak sedap
Sabtu, 10 Daun pisang 3 3 3
April Kompak Khas Putih
2021 tempe
kedelai
Plastik 1 3 1
Kurang Khas Krem
kompak tempe
kedelai
4 Jum’at, Daun pisang 0 3 1
09 April Tidak kompak Khas Krem
2021 tempe
kedelai
Plastik 0 0 1
Tidak kompak Tidak Krem
sedap
Sabtu, 10 Daun pisang 3 3 3
April Kompak Khas Putih
2021 tempe
kedelai
Plastik 1 3 3
Kurang Khas
kompak tempe
kedelai

V. PEMBAHASAN
Pada praktikum acara kedua tentang pembuatan yoghurt ini
dilakukan pada Gedung F Lantai 3,. Praktikum dilaksanakan pada pukul
07:00 WIB sampai dengan selesai. Mengingat sekarang sedang dalam
situasi covid-19 sehingga praktikum dibagi menjadi dalam 2 kloter dan
disetiap kloter terdapat 4 kelompok supaya tidak berkerumun serta
menggunakan masker dan mencuci tangan pada saat sebelum
melaksanakan praktikum dan setelah melaksanakan praktikum.
Setelah melaksanakan praktikum dari awal sampai dengan akhir
dan setelah melakukan pengamatan sampai dua hari yang dapat dihasilkan
yakni pada hari pertama pengamatan pada perlakuan tempe menggunakan
plastic belum kompak atau kurang kompak masih ada beberapa masih
terbentuk atau terlihat kedelainya, sedangkan pada perlakuan
menggunakan daun pisang juga sama yakni kompak Namun pada
aromanya sudah tercium bau khas tempe kedelai dan untuk warnanya
sendiri pada hari pertama sudah putih pada hari kedua pengamatan tempe
sudah terbentuk semua atau sudah kompak walaupun hanya beberapa
yang belum terbuntuk atau kurang kompak, pada hari kedua warnanya
sudah putih semua.
Perebusan ini sendiri bertujuan agar kacang dapat menyerap air
sebanyak mungkin, sehingga membuatnya lebih lunak dan memudahkan
proses fermentasi (acidification) di tahap awal. Perebusan yang ideal
dalam pembuatan tempe dilakukan sebanyak 2 kali dengan tujuan akhir
memaksimalkan jumlah isoflavon tempe. Jika tanpa perebusan di tahap
awal, maka dibutuhkan waktu perendaman yang lebih lama, dan akan
muncul bau asam. Proses perebusan yang kedua sebenarnya diperlukan
untuk memastikan agar kacang dalam keadaan benar-benar matang dan
untuk membunuh bakteri yang bersifat kontaminan.
Pengupasan kulit kacang sendiri bertujuan agar asam laktat bisa
masuk lebih mudah ke dalam biji kacang dan miselium tumbuh selama
fermentasi. Pengupasan kacang dalam skala kecil bisa dilakukan dengan
menggunakan kaki, namun jika kacang (misalnya kacang kedelai) dalam
jumlah besar menggunakan mesin mengupas.
Perendaman sendiri bertujuan agar terjadi fermentasi asam laktat
dan terjadinya kondisi asam sehingga mendorong pertumbuhan mold
tempe, yang akan tercapai jika pH sekitar 3,5–5,2. Adanya campuran kulit
kacang dalam tempe akan menghambat pertumbuhan bakteri asam laktat
selama perendaman dan menurunkan acidification kacang. Pertumbuhan
bakteri ditandai dengan keluarnya bau asam saat perendaman serta adanya
busa di permukaan air perendaman. Penambahkan cuka ke dalam air
rendaman dapat mempercepat proses keasaman, bahkan bisa menghemat
waktu perendaman hingga 10 jam. Keasaman dan perendaman juga
menguntungkan pertumbuhan bakteri untuk sintesa vitamin B2, vitamin
B6, vitamin B12, niacin, biotin, asam folat, dan asam pantotenat.
Pencucian sendiri bertujuan agar kacang tidak menjadi asam dan
menghilangkan lendir yang dihasilkan bakteri asam laktat. Adanya bakteri
dan lendir akan menghalangi proses fermentasi tahap akhir. Setelah
pencucian, beberapa produsen merebus kacang untuk kedua kalinya. Hal
ini akan membuat biji kacang semakin lunak. Selain itu juga akan
membunuh bakteri yang hidup dan berkembang biak selama perendaman.
Kacang dengan dua kali perebusan akan lebih bersih, lebih lama daya
simpannya, dan rasa tidak asam. Di dalam praktikum kali ini dilakukan
pengukusan untuk mencegah rusaknya tekstur kacang.
Pendinginan sendiri bertujuan untuk mendinginkan sebelum
kacang diberi ragi. Sambil menunggu kacang dingin, kacang juga
dibersihkan dari kotoran yang mungkin masih ada. Kotoran yang biasanya
terdapat dalam kacang adalah kerikil, ranting, dan kontaminan fisik lain.
Peragian pada kacang kedelai sendiri harus benar-benar bersih, kering dan
dingin sebelum disebarkan ragi di permukaan kacang.
Pengemasan dimana setelah melakukan proses peragian, maka
kacang segera dikemas. Pengemasan bisa menggunakan daun pisang atau
plastik (telah diberi lubang kecil untuk mendapatkan oksigen bagi
pertumbuhan kapang), pertumbuhan kapang dari kacang yang dibungkus
daun pada umumnya lebih cepat dibandingkan yang dibungkus plastik.
Perlakuan dilakukan dengan membandingkan perbedaan penggunaan jenis
kemasan yaitu daun pisang dan plastik. Fermentasi setelah proses
pengemasan selesai, kacang kedelai yang sudah dibungkus, diperam pada
tempat yang dianggap lembab. Suhu tidak boleh terlalu dingin karena akan
menghalangi pertumbuhan kapang. Suhu yang ideal berkisar 20 derajat
hingga 37 derajat. Jumlah ragi, suhu dan kelembaban adalah faktor penting
untuk proses fermentasi. Lama fermentasi yang dilakukan adalah sekitar
36 jam.
Pada seluruh sampel tempe kacang dengan kemasan daun pisang,
permukaan tempe dapat tertutup oleh miselium kapang. Miselium
berwarna putih dan tempe yang dihasilkan kompak. Namun pada tempe
dengan kemasan plastik aerasi 1% dan 5% mempunyai tekstur yang
kurang kompak. Pertumbuhan miselium dipengaruhi oleh jenis kapang
yang digunakan, viabilitas laru, suhu, konsentrasi asam organik yang tidak
terdisosiasi, serta pH. Kondisi inkubasi sangat mempengaruhi
pertumbuhan kapang dan pembentukan miselium. Pembuatan lubang
kemasan (aerasi) berperan dalam penyediaan oksigen untuk pertumbuhan
kapang. Aerasi yang terlalu sedikit menyebabkan kapang kekurangan
oksigen sehingga pertumbuhannya terhambat. Namun ketika lubang
kemasan terlalu banyak, kapang akan tumbuh dengan cepat dan terjadi
sporulasi. Hal ini tidak dikehendaki dalam pembuatan tempe. Sporulasi
akan menyebabkan munculnya spora berwarna hitam pada permukaan
tempe.

Menurut Dwinaningsih (2010), akibat proses pengolahan kedelai


menjadi tempe, kadar nitrogen totalnya yaitu semakin bertambah, dan
selama proses fermentasi terjadi perubahan jumlah kandungan asam
amino yang secara menyeluruhan mengalami kenaikan setelah proses
fermentasi itu terjadi. Hal tersebut didukung juga oleh Suprihatin (2010),
yang menyatakan bahwa dengan adanya aktivitas proteolitik kapang,
protein akan diuraikan menjadi asam-asam amino oleh kapang Rhizopus
oryzae sehingga nitrogen terlarutnya akan mengalami peningkatan.
Anonim (2014) yang menyatakan ketengikan atau rancidity
merupakan perubahan bau, rasa, maupun yang sering dijumpai pada bahan
makanan yang mengandung minyak dan lemak yang berlebihan. Minyak
dan lemak pada bahan makanan maupun makanan dapat teroksidasi
selama proses penyimpanan, pengolahan, dan karena perlakuan panas.
Oksidasi inilah yang menimbulkan penurun kulaitas dari suatu bahan
makanan sehingga aroma dan warna dari suatu bahan makanan dapat
berubah menjadi tengik serta permukaan bahan makanan yang terlihat
terlalu berminyak.
VI. KESIMPULAN
Setelah melakukan praktikum pada proses pembuatan tapai ketan
dan tapai singkong dari awal sampai dengan akhir di dapatkan kesimpulan
sebagai berikut :
1. Fermentasi yang di dapatkan setelah pembuatan tempe yakni
menyebabkan tekstur kedelai pada tempe menjadi lebih blunak,
terurainya protein yang terkandung dalam kedelai menjadi lebih
sederhana sehingga mempunyai mempunyai daya cerna yang lebih
baik dibandingkan dengan produk pangan yang terbuat dari kedelai
yang tidak melalui proses fermentasi. Pada selama proses
fermentasi yakni kedelai menjadi temped an dihasilkan sebuah
antibiotika yang akan mencegah penyakit diare atau sakit perut.
2. Prosedur pada pembuatan tempe yakni mencuci nampan alat – alat
yang akan digunakan pada praktikum, lalu mencuci kedelai sampai
bersih, setelah kedelai dicuci sampai bersih kemudian kedelai
direbus sampai menjadi setengah matang, langkah selanjutnya
yakni kedelai yang telah direbus menjadi setengah matang lalu
langsung direndam selama semalaman, setelah kedelai yang telah
direbus menjadi setengah matang dan telah direndam selama
semalaman, kemudian kulit ari yang masih menempel pada kedelai
dibuang atau dibersihkan dimana dengan cara diremas-remas.
setelah itu kedelai dicuci kembali sampai benar-benar bersih dan
sampai mendapatkan biji kedelai yang terbelah atau keeping-
keping biji yang terbelah, selanjutnya yakni setelah kedelai telah
dicuci sampai bersih dan sudah tidak ada kulit arinya, kemudian
kedelai dimasukkan ke dalam panci, panci yang sudah berisi
dengan air dan telah diberi sarangan dan dikukus sampai matang,
setelah kedelai yang dikukus sudah matang kemudian panci yang
berisi kedelai diangkat dan kedelai dituangkan ke dalam nampan
plastic atau kedelai dihamparkan pada nampan plastic, berikutnya
yakni kedelai yang dihamparkan pada nampan plastic di dinginkan
dengan cara dikipas-kipas supaya cepat mongering dan cepat
dingin, langkah selanjutnya yakni setelah kedelai sudah dingin dan
mongering kemudian menambahkan ragi tempe sebanyak 0,5 gram
dan sambil diaduk-aduk supaya merata, selanjutnya yakni setelah
ragi sudah tercampur secara merata kemudian membungkus
kedelai pada plastic dan daun pisang, setelah dimasukkan ke dalam
plastic lalu plastic yang berisi kedelai direkatkan dengan cara
dibakar sedikit pada bunsen burner setelah itu ditusuk-tusuk
menggunakan tusuk gigi, berikiutnya yakni meletakkan atau
menuangkan kedelai pada daun pisang seperti membuat tempe
mendoan yakni terdapat dua layer dan diikat menggunakan karet
gelang, setelah semua kedelai telah dibungkus lalu ditempatkan
atau diletakkan ke dalam nampan plastic dan diberi nama
kelompok menggunakan label supaya tidak tertukar dengan
kelompok yang lain karena satu nampan digabung menjadi
beberapa kelompok, setelah itu kemudian ditunggu atau diinkubasi
selama semalaman dan keesokan harinya diamati serta
mendokumentasikan semua kegiatan praktikum dari awal sampai
dengan akhir, dan tempe siap diasjikan.
3. Tempe merupakan suatu produk makanan yang terbuat dari bahan
baku berupa kedelai, tempe juga memiliki sumber kandungan
berupa protein nabati yang cukup tinggi.
4. Jenis kapang yang sering digunakan pada pembuatan tempe yakni
berupa Rhizopus oligosporus, Rhizopus oryzae, Rhizopus
stolonifer, dan Rhizopus arrhizus.
5. Rhizopus sp dapat tumbuh dengan baik pada pH kisaran 3,4 sampai
dengan 6. Semakin lama waktu ferementasi maka pH pada tempe
akan semakin meningkat sampai menjadi pH 8,4 sehingga jamur
akan semakin menurun karena pH tinggi kurang sesuai untuk
pertumbuhan jamur.

VII. DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, A. Azis. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi


Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Anonim, 2014. Penyebab Ketengikan Pada Makanan.jakarta.


Astuti, Nurita, P. (2009) Sifat Organoleptik Tempe Kedelai yang Dibungkus
Plastik, Daun Pisang dan Daun Jati. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Ayu Rahadiyanti. (2011). Pengaruh Tempe Kedelai Terhadap Kadar Glukosa


Darah Pada Prediabetes. Semarang: Program Studi Ilmu Gizi Universitas
Diponegoro.
Darajat, Duta Pakerti dkk. 2014. Jurnal Pangan dan Agroindustri. Influence of
Fermentation Time and Proportion of Dextrin to the Quality of Milk
Tempeh Powder.  Vol.2 No.1.
Dwinaningsih, E.A. 2010. Karakterisitik Kimia dan Sensori Tempe dengan
Variasi Bahan Baku Kedelai/Beras dan Penambahan Angkak Serta Lama
Fermentasi (Skripsi). Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret.
Surakarta.

Hermana. (1971). Tjara Baru Pembuatan Tempe. (The New Method of Preparing
Tempeh). Gizi Indonesia, 2:167, 1970.

Kasmidjo, R. B. 1990. Tempe: Mikrobiologi Dan Biokimia Pengolahan Serta


Manfaatnya. Yogyakarata. UGM.
Muchtadi,T.R. 1989. Teknologi Proses Pengolahan Pangan. PAU Pangan dan
Gizi, IPBBogor.

Purwadaksi. 2007. Membuat Tahu dan Tempe. Agromedia Pustaka. Jakarta.


Suprihatin. 2010. Teknologi Fermentasi. UNESA Press. Surabaya.

Winarno,F.G, dkk. 1984. Pengantar Teknologi Pangan. Jakarta: PT Gramedia.

VIII. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai