Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang Masalah

Ada tiga alasan utama mengapa auditor harus merencanakan penugasan dengan tepat : untuk
memungkinkan auditor mendapatkan bukti yang tepat yang mencukupi pada situasi yang dihadapi,
untuk membantu menjaga biaya audit tetap wajar, dan untuk menghindarkan kesalah pahaman dengan
klien. Jika kantor akuntan publik ingin meminimalkan kewajiban hukum dan mempertahankan reputasi
yang baik dalam masyarakat bisnis, bukti yang tepat yang mencukupi harus diperoleh. Agar tetap
kompetitif, kantor akuntan publik harus menjaga kewajaran biayanya. Menghindari kesalah pahaman
dengan klien dan memfasilitasi pekerjaan berkualitas tinggi dengan biaya yang wajar. Andaikan auditor
telah menginformasikan kliennya bahwa bahwa audit akan selesai tanggal 30 Juni tetapi belum juga
selesai hingga bulan Agustus karena penjadwalan staf yang kurang baik. Klien mungkin kesal dengan
kantor akuntan ini dan bahkan dapat mengajukan tuntutan atas pelanggaran kontrak.

1.2 Tujuan Pembelajaran

1. Membahas mengapa perencanaan audit yang memadai sangat penting

2. Membuat keputusan penerimaan klien dan melakukan perencanaan audit awal

3. Memperoleh pemahaman atas bisnis dan industri klien

4. Menilai resiko bisnis klien

5. Melaksanakan prosedur analitis pendahuluan

6. Menyatakan tujuan prosedur analitis dan penetapan waktu setiap tujuan

7. Memilih prosedur analitis yang paling tepat diantara 5 jenis utama

8. Menghitung rasio keuangan yang umum

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PERENCANAAN AUDIT

Perencanaaan Audit meliputi pengembangan strategi pelaksanaan secara menyeluruh dan Lingkup Audit
yang diharapkan. Dalam perencanaan Audit, Auditor harus mempertimbangkan hal – hal sebagai
berikut:

· Masalah yang berkaitan dengan bisnis entitas dan industri yang menjadi tempat usaha
tersebut.

· Kebijakan dan prosedur akuntansi entitas tersebut.

· Metode yang digunakan oleh entitas tersebut dalam mengolah informasi akuntansi yang signifikan,
termasuk penggunaan organisasi jasa dari luar untuk mengolah informasi akuntansi pokok perusahaan

· Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan.

· Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan audit

· Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan peyesuaian

· Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan pengujian audit, seperti risiko
kekeliruan atau kecurangan material atau adanya transaksi antar pihak – pihak yang mempunyai
hubungan istimewa

· Sifat laporan Auditor yang diharapkan akan diserahkan ( sebagai contoh : laporan Auditor tentang
laporan keuangan konsolidasian, laporan keuangan yang diserahkan ke Bapepam, laporan khusus untuk
menggambarkan kepatuhan klien terhadap kontrak perjanjian)

Dalam perencanaan auditnya, auditor harus mempertimbangkan sifat, lingkup, dan pada saat pekerjaan
harus dilaksanakan yaitu membuat suatu program audit secara tertulis (satu set program audit tertulis)
untuk setiap audit. Program audit harus menggariskan dengan rinci prosedur audit yang menurut
keyakinan auditor diperlukan untuk mencapai tujuan audit. Bentuk program audit dan tingkat
kerinciannya sangat bervariasi sesuai dengan keadaan. Selama berlangsungnya audit, perubahan
kondisi dapat menyebabkan terjadinya perubahan prosedur audit yang telah direncanakan tersebut.

Auditor harus mempertimbangkan apakah suatu keahlian khusus diperlukan, seperti dalam
mempertimbangkan dampak pengolahan komputer terhadap auditnya, untuk memahami pengendalian
intern, kebijakan dan prosedur, atau untuk merancang dan melaksakan prosedur audit. Jika keahlian
khusus diperlukan, auditor harus mencari asisten atau tenaga ahli yang memiliki keahlian tersebut, yang
mungkin berasal dari staf kantor akuntannya atau ahli dari luar. Jika penggunaan jasa tenaga ahli
tersebut direncanakan, auditor harus memiliki pengetahuan memadai yang bersangkutan dengan
computer untuk mengkomunikasikan tujuan pekerjaan ahli lain tersebut; untuk mengevaluasi apakah
hasil prosedur yang telah ditentukan tersebut mencapai tujuan auditor; dan untuk mengevaluasi hasil
prosedur audit yang diterapkan berkaitan dengan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit lain yang
direncanakan.

Ada tiga alasan utama mengapa auditor harus merencanakan tugasnya dengan sebaik – baiknya, yakni
sebagai berikut :

· Untuk memperoleh bahan bukti kompeten yang cukup dalam situasi saat itu

· Untuk membantu menekan biaya audit


· Untuk menghindari salah pengertian dengan klien

Terdapat tujuh bagian utama dalam perencanaan audit, yakni sebagai berikut :

· Perencanaan awal audit

· Memperoleh informasi mengenai latar belakang

· Memperoleh informasi mengenai kewajiban hukum klien

· Melaksanakan prosedur analitis pendahuluan

· Menentukan materialitas dan risiko

· Memahami struktur pengendalian intern

· Mengembangkan rencana dan program audit secara menyeluruh

2.2 MENERIMA KLIEN DAN MELAKUKAN PERENCANAAN AUDIT AWAL

A. Perencanaan audit awal.

Perencanaan awal menyangkut keputusan apakah akan menerima atau melanjutkan pelaksanaan audit
bagi klien, mengevaluasi alasan-alasan klien untuk di audit, memilih staf untuk penugasan tersebut, dan
mendapatkan surat penugasan.

B. Investigasi atas klien baru

Sebelum menerima klien baru,kebanyakan kantor akuntan publik akan menyelidiki perusahaan
tersebut untuk menentukan akseptabilitasnya,kantor itu akan melakukannya dengan memeriksa,sejauh
memungkinkan,prospektif klien ini dalam komunitas bisnis,stabilitas keuangannya dan hubungannya
dengan kantor akuntan publik sebelumnya.Contoh:Banyak kantor akuntan publik sangat berhati-hati
dalam menerima klien baru dari bisnis yang baru terbentuk dan berkembang cepat,banyak dari bisnis-
bisnis tersebut mengalami masalah keuangan dan membuat kantor akuntan publik akan menghadapi
kewajiban potensial yang signifikan.

Beban untuk memulai komunikasi,ditanggung oleh auditor penerus,tetapi auditor pendahulu


diwajibkan untuk merespons permintaan akan informasi.Akan tetapi,persyaratan kerahasiaan dalam
kode perilaku profesional mewajibkan bahwa auditor pendahulu harus memperoleh izin dari klien
sebelum komunikasi dapat dilaksanakan.Jika klien tidak tidak mengizinkan komunikasi atau auditor
pendahulu tidak akan memberikan respons yang kompetitif,auditor penerus dapat mempertimbangkan
secara serius keinginannya untuk menerima penugasan prospektif,tanpa memperhitungkan investigasi
lainnya.

Prosedur yang dapat dilakukan untuk mengevaluasi klien baru adalah :


1. Memperoleh dan meninjau informasi yang ada, seperti laporan keuangan bulanan, laporan
keuangan, surat pemberitahuan pajak penghasilan, dsb.
2. Menanyakan pada pihak ke 3 mengenai beberapa informasi yang terkait dengan integritas dan
reputasi manajemen klien.
3. Mengkomunikasikannya dengan auditor sebelumnya sebagaimana yang diharuskan oleh standar
audit, mengenai apakah terdapat ketidaksesuaian dengan standar akuntansi, prosedur audit,
atau masalah penting lainnya.
4. Mempertimbangkan apakah klien baru memiliki beberapa keadaan yang memerlukan perhatian
khusus seperti masalah tuntutan hukum atau masalah kesinambungan usaha.
5. Mengidentifikasi masalah klien untuk diaudit.
6. Memamahi syarat-syarat penugasan yang ditetapkan oleh klien.
7. Menentukan apakah KAP dapat bertindak independen dengan klien dan dapat memberikan jasa
yang diinginkan klien baru.
8. Menentukan apakah KAP memiliki keahlian dan pengetahuan teknik khusus tentang industri
klien agar dapat melaksanakan penugasan secara baik, dan
9. Menentukan apakah penerimaan klien baru tersebut tidak melanggar kode perilaku
professional.

C. Klien yang berlanjut.

Setiap tahun banyak kantor akuntan publik mengevaluasi klien-klien yang ada saat ini guna
menentukan apakah ada alasan untuk menghentikan audit.Konflik yang terjadi sebelumnya menyangkut
ruang lingkup audit yang tepat,jenis pendapat yang akan diberikan,jumlah fee,atau hal-hal lain dapat
menyebabkan auditor menghentikan kerja samanya.

D. Mengidentifikasi Alasan Klien Untuk Di Audit

Dua faktor utama yang mempengaruhi bahan bukti yang akan dikumpulkan adalah siapa pemakai
laporan dan maksud penggunaan laporan.

Kemungkinan terbesar dalam hal penggunaan laporan dapat ditentukan dengan melihat pengalaman
dalam penugasan yang lalu dan diskusi dengan manajemen.

Selama audit berlangsung auditor dapat memperoleh informasi tambahan mengenai mengapa klien
menghendaki audit dan untuk apa laporan keuangan digunakan.

E. Staf Untuk Penugasan

Standar auditing yang ditetapkan IAI yang pertama menyatakan :

“ Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau beberapa yang memiliki keahlian dan pelatihan teknik
yang cukup “.
Pertimbangan utama yang mempengaruhi penyusunan staf adalah perlunya kesinambungan dari tahun
ke tahun. Pertimbangan lain yaitu bahwa orang-orang yah diserahi tugas harus akrab dengan bidang
usaha klien.

F. Memperoleh Surat Penugasan

Surat Penugasan adalah kesepakatan antara kantor akuntan publik dan klien untuk pelaksanaan audit
dan pelayanan lain yang terkait. Surat itu harus menyebutkan apakan auditor akan melaksanakan audit,
penelaahan, kompilasi,dan jasa lain seperti pengisian SPT dan jasa manajemen. Juga harus dinyatakan
pembatasan yang dikenakan terhadap pekerjaan auditor, batas waktu penyelesaian audit bantuan yang
akan diberikan oleh klien untuk memperoleh catatan dan dokumen, serta daftar rincian yang perlu
disiapkan oleh auditor.

Surat penugasan tidak mempengaruhi tanggung jawab kantor akuntan publik terhadap pihak pemakai
ekstern laporan keuangan yang di audit, tetapi dapat dipengaruhi tanggung jawab hukum terhadap
klien.

Walaupun memperoleh dan mempertahankan klien bukanlah hal yang mudah dalam profesi yang
kompetitif seperti akuntan publik,kantor akuntan publik(KAP),harus berhati-hati dalam memutuskan
klien mana yang dapat diterima.Tanggung jawab hukum dan profesional KAP adalah sedemikian
rupa,sehingga klien yang kurang memiliki integritas atau selalu memperdebatkan tentang pelaksanaan
audit dan fee yang tepat dapat menimbulkan lebih banyak masalah ketimbang manfaat yang diterima.

2.3 MEMPEROLEH INFORMASI MENGENAI LATAR BELAKANG

Informasi mengenai latar belakang didapat dengan berbagai cara, diantaranya adalah sebagai berikut:

· Memahami Bidang Usaha dan Industri Klien

Untuk menginterpretasikan maksud dari informasi yang diperoleh selama audit secara

memadai, penting bagi auditor untuk memahami industry klien.

Ada tiga alasan mengapa diperlukan pemahaman yang baik atas industry klien, yakni sebagai

berikut.

 Banyak industri mempunyai aturan akuntansi yang khas yang harus dipahami auditor untuk
mengevaluasi apakah laporan keuangan klien sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia. Misalnya, jika auditor mengaudit badan-badan pemerintah, auditor harus
memahami aturan-aturan dalam akuntansi pemerintahan. Akan terdapat aturan akuntansi yang
khas untuk perusahaan konstruksi, kereta api, organisasi nirlaba, lembaga keuangan, dan banyak
organisasi lainnya.
 Auditor sering dapat mengidentifikasikan risiko dalam industri yang akan mempengaruhi
penetapan risiko audit yang dapat diterima, atau bahkanmengaudit perusahaan dalam
industry tersebut dapat dibenarkan.
 Terdapat risiko bawaan yang pada hakikatnya sama bagi seluruh klien dalam industry yang
bersangkutan. Pemahaman risiko tersebut menolong auditor dalam mengidentifikasi risiko
bawaan dari klien. Contohnya antara lain, risiko bawaan potensi keusangan persediaan dalam
industry rumah mode, risiko bawaan kolektibilitas piutang usaha dalam industry pinjaman
konsumen, dan risiko bawaan cadangan kerugian dalam asuransi kebakaran. Pengetahuan
mengenai industry klien dapat diperoleh dengan berbagai cara, diantaranya adalah diskusi
dengan auditor sebelumnya, pertemuan dengan pegawai klien, pedoman audit industry, teks
pelajaran, majalah industry, atau asosiasi industry.

· Meninjau Pabrik dan Kantor

Peninjauan atas fasilitas klien bermanfaat untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai
bidang usaha dan operasi klien karena akan diproleh kesempatan untuk menemui pegawai kunci dan
mengamati operasi dari tangan pertama. Peninjau langsung atas fasilitas fisik akan membantu auditor
dalam memahami pengamanan fisik atas aktiva dan dalam menginterpretasikan data akuntansi dengan
cara memberikan kerangka acuan dalam visualisasi aktiva seperti persediaan dalam proses dan
peralatan public.

· Menelaah Kebijakan Perusahaan

Keputusan-keputusan dasar yang menyangkut kebijakan seperti kebijakan tentang pengendalian intern,
pelepasan sebagian dari usaha, kebijakan kredit, pinjaman ke perusahaan afiliasi, dan kebijakan
akuntansi untuk mencatat aktiva dan pengakuan pendapatan, harus selalu dievaluasi dengan teliti
sebagai bagian dari audit untuk menetapkan apakah manajemen memperoleh wewenang dari dewan
komisaris untuk membuat keputusan tertentu dan untuk meyakinkan bahwa keputusan manajemen
telah tercermin dalam laporan keuangan.

· Mengidentifikasi Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa

Hubungan istimewa didefinisikan sebagai perusahaan afiliasi, pemilik utama perusahaan klien, atau
pihak lainnya yang berhubungan dengan klien, dimana salah satu pihak dapat mempengaruhi
manajemen atau kebijakan operasi pihak lainnya. Contoh umum adalah transaksi penjualan atau
pembelian antara perusahaan induk dan anak, pertukaran peralatan antara dua perusahaan yang
dimiliki oleh orang yang sama, dan peminjaman kepada pegawai, serta adanya pengaruh kuat pelanggan
utama terhadap manajemen klien.

· Mengevaluasi Kebutuhan akan Spesialis dari Luar

Jika auditor mengahadapi situasi yang memerlukan pengetahuan khusus, mungkin perlu baginya untuk
menghubungi seorang spesialis. Contohnya adalah penggunaan seorang spesialis berlian untuk menilai
biaya penggantian berlian, atau seorang spesialis aktuaris untuk menetapkan kelayakan nilai yang
tertulis dari cadangan kerugian asuransi, atau konsultasi dengan pengacara untuk membuat interpretasi
hukum dari sebuah kontrak.

2.4 MEMPEROLEH INFORMASI MENGENAI KEWAJIBAN HUKUM KLIEN

Tiga dokumen hukum dan catatan yang berkaitan erat yang harus diperiksa pada awal penugasan
Adalah :

(1) Akta pendirian dan anggaran perusahaan,

(2) Risalah rapat direksi, komisaris, dan pemegang saham dan

(3) kontrak. Beberapa informasi mengenai kontrak, harus diungkapkan dalam keuangan.

Pengetahuan awal pengetahuan hukum dan catatan ini akan memungkinkan auditor untuk
menginterprestasikan bahan bukti selama penugasan berlangsung dan menjamin bahwa pengungkapan
yang pantas telah dilakukan dalam laporan keuangan.

a. Memahami bidang usaha dan industri klien, diperlukan untuk mengetahui kekhasan aturan
akuntansi,menidentifikasi risiko industri dan risiko bawaan.

1) pihak terkait : adalah pihak terkait, pemilik utama perusahaan klien atau pihak lain yang
berhubungan dngan klien, dimana salah satu pihak dapat mempengaruhi manajemen atau peraturan
operasional lainnya.

2) corporate charter : diberikan oleh negara tempat perusahaan berada dab dokumen yang sah
diperlukan untuk mengenali perusahaan sebagai entitas terpisah

3) corporate minutes : catatan resmi dari pertemuan dewan direksi dan pemegang saham.

b. Memperoleh informasi mengenai kewajiban hukum klien.Dokumen dan catatan hukum yang
diperlukan adalah akte pendirian dan anggaran dasar perusahaan, notulen rapat, dan kontrak. Client
bussiness risk : resiko bahwa klien akan gagal dalam usahanya dan gagal mencapai tujuannya

c. Melaksanakan prosedur analitis pendahuluan.

d. Menentukan materialitas dan menetapkan risiko audit yang dapat diterima dan risiko bawaan.

e. Memahami struktur pengendalian intern dan menetapkan risiko pengendalian .

f. Mengembangkan rencana audit dan program audit menyeluruh .

2.5 MELAKSANAKAN PROSEDUR ANALITIS PENDAHULUAN

Tujuan pelaksanaan prosedur analisis :


Membantu dalam merencanakan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit yang akan digunakan untuk
memperoleh bukti saldo akun

Memahami bidang usaha klien

Penetapan kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya

Indikasi adanya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan

Mereview

secara menyeluruh atas informasi keuangan

A. Menentukan materialistis dan risiko

Materialistis dan risiko Adalah unsure penting dalam merencanakan audit dan merancang pendekatan
yang akan digunakan.

Materialistas Adalah jumlah atau besarnya kekeliruan atau salah saji dalam informasi akuntansi.

Langkah-langkah dalam penetapan materialistas Adalah sebagai berikut :

Langkah 1 : menetukan pertimbangan awal mengenai materialistas

Langkah 2 : mengalokasikan pertimbangan awal mengenai materialistas

Langkah 3 : mengestimasikan total salah saji dalam segmen

Langkah 4 : mengestimasikan salah saji gabungan

Langkah 5 : membandingkan estimasi salah saji gabungan dengan pertimbangan awal mengenai

meterialistas.

Estimasi jumlah kekeliruan atau salah saji dalam tiap segmen (langkah 3) terjadi selama audit. Langkah 4
dan 5 dilakukan pada tahap penyelesaian audit. Selain itu,risiko dalam audit berarti bahwa auditor
menerima suatu tingkat ketidakpastian tertentu dalam pelaksanaan audit.

B. Memahami struktur pengendalian interen

Luasnya pemahaman tersebut ,paling tidak,mencukupi untuk merencanakan audit yang memadai,dalam
hal empat masalah spesifik perencanaan,yakni sebagai berikut :

· Auditability
Auditor harus mendapatkan informasi yang cukup memusakan mengenai integritas manajemen dan
sifat serta lus catatan akuntansi,sehingga bahan bukti kompeten tersedia untuk mendukung saldo
laporan keuangan.

· Potensi salah saji yang material

Pemahaman seharusnya memungkinkan auditor untuk mengenditifikasi jenis-jenis kekeliruan dan


ketidakberesan yang potensial yang dapat mempengaruhi laporan keuangan,dan menetapkan risiko
akibat kekeliruan dan ketidakberesan yang terjadi dalam jumlah yang material terhadap laporan
keuangan.

Risiko penemuan

Informasi mengenai struktur pengendalian intern dugunakan untuk menetapkan risiko pengendalian
bagi setiap tujuan pengendalian,yang selanjutnya mempengaruhi risiko penemuan yang direncanakan.

· Perancangan pengujian

Informasi yang diperoleh seharusnya memungkinkan auditor untuk merancang pengujian saldo laporan
keuangan yang efektif. Pengujian tersebut mencakup baik pengujian terinci atas transaksi maupun atas
saldo,prosedur analisis dan yang disebut sebagai pengujian subtantif.

Berikut ini prosedur yang berkaitan dengan perancangan dan penempatan dalam operasi dan dapat
dijadikan sebagai bahan untuk memperoleh pemahaman terhadap struktur pengendalian intern klien :

· Pengalaman auditor dalam periode sebelumnya atas satuan usaha

· Tanya jawab dengan pegawai klien

· Kebijakan dan pedoman system klien

· Inspeksi dokumen dan catatan

· Pengamatan atas aktivitas dan operasi satuan usaha

C. Mengembangkan rencana dan program audit menyeluruh

Rencana audit dan program audit berkaitan dengan jenis-jenis pengujian audit yang dilakukan,yaitu
prosedur untuk memperoleh pemahaman atas struktur pengendalian intern,pengujian atas
pengendalian,pengujian substantive atas transaksi,prosedur analisis dan pengujian terinci atas saldo.

D. Prosedur analisis

Prosedur analisis merupakan evaluasi terhadap informasi keuangan yang dibuat dengan mempelajari
hubungan yang masuk akal antara data keuangan yang satu dengan data keuangan yang lainnya,atai
antara data keuangan dengan non keuangan.

Prosedur analisis antara lain mencakup hal-hal sebagai berikut :


· Membandingkan informasi keuangan tahun berjalan dengan :

- Tahun-tahun sebelumnya

- Perusahaan lain di industry yang sama atau rata-rata industry

- Anggaran dan prakiraan

- Estimasi prediktif auditor

· Analisis mengenai hubungan antara unsur-unsur informasi keuangan yang diharapkan bersesuian
dengan pola yang terprediksi

· Membandingkan informasi keuangan dengan informasi nonkeuangan

· Membandingkan dari cabang yang satu dengan yang lainnya,atau antara lokasi yang satu dengan
yang lainnya.

Beberapa hal yang harus dinyatakan dari hasil pelaksanaan prosedur analisis,antara lain sebagai berikut :

· Pemahaman tentang bidang usaha dan industry klien

· Karakteristik keuangan dari industry yang bersangkutan

· Penetapan kemampuan klien untuk mempertahankan kelangsungan usahanya

· Penekanan audit karena adanya indikasi kekeliruan dalam laporan keuangan seperti adanya
perbedaan yang signifikan antara data keuangan tahun berjalan dengan tahun-tahun sebelumnya,atau
antara data keuangan klien dengan data keuangan dari industry terkait

Contoh beberapa prosedur analisis dalam kaitannya dengan tes saldo nilai persediaan pada siklus
persediaan dan pergudangan Adalah sebagai berikut :

Prosedur analisis Kemungkinan kekeliruan

Bandingkan persentase margin bruto dengan Lebih saji atau kurang saji persediaan dan harga
tahun lalu pokok penjualan

Bandingkan perputaran persediaan dengan tahun Keusangan persediaan yang berdampak pada
lalu harga pokok penjualan

Bandingkan biaya per unit persediaan dengan Lebih saji atau kurang saji persediaan dan harga
tahun lalu pokok persediaan

Bandingkan nilai persediaan dengan tahun lalu Kekeliruan dalam kompilasi biaya per unit atau
perluasannya yang berdampak pada persediaan
dan harga pokok penjualan

Bandingkan biaya manufaktur tahun berjalan Salah saji biaya per unit persediaan,terutama upah
dengan tahun lalu langsung dan overhead pabrik,yang berdampak
pada persediaan dan HPP

Tujuan prosedur analisis pada tahap penyelesaian audit Adalah untuk menunjukkan kemungkinan
adanya salah saji/kekeliruan (arahan perhatian) dan menilai kelangsungan hidup usaha.

Prosedur analisis pada tahap penelaahan secara menyeluruh tersebut dapat membantu auditor dalam
menilai kesimpulan yang diperoleh dan dalam mengevaluasi penyajian laporan keuangan secara
keseluruhan. Penelahaan secara menyeluruh umumnya meliputi pembacaan laporan keuangan dan
catatannya serta mempertimbangkan hal-hal berikut ini :

a. Kecukupan bukti yang terkumpul sebagai respon terhadap saldo yang tidak biasa atau yang tidak
diharapkan,yang diidentifikasi pada waktu perencanaan audit atau dalam pelaksanaan audit.

b. Saldo atau hubungan yang tidak biasa atai tidak diharapkan yang sebelumnya tidak diidentifikasi.

Sumber informasi

Sumber-sumber informasi yang dapat digunakan untuk melakukan prosedur analitis dapat diperoleh
dari :

· Surat kabar dan majalah industri

· Laporan keuangan periode berjalan dan periode-periode sebelumnya

· Rencana kerja dan anggaran perusahaan

· Data-data non keuangan

E.Penggunaan Rasio Keuangan

Rasio keuangan merupakan suatu perhitungan rasio dangan menggunakan laporan keuangan
yang berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kondisi keuangan dan kinerja perusahaan.

Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan antara satu pos lapooran
keuangan dengan pos lainya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan.

Contoh:membandingkan antara asset lancer terhadap kewajiban lancer (sebagai rasio likuiditas) atau
antara total kewajiban terhadap total asset (rasio solvabilitas), sedangkan contoh perbandingan antara
laporan keuangan adalah dengan membandingkan antara laba bersih dengan total asset (sebagai rasio
profitabilitas).

Rasio keuangan yang biasa digunakan oleh auditor adalah

1.Rasio likuiditas

a.Rasio lancar/current ratio

rasio lancer = asset lancar

kewajiban lancar

b.Rasio sangat lancer/rasio cepat(quick ratio/acid test ratio)

Rasio sangat lancar = kas+ sekuritas jangka pendek +piutang

Kewajiban lancar

c.Rasio kas/ratio cash

Rasio kas = kas dan setara kas

Kewajiban lancar

2.Rasio Solvabilitas

a.Rasio utang/debt ratio

rasio utang = total utang

total asset

b.Rasio utang terhadap equitas/debt to equity ratio

rasio utang terhadap ekuitas = total utang

total ekuitas

c.Rasio utang jangka panjang terhadap ekuitas/long term debt to equity ratio

rasio utang jangka panjang terhadp ekuitas = utang jangka panjang

total ekuitas

d.Rasio kelipatan bunga yang dihasilkan/times interest earned ratio


rasio kelipatan bunga yang dihasilkan = laba sebelum bunga dan pajak

beban bunga

e.Rasio laba operasional terhadap kewajiban

rasio laba operasional terhadap kewajiban = laba operasional

kewajiban

3.Rasio Aktivitas

a.Perputaran piutang usaha/accont receivable turn over

rasio perputaran piutang usaha = penjualan kredit

(piutang usaha awl thn+piutang usaha akhir th):2

Rasio perputaran piutang usaha = penjualan kredit

Rata-rata piutang usaha

Lamanya rata-rata penagihan piutang usaha = 365 hari

Rasio perputaran piutang usaha

b.Perputaran persediaan/inventory turn over

rasio perputaran persediaan = penjualan

(persediaan awal tahun + persediaan akhir th ) :2

Rasio perputaran persediaan = penjualan

Rata-rata persediaan

Atau

Rasio perputaran persediaan = harga pokok penjualan

Rata-rata persediaan
Lamanya rata-rata persediaan = 365 hari

Rasio perputaran persediaan

c.Perputaran modal kerja/working capital turn over

rasio perputaran modal kerja = penjualan

(asset lancar awal th +asset lancar akhir th) :2

Rasio perputaran modal kerja = penjualan

Rata-rata asset lancar

d.Perputaran asset tetep/fixed assets turnover

rasio perputaran asset tetap = penjualan

(asset tetap th+asset tetap akhir th):2

Rasio perputaran asset tetap = penjualan

Rata-rata asset tetap

e.Perputaran total asset /total asset turnover

rasio perputaran total asset = penjualan

(total asset awal tahun + total asset akhir tahun):2

Rasio perputaran total asset = penjualan

Rata-rata total aset

4.Rasio Profitabilitas

a.Hasil pengembalian atas asset/return on asset

hasil pengembalian asset tetap = laba bersih

total aset

b.Hasil pengembalian atas ekuitas/return on equity

hasil pengembalian atas asset = laba bersih


total ekuitas

5.Rasio Kinerja Operasional

a.Marjin laba kotor/gross profit margin

marjin laba kotor = laba kotor

penjualan bersih

b.Marjin laba operasional/operating profit margin

marjin laba operasional = laba operasional

penjualan bersih

c.Marjin laba bersih/net profit margin

marjin laba bersih = laba bersih

penjualan bersih

6.Rasio Penilaian atau rasio ukuran pasar

a.Laba per lembar saham biasa(earnings per share)

laba per saham = laba bersih

rata-rata saham biasa yang beredar

b.Rasio harga terhadap laba(price earnings ratio)

rasio harga terhadap laba = harga pasar per saham

laba per saham

c.Imbal hasil deviden (dividend yield)

imbal hasil deviden = deviden per saham

harga pasar per saham

d.Rasio Pembayaran Deviden(dividend payout ratio)

rasio pembayaran deviden = deviden per saham

laba per saham


e.Rasio harga terhadap nilai buku(price to book value ratio)

rasio harga terhadap nilai buku = harga pasar per saham

nilai buku per saham

2.6 KERTAS KERJA AUDIT DAN PROGRAM AUDIT

1. Pengertian dan Fungsi Kertas Kerja Audit

Auditor harus mengumpulkan berbagai jenis bukti untuk mendukung kesimpulan hasil audit yang
disajikannya dalam laporan hasil audit. Bukti yang dikumpulkan itu harus didokumentasikan dengan
baik. Dokumen dimaksud disebut dengan Kertas Kerja Audit (working papers), memuat rekaman
kegiatan audit yang dilakukannya selama melaksanakan audit. Disamping berfungsi sebagai media untuk
mendukung kesimpulan hasil audit, kertas kerja juga berfungsi sebagai:

a. Jembatan/mata rantai yang menghubungkan antara catatan klien denganlaporan hasil audit.

b. Media bagi auditor untuk mempertanggung jawabkan prosedur/langkahaudit yang dilakukannya


sehubungan dengan penugasan yang dijalankan.

c. Media untuk mengkoordinir dan mengorganisasi semua tahap audit mulaidari tahap perencanaan
sampai pelaporan.

d. Dokumen yang dapat memberikan pedoman bagi auditor berikutnya yang melakukan penugasan
audit pada instansi/satuan kerja yang sama.

Kertas kerja didefinisikan sebagai catatan - catatan yang diselenggarakan oleh auditor mengenai
prosedur audit yang ditempuh, pengujian yang dilakukan,informasi yang diperoleh, dan simpulan yang
dibuatnya sehubungan denganpelaksanaan penugasan audit yang dilakukannya.

2. Isi Kertas Kerja Audit

Kertas kerja audit meliputi semua berkas yang dibuat mulai dari perencanaan sampai dengan konsep
laporan hasil audit, antara lain terdiridari: program audit, hasil pemahaman terhadap pengendalian
intern, analisis,memorandum, surat konfirmasi, pernyataan dari klien, ikhtisar dan salinan/copy dari
dokumen yang dikumpulkan, daftar atau komentar yang dibuat atau diperoleh auditor, draft laporan
hasil audit, dan sebagainya. Kertas kerja tidak hanya berwujud kertas, tetapi dapat pula berupa pita
magnetis, film, atau media yang lain.

Kertas kerja berupa salinan/copy dokumen audit diberi cap “COPY SESUAI ASLINYA, DIBERIKAN UNTUK
AUDITOR” dan ditanda tangani/paraf oleh petugas/counterpart yang ditugaskan manajemen.

Secara lebih rinci dokumen yang terdapat pada KKA harus meliputi aspek-aspek berikut:
a. Perencanaan

b. Pengujian dan evaluasi terhadap kecukupan dan efektivitas sistempengendalian internal

c. Prosedur audit yang dilakukan, informasi yang diperoleh, analisa yangdibuat dan kesimpulan yang
dicapai oleh auditor

d. Review atas KKA

e. Pelaporan hasil audit

f. Monitoring tindak lajut terhadap hasil audit

3. Persyaratan Kertas Kerja Audit

Kertas kerja audit memperlihatkan kecakapan teknis dan keahlianprofesional dari auditor yang
menyusunnya. Seorang auditor yang kompeten dalam melaksanakan tugasnya akan menghasilkan
kertas kerja yang bermanfaat.Agar bermanfaat, kertas kerja harus lengkap, teliti, ringkas, jelas dan rapi:

a. Kertas kerja yang lengkap :

i) Berisi semua informasi utama, dengan pengertian semua informasipenting harus dicantumkan
dalam kertas kerja

ii) Tidak memerlukan penjelasan tambahan. Auditor harus mempertimbang-kan bahwa kertas kerja
akan direviu dan digunakan oleh seniornya untukpenyusunan laporan dan reviu hasil audit.

b. Auditor harus memperhatikan ketelitian dalam penulisan dan perhitungan sehingga bebas dari
kesalahan.

c. Kertas kerja harus dibatasi pada informasi pokok saja yang diperlukan dan relevan dengan tujuan
audit dan disajikan secara ringkas, tidak memuat data yang tidak perlu.

d. Kertas kerja harus mampu menyajikan informasi yang jelas dan sistematis, penggunaan istilah yang
menimbulkan arti ganda perlu dihindari.

e. Kerapian dalam pembuatan dan keteraturan dalam penyusunan kertas kerja diperlukan untuk
mempermudah ketua tim dan supervisor mereviu hasil pekerjaan dan menyusun laporan hasil audit.

4. Jenis Kertas Kerja Audit

Dalam rangka mendukung laporan hasil audit, kertas kerja dikelompokkan dalam Daftar Utama
(lead/top schedule) dan Daftar Pendukung (supporting schedule);

a. Daftar Utama merupakan rangkuman dari Daftar Pendukung, disusun sesuai dengan kelompok
informasi yang disajikan dalam laporan hasil audit. Memuat informasi dan kesimpulan hasil audit yang
diperlukan untuk penyusunan laporan hasil audit.
b. Daftar Pendukung memuat tujuan audit, informasi/kegiatan yang diuji, bukti-bukti/dokumen
pendukung yang dikumpulkan, metode penelitian dan analisis yang dilakukan dalam rangka memenuhi
tujuan audit, dan kesimpulan yang diperoleh, serta dilengkapi dengan data auditor yang menyusun dan
tanggaldan paraf penyusunannya.

Daftar Utama dan Daftar Pendukung merupakan dokumentasi yang terpisah satu sama lain. Untuk
menghubungkan keduanya, kertas kerja harus diberi indeks (semacam tanda/nomor/kode yang dibuat
untuk mempermudah menghubungkan satu kertas kerja dengan kertas kerja yang lain).

5. Tujuan Pembuatan Kertas Kerja

Empat tujuan penting pembuatan kertas kerja adalah untuk:

i) Mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan auditan.

Kertas kerja dapat digunakan oleh auditor untuk mendukung pendapatnya, dan merupakan bukti bahwa
auditor telah melaksanakan audit yang memadai.

ii) Menguatkan simpulan-simpulan auditor dan kompetensi auditnya.

Auditor dapat kembali memeriksa kertas kerja yang telah dibuat dalam auditnya, jika di kemudian hari
ada pihak-pihak yang memerlukan penjelasan mengenai simpulan atau pertimbangan yang telah dibuat
oleh auditor dalam auditnya.

iii) Mengkoordinasi dan mengorganisasi semua tahap audit.

Audit yang dilaksanakan oleh auditor terdiri dari berbagai tahap audit yang dilaksanakan dalam berbagai
waktu, tempat, dan pelaksana. Setiap audit tersebut menghasilkan berbagai macam bukti yang
membentuk kertas kerja. Pengkordinasian dan pengorganisasian berbagai tahap audit tersebut dapat
dilakukan dengan menggunakan kertas kerja.

iv) Memberikan pedoman dalam audit berikutnya.

Dari Kertas Kerja dapat diperoleh informasi yang sangat bermanfaat untuk audit berikutnya jika
dilakukan audit yang berulang terhadap klien yang sama dalam periode akuntansi yang berlainan,
auditor memerlukan informasi mengenai sifat usaha klien, catatan dan anke akuntansi klien,
pengendaian intern klien, dan rekomendasi perbaikan yang diajukan kepada klien dalam audit yang lalu,
jurnal-jurnal adjustment yang disarankan untuk menyajikan secara wajar laporn keuangan yang lalu.

6. Kepemilikan Kertas Kerja Dan Kerahasiaan Informasi Dalam Kertas Kerja

SA Seksi 339 Kertas Kerja paragraph 06 mengatur bahwa kertas kerja adalah milik kantor akuntan publik,
bukan milik klien atau milik pribadi. Namun, hak kepemilikan kertas kerja oleh kantor akuntan publik
masih tunduk pada pembatasan-pembatasan yang diatur dalam Aturan Etika Kompartemen Akuntan
Publik yang berlaku, ntuk meghindarkan penggunaan hal-hal yag bersifat rahasia oleh auditor untuk
tujuan yangtidak semestinya.
Kertas keja yang bersifat rahasia berdasarkan SA Seksi 339 paragraf 08 mengatur bahwa auditor harus
menerapkan prosedur memadai untuk menjaga keamanan kertas kerja dan harus menyimpannya
sekurang-kurangnya 10 tahun. Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik memuat aturan yang
berkaitan dengan kerahasiaan kertas kerja.

Aturan Etika 301 berbunyi sebagai berikut:

“Anggota Kompartemen Akuntan Pubik tidak diperkenankan mengungkapkan informasi klien yang
rahasia tanpa persetujuan dari klien”.

Hal-hal yang membuat auditor dapat memberikan informasi tentang klien kepada pihak lain adalah :

a. Jika klien tersebut menginginkannya,.

b. Jika misalnya praktek kantor akuntan dijual kepada akuntan publik lain, jika kertas kerjanya
diserahkan kepada pembeli harus atas seijin klien.

c. Dalam perkara pengadilan (dalam perkara pidana).

d. Dalam program pengendalian mutu, profesi akuntan publik dapat menetapkan keharusan untuk
mengadakan peer review di antara sesama akuntan publik. Untuk me-review kepatuhan auditor
terhadap standar auditing yang berlaku, dalam peer review informasi yang tercantum dalam kertas kerja
diungkapkan kepada pihak lain (kantor akuntan public lain) tanpa memerlukan izin dari klien yang
bersangkutan dengan kertas kerja tersebut.

7. Penyimpanan KKA

Untuk memudahkan akses dan pemeliharaannya, dokumen KKA perlu dipilah ke dalam beberapa
kategori. pada umumnya terdapat empat kategori berkas KKA, yaitu: Berkas permanen, Berkas berjalan,
Berkas lampiran, danBerkas khusus.

a. Berkas Permanen.

Berkas permanen berisikan data / informasi yang diperlukan oleh auditor untuk memahami gambaran
umum auditi. Dilihat dari dimensi waktu, informasi yang dimasukkan dalam berkas permanen adalah
informasi yang relatif tidak sering berubah. Dengan adanya berkas permanen, auditor tidak perlu
meminta informasi tersebut kepada audit setiap tahun atau setiap kali akan melakukan audit.Jenis
informasi yang dimaksudkan dalam berkas permanen, antara lain meliputi: data organisasi auditi,
kebijakan dan prosedur operasi, kebijakan akuntansi dan pengendalian internal, dan informasi
administratif berkaitan dengan penugasan audit. Data organisasi meliputi; Struktur organisasi dan uraian
tugas, Sejarah danuraian pokok dan fungsi auditi, Daftar lokasi unit-unit di bawah organisasi auditi,
Kontrak dan perjanjian penting (jika ada), Daftar personil kunci, Daftar pihak yang mempunyai hubungan
istimewa, serta Ketentuan hukum dan perundang - undangan terkait.

b. Berkas Berjalan (Current).


Berkas berjalan berisikan informasi yang berkaitan dengan audit yang sedang dilakukan atau audit yang
baru lalu. Terdapat dua sub klasifikasi untuk informasi yang dimasukkan dalam berkas berjalan, yaitu:
Berkas umum dan Berkas analisis.

Berkas umum terdiri atas: Surat penugasaan audit, Informasi umum, Hasil pertemuan awal, Program
audit, Manajemen waktu audit, Ikhtisar temuan audit, Draft laporan audit, Tanggapan auditi, Pertemuan
akhir dan tindak lanjut hasil audit.

Berkas analisis, memuat dokumentasi rinci atas proses pengumpulan dan pengujian bukti audit untuk
masing-masing data yang dicakup dalampenugasan audit.

c. Berkas Lampiran

Berkas ini berisikan lampiran data, catatan, dan dokumen yang menjadi data mentah bagi proses
pengujian bukti audit. Informasi mengenai proses dan hasil pengujiannya sendiri dimasukkan dalam
berkas audit analisis.

d. Berkas Khusus

Berkas ini berisikan informasi yang perlu mendapatkan perhatian khusus. Sebagian besar informasi ini
berkaitan dengan indikasi kecurangan yang perlu ditindak lanjuti dengan pemeriksaan
khusus.Sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2007, Kertas
Kerja Audit harus disusun dalam satu berkas dan diserahkan oleh Ketua Tim kepada Sub Bagian Tata
Usaha Wilayah untuk diarsipkan.

Pengertian perencanaan Audit

Perencanaan audit adalah prosedur-prosedur yang dilakukan setelah proposal disetujui atau perikatan
audit telah ditandatangani dan merupakan jembatan untuk pekerjaan pengujian. Perencanaan audit
meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit yang diharapkan.

Langkah-langkah dalam kegiatan perencanaan audit meliputi:

· Memahami bisnis dan industri klien

· Memahami dan menilai struktur pengendalian intern

· Menentukan tingkat materialitas awal dan salah saji yang bisa diterima

· Menentukan tingkat risiko audit awal

· Melakukan komunikasi dengan auditor lain, jika bertindak sebagai auditor utama

· Menyusun rencana audit


· Menyusun audit program

1. Memahami Bisnis dan Industri Klien

Informasi yang harus diperoleh dalam rangka pengetahuan tentang bisnis yang diharapkan meliputi:

Kondisi ekonomi secara umum

Industri dimana klien berusaha

Rasio-rasio keuangan rata-rata industri

Entitas klien

Karakteristik penting kepemilikan dan manajemen: struktur korporasi, pemilik, struktur permodalan,
dewan komisaris, manajemen dan fungsi audit intern

Bisnis entitas: produk, pasar, pemasok, sumber pembiayaan, dan operasi

Kinerja keuangan (prosedur analitik)

Lingkungan pelaporan

Peraturan perundangan yang terkait

Kebijakan dan prosedur akuntansi

Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dan nama auditornya

Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap keputusan manajemen

Kasus hukum yang sedang dihadapi

2. Memahami dan Menilai Struktur Pengendalian Intern

Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan
personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga
golongan tujuan berikut ini:

Keandalan pelaporan keuangan

Efektivitas dan efisiensi operasi

Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku


Tujuan pemahaman terhadap pengendalian intern adalah untuk merencanakan audit. Pemahaman atas
pengendalian intern meliputi pemahaman atas desain pengendalian yang relevan dengan audit atas
laporan keuangan dan pemahaman atas operasi pengendalian intern. Pengetahuan tersebut harus
digunakan untuk:

Mengidentifikasi tipe salah saji potensial dan kecurangan yang mungkin mempengaruhi laporan
keuangan

Mempertimbangkan faktor-faktor yang berdampak terhadap risiko salah saji material

Mendesain pengujian substantif

Kesimpulan atas efektifitas struktur pengendalian intern harus meliputi hal-hal berikut ini:

Penilaian menyeluruh atas struktur pengendalian intern klien dan sikap tim terhadap pengendalian,
yaitu:

Pengendalian intern memadai dan tim akan menguji pengendalian tersebut (rely on control)

Pengendalian intern memadai tetapi tim tidak akan menguji pengendalian karena lebih efektif langsung
melakukan pengujian substanti

Pengendalian intern tidak memadai dan tim tidak mengandalkan pada pengendalian intern

Penilaian atas risiko kecurangan (risk of fraud)

Tindak lanjut yang diperlukan apabila ditemukan kemungkinan risiko audit yang tidak bisa ditanggulangi
oleh pengendalian intern klien.

3. Menentukan Tingkat Materialitas Awal dan Salah Saji Yang Bisa Diterima

Materialitas adalah besarnya nilai yang jika dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi yang dapat
mengakibatkan perubahan atau berpengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan
kepercayaan terhadap informasi tersebut.

Pertimbangan kuantitatif berkaitan dengan prosentase salah saji terhadap:

Laba bersih sebelum pajak


Total aktiva

Total aktiva lancar

Total ekuitas pemegang saham

Pertimbangan kualitatif berkaitan dengan penyebab salah saji, misalnya:

Kemungkinan terjadinya pelanggaran hukum

Kemungkinan terjadinya ketidakberesan

Intensitas kesalahan yang tinggi

Syarat yang tercantum dalam perjanjian penarikan kredit dari bank (covenant) yang mengharuskan klien
untuk mempertahankan beberapa rasio keuangan pada tingkat minimum tertentu

Adanya gangguan dalam trend laba

Dalam perencanaan audit, tim harus menetapkan materialitas pada dua tingkat berikut ini:

· Tingkat laporan keuangan (materialitas awal)

· Tingkat saldo akun (salah saji yang bisa diterima/tolerable error)

Penentuan materialitas awal biasanya didasarkan dari sudut pandang pemakai laporan keuangan. Selain
itu, materialitas awal juga dipengaruhi pengalaman tim audit terhadap salah saji yang ditemukan pada
audit tahun-tahun sebelumnya (jika audit berulang).

4. Menentukan Tingkat Risiko Audit Awal

Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi pendapatnya
sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Jenis-jenis
risiko:

Risiko audit yang dapat diterima adalah suatu ukuran seberapa besar auditor menerima salah saji
material dalam laporan keuangan setelah audit diselesaikan dan opini wajar tanpa pengecualian telah
dikeluarkan
Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu salah saji
material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern
yang terkait

Risiko pengendalian adalah risiko terjadinya salah saji material dalam suatu asersi yang tidak dapat
dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh struktur pengendalian intern entitas.

Risiko deteksi adalah risiko yang timbul sebagai akibat auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material
yang terdapat dalam suatu asersi.

5. Melakukan Komunikasi Dengan Auditor Lain

Komunikasi dengan auditor lain tergantung dari posisi KAP, sebagai auditor utama atau sebagai auditor
lain. Apabila bertindak sebagai auditor lain dan menerima instruksi dari auditor utama, KAP wajib
menjawab setiap pertanyaan auditor lain.

Hal-hal yang harus dikomunikasikan meliputi:

· Petunjuk audit

· Jadwal penyerahan laporan-laporan yang diinginkan dari auditor lain

· Pernyataan independen dari auditor lain

· Rencana audit yang disusun oleh auditor lain

· Audit clearence oleh auditor lain

· Kuesioner audit yang harus diisi oleh auditor lain

· Catatan penyelesaian audit

· Rincian saldo dan transaksi antar afiliasi

· Check list pengungkapan

· Review kejadian setelah tanggal neraca

6. Menyusun Rencana Audit


Rencana audit adalah ringkasan perikatan, ikhtisar sifat dan karakteristik operasi bisnis klien dan strategi
audit secara keseluruhan.

Tujuan penyusunan Rencana Audit adalah:

Menyediakan bukti dokumentasi bahwa kantor telah memenuhi standar lapangan pertama

Menyediakan alat bagi in-charge untuk mengkoordinasikan, menjadwalkan dan mensupervisi kegiatan-
kegiatan yang dilaksanakan oleh anggota tim yang terlibat dalam perikatan

Cakupan Rencana Audit meliputi:

· Tujuan perikatan

· Kondisi bisnis dan industri klien

· Pengendalian intern

· Area-area kritis dan penting

· Penetapan materialitas

· Risiko audit

· Rencana sample

· Personalia dan jadwal

Rencana Audit merupakan proses akumulatif, artinya apa yang sudah ditetapkan dalam Rencana
Audit bukanlah harga mati yang tidak dapat diubah. Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan lapangan
dijumpai adanya ketidaksesuaian antara yang direncanakan dengan kondisi lapangan, maka in-charge
segera menginformasikan adanya penyimpangan ini, termasuk saran perubahan terhadap rencana
audit, kepada manager dalam sebuah memorandum. Manager kemudian menginformasikan perubahan
ini kepada Partner untuk mendapatkan persetujuan. Perubahan terhadap rencana audit yang telah
disetujui oleh Partner diringkaskan dalam Revisi Rencana Audit.

7. Menyusun Audit Program


Audit program adalah daftar terinci dari prosedur-prosedur audit yang akan dilakukan dalam sebuah
proses audit. Audit program tentatif dibuat sebagai bagian dari perencanaan audit. Karena sifatnya
tentatif, audit program seringkali memerlukan modifikasi sesuai perkembangan audit.

Audit program dirancang untuk memenuhi tujuan audit atas transaksi dan akun-akun utama dalam
laporan keuangan. Tujuan audit adalah untuk menguji asersi manajemen dalam laporan keuangan yang
meliputi :

· Eksistensi atau keberadaan

· Kelengkapan

· Hak dan kewajiban

· Penilaian atau alokasi

· Penyajian dan pengungkapan

Anda mungkin juga menyukai