Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TATA KALIMAT DAN KALIMAT EFEKTIF BAHASA INDONESIA

Dibuat untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia dengan
dosen pengampu Dra. Hj. Yuliani, M.Pd.

Disusun Oleh :

1. Nabila Nurul Sa’diyah (1204010101)


2. Nabyla Nurbaitillah Putri (1204010103)
3. Nurulia Nafadila (1204010119)
4. Rifdah Rohadatul Jannah (1204010132)

JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2021

1
KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmanirrahmaanirrahiim.
Assalamu’alaikum Wr.Wb.,

Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah


melimpahkan berkat dan rahmat-NYA sehingga kami kelompok 4 dapat
menyusun makalah ini. Tak lupa shalawat dan salam semoga tetap
tercurah limpahkan kepada Nabi kita Nabi Muhammad SAW.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi


tugas Ibu Dra. Hj. Yuliani, M.Pd. pada Mata Kuliah Bahasa Indonesia.
Selain itu, tujua penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan
tentang Tata Kalimat dan Kalimat Efektif Bahasa Indonesia bagi para
pembaca dan bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada


Ibu Dra. Hj. Yuliani, M.Pd. yang telah membimbing kami sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik, dan dengan adanya tugas
ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi kami. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung
penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Kami juga memohon maaf apabila ada ketidaksesuaian dan
kesalahan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun sangat kami nantikan.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Bandung, 27 Maret 2021

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................... 2


DAFTAR ISI ........................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 4
A. Latar Belakang……… ............................................................... 4
B. Rumusan Masalah……… ......................................................... 4
C. Tujuan…………………............................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................... 5
A. Tata Kalimat….. ...................................................................... 5
B. Kalimat Efektif……… .............................................................. 8
C. Penyimpangan-Penyimpangan Bahasa…………………… 10
BAB III KESIMPULAN……..………................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 15

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa merupakan sarana berfikir untuk menyampaikan pesan


kepada orang lain. Bahasa juga merupakan alat komunikasi dan
penghubung antar masyarakat. Bahasa itu berisi pikiran, keinginan dan
perasaan bagi setiap pembaca ataupun penulis. Bahasa yang digunakan
juga dapat memperjelas apa yang dipikirkan, diinginkan dan di rasakan
oleh penulis, sehingga dapat diterima oleh para pembaca. Kalimat yang
dapat mencapai sasarannya dengan baik disebut dengan kalimat efektif.

Kalimat efektif adalah kalimat yang emeiliki kemampuan unuk


menimbulkan kembali gagasan – gagasan dalam pikiran pendengar atau
pembaca seperti apa yang ada di pikiran pembaca atau penulis. Kalau telah
disampaikan dengan tepat, pembaca akan dapat memahaminya dengan
mudah. Namun terkadang hal itu tidak sampai kepada pembaca.Karna ada
sebagian unsur-unsur yang seharusnya tida di munculkan. Kelengkapan
dan keeksplisitan semacam itu dapat diatur berdasarkan keperluan
komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah (Mustakim, 1994: 86).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kaliat?
2. Apa itu kalimat efektif?
3. Apa penyimpangan-penyimpangan bahasa?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang kalimat.
2. Untuk mengetahui kalimat efektif.
3. Untuk mengetahui penyimpangan-penyimpangan bahasa.
4.

4
BAB II

PEMBAHASAN
A. Tata Kalimat

I. Pengertian Kalimat

Kalimat adalah kumpulan kata yang setidaknya terdiri atas subjek dan
predikat. Kalimat pun dapat terbentuk dari satu klausa maupun beberapa
klausa.
Kalimat menurut Soelistyowati (2015) adalah bagian terkecil ujaran atau
teks yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara kebahasaan.
Dalam wujud lisan kalimat diiringi oleh alunan titinada, disela oleh jeda,
diakhiri oleh intonasi selesai, dan diikuti oleh kesenyapan yang
memustahilkan adanya perpaduan atau amilasi bunyi.
Dalam wujud tulisan huruf latin, sebuah kalimat ditandai dengan adanya
berbagai tanda baca yang menunjukan seperti apa kalimat harus seperti apa
dibaca.
Menurut Kridalaksana (2001), kalimat adalah satuan bahasa yang secara
relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final, dan secara aktual
maupun potensial terdiri dari klausa; klausa bebas yang menjadi bagian
kognitif percakapan; satuan proposisi yang merupakan gabungan klausa atau
merupakan satu klausa, yang membentuk satuan bebas; Jawaban minimal,
seruan, salam, dan sebagainya.
Kalimat menurut Arifin dan Tasai (2002) adalah satuan bahasa terkecil,
dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh.
Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi baik lisan dan tulisan harus
memiliki subjek dan predikat.
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud tulisan maupun lisan
yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan, kalimat
diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda dan diakhiri
dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai
dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.) ; tanda tanya (?) ;
tanda seru (!). Dilihat dari hal predikat kalimat dalm bahsa Indonesia ada dua
macam, yaitu :
a. Kalimat-kalimat yang berpredikat kata kerja
b. Kalimat-kalimat yang berpredikat bukan kata kerja
Contoh : “Tugas itu dikerjakan oleh para mahasiswa”

5
Kata kerja dalam kalimat itu ialah dikerjakan, kata dikerjakan adalah
predikat dalam kalimat ini. Setelah ditemukan predikat dalam kalimat itu
subjek dapat ditemukan dengan cara bertanya menggunakan predikat sebagai
berikut :
a. Apa yang dikerjakan
b. Siapa yang mengerjakan
Perhatikan pernyataan berikut!
“ Ruangan itu memerlukan tiga buah kursi ”
Untuk menentukan kalimat itu benar atau tidak, yang mula-mula dicari
ialah predikat. Hal tersebut mudah kita lakukan karena ada kata kerja dalam
pernyataan itu, yaitu memerlukan.
Kata memerlukan adalah predikat kalimat. Setelah itu kita mencari subjek
kalimatdengan bertanya apa/siapa yang memerlukan. Jawabannya adalah
ruangan itu.
Sebuah kata kerja dalam sebuah kalimat tidak dapat menduduki status
predikat kalau di depan kata kerja itu terdapat partikel yang, untuk dan
sabangsa dengan itu. Seperti pernyataan di bawah ini :
a. Singa yang menerkam kambing itu.
b. Mahasiswa yang meninggalkan ruangan kuliah.
c. Pertemuan untuk memilih ketua baru.

II. Pola Kalimat Dasar


Berdasarkan penelitian para ahli pola dasar kalimat adalah sebagai berikut:
(1) KB + KK Mahasiswa itu berdiskusi.
(2) KB + KS Dosen itu ramah.
(3) KB + K bil Harga buku itu tiga puluh ribu rupiah.
(4) KB + Ket Tinggalnya di Bandung.
(5) KB + KK + KB Mereka menonton film.
(6) KB + KK + KB + KBPaman mencarikan saya pekerjaan.
(7) KB + KB Wahyu peneliti.
Ketujuh pola kalimat dasar ini dapat diperluas dengan berbagai keterangan
dan dapat pula pola-pola dasar itu digabung-gabungkan sehingga kalimat
menjadi luas dan kompleks.

6
III. Kelengkapan Unsur Sebuah Kalimat
Kelengkapan unsur sebuah kalimat sekurang-kurangnya harus memenuhi
dua hal, subyek dan predikat. Jika predikat kalimat itu bersifat transitif, unsur
kalimat yang disebut obyek juga harus hadir. Unsur lain, yakni keterangan,
kehadirannya bersifat sekunder atau tidak perlu dipentingkan. Perhatikan
contoh berikut :
(1) Pembangunan itu untuk menyejahterakan rakyat.
Subjek keterangan
(2) Bagi para siswa yang mengikuti ujian harus melunasi SPP.
Keterangan predikat objek
Kedua kalimat di atas belum memenuhi kelengkapan unsur kalimat.
Mengapa? Alasannya karena tidak ada predikat dalam kalimat dan tidak ada
subjek. Untuk memperbaiki kalimat (1) harus dilengkapi predikat dan
kalimat(2) harus dilengkapi subjek.
Berikut perbaikannya :
(1) Pembangunan itu bertujuan (untuk) menyejahterakan rakyat.
Subjek predikat pelengkap
(2) Para siswa yang mengikuti ujian harus melunasi SPP
Subjek predikat objek

IV. Kesejajaran Satuan Dalam Kalimat


Kesejajaran satuan dalam pembentukan kalimat yaitu keadaan sejajar
satuan-satuan yang membentuk kalimat, baik dari segi bentuk maupun makna
kalimat.
Berikut contoh yang memperlihatkan ketidaksejajaran bentuk :
(1) Kegiatannya meliputi pembelian buku, membuat katalog dan mengatur
peminjaman buku.

Ketidaksejajaran itu ada pada pembentukan kata pembelian (buku) yang


termasuk nomina disejajarkan dengan kata membuat (katalog) dan mengatur
(peminjaman buku) yang termasuk verba.

Contoh ketidaksejajaran makna :

7
(1) Dia berpukul-pukulan

Kalimat tersebut terasa janggal karena tidak ada kesejajaran subjek dan
predikat dari segi makna. Kata berpukul-pukulan bermakna ‘saling pukul’. Itu
berarti pelakunya harus lebih dari satu. Kata dia bermakna tunggal sehingga
subjek kalimat perlu diubah menjadi mereka (mereka berpukul-pukulan) atau
atau ke dalam kalimat itu ditambahkan keterangan komitatif (penyerta)
dengan temannya (dia berpukul-pukulan dengan teman-temannya).

V. Pemilihan Kata Dalam Kalimat

Pemilihan kata yang tidak tepat dalam kalimat akan membentuk kalimat
tidak baku. Misalnya penggunaan kata penghubung yang tidak sesuai dengan
fungsi dan makna kata penghubung, penggunaan kata yang pleonasme
(penggunaan kata yang berlebihan yang sebenarnya tidak perlu).

Contoh pemilihan kata yang tidak tepat :

(1) Semua peserta daripada pertemuan itu sudah pada hadir.

Penguunaan kata daripada tidak diperukan. Karena dalam konteks itu,


daripada hanya menyatakan milik bukan menyatakan perbandingan.
Seharusnya penggunaan kata daripada dipergunakan dalam konteks kalimat
yang menyatakan perbandingan. Misalnya “Siswa kelas C lebih aktif
daripada siswa kelas D”.

Berikut perbaikan kalimat (1) :

(1) Semua peserta pertemuan itu sudah hadir.

VI. Struktur Kalimat


Menurut Badudu (1992 : 11-12) dalam bahasa Indoneia, kalimat pasif
dengan pelaku orang pertama kata kerjanya tidak diberi awalan di-. Awalan
di-hanya digunakan bila pelaku pekerjaaan itu orang ketiga. Misalnya,
diambilnya; dibuatnya; dibeli oleh Ibu; dan sebagainya. Bila pelaku
pekerjaan orang pertama atau kedua, maka kata ganti orang (pelaku)
diletakkan didepan kata kerja. Contoh : “Surat itu saya tulis”.

B. Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan untuk
menimbulkam kembali gagasan-gagasan. Pada pikiran pendengar atau
pembaca seperti yang ada pada pikiran pembaca atau penulis.kalimat efektif

8
harus dapat mengungkapkan gagasan pemakaiannya secara tepat dan dapat
dipahami secara tepat pula.
Ciri Kalimat Efektif
1. Kesepadanan
Kesepadanan adalah keseimbangan antara pikiran dan struktur
bahasa yang dipakai.
Ciri-cirinya adalah:
a. Kalimat itu memiliki subjek dan predikat yang jelas,contoh:
Semua mahasisa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.
b. Tidak terdapat subjek ganda,contoh:
Soal itu bagi saya kurang jelas.
c. Kata penghubung intrakalimat yang dipakai pada kalimat tunggal,contoh:
Kami datang agak terlambat oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti
acara pertama.
d. Kalimat predikat tidak didahului oleh kata ‘’yang’’,contoh:
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa melayu.
2. Keparalelan

Keparalelan adalah kesamaaan bentuknya yang digunakan dalam


kalimat itu.Artinya,apabila bentuk pertama menggunakan nominan maka
bentuk kedua dan seterusnya juga menggunakan nomina; dan selanjutnya.
Contoh:
Harga minyak dibekukan atau dinaikan secara luwes.

3. Ketegasan
Ketegasan atau penekanan adalah suatu perlakuan penonjolan pada
pokok ide kalimat. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina,
bentuk kedua dan seterusnya juga menggunakan momina. Cara untuk
membentuk penekanan pada kalimat.
a. Meletakkan kata yang menonjol itu di depan kalimat, contoh:
- Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan
negaranya.
b. Membuat urutan kata yang bertahap, contoh:
- Bukan seratus,seribu,atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah,
telah disumbangkan kepada anak terlantar.

9
c. Melakukan pengulangan kata (repetisi), contoh:
- Saya suka akan kecantikan mereka, saya suka saya suka akan
kelembutan mereka.
d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan, Contoh:
- Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
e. Menggunakan partikel penekanan. Contoh:
- Saudaralah yang bertanggung jawab
4. Kehematan
Kehematan artinya tidak menggunakan kata, frasa atau bentuk lain
yang dianggap tidak perlu. Beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.
a) Menghilangkan pengulangan subjek. Contoh:
- Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempay itu.
b) Menghindarkan pemakaian subordinat pada hoponimi kata.
Contoh:
- Dia memakai baju merah
c) Menghindarkan kesinoniman dalam suatu kalimat. Contoh:
- Dia hanya membawa badannya.
d) Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak
- Bentuk baku: para tamu; Bentuk tidak baku: tamu-tamu
5. Kecermatan
Kecermatan artinya tidak menimbulkan tafsiran ganda dan tepat
dalam pilihan kata.
1) Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para
menteri
6. Kepaduan
Kepaduan adalah kepaduan pernyyataan dalam kalimat itu
sehingga informasi yang disampaikan tidak terpecah-pecah.
o Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara
berpikir yang tidak simetris
o Kalimat yang padu menggunakan aspek pola aspek + agen + verbal
secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat.
o Kalimat yang tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada
atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita
7. Kelogisan
Kelogisan artinya ide kalimatb itu dapat diterima oleh akal dan
penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.

C. Pengertian Penyimpangan Berbahasa

 Kontaminasi
Istilah kontaminasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu contamination
yang berarti pengotoran atau pencemaran. Kata tersebut diserap oleh

10
bahasa Indonesia hingga menjadi “kontaminasi” yang berarti keracunan
atau kekacauan. Kontaminasi merupakan gejala penggunaan bahasa yang
terjadi karena perserangkaian atau penggabungan dua kata atau dua
kalimat yang tidak selaras sehingga terjadilah kekacauan bentuk bahasa.
Contoh :
Persoalan itulah yang saya tidak mengerti.
Kalimat di atas merupakan bentuk kontaminasi dari kalimat :
a.Persoalan itulah yang tidak saya paham. (Pasif)
b. Saya tidak mengerti persoalan itu (Aktif).

 Pleonasme
Pleonasme berasal dari bahasa Latin yaitu pleonasme (bahasa Griek
disebut pleonazein) yang artinya berlebihan. Dalam bahasa Indonesia,
pleonasme merupakan pemakaian kata yang tidak diperlukan karena
maknanya sama dengan kata yang telah disebutkan. Oleh karena itu,
pleonasme bukan saja dianggap gejala yang mengurangi keefektifan
kalimat, melainkan termasuk kesalahan atau penyimpangan yang harus
dihindari pemakaiannya.
Dalam bahasa Indonesia dikenal beberapa macan gejala pleonasme,
diantaranya :
o Terdapat dua kata atau lebih yang mempunyai arti serta fungsi yang sama
di dalam sebuah ungkapan.
Contoh :
(1) Sangat menarik sekali.
Seharusnya :
(2) Sangat menarik atau menarik sekali.

o Terdapat dua kata atau lebih yang mempunyai kesamaan makna. Makna
kata yang satu terkandung di dalam makna yang lain. Misalnya, ungkapan-
ungkapan pada berdatangan seharusnya pada datang atau berdatangan.
Gejala pleonasme yang ke-dua ini terjadi karena bahasa Indonesia
mempunyai kata-kata keterangan penentu jamak dan juga memiliki
struktur kata yang bermakna jamak yaitu struktur kata berulang. Karena
bahasa Indonesia tidak mengenal concord atau agreement (kata penentu
jamak harus berpasangan dengan kata benda jamak), maka perserangkaian
kata keterangan penentu jamak dengan kata benda jamak atau kata kerja

11
jamak merupakan perserangkaian yang berlebihan atau menyimpang dari
ketentuan efektiftifitas pengungkapan.

 Pemecahan Gatra Pasif


Bahasa Indonesia mengenal 4 macam struktur kalimat pasif umum, yaitu :
1. Pasif yang predikatnya berafiks di-;
2. Pasif keadaan, yaitu pasif predikatnya berafiks ke-an;
3. Pasif persona; dan
4. Pasif yang predikatnya berkata ganti.
Contoh penyimpangan bentuk gatra pasif di dalam kalimat :
- Semua berkas yang saudara sekiranya perlukan kami akan bereskan untuk
segera mengirimkannya.
- Seperti telah saya katakan, Saudara harus menceritakan apa yang telah
Saudara lakukan.

 Kesalahan Karena Pengaruh Kalimat Asal


Bentuk kalimat pasif merupakan variasi dari bentuk kalimat aktif.
Makna kalimat variasi sama dengan makna kalimat asal atau kalimat yang
divariasikan.
Contoh kalimat aktif : PSII sering mendatangkan pelatih dari luar negeri.
Dapat divariasikan menjadi : Pelatih dari luar negeri sering didatangkan
(oleh) PSII.

 Bentuk Kata yang Tidak Paralel


Di dalam sebuah kalimat majemuk yang sering dijumpai bentuk kata
predikat yang satu tidak sejalan dengan bentuk kata predikat yang lain,
sehingga hubungan dengan subjeknya tidak jelas.
Contoh : Sebelum mencatat, pahamilah dahulu maksudnya.
Kalimat di atas kurang efektif karena mengandung bagian-bagian
pernyataan yang bentuknya tidak paralel. Apabila bagian-bagian tersebut
diubah sedemikian rupa sehingga memiliki hubungan sama bentuk yang
paralel maka efektifitas kalimat akan dapat kita rasakan bedanya.
Misalnya, diubah menjadi kalimat berikut :
Sebelum mencatat, hendaknya Saudara pahamilah dahulu maksudnya.

12
 Penyimpangan Kata Tugas
Kata-kata tugas seperti adalah, mengenai, daripada sering disisikan
terhadap konstruksi-konstruksi yang tidak memerlukannya sehingga
kalimat yang bersangkutan tidak atau kurang efektif. Contoh
(1) Pendapat Saudara adalah benar
(2) Tindakan itu adalah sesuai sekali dengan apa yang kami harapkan.
Kedua kalimat di atas, tidak memerlukan kata tugas adalah karena inti
predikatnya kata sifat yaitu benar dan sesuai. Kata tugas digunakan
apabila inti predikat kalimat merupakan kata benda.

 Penyimpangan Afiksasi
Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks terhadap bentuk dasar untuk
menghasilkan kata baru. Bahasa Indonesia kaya sekali dengan struktur
kata afiks atau kata berimbuhan. Kata berafiks ini disebutkan juga kata
kompleks karena terdiri atas morfem dasar dan morfem imbuhan.
Contoh :
Menyelusuri -> menelusuri
Pertanggunganjawab -> pertanggungjawaban
Mengetrapkan -> menerapkan

 Penanggalan Afiks
Bentuk-bentuk kata yang standar sering bergeser menjadi bentuk kata
yang tidak standar karena adanya penyingkatan dengan cara menanggalkan
afiks. Gejala ini di antarnya tampak di dalam kata miring pada kalimat
berikut :
Waktu ujian akan diundur beberapa hari.
Kalimat di atas seharusnya : Waktu ujian akan diundurkan beberapa hari.

 Simulfikasi
Simulfikasi adalah proses pembubuhan simulfik terhadap bentuk dasar
untuk membentuk kata baru. Simulfiks merupakan bentuk akronim dari
simultan afiks atau afiks simultan. Ada dua cara simulfiks, yaitu afiks yang

13
secara simultan menduduki posisi di awal dan di akhir bentuk dasar. Afiks
semacam ini disebut juga konfliks sebagai bentukakronim dari konfigurasi
afiks.
Bahasa Indonesia mempunyai beberapa simulfiks, macam yang pertama
ini (konfiks) yaitu
i. ke-an seperti dalam kata-kata keadilan, kehilangan, dan
kekebalan;
ii. per-an seperti dalam kata pengajaran, pembacaan, dan
pendengaran;
iii. ber-an seperti dalam kata berdampingan, dan berdatangan;
dan
iv. se-nya seperti dalam kata sepandai-pandainya, sebelumnya,
dan sebaiknya.
Kedua, afiks yang secara simultan melekat pada bentuk dasar tanpa
membentuk suku kata baru. Bahasa Indonesia tidak mengenal afiks atau
simulfiks macam kedua ini. Bahasa daerah, misalnya bahasa Sunda
mempunyai simulfiks N- seperti dalam kata maca ‘membaca’ yang terjadi
karena pembubuhan N- pada bentuk dasar maca ---baca.
Bahasa Indonesia tidak memiliki simulfiks macam kedua terapi terdapat
kata berikut :
Nampak -> tampak
Ngobrol -> mengobrol
Ngecap -> mengecap
Ngaji -> mengaji

14
BAB III
KESIMPULAN

 Kalimat adalah satuan adalah satuan bahasan kecil, dalam wujud tuliasan
ataupun lisan, yang mengungkapkan pikiran utuh. Dalam wujud lisan
kalmat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, di sela jeda,
dan diakhiri dengan intonasi akhir.
 Beberapa unsur yang harus di perhatikan dalam membuat sebuah kalimat
yang benar adalah pola kalimat dasar, kelengkapan unsur sebuah kalimat,
kesejajaran satuan dalam kalimat, pemilihan kata dalam kalimat dan
struktur kalimat.
 Kalimat efektif adalah kalimat yang emeiliki kemampuan unuk
menimbulkan kembali gagasan – gagasan dalam pikiran pendengar atau
pembaca seperti apa yang ada di pikiran pembaca atau penulis. Ciri-cirinya
yaitu kesepadan struktur, keparalelan bentuk, ketegasan makna,
kecermatan penalaran, kepaduan gagasan dan kelogisan bahasa.

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Cecep Wahyu Hoerudin, M.Pd, dkk. Pengembangan Karakter Bahasa


Indonesia, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Materi Bahasa Indonesia (materibahasaindonesia.web.id)

15

Anda mungkin juga menyukai