Aksiologi adalah salah satu cabang studi ilmu filsafat yang mempertimbangkan hakikat nilai dan benda-benda apa saja yang memiliki nilai. Secara luas, para aksiolog mementingkan segala bentuk nilai, termasuk nilai estetika, nilai etika, dan nilai epistemik. Dalam arti sempit, para aksiolog prihatin dengan apa yang secara intrinsik berharga atau bernilai (apa yang diinginkan demi kepentingannya sendiri). Semua masalah aksiologis selalu terkait dengan asumsi ontologis dan epistemologis. Sehubungan dengan teori komunikasi manusia, setiap peneliti membuat keputusan dalam proses teoretis yang mencerminkan posisi aksiologisnya. Keputusan aksiologis memandu semua aspek penelitian, termasuk pemilihan topik dan pendekatan yang dilakukan seseorang terhadap metode penelitian sosial yang dilakukan. Dapat disimpulkan bahwa aksiologi adalah teori mengenai sesuatu yang bernilai. Salah satu yang mendapat perhatian adalah masalah etika atau kesusilaan. Dalam etika, obyek materialnya adalah perilaku manusia yang dilakukan secara sadar. Sedangkan obyek formalnya adalah pengertian mengenai baik atau buruk, bermoral atau tidak bermoral dari suatu perilaku manusia. Aksiologi ilmu pengetahuan menurut pendapat ahli a) Menurut 3.Kattsoff(2004:319) Mendefinisikan bahwa aksiologi adalah sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan. Peran utama aksiologi ini adalah memberi arah pada manusia untuk melakukan suatu tindakan yang lebih baik. Di sini aksiologi berperan sebagai pembimbing dalam diri manusia untuk berekspresi yang melahirkan suatu keindahan dalam dirinya Fungsi Aksiologi: Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa, aksiologi merupakan bidang filsafat yang mengkaji masalah nilai terutama dalam etika dan estetika. Filsafat ini memberitahu kita tentang yang baik dan yang jahat.Aksiologi adalah ilmu tentang nilai. Penjelasan ini membahas nilai dari sudut pandang filosofis. Aksiologi, terutama, menentukan baik dan buruk bagi individu dan bangsa. Itu menetapkan standar baik dan buruk. Semua kehidupan sosial kita sebagian besar bertumpu pada cabang filsafat ini.
b) Scheleer dan Langeveld (Wiramihardja, 2006: 155-157)
Memberikan definisi tentang aksiologi sebagai berikut. Scheleer mengontraskan aksiologi dengan praxeology, yaitu suatu teori dasar tentang tindakan tetapi lebih sering dikontraskan dengan deontology, yaitu suatu teori mengenai tindakan baik secara moral. c) Langeveld Memberikan pendapat bahwa aksiologi terdiri atas dua hal utama, yaitu etika dan estetika. Etika merupakan bagian filsafat nilai dan penilaian yang membicarakan perilaku orang, sedangkan estetika adalah bagian filsafat tentang nilai dan penilaian yang memandang karya manusia dari sudut indah dan jelek. Pendekatan terhadap nilai ilmu pengetahuan a) Subyketivisme Subyektivisme adalah pengetahuan dipahami sebagai keyakinan yang dianut individu atau pribadi. Dari pangkal pandangan individu, pengetahuan dipahami sebagai perangkat keyakinan khusus yang dianut oleh para individu. Nilai sepenuhnya berhakikat subyektif. Ditinjau dari sudut pandangan ini, nilai-nilai merupakan reaksi-reaksi yang diberikan oleh manusia sebagai pelaku. Pengikut teori idealisme subyektif (positivisme logis, emotivisme, analisis linguistik dalam etika) menganggap nilai sebagai sebuah fenomena kasadaran dan memandang nilai sebagai pengungkapan perasaan psikologis, sikap subyektif manusia kepada obyek yang dinilainya. b) Obyektivisme logis Objektivisme metafisik adalah nilai merupakan sesuatu yang ideal bersifat integral, objektif, dan komponen aktif dari kenyataan metafisik c) Obyektivisme metafisis Objektivisme metafisik adalah nilai merupakan sesuatu yang ideal bersifat integral, objektif, dan komponen aktif dari kenyataan metafisik. Kegunaan aksiologi Masalah etika atau susila mengakibatkan pula berbagai pendapat tentang etika tergantung citra dan tujuannya. Ada etika individual dan sosial, etika situasi dan esensial. Dua pertentangan dalam etika modern, yaitu etika yang memperhatikan faktor psikologi secara nilai kebahagiaan, dan etika situasi yang berpendapat bahwa ukuran baik dan jahat ditentukan oleh situasi atau keadaan zaman. Adapun dari sisi estetika, maka titik tekannya adalah pada penilaian subjek terhadap objek, atau berusaha memilah dan membedakan suatu sikap atau perbuatan objek. Penilaian ini, kadang objektif dan kadang subjektif tergantung hasil pandangan yang muncul dari pikiran dan perasaan manusia. Penilaian menjadi subjektif apabila nilai sangat berperan dalam segala hal. Mulai dari kesadaran manusia yang melakukan penilaian sampai pada eksistensinya dalam lingkungan. Untuk itu, makna dan validitasnya tergantung pada reaksi subjek pada objek yang dinilai tanpa mempertimbangkan apakah ini bersifat psikis atau fisik. Artinya, penilaian subjektif akan selalu memperhatikan akal budi manusia, seperti perasaan dan intelektualitas. Makanya, hasil dari penilaian ini selalu mengarah pada suka atau tidak sukanya subjek, atau senang dan tidak senang. Seperti, keindahan sebuah karya seni tidak dikurangi dengan selera (perasaan) rendah orang yang menilai. 1. Pertama adalah moral, etika atau tindakan manusia. Peran utama aksiologi ini adalah memberi arah pada manusia untuk melakukan suatu tindakan yang lebih baik. 2. Ekspresi keindahan Di sini aksiologi berperan sebagai pembimbing dalam diri manusia untuk berekspresi yang melahirkan suatu keindahan dalam dirinya. 3. Sosial politik Pada tingkatan ini, aksiologi berperan sebagai sarana proses sosialisasi manusia.