Anda di halaman 1dari 8

Universitas Bina Sarana Informatika

Latihan Soal

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia


Pertemuan :1
Materi : Konsep Bahasa, Fungsi Bahasa, dan Sifat Bahasa
Dosen : Rd Bily Parancika, M.Pd.

Nama : Rio Santoso As


NIM : 12184899
Kelas : 12.6D.30

Tugas Pertemuan 1
1. Buatlah essai minimal 250 kata dengan topik “Pajak”.
2. Tentukanlah essai yang telah Anda buat tersebut termasuk ke dalam fungsi bahasa
yang mana?

1. PROBLEMATIKA PAJAK E COMMERCE: ANTARA POTENSI DAN ANCAMAN


BAGI PERKEMBANGAN INDUSTRI ONLINE DI INDONESIA

Oleh:

Friska Mey Surya Praditya

Di Indonesia, perpajakan merupakan sektor yang memberikan sumbangsih cukup tinggi dalam
penerimaan negara yang mempunyai peran vital dalam membiayai pembangunan nasional.
Besar-kecilnya penerimaan pajak akan menentukan kapasitas anggaran negara dalam
membiayai pengeluaran negara baik untuk pembiayaan pembangunan maupun pembiayaan
anggaran rutin (Simanjutak & Mukhlis, 2012). Peran perpajakan yang penting ini terkadang
tak diimbangi dengan kontribusi masyarakat dalam pembayaran pajak sedangkan perpajakan di
Indonesia menerapkan sistem perpajakan self assesment. Sistem perpajakan ini dapat diartikan
bahwa Indonesia percaya terhadap wajib pajak untuk menghitung, menyetor dan melaporkan
sendiri kewajiban perpajakannya.

Menurut data yang dicatat oleh Kementrian Keuangan, penerimaan pajak pada tahun 2017
mencapai Rp 1.147,5 triliun. Dilansir dalam Katadata.co.id, Direktur Potensi, Kepatuhan dan
Penerimaan Pajak Ditjen Pajak menyatakan bahwa penerimaan pajak yang lebih tinggi
dibandingkan tahun lalu disebabkan oleh tingkat kepatuhan pajak yang mengalami
peningkatan dibandingkan sebelumnya. Namun perlu adanya reformasi perpajakan untuk terus
meningkatkan penerimaan pajak.

Adanya reformasi perpajakan yang dilakukan pemerintah saat ini merupakan tindakan yang
tepat meski membutuhkan waktu yang lama. Karenanya perlu perbaikan baik dari segi faktor
intenal, faktor eksternal maupun landasan hukumnya. Faktor internal dapat meliputi perbaikan
database wajib pajak, pelayanan, standar pemeriksaan serta pemetaan potensi perpajakan
sedangkan faktor eksternalnya seperti perbaikan tingkat kepatuhan wajib pajak, sumber
informasi dan kemudahan administrasi dalam perpajakan.

Dilansir dalam CNN Indonesia, realisasi penerimaan pajak tahun 2017 tumbuh 4,3 persen
dibanding tahun sebelumnya. Capaian yang diperoleh dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
sebesar Rp 4784 triliun. Pertumbuhan ini jauh lebih tinggi dibandingkan apa yang diperkirakan
pemerintah. Hal ini menunjukkan tren penerimaan perpajakan dalam APBN yang semakin
sehat. Tujuan negara untuk mencapai pemerataan pembangunan, pemerataan dan efisiensi
sumber daya serta meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat dapat tercapai melalui
perpajakan. Dengan kata lain, penerimaan perpajakan perlu didorong dengan menggali
sumber-sumber penerimaan pajak baru.

Kemajuan teknologi yang begitu pesat dan berkembangnya penggunaan internet menyebabkan
kegiatan perekonomian banyak dilakukan melalui internet. Salah satu contoh pemanfaatan
internet sebagai sarana jual-beli atau biasa kita kenal dengan e-commerce. Potensi e-
commerce yang besar disebabkan perkembangan penggunaan internet di Indonesia yang besar
pula. Pada tahun 2015, pengguna internet di Indonesia mencapai 93,4 juta jiwa. Kemudahan
akses memungkinkan siapapun untuk terhubung kapanpun dan dimanapun. Jumlah
pengguna smartphone yang terus mengalami peningkatan akan mempengaruhi kegiatan e-
commerce yang ada.
Diagram 1. Jumlah Pengguna Smartphone di Indonesia (juta)

Sumber: Kementerian Komunikasi dan Informatika RI


Sumber: Kementerian Komunikasi dan Informatika RI

Berdasarkan gambar diatas, potensi e-commerce  dapat terlihat dari perkembangan


penggunaan intenet yang mencapai 77% dalam mencari informasi produk dan belanja online.
Pelanggan online shop  sendiri telah mencapai 8,7 juta orang pada tahun 2016 yang mengalami
peningkatan sebesar 8 persen dari tahun sebelumnya. Dan nilai transaksi e-
commerce diperkirakan mencapai US$ 4,89 miliar. Jika melihat dari banyaknya transaksi yang
dihasilkan tentu sudah seharusnya negara mendapatkan manfaatnya. Hal ini dikarenakan
selama ini yang menikmati manfaat dari konten online ini bukanlah negara melainkan pemilik
situs yang berada di luar negri.

Di Indonesia transaksi perdagangan elektronik masih tergolong baru meskipun


perkembangannya cukup pesat. E-commerce memiliki ciri dan kerumitan tersendiri dalam
operasional usahanya sehingga dibutuhkan pengetahuan serta pengalaman yang lebih dalam
menentukan pengenaan pajaknya. Selama ini belum ada peraturan perpajakan yang mengatur
secara detail atas transaksi perdagangan transaksi elektronik. Hal ini sangat diperlukan
menyangkut pengenaan pajak atas transaksi elektronik dan kepastian hukun atas transaksi yang
dilakukan.

Terbitnya Paket Kebijakan Ekonomi Jilid XIV mengenai peta jalan sistem perdagangan
nasional berbasis elektronik membangun pranata dan ekosistem perniagaan yang lebih efisien
melengkapi ketentuan atas objek pajak e-commerce. Hal ini sesuai dengan Penegasan
Ketentuan Perpajakan Atas Transaksi e-commerce. Kesulitan dalam menyusun Peraturan
Pemerintah yang mengatur regulasi perdagangan secara elektronik adalah mengenai pengenaan
pajaknya. E-commerce merupakan transaksi perdagangan barang dan/atau jasa lainnya tapi
hanya memiliki perbedaan di dalam hal cara atau alat yang digunakan saja. Sehingga perlakuan
pajak ini sama dengan perlakuan pajak atas perdagangan lainnya, termasuk tidak adanya
peraturan khusus yang mengatur transaksi e-commerce ini.

Tantangan yang sebenarnya adalah bagaimana cara yang efektif dalam mengenakan pajak atas
transaksi e-commerce ini tanpa harus mengganggu pertumbuhan industri. Potensi pajak e-
commerce ini sangat besar namun seringkali tidak dikenakan pajak karena sifat transaksinya
yang unik. Menurut Asosiasi Pengusaha Indonesi, mayortas transaksi e-commerce tidak
membayar pajak meskipun nilai transaksi rata-rata setahun mencapai Rp 100 triliun.

Mekanisme pemajakan e-commerce perlu mempertimbangkan sejumlah hal di antaranya


kewenangan memungut pajak nantinya diberikan kepada penyedia aplikasi. Apabila aturan ini
dioptimalkan maka penerimaan dari sektor tersebut akan lebih mudah. Hal ini merupakan salah
satu cara untuk memberikan level playing field bagi pelaku usaha. Pajak harus adil bagi semua
pihak dapat diwujudkan dengan dengan adanya pemajakan e-commerce. Namun, ada
perbedaan antara perlakuan marketplace dengan pedagang di platform media sosial karena
media sosial tidak bisa dijadikan agen penyetor pajak. Meskipun ada peluang tak bisa langsung
diambil dan dipajaki. Ini dapat mengakibatkan adanya problematika diberlakukannya pajak e-
commerce ini.

POTENSI E-COMMERCE DI INDONESIA
Masyarakat Indonesia cenderung melakukan kegiatan transaksi online yang semakin besar tiap
tahunnya. Potensi ini di dapat karena adanya transaksi e commerce sangat memberikan
peluang baru di beberapa sektor misalnya bisnis, peraturan pemerintah, maupun perpajakan.
Dari data jumlah transaksi e-commerce terlihat jelas bahwa ada potensi di sektor perpajakan
yang dapat digali.

Sebagai bentuk proses dalam penanganan dan pengawasan perpajakan di Indonesia pemerintah
melakukan upaya yang disebut intensifikasi pajak. Intensifikasi pajak adalah kegiatan
optimalisasi penggalian pajak terhadap objek serta subjek yang telah tercatat atau terdaftar
dalam administrasi dimana tujuan dari intensifikasi pajak adalah memperoleh penerimaan
pajak yang lebih tinggi.

Tabel 1. Presentase Pengguna Internet untuk E-Commerce Berdasarkan Umur pada Tahun

2016

Sumber: Kementerian Komunikasi dan Informatika RI


Berdasarkan tabel di atas mayoritas pengguna e-commerce di Indonesia di dominasi oleh
masyarakat usia produktif. Melihat potensi yang cukup besar dari data tabel nilai transaksi e-
commerce, diperlukan adanya pengawasan dan penanganan kepada setiap wajib pajak yang
melakukan transaksi e-commerce pada sistem perdagangannya. E-commerce berpotensi karena
berbeda dari bisnis konvensional. Konsumen akan lebih mudah dalam memilih barang yang
akan dibeli di tempat manapun mereka berada dengan akses internet. Kemudian konsumen
mengirikan uang ke rekening penjual atas pembelian barang dan jasa. Setelah itu barang akan
diantar oleh jasa kurir langsung ke tempat pembeli.

Tabel 2.Nilai transaksi pembelian produk secara online tahun 2015

Sumber: Kementerian Komunikasi dan Informatika RI

Para ekonom memperkirakan bahwa pola belanja masyarakat Indonesia yang mulai beralih
dari belanja konvensional menjadi belanja melalui jaringan internet (online). Adanya peralihan
pola belanja tersebut membuat Negara kehilangan penerimaan sektor pajaknya yang
diperkirakan sebesar 20 triliun. Penerapan pajak pada sektor e-commerce mampu meredam
penurunan daya beli akibat pola konsumsi masyarakat dari manual menuju digital.

ANCAMAN PAJAK E-COMMERCE BAGI PEBISNIS ONLINE

Bisnis di dunia digital merupakan perwujudan dari pendidikan kewirausahaan yang sudah
menjadi kurikulum dalam pendidikan di Indonesia baik pada jenjang menengah atas atau
perguruan tinggi. Tingkat wirausaha yang tinggi diklaim mampu berguna sebagai jalan keluar
(exit strategy) agar Indonesia dapat lepas dari jebakan Negara dengan pendapatan menengah
(middle income trap). Namun, jumlah pelaku wirausaha di Indonesia saat ini belum mencapai
angka ideal, dari data Global Entrepreneurship Monitor (GEM) menunjukkan Indonesia pelaku
usaha di Indonesia baru mempunyai sekitar 1,65 persen dari total jumlah penduduk 250 juta
jiwa.

Di era teknologi bisnis e-commerce telah menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat


dan mampu bertahan saat memasuki bisnis pada sektor formal. E-
commerce menciptakan entrepreneur baru. E-commerce bukan semata tempat bejualan
melainkan juga menjadi ekosistem bagi pelaku UMKM Indonesia  yang mana mampu
menompang pertumbuhan jutaan pelaku UMKM di Indonesia. Dengan internet siapapun mulai
dari mahasiswa maupun ibu rumah tangga  dapat menjadi pengusaha dengan modal yang kecil.
Mereka tidak hanya dapat menjangkau pasar yang luas tetapi juga memberikan lapangan
pekerjaan bagi masyarakat lainya.
Perlakuan pajak e-commerce yang gegabah akan mematikan jiwa usaha mengingat sebagian
besar pelaku usaha di marketplace adalah pelaku usaha pemula skala kecil yang baru memulai
bisnisnya. Pengenaan pajak yang berlebihan akan menghambat investasi dan mematikan
pebisnis rintisan (start up) yang mulai berkembang. Industry e-commerce di Indonesia masih
baru, sehingga perlu adanya perlakuan pajak yang berbeda karena merupakan industry yang
sedang berkembang. Perumusan pajak e-commerce dikhawatirkan dapat membuat industry
formal e-commerce gulung tikar.

Di Indonesia, mayoritas transaksi merupakan e-commerce nonformal yang melalui media


social seperti Instagram, WhatsApp, BBM dan sebagainya. Jika terdapat pengenaan pajak
pada e-commerce maka pebisnis non formal akan memilih menjual produknya di media social
atau kembali ke bentuk toko fisik. Pebisnis akan meninggalkan situs lokal yang terimbas dari
peraturan pemerintah seperti Bukalapak, Kskus FJB, Tokopedia, OLX dan lain sebagainya.
Masyarakat akan bergeser memanfaatkan situs luar yang tidak terimbas yaitu media sosial
atau e-commerce luar negeri seperti eBay, Amazon dan situs lain. Dengan demikian, akan
berdampak pada pada situs local yang mati perlahan atau mungkin bertahan dengan sedikit
melawan peraturan yang ada.

Pengenaan pajak e-commerce dinilai akan menghambat pertumbuhan bisnis e-commerce di


Indonesia yang masih dalam tahap berkembang. Langkah tersebut berpotensi merugikan UKM
lokal yang belakangan mulai mengendalikan pemasaran online melalui e-commerce. Jika iklan
gratis juga dikenakan maka pajak tidak ada ruang untuk pebisnis lokal dapat tumbuh dan
bersaing dalam era digital yang borderless dan harus bersaing dengan pemain global. Ini
memungkinkan bibit e-commerce di Indonesia justru akan makin kering akibat adanya
pembatasan. Sehingga pelaku e-commerce lokal lebih memilih Negara lain yang tidak terikat
peraturan serupa.

Negara-negara lain yang lebih dulu mengadopsi pajak e-commerce hingga saat ini masih
berhati-hati dalam memberlakukan pajaknya, karena negara tersebut ingin memastikan bahwa
industri e-commerce tetap berkembang. Karena kebijakan tersebut maka pelaku usaha akan
meninggalkan model marketplace sehingga tujuan dari e-commerce tidak tercapai. Perlu
adanya identifikasi dan klarifikasi dari pemerintah mengenai model bisnis serta skala bisnis
yang ada. Dengan pemetaan tersebut, pebisnis rintisan  (start up) mendapat perlakuan berbeda
agar dapat terus berkembang.

Dengan demikian, dalam pengimplementasian pajak e-commerce pemerintah perlu mengkaji


ulang dengan baik karena pemberlakuan pajak yang gegabah akan merugikan banyak pihak
khususnya pebisnis. Perlu juga adanya peran dan dukungan dari pemerintah dalam
mengembangkan bisnis e-commerce mengingat potensinya yang besar. Hal ini dikarenakan
pengenaan pajak e-commerce selain dapat meningkatkan penerimaan pemerintah tapi juga
akan berdampak pada pertumbuhan bisnis e-commerce di Indonesia.

2. Berdasarkan esai diatas, dapat disimpulkan bahwa esai tersebut memakai Fungsi
Komunikasi dalam Bahasa. (Fungsi komunikasi dalam berbahasa merupakan akibat
ekspresi diri manusia. Komunikasi bahasa dapat dilakukan lisan maupun tulisan. Pada
fungsi ini, bahasa dipergunakan untuk menyampaikan suatu maksud tertentu yang
dipahami oleh orang lain. Selain itu, fungsi ini disesuaikan dengan orang yang dituju
dan
sesuai situasinya sehingga maksud yang diucapkan atau dituliskan mudah disampaikan.)

Anda mungkin juga menyukai