Anda di halaman 1dari 3

Jenis-jenis pajak

Pajak dapat dibedakan antara pajak langsung dan pajak tidak langsung. Pajak
langsung adalah pajak yang beban akhirnya tak dapat digeser kepihak lain atau
ditanggung sendri oleh wajib pajak. Contaoh dari pajak ini adalah PPh,PPB,dan
BPHTB. Sedangkan pajak tak langsung adlah pajak yang beban akhirnya digeser
kepihak lain. Dari segi pemungutannya pajak dibedakan atas pajak pusat, yaitu
pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat. Sedangkan pajak daerah adalah pajak
yang dipungut oleh pemerintah daerah.
Jenis pajak pusat dicantumkan dalam APBN diantaranya:

1. Pajak Penghasilan (PPh)


Pak penghasialan (PPh) dikenakan terhadap orang pribadi dan badan, berkenaan
dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh selama satu tahun pajak.
Mengenai pajak penghasilan, akan dibahas lebih lanjut pada sub bab berikutnya.

2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)


Pajak pertambahan nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas :
- penyarahan barang kena pajak didalam daerah pabean ang dilakukan
oleh pengusaha ;
- impor barng kena pajak;
- penyerahan jasa kena pajak didalam daerah pabean yang dilakukan
oleh pengusaha ;
- pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah
pabean di dalam daerah pabean ;
- pemanfaatan jasa kena pajak dari lar daerah pabean didalam daerah
pabean ;
- ekspor barang kena pajak oleh pengusaha kena pajak.

3. Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) dan pajak bumi dan
Bangunan (PBB)

Pajak bumi dan bangunan (PBB)


Pajak bumi dan bangunan (PBB) adlah pajak negara yang dikenakan terhadap
bumi dan atau bangunan berdasarkan undang-undang nomor 12 tahun 1985
tentang pajak bumi dan bangunan sebagaimana telah diubah dengan undang-
undang nomor 12 tahun 1994. PBB adalah adlah pajak yang bersifat kebendaan
dalam arti besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu
bumi/tanah dan atau bangunan. Keadaan subyek (siapa yang membayar) tidak
ikut menentukan besarnya pajak. Objek PBB adalah “Bumi dan atau Bangunan”.
Tarif Pajak
Pajak dipungut berdasarkan tariff. Tarif pajak merupakan ukuran atau standar
pemungutan pajak, yang dapat mempergunakan perhitungan secara prosentase
atau ersifat tetap. Ada empat macam tariff pajak :

a. Tarif sebanding/ proporsional


Berupa prosentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak
sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional terhadap besarnya pajak
yang terutang proporsional terhadap besarnnya nilai yang dikenai pajak.
Contoh :
Untuk penyerahkan barang kena pajak didalam daerah pabean akan dikenakan
pajak pertambahan nilai sebesar 10%.

b. Tarif tetap
Berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak
sehingga besarnya pajak yang terutang tetap.
Contoh :
Besarnya tarif bea materai untuk cek dan bilyet giro dengan nilai nominal
berapapun adalah Rp 1.000,00

c. Tarif progresif
Prosentase tariff yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak
semakin besar.

d. Tarif degresif
Prosentasi tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak
semakin besar. Tarif degresif merupakan kebalikan dari pemungutan pajak
dengan tarif progresif. Indonesia tidak menggunakan tarif degresif.

Sistem Pemungutan Pajak


Selama ini dikenal tia system pemungutan pajak, yaitu self assesment system,
official assesment system dan with holding system. Bagi pemerintah, self
assesment system lebih menguntungkan karena biaya pemungutan relatif lebih
kecil apabila dibandingkan dengan official assesment system. Hal ini dapat
dijelaskan berikut ini :

a. official assesment system


adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah
(fisku) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

Memiliki cirri-ciri:
1.wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus
2.wajib pajak bersifat pasif
3.utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus
b. self assesment system
adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib
pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Memiliki cirri-
ciri:

1.wewenang untu menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib pajak
sendiri
2. wajib pajak aktif, mulai menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak
yang terutang.
3. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

Sejak reformasi perpajakan tahun 1983, di Indonesia menggunakan self


assesment system dalam menghitung, menyetor dan melaporkan kewajiban
perpajakanya.

c. with holding system


adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak
(bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan
besarnya pajak yang terutang ada pada pihak yang ketiga, pihak selain fiskus dan
wajib pajak memiliki cirri-ciri: wewenang menentukan besarnya pajak yang
terutang ada pada pihak ketiga, yaitu pihak selain fiskus dan wajib pajak .

B. Definisi PPh

1. Pajak Penhasialan
Pajak penghasila (PPh) berdasarkan undang-undang no.10 tahu 1994 yang telah
disempurnakan dengan undang-undang no.16 tahun 2000 dijelaskan bahwa pajak
penghasilan (PPh) adalah suatu pungutan resmi yang ditunjukan kepada
masyarakat yang berpenghasilan atau atas penghasialan yang diterima dan
diperolehnya dalam tahun pajak untuk kepentingan negara dan masyarakat dalam
hidup berbangsa dan bernegara sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakan.
Pajak penghasilan dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang
diterima atau diperoleh. Adapun definisi penghasilan menurut pasal 4 ayat 1
yaitu, setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib
pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat
dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang
bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.

Anda mungkin juga menyukai