LAPORAN BIOTEKNOLOGI
ACARA 4
PEMBUATAN TEMPE
1804020042
2021
PEMBUATAN TEMPE
I. TUJUAN
1. Untuk mengetahui bagaimana hasil fermentasi dari pembuatan
tempe.
2. Untuk mengetahui bagaimana prosedur atau langkah-langkah
dalam pembuatan tempe.
3. Untuk mengetahui apa itu tempe.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis kapang yang biasa digunakan dalam
pembuatan tempe.
5. Untuk mengetahui pH yang baik pada pembuatan tempe dari
kedelai.
V. PEMBAHASAN
Pada praktikum acara kedua tentang pembuatan yoghurt ini
dilakukan pada Gedung F Lantai 3,. Praktikum dilaksanakan pada pukul
07:00 WIB sampai dengan selesai. Mengingat sekarang sedang dalam
situasi covid-19 sehingga praktikum dibagi menjadi dalam 2 kloter dan
disetiap kloter terdapat 4 kelompok supaya tidak berkerumun serta
menggunakan masker dan mencuci tangan pada saat sebelum
melaksanakan praktikum dan setelah melaksanakan praktikum.
Setelah melaksanakan praktikum dari awal sampai dengan akhir
dan setelah melakukan pengamatan sampai dua hari yang dapat dihasilkan
yakni pada hari pertama pengamatan pada perlakuan tempe menggunakan
plastic belum kompak atau kurang kompak masih ada beberapa masih
terbentuk atau terlihat kedelainya, sedangkan pada perlakuan
menggunakan daun pisang juga sama yakni kompak Namun pada
aromanya sudah tercium bau khas tempe kedelai dan untuk warnanya
sendiri pada hari pertama sudah putih pada hari kedua pengamatan tempe
sudah terbentuk semua atau sudah kompak walaupun hanya beberapa
yang belum terbuntuk atau kurang kompak, pada hari kedua warnanya
sudah putih semua.
Perebusan ini sendiri bertujuan agar kacang dapat menyerap air
sebanyak mungkin, sehingga membuatnya lebih lunak dan memudahkan
proses fermentasi (acidification) di tahap awal. Perebusan yang ideal
dalam pembuatan tempe dilakukan sebanyak 2 kali dengan tujuan akhir
memaksimalkan jumlah isoflavon tempe. Jika tanpa perebusan di tahap
awal, maka dibutuhkan waktu perendaman yang lebih lama, dan akan
muncul bau asam. Proses perebusan yang kedua sebenarnya diperlukan
untuk memastikan agar kacang dalam keadaan benar-benar matang dan
untuk membunuh bakteri yang bersifat kontaminan.
Pengupasan kulit kacang sendiri bertujuan agar asam laktat bisa
masuk lebih mudah ke dalam biji kacang dan miselium tumbuh selama
fermentasi. Pengupasan kacang dalam skala kecil bisa dilakukan dengan
menggunakan kaki, namun jika kacang (misalnya kacang kedelai) dalam
jumlah besar menggunakan mesin mengupas.
Perendaman sendiri bertujuan agar terjadi fermentasi asam laktat
dan terjadinya kondisi asam sehingga mendorong pertumbuhan mold
tempe, yang akan tercapai jika pH sekitar 3,5–5,2. Adanya campuran kulit
kacang dalam tempe akan menghambat pertumbuhan bakteri asam laktat
selama perendaman dan menurunkan acidification kacang. Pertumbuhan
bakteri ditandai dengan keluarnya bau asam saat perendaman serta adanya
busa di permukaan air perendaman. Penambahkan cuka ke dalam air
rendaman dapat mempercepat proses keasaman, bahkan bisa menghemat
waktu perendaman hingga 10 jam. Keasaman dan perendaman juga
menguntungkan pertumbuhan bakteri untuk sintesa vitamin B2, vitamin
B6, vitamin B12, niacin, biotin, asam folat, dan asam pantotenat.
Pencucian sendiri bertujuan agar kacang tidak menjadi asam dan
menghilangkan lendir yang dihasilkan bakteri asam laktat. Adanya bakteri
dan lendir akan menghalangi proses fermentasi tahap akhir. Setelah
pencucian, beberapa produsen merebus kacang untuk kedua kalinya. Hal
ini akan membuat biji kacang semakin lunak. Selain itu juga akan
membunuh bakteri yang hidup dan berkembang biak selama perendaman.
Kacang dengan dua kali perebusan akan lebih bersih, lebih lama daya
simpannya, dan rasa tidak asam. Di dalam praktikum kali ini dilakukan
pengukusan untuk mencegah rusaknya tekstur kacang.
Pendinginan sendiri bertujuan untuk mendinginkan sebelum
kacang diberi ragi. Sambil menunggu kacang dingin, kacang juga
dibersihkan dari kotoran yang mungkin masih ada. Kotoran yang biasanya
terdapat dalam kacang adalah kerikil, ranting, dan kontaminan fisik lain.
Peragian pada kacang kedelai sendiri harus benar-benar bersih, kering dan
dingin sebelum disebarkan ragi di permukaan kacang.
Pengemasan dimana setelah melakukan proses peragian, maka
kacang segera dikemas. Pengemasan bisa menggunakan daun pisang atau
plastik (telah diberi lubang kecil untuk mendapatkan oksigen bagi
pertumbuhan kapang), pertumbuhan kapang dari kacang yang dibungkus
daun pada umumnya lebih cepat dibandingkan yang dibungkus plastik.
Perlakuan dilakukan dengan membandingkan perbedaan penggunaan jenis
kemasan yaitu daun pisang dan plastik. Fermentasi setelah proses
pengemasan selesai, kacang kedelai yang sudah dibungkus, diperam pada
tempat yang dianggap lembab. Suhu tidak boleh terlalu dingin karena akan
menghalangi pertumbuhan kapang. Suhu yang ideal berkisar 20 derajat
hingga 37 derajat. Jumlah ragi, suhu dan kelembaban adalah faktor penting
untuk proses fermentasi. Lama fermentasi yang dilakukan adalah sekitar
36 jam.
Pada seluruh sampel tempe kacang dengan kemasan daun pisang,
permukaan tempe dapat tertutup oleh miselium kapang. Miselium
berwarna putih dan tempe yang dihasilkan kompak. Namun pada tempe
dengan kemasan plastik aerasi 1% dan 5% mempunyai tekstur yang
kurang kompak. Pertumbuhan miselium dipengaruhi oleh jenis kapang
yang digunakan, viabilitas laru, suhu, konsentrasi asam organik yang tidak
terdisosiasi, serta pH. Kondisi inkubasi sangat mempengaruhi
pertumbuhan kapang dan pembentukan miselium. Pembuatan lubang
kemasan (aerasi) berperan dalam penyediaan oksigen untuk pertumbuhan
kapang. Aerasi yang terlalu sedikit menyebabkan kapang kekurangan
oksigen sehingga pertumbuhannya terhambat. Namun ketika lubang
kemasan terlalu banyak, kapang akan tumbuh dengan cepat dan terjadi
sporulasi. Hal ini tidak dikehendaki dalam pembuatan tempe. Sporulasi
akan menyebabkan munculnya spora berwarna hitam pada permukaan
tempe.
Hermana. (1971). Tjara Baru Pembuatan Tempe. (The New Method of Preparing
Tempeh). Gizi Indonesia, 2:167, 1970.
VIII. LAMPIRAN