PENDAHULUAN
Ada tiga alasan utama mengapa auditor harus merencanakan penugasan dengan tepat : untuk
memungkinkan auditor mendapatkan bukti yang tepat yang mencukupi pada situasi yang dihadapi,
untuk membantu menjaga biaya audit tetap wajar, dan untuk menghindarkan kesalah pahaman dengan
klien. Jika kantor akuntan publik ingin meminimalkan kewajiban hukum dan mempertahankan reputasi
yang baik dalam masyarakat bisnis, bukti yang tepat yang mencukupi harus diperoleh. Agar tetap
kompetitif, kantor akuntan publik harus menjaga kewajaran biayanya. Menghindari kesalah pahaman
dengan klien dan memfasilitasi pekerjaan berkualitas tinggi dengan biaya yang wajar. Andaikan auditor
telah menginformasikan kliennya bahwa bahwa audit akan selesai tanggal 30 Juni tetapi belum juga
selesai hingga bulan Agustus karena penjadwalan staf yang kurang baik. Klien mungkin kesal dengan
kantor akuntan ini dan bahkan dapat mengajukan tuntutan atas pelanggaran kontrak.
BAB II
PEMBAHASAN
Perencanaaan Audit meliputi pengembangan strategi pelaksanaan secara menyeluruh dan Lingkup Audit
yang diharapkan. Dalam perencanaan Audit, Auditor harus mempertimbangkan hal – hal sebagai
berikut:
· Masalah yang berkaitan dengan bisnis entitas dan industri yang menjadi tempat usaha
tersebut.
· Metode yang digunakan oleh entitas tersebut dalam mengolah informasi akuntansi yang signifikan,
termasuk penggunaan organisasi jasa dari luar untuk mengolah informasi akuntansi pokok perusahaan
· Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan pengujian audit, seperti risiko
kekeliruan atau kecurangan material atau adanya transaksi antar pihak – pihak yang mempunyai
hubungan istimewa
· Sifat laporan Auditor yang diharapkan akan diserahkan ( sebagai contoh : laporan Auditor tentang
laporan keuangan konsolidasian, laporan keuangan yang diserahkan ke Bapepam, laporan khusus untuk
menggambarkan kepatuhan klien terhadap kontrak perjanjian)
Dalam perencanaan auditnya, auditor harus mempertimbangkan sifat, lingkup, dan pada saat pekerjaan
harus dilaksanakan yaitu membuat suatu program audit secara tertulis (satu set program audit tertulis)
untuk setiap audit. Program audit harus menggariskan dengan rinci prosedur audit yang menurut
keyakinan auditor diperlukan untuk mencapai tujuan audit. Bentuk program audit dan tingkat
kerinciannya sangat bervariasi sesuai dengan keadaan. Selama berlangsungnya audit, perubahan
kondisi dapat menyebabkan terjadinya perubahan prosedur audit yang telah direncanakan tersebut.
Auditor harus mempertimbangkan apakah suatu keahlian khusus diperlukan, seperti dalam
mempertimbangkan dampak pengolahan komputer terhadap auditnya, untuk memahami pengendalian
intern, kebijakan dan prosedur, atau untuk merancang dan melaksakan prosedur audit. Jika keahlian
khusus diperlukan, auditor harus mencari asisten atau tenaga ahli yang memiliki keahlian tersebut, yang
mungkin berasal dari staf kantor akuntannya atau ahli dari luar. Jika penggunaan jasa tenaga ahli
tersebut direncanakan, auditor harus memiliki pengetahuan memadai yang bersangkutan dengan
computer untuk mengkomunikasikan tujuan pekerjaan ahli lain tersebut; untuk mengevaluasi apakah
hasil prosedur yang telah ditentukan tersebut mencapai tujuan auditor; dan untuk mengevaluasi hasil
prosedur audit yang diterapkan berkaitan dengan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit lain yang
direncanakan.
Ada tiga alasan utama mengapa auditor harus merencanakan tugasnya dengan sebaik – baiknya, yakni
sebagai berikut :
· Untuk memperoleh bahan bukti kompeten yang cukup dalam situasi saat itu
Terdapat tujuh bagian utama dalam perencanaan audit, yakni sebagai berikut :
Perencanaan awal menyangkut keputusan apakah akan menerima atau melanjutkan pelaksanaan audit
bagi klien, mengevaluasi alasan-alasan klien untuk di audit, memilih staf untuk penugasan tersebut, dan
mendapatkan surat penugasan.
Sebelum menerima klien baru,kebanyakan kantor akuntan publik akan menyelidiki perusahaan
tersebut untuk menentukan akseptabilitasnya,kantor itu akan melakukannya dengan memeriksa,sejauh
memungkinkan,prospektif klien ini dalam komunitas bisnis,stabilitas keuangannya dan hubungannya
dengan kantor akuntan publik sebelumnya.Contoh:Banyak kantor akuntan publik sangat berhati-hati
dalam menerima klien baru dari bisnis yang baru terbentuk dan berkembang cepat,banyak dari bisnis-
bisnis tersebut mengalami masalah keuangan dan membuat kantor akuntan publik akan menghadapi
kewajiban potensial yang signifikan.
Setiap tahun banyak kantor akuntan publik mengevaluasi klien-klien yang ada saat ini guna
menentukan apakah ada alasan untuk menghentikan audit.Konflik yang terjadi sebelumnya menyangkut
ruang lingkup audit yang tepat,jenis pendapat yang akan diberikan,jumlah fee,atau hal-hal lain dapat
menyebabkan auditor menghentikan kerja samanya.
Dua faktor utama yang mempengaruhi bahan bukti yang akan dikumpulkan adalah siapa pemakai
laporan dan maksud penggunaan laporan.
Kemungkinan terbesar dalam hal penggunaan laporan dapat ditentukan dengan melihat pengalaman
dalam penugasan yang lalu dan diskusi dengan manajemen.
Selama audit berlangsung auditor dapat memperoleh informasi tambahan mengenai mengapa klien
menghendaki audit dan untuk apa laporan keuangan digunakan.
“ Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau beberapa yang memiliki keahlian dan pelatihan teknik
yang cukup “.
Pertimbangan utama yang mempengaruhi penyusunan staf adalah perlunya kesinambungan dari tahun
ke tahun. Pertimbangan lain yaitu bahwa orang-orang yah diserahi tugas harus akrab dengan bidang
usaha klien.
Surat Penugasan adalah kesepakatan antara kantor akuntan publik dan klien untuk pelaksanaan audit
dan pelayanan lain yang terkait. Surat itu harus menyebutkan apakan auditor akan melaksanakan audit,
penelaahan, kompilasi,dan jasa lain seperti pengisian SPT dan jasa manajemen. Juga harus dinyatakan
pembatasan yang dikenakan terhadap pekerjaan auditor, batas waktu penyelesaian audit bantuan yang
akan diberikan oleh klien untuk memperoleh catatan dan dokumen, serta daftar rincian yang perlu
disiapkan oleh auditor.
Surat penugasan tidak mempengaruhi tanggung jawab kantor akuntan publik terhadap pihak pemakai
ekstern laporan keuangan yang di audit, tetapi dapat dipengaruhi tanggung jawab hukum terhadap
klien.
Walaupun memperoleh dan mempertahankan klien bukanlah hal yang mudah dalam profesi yang
kompetitif seperti akuntan publik,kantor akuntan publik(KAP),harus berhati-hati dalam memutuskan
klien mana yang dapat diterima.Tanggung jawab hukum dan profesional KAP adalah sedemikian
rupa,sehingga klien yang kurang memiliki integritas atau selalu memperdebatkan tentang pelaksanaan
audit dan fee yang tepat dapat menimbulkan lebih banyak masalah ketimbang manfaat yang diterima.
Informasi mengenai latar belakang didapat dengan berbagai cara, diantaranya adalah sebagai berikut:
Untuk menginterpretasikan maksud dari informasi yang diperoleh selama audit secara
Ada tiga alasan mengapa diperlukan pemahaman yang baik atas industry klien, yakni sebagai
berikut.
Banyak industri mempunyai aturan akuntansi yang khas yang harus dipahami auditor untuk
mengevaluasi apakah laporan keuangan klien sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia. Misalnya, jika auditor mengaudit badan-badan pemerintah, auditor harus
memahami aturan-aturan dalam akuntansi pemerintahan. Akan terdapat aturan akuntansi yang
khas untuk perusahaan konstruksi, kereta api, organisasi nirlaba, lembaga keuangan, dan banyak
organisasi lainnya.
Auditor sering dapat mengidentifikasikan risiko dalam industri yang akan mempengaruhi
penetapan risiko audit yang dapat diterima, atau bahkanmengaudit perusahaan dalam
industry tersebut dapat dibenarkan.
Terdapat risiko bawaan yang pada hakikatnya sama bagi seluruh klien dalam industry yang
bersangkutan. Pemahaman risiko tersebut menolong auditor dalam mengidentifikasi risiko
bawaan dari klien. Contohnya antara lain, risiko bawaan potensi keusangan persediaan dalam
industry rumah mode, risiko bawaan kolektibilitas piutang usaha dalam industry pinjaman
konsumen, dan risiko bawaan cadangan kerugian dalam asuransi kebakaran. Pengetahuan
mengenai industry klien dapat diperoleh dengan berbagai cara, diantaranya adalah diskusi
dengan auditor sebelumnya, pertemuan dengan pegawai klien, pedoman audit industry, teks
pelajaran, majalah industry, atau asosiasi industry.
Peninjauan atas fasilitas klien bermanfaat untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai
bidang usaha dan operasi klien karena akan diproleh kesempatan untuk menemui pegawai kunci dan
mengamati operasi dari tangan pertama. Peninjau langsung atas fasilitas fisik akan membantu auditor
dalam memahami pengamanan fisik atas aktiva dan dalam menginterpretasikan data akuntansi dengan
cara memberikan kerangka acuan dalam visualisasi aktiva seperti persediaan dalam proses dan
peralatan public.
Keputusan-keputusan dasar yang menyangkut kebijakan seperti kebijakan tentang pengendalian intern,
pelepasan sebagian dari usaha, kebijakan kredit, pinjaman ke perusahaan afiliasi, dan kebijakan
akuntansi untuk mencatat aktiva dan pengakuan pendapatan, harus selalu dievaluasi dengan teliti
sebagai bagian dari audit untuk menetapkan apakah manajemen memperoleh wewenang dari dewan
komisaris untuk membuat keputusan tertentu dan untuk meyakinkan bahwa keputusan manajemen
telah tercermin dalam laporan keuangan.
Hubungan istimewa didefinisikan sebagai perusahaan afiliasi, pemilik utama perusahaan klien, atau
pihak lainnya yang berhubungan dengan klien, dimana salah satu pihak dapat mempengaruhi
manajemen atau kebijakan operasi pihak lainnya. Contoh umum adalah transaksi penjualan atau
pembelian antara perusahaan induk dan anak, pertukaran peralatan antara dua perusahaan yang
dimiliki oleh orang yang sama, dan peminjaman kepada pegawai, serta adanya pengaruh kuat pelanggan
utama terhadap manajemen klien.
Jika auditor mengahadapi situasi yang memerlukan pengetahuan khusus, mungkin perlu baginya untuk
menghubungi seorang spesialis. Contohnya adalah penggunaan seorang spesialis berlian untuk menilai
biaya penggantian berlian, atau seorang spesialis aktuaris untuk menetapkan kelayakan nilai yang
tertulis dari cadangan kerugian asuransi, atau konsultasi dengan pengacara untuk membuat interpretasi
hukum dari sebuah kontrak.
Tiga dokumen hukum dan catatan yang berkaitan erat yang harus diperiksa pada awal penugasan
Adalah :
(3) kontrak. Beberapa informasi mengenai kontrak, harus diungkapkan dalam keuangan.
Pengetahuan awal pengetahuan hukum dan catatan ini akan memungkinkan auditor untuk
menginterprestasikan bahan bukti selama penugasan berlangsung dan menjamin bahwa pengungkapan
yang pantas telah dilakukan dalam laporan keuangan.
a. Memahami bidang usaha dan industri klien, diperlukan untuk mengetahui kekhasan aturan
akuntansi,menidentifikasi risiko industri dan risiko bawaan.
1) pihak terkait : adalah pihak terkait, pemilik utama perusahaan klien atau pihak lain yang
berhubungan dngan klien, dimana salah satu pihak dapat mempengaruhi manajemen atau peraturan
operasional lainnya.
2) corporate charter : diberikan oleh negara tempat perusahaan berada dab dokumen yang sah
diperlukan untuk mengenali perusahaan sebagai entitas terpisah
3) corporate minutes : catatan resmi dari pertemuan dewan direksi dan pemegang saham.
b. Memperoleh informasi mengenai kewajiban hukum klien.Dokumen dan catatan hukum yang
diperlukan adalah akte pendirian dan anggaran dasar perusahaan, notulen rapat, dan kontrak. Client
bussiness risk : resiko bahwa klien akan gagal dalam usahanya dan gagal mencapai tujuannya
d. Menentukan materialitas dan menetapkan risiko audit yang dapat diterima dan risiko bawaan.
Mereview
Materialistis dan risiko Adalah unsure penting dalam merencanakan audit dan merancang pendekatan
yang akan digunakan.
Materialistas Adalah jumlah atau besarnya kekeliruan atau salah saji dalam informasi akuntansi.
Langkah 5 : membandingkan estimasi salah saji gabungan dengan pertimbangan awal mengenai
meterialistas.
Estimasi jumlah kekeliruan atau salah saji dalam tiap segmen (langkah 3) terjadi selama audit. Langkah 4
dan 5 dilakukan pada tahap penyelesaian audit. Selain itu,risiko dalam audit berarti bahwa auditor
menerima suatu tingkat ketidakpastian tertentu dalam pelaksanaan audit.
Luasnya pemahaman tersebut ,paling tidak,mencukupi untuk merencanakan audit yang memadai,dalam
hal empat masalah spesifik perencanaan,yakni sebagai berikut :
· Auditability
Auditor harus mendapatkan informasi yang cukup memusakan mengenai integritas manajemen dan
sifat serta lus catatan akuntansi,sehingga bahan bukti kompeten tersedia untuk mendukung saldo
laporan keuangan.
Risiko penemuan
Informasi mengenai struktur pengendalian intern dugunakan untuk menetapkan risiko pengendalian
bagi setiap tujuan pengendalian,yang selanjutnya mempengaruhi risiko penemuan yang direncanakan.
· Perancangan pengujian
Informasi yang diperoleh seharusnya memungkinkan auditor untuk merancang pengujian saldo laporan
keuangan yang efektif. Pengujian tersebut mencakup baik pengujian terinci atas transaksi maupun atas
saldo,prosedur analisis dan yang disebut sebagai pengujian subtantif.
Berikut ini prosedur yang berkaitan dengan perancangan dan penempatan dalam operasi dan dapat
dijadikan sebagai bahan untuk memperoleh pemahaman terhadap struktur pengendalian intern klien :
Rencana audit dan program audit berkaitan dengan jenis-jenis pengujian audit yang dilakukan,yaitu
prosedur untuk memperoleh pemahaman atas struktur pengendalian intern,pengujian atas
pengendalian,pengujian substantive atas transaksi,prosedur analisis dan pengujian terinci atas saldo.
D. Prosedur analisis
Prosedur analisis merupakan evaluasi terhadap informasi keuangan yang dibuat dengan mempelajari
hubungan yang masuk akal antara data keuangan yang satu dengan data keuangan yang lainnya,atai
antara data keuangan dengan non keuangan.
- Tahun-tahun sebelumnya
· Analisis mengenai hubungan antara unsur-unsur informasi keuangan yang diharapkan bersesuian
dengan pola yang terprediksi
· Membandingkan dari cabang yang satu dengan yang lainnya,atau antara lokasi yang satu dengan
yang lainnya.
Beberapa hal yang harus dinyatakan dari hasil pelaksanaan prosedur analisis,antara lain sebagai berikut :
· Penekanan audit karena adanya indikasi kekeliruan dalam laporan keuangan seperti adanya
perbedaan yang signifikan antara data keuangan tahun berjalan dengan tahun-tahun sebelumnya,atau
antara data keuangan klien dengan data keuangan dari industry terkait
Contoh beberapa prosedur analisis dalam kaitannya dengan tes saldo nilai persediaan pada siklus
persediaan dan pergudangan Adalah sebagai berikut :
Bandingkan persentase margin bruto dengan Lebih saji atau kurang saji persediaan dan harga
tahun lalu pokok penjualan
Bandingkan perputaran persediaan dengan tahun Keusangan persediaan yang berdampak pada
lalu harga pokok penjualan
Bandingkan biaya per unit persediaan dengan Lebih saji atau kurang saji persediaan dan harga
tahun lalu pokok persediaan
Bandingkan nilai persediaan dengan tahun lalu Kekeliruan dalam kompilasi biaya per unit atau
perluasannya yang berdampak pada persediaan
dan harga pokok penjualan
Bandingkan biaya manufaktur tahun berjalan Salah saji biaya per unit persediaan,terutama upah
dengan tahun lalu langsung dan overhead pabrik,yang berdampak
pada persediaan dan HPP
Tujuan prosedur analisis pada tahap penyelesaian audit Adalah untuk menunjukkan kemungkinan
adanya salah saji/kekeliruan (arahan perhatian) dan menilai kelangsungan hidup usaha.
Prosedur analisis pada tahap penelaahan secara menyeluruh tersebut dapat membantu auditor dalam
menilai kesimpulan yang diperoleh dan dalam mengevaluasi penyajian laporan keuangan secara
keseluruhan. Penelahaan secara menyeluruh umumnya meliputi pembacaan laporan keuangan dan
catatannya serta mempertimbangkan hal-hal berikut ini :
a. Kecukupan bukti yang terkumpul sebagai respon terhadap saldo yang tidak biasa atau yang tidak
diharapkan,yang diidentifikasi pada waktu perencanaan audit atau dalam pelaksanaan audit.
b. Saldo atau hubungan yang tidak biasa atai tidak diharapkan yang sebelumnya tidak diidentifikasi.
Sumber informasi
Sumber-sumber informasi yang dapat digunakan untuk melakukan prosedur analitis dapat diperoleh
dari :
Rasio keuangan merupakan suatu perhitungan rasio dangan menggunakan laporan keuangan
yang berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kondisi keuangan dan kinerja perusahaan.
Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan antara satu pos lapooran
keuangan dengan pos lainya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan.
Contoh:membandingkan antara asset lancer terhadap kewajiban lancer (sebagai rasio likuiditas) atau
antara total kewajiban terhadap total asset (rasio solvabilitas), sedangkan contoh perbandingan antara
laporan keuangan adalah dengan membandingkan antara laba bersih dengan total asset (sebagai rasio
profitabilitas).
1.Rasio likuiditas
kewajiban lancar
Kewajiban lancar
Kewajiban lancar
2.Rasio Solvabilitas
total asset
total ekuitas
c.Rasio utang jangka panjang terhadap ekuitas/long term debt to equity ratio
total ekuitas
beban bunga
kewajiban
3.Rasio Aktivitas
Rata-rata persediaan
Atau
Rata-rata persediaan
Lamanya rata-rata persediaan = 365 hari
4.Rasio Profitabilitas
total aset
penjualan bersih
penjualan bersih
penjualan bersih
Auditor harus mengumpulkan berbagai jenis bukti untuk mendukung kesimpulan hasil audit yang
disajikannya dalam laporan hasil audit. Bukti yang dikumpulkan itu harus didokumentasikan dengan
baik. Dokumen dimaksud disebut dengan Kertas Kerja Audit (working papers), memuat rekaman
kegiatan audit yang dilakukannya selama melaksanakan audit. Disamping berfungsi sebagai media untuk
mendukung kesimpulan hasil audit, kertas kerja juga berfungsi sebagai:
a. Jembatan/mata rantai yang menghubungkan antara catatan klien denganlaporan hasil audit.
c. Media untuk mengkoordinir dan mengorganisasi semua tahap audit mulaidari tahap perencanaan
sampai pelaporan.
d. Dokumen yang dapat memberikan pedoman bagi auditor berikutnya yang melakukan penugasan
audit pada instansi/satuan kerja yang sama.
Kertas kerja didefinisikan sebagai catatan - catatan yang diselenggarakan oleh auditor mengenai
prosedur audit yang ditempuh, pengujian yang dilakukan,informasi yang diperoleh, dan simpulan yang
dibuatnya sehubungan denganpelaksanaan penugasan audit yang dilakukannya.
Kertas kerja audit meliputi semua berkas yang dibuat mulai dari perencanaan sampai dengan konsep
laporan hasil audit, antara lain terdiridari: program audit, hasil pemahaman terhadap pengendalian
intern, analisis,memorandum, surat konfirmasi, pernyataan dari klien, ikhtisar dan salinan/copy dari
dokumen yang dikumpulkan, daftar atau komentar yang dibuat atau diperoleh auditor, draft laporan
hasil audit, dan sebagainya. Kertas kerja tidak hanya berwujud kertas, tetapi dapat pula berupa pita
magnetis, film, atau media yang lain.
Kertas kerja berupa salinan/copy dokumen audit diberi cap “COPY SESUAI ASLINYA, DIBERIKAN UNTUK
AUDITOR” dan ditanda tangani/paraf oleh petugas/counterpart yang ditugaskan manajemen.
Secara lebih rinci dokumen yang terdapat pada KKA harus meliputi aspek-aspek berikut:
a. Perencanaan
c. Prosedur audit yang dilakukan, informasi yang diperoleh, analisa yangdibuat dan kesimpulan yang
dicapai oleh auditor
Kertas kerja audit memperlihatkan kecakapan teknis dan keahlianprofesional dari auditor yang
menyusunnya. Seorang auditor yang kompeten dalam melaksanakan tugasnya akan menghasilkan
kertas kerja yang bermanfaat.Agar bermanfaat, kertas kerja harus lengkap, teliti, ringkas, jelas dan rapi:
i) Berisi semua informasi utama, dengan pengertian semua informasipenting harus dicantumkan
dalam kertas kerja
ii) Tidak memerlukan penjelasan tambahan. Auditor harus mempertimbang-kan bahwa kertas kerja
akan direviu dan digunakan oleh seniornya untukpenyusunan laporan dan reviu hasil audit.
b. Auditor harus memperhatikan ketelitian dalam penulisan dan perhitungan sehingga bebas dari
kesalahan.
c. Kertas kerja harus dibatasi pada informasi pokok saja yang diperlukan dan relevan dengan tujuan
audit dan disajikan secara ringkas, tidak memuat data yang tidak perlu.
d. Kertas kerja harus mampu menyajikan informasi yang jelas dan sistematis, penggunaan istilah yang
menimbulkan arti ganda perlu dihindari.
e. Kerapian dalam pembuatan dan keteraturan dalam penyusunan kertas kerja diperlukan untuk
mempermudah ketua tim dan supervisor mereviu hasil pekerjaan dan menyusun laporan hasil audit.
Dalam rangka mendukung laporan hasil audit, kertas kerja dikelompokkan dalam Daftar Utama
(lead/top schedule) dan Daftar Pendukung (supporting schedule);
a. Daftar Utama merupakan rangkuman dari Daftar Pendukung, disusun sesuai dengan kelompok
informasi yang disajikan dalam laporan hasil audit. Memuat informasi dan kesimpulan hasil audit yang
diperlukan untuk penyusunan laporan hasil audit.
b. Daftar Pendukung memuat tujuan audit, informasi/kegiatan yang diuji, bukti-bukti/dokumen
pendukung yang dikumpulkan, metode penelitian dan analisis yang dilakukan dalam rangka memenuhi
tujuan audit, dan kesimpulan yang diperoleh, serta dilengkapi dengan data auditor yang menyusun dan
tanggaldan paraf penyusunannya.
Daftar Utama dan Daftar Pendukung merupakan dokumentasi yang terpisah satu sama lain. Untuk
menghubungkan keduanya, kertas kerja harus diberi indeks (semacam tanda/nomor/kode yang dibuat
untuk mempermudah menghubungkan satu kertas kerja dengan kertas kerja yang lain).
Kertas kerja dapat digunakan oleh auditor untuk mendukung pendapatnya, dan merupakan bukti bahwa
auditor telah melaksanakan audit yang memadai.
Auditor dapat kembali memeriksa kertas kerja yang telah dibuat dalam auditnya, jika di kemudian hari
ada pihak-pihak yang memerlukan penjelasan mengenai simpulan atau pertimbangan yang telah dibuat
oleh auditor dalam auditnya.
Audit yang dilaksanakan oleh auditor terdiri dari berbagai tahap audit yang dilaksanakan dalam berbagai
waktu, tempat, dan pelaksana. Setiap audit tersebut menghasilkan berbagai macam bukti yang
membentuk kertas kerja. Pengkordinasian dan pengorganisasian berbagai tahap audit tersebut dapat
dilakukan dengan menggunakan kertas kerja.
Dari Kertas Kerja dapat diperoleh informasi yang sangat bermanfaat untuk audit berikutnya jika
dilakukan audit yang berulang terhadap klien yang sama dalam periode akuntansi yang berlainan,
auditor memerlukan informasi mengenai sifat usaha klien, catatan dan anke akuntansi klien,
pengendaian intern klien, dan rekomendasi perbaikan yang diajukan kepada klien dalam audit yang lalu,
jurnal-jurnal adjustment yang disarankan untuk menyajikan secara wajar laporn keuangan yang lalu.
SA Seksi 339 Kertas Kerja paragraph 06 mengatur bahwa kertas kerja adalah milik kantor akuntan publik,
bukan milik klien atau milik pribadi. Namun, hak kepemilikan kertas kerja oleh kantor akuntan publik
masih tunduk pada pembatasan-pembatasan yang diatur dalam Aturan Etika Kompartemen Akuntan
Publik yang berlaku, ntuk meghindarkan penggunaan hal-hal yag bersifat rahasia oleh auditor untuk
tujuan yangtidak semestinya.
Kertas keja yang bersifat rahasia berdasarkan SA Seksi 339 paragraf 08 mengatur bahwa auditor harus
menerapkan prosedur memadai untuk menjaga keamanan kertas kerja dan harus menyimpannya
sekurang-kurangnya 10 tahun. Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik memuat aturan yang
berkaitan dengan kerahasiaan kertas kerja.
“Anggota Kompartemen Akuntan Pubik tidak diperkenankan mengungkapkan informasi klien yang
rahasia tanpa persetujuan dari klien”.
Hal-hal yang membuat auditor dapat memberikan informasi tentang klien kepada pihak lain adalah :
b. Jika misalnya praktek kantor akuntan dijual kepada akuntan publik lain, jika kertas kerjanya
diserahkan kepada pembeli harus atas seijin klien.
d. Dalam program pengendalian mutu, profesi akuntan publik dapat menetapkan keharusan untuk
mengadakan peer review di antara sesama akuntan publik. Untuk me-review kepatuhan auditor
terhadap standar auditing yang berlaku, dalam peer review informasi yang tercantum dalam kertas kerja
diungkapkan kepada pihak lain (kantor akuntan public lain) tanpa memerlukan izin dari klien yang
bersangkutan dengan kertas kerja tersebut.
7. Penyimpanan KKA
Untuk memudahkan akses dan pemeliharaannya, dokumen KKA perlu dipilah ke dalam beberapa
kategori. pada umumnya terdapat empat kategori berkas KKA, yaitu: Berkas permanen, Berkas berjalan,
Berkas lampiran, danBerkas khusus.
a. Berkas Permanen.
Berkas permanen berisikan data / informasi yang diperlukan oleh auditor untuk memahami gambaran
umum auditi. Dilihat dari dimensi waktu, informasi yang dimasukkan dalam berkas permanen adalah
informasi yang relatif tidak sering berubah. Dengan adanya berkas permanen, auditor tidak perlu
meminta informasi tersebut kepada audit setiap tahun atau setiap kali akan melakukan audit.Jenis
informasi yang dimaksudkan dalam berkas permanen, antara lain meliputi: data organisasi auditi,
kebijakan dan prosedur operasi, kebijakan akuntansi dan pengendalian internal, dan informasi
administratif berkaitan dengan penugasan audit. Data organisasi meliputi; Struktur organisasi dan uraian
tugas, Sejarah danuraian pokok dan fungsi auditi, Daftar lokasi unit-unit di bawah organisasi auditi,
Kontrak dan perjanjian penting (jika ada), Daftar personil kunci, Daftar pihak yang mempunyai hubungan
istimewa, serta Ketentuan hukum dan perundang - undangan terkait.
Berkas umum terdiri atas: Surat penugasaan audit, Informasi umum, Hasil pertemuan awal, Program
audit, Manajemen waktu audit, Ikhtisar temuan audit, Draft laporan audit, Tanggapan auditi, Pertemuan
akhir dan tindak lanjut hasil audit.
Berkas analisis, memuat dokumentasi rinci atas proses pengumpulan dan pengujian bukti audit untuk
masing-masing data yang dicakup dalampenugasan audit.
c. Berkas Lampiran
Berkas ini berisikan lampiran data, catatan, dan dokumen yang menjadi data mentah bagi proses
pengujian bukti audit. Informasi mengenai proses dan hasil pengujiannya sendiri dimasukkan dalam
berkas audit analisis.
d. Berkas Khusus
Berkas ini berisikan informasi yang perlu mendapatkan perhatian khusus. Sebagian besar informasi ini
berkaitan dengan indikasi kecurangan yang perlu ditindak lanjuti dengan pemeriksaan
khusus.Sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2007, Kertas
Kerja Audit harus disusun dalam satu berkas dan diserahkan oleh Ketua Tim kepada Sub Bagian Tata
Usaha Wilayah untuk diarsipkan.
Perencanaan audit adalah prosedur-prosedur yang dilakukan setelah proposal disetujui atau perikatan
audit telah ditandatangani dan merupakan jembatan untuk pekerjaan pengujian. Perencanaan audit
meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit yang diharapkan.
· Menentukan tingkat materialitas awal dan salah saji yang bisa diterima
· Melakukan komunikasi dengan auditor lain, jika bertindak sebagai auditor utama
Informasi yang harus diperoleh dalam rangka pengetahuan tentang bisnis yang diharapkan meliputi:
Entitas klien
Karakteristik penting kepemilikan dan manajemen: struktur korporasi, pemilik, struktur permodalan,
dewan komisaris, manajemen dan fungsi audit intern
Lingkungan pelaporan
Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan
personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga
golongan tujuan berikut ini:
Mengidentifikasi tipe salah saji potensial dan kecurangan yang mungkin mempengaruhi laporan
keuangan
Kesimpulan atas efektifitas struktur pengendalian intern harus meliputi hal-hal berikut ini:
Penilaian menyeluruh atas struktur pengendalian intern klien dan sikap tim terhadap pengendalian,
yaitu:
Pengendalian intern memadai dan tim akan menguji pengendalian tersebut (rely on control)
Pengendalian intern memadai tetapi tim tidak akan menguji pengendalian karena lebih efektif langsung
melakukan pengujian substanti
Pengendalian intern tidak memadai dan tim tidak mengandalkan pada pengendalian intern
Tindak lanjut yang diperlukan apabila ditemukan kemungkinan risiko audit yang tidak bisa ditanggulangi
oleh pengendalian intern klien.
3. Menentukan Tingkat Materialitas Awal dan Salah Saji Yang Bisa Diterima
Materialitas adalah besarnya nilai yang jika dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi yang dapat
mengakibatkan perubahan atau berpengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan
kepercayaan terhadap informasi tersebut.
Syarat yang tercantum dalam perjanjian penarikan kredit dari bank (covenant) yang mengharuskan klien
untuk mempertahankan beberapa rasio keuangan pada tingkat minimum tertentu
Dalam perencanaan audit, tim harus menetapkan materialitas pada dua tingkat berikut ini:
Penentuan materialitas awal biasanya didasarkan dari sudut pandang pemakai laporan keuangan. Selain
itu, materialitas awal juga dipengaruhi pengalaman tim audit terhadap salah saji yang ditemukan pada
audit tahun-tahun sebelumnya (jika audit berulang).
Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi pendapatnya
sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Jenis-jenis
risiko:
Risiko audit yang dapat diterima adalah suatu ukuran seberapa besar auditor menerima salah saji
material dalam laporan keuangan setelah audit diselesaikan dan opini wajar tanpa pengecualian telah
dikeluarkan
Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu salah saji
material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern
yang terkait
Risiko pengendalian adalah risiko terjadinya salah saji material dalam suatu asersi yang tidak dapat
dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh struktur pengendalian intern entitas.
Risiko deteksi adalah risiko yang timbul sebagai akibat auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material
yang terdapat dalam suatu asersi.
Komunikasi dengan auditor lain tergantung dari posisi KAP, sebagai auditor utama atau sebagai auditor
lain. Apabila bertindak sebagai auditor lain dan menerima instruksi dari auditor utama, KAP wajib
menjawab setiap pertanyaan auditor lain.
· Petunjuk audit
Menyediakan bukti dokumentasi bahwa kantor telah memenuhi standar lapangan pertama
Menyediakan alat bagi in-charge untuk mengkoordinasikan, menjadwalkan dan mensupervisi kegiatan-
kegiatan yang dilaksanakan oleh anggota tim yang terlibat dalam perikatan
· Tujuan perikatan
· Pengendalian intern
· Penetapan materialitas
· Risiko audit
· Rencana sample
Rencana Audit merupakan proses akumulatif, artinya apa yang sudah ditetapkan dalam Rencana
Audit bukanlah harga mati yang tidak dapat diubah. Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan lapangan
dijumpai adanya ketidaksesuaian antara yang direncanakan dengan kondisi lapangan, maka in-charge
segera menginformasikan adanya penyimpangan ini, termasuk saran perubahan terhadap rencana
audit, kepada manager dalam sebuah memorandum. Manager kemudian menginformasikan perubahan
ini kepada Partner untuk mendapatkan persetujuan. Perubahan terhadap rencana audit yang telah
disetujui oleh Partner diringkaskan dalam Revisi Rencana Audit.
Audit program dirancang untuk memenuhi tujuan audit atas transaksi dan akun-akun utama dalam
laporan keuangan. Tujuan audit adalah untuk menguji asersi manajemen dalam laporan keuangan yang
meliputi :
· Kelengkapan