Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENGUKURAN SUHU TUBUH ( AXILLA DAN RECTAL)

UNTUK MEMENUHI TUGAS KD 2

Disusu Oleh Kelompok 1

Nama Angota : 1. AGISTA IMELDA WUNDA

2. ALBERTINA NGURA

3. DEKI SELAN

4.MARDO FALLO

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN MARANATHA

KUPANG 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang maha esa segala rahmat
serta karunianya kepada kami sehingga kami berhasil menyesaikan makalah ini
tepat pada waktunya yang berjudul “ PENGUKRAN SUHU TUBUH
( AXILLA DAN RECTAL)” makalah ini berisikan tentang informasi-informasi
tentang pengukuran suhu tubuh Kami berharap mudah-mudahan makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan memberikan informasi,
pengetahuan kepada teman semua dan masyarakat lain.

Kami menyedari bahwa makalah ini masi jauh dari sempurna. Oleh karna itu,
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak akan kami terima dengan
tangan terbuka demi kesempurnaan makalah ini.akhir kata kami sampaikan
terimakasi kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan
makalah ini dari awal sampe akhir.

Kupang ,19 Aprril 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................1

1.1 Latar Belakang ...........................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1
1.3 Tujuan ........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3

2.1 Pemerikasaan Suhu.....................................................................................................3


2.2 Fungsi fisiologis.........................................................................................................4
2.3 Produksi panas tubuh .................................................................................................4
2.4 Proses pengeluaran panas dan produksi panas ..........................................................5
2.5 Faktor – faktor yang mempengaruhi produksi panas tubuh.......................................6
2.6 Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh ....................................................................7
2.7 Gangguan pemenuhan kebutuhan dasar pengaturan suhu tubuh................................7
BAB III PENUTUP...........................................................................................................9
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................9
3.2 Saran...........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Suhu tubuh adalah keseimbangan antara panas yang diproduksi dan panas
yang kelur dituduh. Tubuh menghasilkan panas saat membakar makanan dan
kehilangan panas melaalui kulit dan paru. suhu tubuh yang menggunakan
pengukuran oral normalnya tetap berada sekitar 37ᵒC. Namun, keragaman dapat
terjadi dan tetap dianggap normal untuk seorang individu. Pengukuran suhu yang
lebih jauh lebih tinggi atau lebih rendah menunjukkan bahwa beberapa perubahan
dalam sistem pengaturan tubuh mengganggu keseimbangan. Tanda-tanda
peningkatan suhu mudah dikenali yaitu wajah memerah, kulit panas, mata terang
secara tidak biasa, gelisah, menggigil, dan haus. Sikap tidak bergairah dan pucat,
kulit dingin, lembab sering kali menandai suhu tubuh kurang dari normal.
(Kowalski, Mary T. Dan Rosdahl, Caroline Bunker. 2014)
Suhu meningkat ketika produksi panas tubuh meningkat atau kehilangan
panas menurun keduanya dapat tejadi secara kebersamaan. Jika suhu tubuh
meningkat, terjadi demam (pireksia). Individu di katakan febris. Demam adalah
tanda beberapa gangguan didalam tubuh. Demam sering kali menyertai penyakit
dan menandai bahwa tubuh sedang melawan infeksi. Dalam beberapa kasus, suhu
yang sedikit di atas normal berguna untuk melawan mikroorganisme. Suhu tubuh
yang jauh di bawah normal disebut hipotermia. Suhu tubuh yang rendah dapat
mendahului kematian atau terjadi akibat pajanan berlebihan terhadap elemen atau
air dingin, sebagaimana dalam keadaan haampir tenggelam. Dalam beberapa
keadaan suhu tubuh sedikit dibawah normal mengindentifikasi situasi yang
diinginkan. Penurunan suhu tubuh memperlambat metabolisme dan dengan
demikian menurunkan kebutuhan tubuh akan oksigen. Hipotermia klinis
digunakan untuk melakukan beberapa prosedur bedah. Hipotermia aksidental
adalah keadaan yang mengancam jiwa dan memerlukn terapi dengan segera.
(Kowalski, Mary T. Dan Rosdahl, Caroline Bunker. 2014).

1.2 RUMUSAN MASLAH


1. Apa pengertian pemeriksaan suhu?
2. Bagaimana fungsi fisiologis kulit terhadap memelihara suhu tubuh?
3. Apa saja proses pengeluran panas secara normal?
4. Faktor apa saja yang memengaruhi produksi panas tubuh?
5. Apa saja faktor yang memengaruhi peningkatan atau penurunan suhu tubuh?
6. Gangguan apa saja yang terjadi dalam pemenuhan kebutuhan dasar
pengaturan suhu tubuh?
1.3 TUJUAN
1. Menjelaskan pengertian suhu tubuh.
2. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi produksi panas tubuh.
3. Menjelaskan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar pengaturan suhu
tubuh.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Suhu tubuh

Kulit merupakan salah satu organ yang terbesar dari tubuh kulit membentuk
15% dari berat badan keseluruhan. Kulit menutupi tubuh dan elindungi jaringan di
dalamnya. Mengandung banyak ujung saraf dan penting dalam pengaturan suhu
tubuh. Kulit memiliki dua lapisan epidermis dan dermis. Epidermis merupakan
lapisan non-vaskuler dan mengandung lapisan epitel bertingkat. Lapisan ini sangat
tebal, keras, dan seperti tanduk misalnya pada area telapak tangan dan telapak
kaki dan sangat tipis pada bagian lain seperti pada badan dan bagia dalam
ekstremitas. Epidirmis memiliki dua lapisan atau bagian. Bagian luar disebut
bagian tanduk dan bagian dalam disebut bagian germinatif. Bagian tanduk
memiliki tiga lapisan yaitu:

a. lapisan tanduk (stratum korneum) adalah lapisan yang paling superfisial,


berbentuk sel gepeng dan tidak mempunyai nukleus atau inti dan protoplasma
yang akan berubah menjadi substansi tanduk yang disebut keratin, yang
bersifat tahan air.
b. lapisan jernih (stratum lusidum) berisi sel dengan protoplasma yang jernih
dan mempunyai inti gepeng.
c. lapisan granular (stratum granulosum) adalh lapisan paling dalam yang
mengandung beberapa lapisan sel dengan protoplasma granular dan inti
tertentu. Sedangkan bagian germinatif, yang berada dibagian dalam,
mengandung dua lapisan yaitu:
a. lapisan sel duri berisi sel berbagai bentuk, setiap sel mempunyai prosesus
pendek, agak berduri, bergabung bersama inti tertentu.
b. lapisan sel basal berisi sel kolumnar yang tersusun diatas sebuah dasar
membran.
Pemukaan kulit selalu mengalami friksi dan selalu di perbaharui oleh
kelompok di bawahnya yang bermultifikasi dan bergerak ke permukaan,
berkembang menjadi kulit permukaan. Epidermis tidak memiliki suplai darah
dan saraf. Ujung saraf padda kulit besar dalam fungsi sensori dan memiliki
variasi yang berbeda-beda untuk memberikan berbagi sensasi kulit, yaitu
sensasi sentuan, panas, dingi dan nyeri. Saraf sentuhan berakhir pada bada
bundar yang di kenal sebagai korpus sentuhan atau korpus taktil, yang
distimulasi oleh tekanan dan saraf panas, dingi, nyeri pada cabang seperti
pohon. Beberapa cabang pada ujung saraf ini masuk kedalam epidermis.
Panas dirasakan hanya jika benda panas menyentuh kulit, yakni di ujung saraf
khusus yang di pengaruhi panas. Di beberapa bagian, ujung saraf saling
berdekatan dan tidak merespon, tetapi pada daerah yang mempunyai ujung
saraf lebih sedikit, seperti di bagian belakang tangan adalah mungkin
menemukan titik tempat panas dapat dirasakan (titik panas) dan titik lain
tempat dingin dapat diraskan (titik dingin).
2.2 Pemerikasaan Suhu
Pemeriksaan suhu merupakan salah satu pemerikasaan yang digunakan untuk
menilai kondisi metabolisme dalam tubuh, dimana tubuh menghasilkan panas
secara kimiawi melalui metabolisme darah. Suhu dalam tubuh perlu dijaga
keseimbangannya, yaitu antara jumlah panas yang hilang dengan jumlah panas
yag diproduksi. Proses pengaturan suhu terletak pada hypothalamus dalam sistem
saraf pusat. Bagian depaan hypothalamus dapat mengatur pembuangan panas dan
bagian hypothalamus belakang mengatur upaya penyimpangan panas.
Pemeriksaan suhu ini dapat dilakukan melalui oral, rektal, dan aksila yang
digunakan untuk menilai keseimbangan suhu tubuh serta membantu menentukan
diagnosa suatu penyakit.(Alimul, Aziz. 2006)

Umur Suhu (derajat celcius)


3 bulan 37,5
1 tahun 37,7
3 tahun 37,2
5 tahun 37,0
7 tahun 36,8
9 tahun 36,7
13 tahun 36,6
2.3 Fungsi fisiologis
Kulit adalah bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan proses
pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh
vasomotorik dengan kemampuan mengendalikan arteriol kutan dengan cara
vasodilatasi fan vasokontriksi. Proses pelepasan panas dapat dilakukan dengan
cara penguapan. Jumlah keringat yang dikeluarkan tergantung pada banyaknya
darah yang mengalir melalui pembuluh darah dalam kulit. Proses pelepasan panas
laiinya dalam dilakukan dengan cara pemancaran panas ke udara sekitar konduksi
(pengalihan panas ke benda yang disentuh), dan konveksi ( pengaliran udara
panas ke permukaan yang lebih tinggi). (Alimul, Aziz. 2006)
Kulit merupakan organ tubuh yang bertanggung jawab untuk memelihara suhu
tubuh organ tetap normal. Tubuh yang sehat mampu memelihara suhu tubuh
secara konstan walaupun pada kondisi lingkungan yang berubah-ubah. Sistem
pengaturan suhu tubuh terdiri dari tiga bagian yaitu reseptor yang terdapat pada
kulit, integerator yang terdapat di dalam hipotalamus dan efektor system yang
mengatur pada produksi panas dengan kehilangan panas. Reseptor yang paling
banyak terdapat pada kulit, kulit mempunyai lebih banyak reseptor untuk dingin
dan hangat dibanding reseptor yang terdapat pada organ tubuh lain seperti lidah
dan saluran pernafasan. Bila kulit menjadi dingin melebihi suhu tubuh, maka ada
tiga proses yang dilakukan tubuh untuk meningkatkan produksi panas, berkeringat
untuk menghalangi kehilangan panas dan vasokontriksi untuk menurunkan
kehilangan panas.
Pembentukan panas dihasilkan oleh semua ktivitas metabolisme dari tubuh.
Jumlah yang dihasilkan oleh organ-organ internal(jantung, hepar) hampir
mendekati konstan jumlah panas yang dihasilkan oleh otot-otot skeletal bervariasi
dari sedikit pada saat istiahat sampai dalam jumlah yang banyak selama latihan.
Menggigil merupakan cara lain untuk menghasilkan panas. Terdapat hubungan
antara panas yang dihasilkan dengan luas permukaan tubuh. Bila mana luas
permukaan tubuh relatif luas (seperti pada bayi), terdapat kebutuhan
menghasilkan panas yang relatif lebih besar untu mengkompensasi terhadapa
kehilangan panas yang lebih banyak.
Dari kulit panas menguap dari kulit dengan cara konduksi, radiasi, dan konveksi,
dengan perspirasi yang tidak dapat terlihat serta evaporasi keringat. Penguapan ini
dikontrol oleh variasi jumlah darah yang mengalir melalui kulit, dihasilkan oleh
perubahan dalam ukuran dari pembuluh darah yang terdapat di dalamnya. Panas
menguap kulit dipengaruhi oleh jumlah dan jenis pakain yang dipakai. (Watson,
Roger. 2002)
2.4 Produksi panas tubuh
Produksi panas tubuh dapat dilakukan dengan :
1. Metabolisme
Peningkatan metabolisme akan menghasilakan peningkatan produksi panas
dalam tubuh, sehingga suhu tubuh menjadi naik metabolisme dari lemak
menghasilkan panas paling tinggi yaitu 9,3 k.kal/g dibandingkan dengan
karbohidrat 4,1 k.kal/g, alkohol 7,1 k.kal/g dan protein 4,1 k.kal/g.
2. Aktivitas muskular
Aktivitas muskular akan meningkatkan metabolisme sehingga dapat
meningkatkan produksi panas. Basal Metabolik rate (BMR) adalah energi yang
dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi fisiologis normal pada saat istirahat.
3. Menggigil
Otot melakukan gerakan kontraksi secara ritmik, hal ini meningkatkan
metabolisme dan mengahsikan panas. Kemudian panas dijaga agar tidak keluar
dengan mengecilkan pembuluh darah (vasokontriksi) sehingga suplay darah
akan berkurang pada pembuluh darah perifer. Hal ini dilakukan tubuh untuk
menjaga agar panas yang dihasilkan oleh tubuh tidak terbuang.
4. Sekresi hormon
Hormon tyroid, tiroksin, triiodotironin meningkatkan basal metabolik rate
(BMR) dengan meningkatkan pemecahan glukosa dan lemak. Hormon tyroid
meningkatkan konsumsi oksigen, sintesis protein dan degradasi yang
merupakan aktivitas termogenesis.
5. Rangsangan saraf simpatis
Rangsangan saraf simpatis akan meningkatkan denyut jantung, memperlambat
proses pencernaan, merangsang ereksi, memperkecil diameter pembuluh arteri,
memperbesar pupil, memperkecil bronkus dan mengembangkan kandung
kemih. Rangsangan saraf simpatis bisa dengan adanya rangsangan kimia,
epineprin, dan norepineprin.
2.5 Proses pengeluaran panas dan produksi panas
Proses pengeluaran panas dan produksi panas terjadi secara simultan. Struktur
kulit dan paparan terhadap lingkungan secara konstan, pengeluaran panas secara
normal adalah sebagai berikut:
1. Radiasi, yaitu proses penyebaran panas melalui gelombang elektromagnetik.
2. Konveksi,yaitu proses penyebaran panas karena pergeseran antara daerah
yang kepadatannya tidak sama seperti dari tubuh pada udara dingin yang
bergerak atau pada air di kolam renang.
3. Evaporasi, yaitu proses perubahan cairan menjadi uap.
4. Konduksi, yaitu proses pemindahan panas pada objek lain dengan kontak
langsung tanpa gerakan yang jelas, seperti bersentuhan dengan permukaan
yang dingin, dan lain-lain.
2.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi panas tubuh antara lain :
1. Basal metabolisme rate (BSM)
Banyak faktor yang menyebabkan BMR meningkat diantaranya yaitu sedera,
demam, infeksi. Peningkatan metabolisme akan menghasilakan peningkatan
produksi panas dalam tubu sehingga tubuh menjadi naik.
2. Aktivitas otot.
Aktivitas otot termasuk menggigil dapat mempoduksi panas tubuh sebanyak
lima kali.
3. Peningkatan produksi tiroksin
Hipotalamus merespon terhadap dingin dengan melepas faktor releasing.
Faktor ini merangsang tirotropin pada adenohipofise untuk meranagsang
pengeluaran tiroksin oleh kelenjar tiroid. Efek tiroksin meningkatkan nilai
metabolisme sel diseluruh tubuh dan memproduksi panas.
4. Termogenesis kimia
Yaitu perangsangan produksi panas melalui sirkulasi norepineprin dan
epineprin atau melalui perangsangan saraf simpatis. Hormon-hormon ini
segera meningkatkan nilai metabolisme sel jaringan tubuh. Secara langsung,
epineprin dan norepineprin mempengaruhi hepar dan sel sel otot sehingga
meningkatkan aktivitas otot. Selain itu produksi sejumlah panas juga dapat
diperoleh melauli rangsangan saraf simpatis terhadap lemak (coklat).
5. Demam
Demam akan meningkatkan metabolisme sel. Reaksi kimia meningkat rata-
rata 120% untuk setiap peningkatan suhu 10°C. Hal ini berarti setiap
peningkatan 1°C suhu tubuh menyebabkan 12% reaksi kimia akan terjadi.
2.7 Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh
Beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan atau penurunan suhu tubuh
yaitu
1. Umur
Pada bayi baru lahir, mekanisme pengaturan suhu tubuh belum sempurna.
Oleh karena itu suhu tubuh bayi sangat dipengruhi oleh suhu lingkuungan dan
harus dilindungi dari perubahan-peruabahan suhu yang ekstrim.
2. Jenis kelamin
Misalnya terdapat peningkatan suhu tubuh sebesar 0,3-0,5°C pada wanita
yang sedang mengalami ovulasi. Hal ini terjadi karena selama ovulasi terjadi
peningkatan hormon progesteron yang meningkatkan BMR
3. Emosi
Keadaan emosi dan perilaku yang berlebihan dapat mempengaruhi suhu
tubuh. Peningkatan emosi akan meningkatkan suhu tubuh. Pada orang apatis,
depresi dapat menurunkan produksi panas sehingga suhu tubuhnya dapat
turun.
4. Aktivitas fisik
Suhu tubuh dapat meningkat sebagai hasil aktivitas fisik, seperti olahraga.
Olahraga dapat meningkatkan metabolisme sel sehingga produksi panas
meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan suhu tubuh.
5. Lingkunagan
lingkungan yang suhunya panas dapat menyebabkan peningkatan suhu tubuh.
2.8 Gangguan pemenuhan kebutuhan dasar pengaturan suhu tubuh
1. Demam
Hyperpireksia atau demam terjadi karena mekanisme pengeluaran panas tidak
mampu untuk mempertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan produksi
panas yang mengakibatkan peningkatan suhu tubuh abnormal.
2. Kelelahan akibat panas
Terjadi bila diaphoresis yang banyak mengakibatkan kehilangan cairan dan
elektrolit secara berlebihan yang disebabkan karena lingkungan yang terpajan
panas. Tanda dan gejala kurrang volume cairan adalah hal yang umum selama
kelelahan akibat panas.
3. Hyperthermia
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk
meningkatkan pengeluaran panas atau produksi panas adalah hyperthermia.
Setiap penyakit atau trauma pada hypothalamus dapat memengaruhi
mekanisme pengeluran panas.
4. Hypothermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus menerus terhadap dingin
mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas, mengkibatkan
hypothermia. Hypothrmia diklarifikasi melalui pengukiran suhu inti. Ketika
suhu tubuh menurun menjadi 35°c klien akan mengalami gemetar yang tidak
terkontrol, hilang ingatan dan depresi. Jika hypothermia terus menerus
berlangsung klien dapat mengalami disritmia jantung, kehilangan kesadaran
dan tidak responsif terhadap stimulus nyeri.
2.9 Konsep Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1. Keluhan utama
Keluhan yang sering muncul pada gangguan pengaturan suhu tubuh antara
lain demam, gemetar menggigil, kulit dingn serta pucat.
2. Suhu tubuh
Perubahan suhu tubuh tergantung pada jenis gangguan
Suhu oral normal : 36,1-37,2°c
Suhu rectal normal : 37,6°c
Suhu axila normal :36,5-37,5°c
3. Kesadaran
Kesadaran klien pada umumnya menurun, biasanya klien apatis sampai
somnolen. Namun pada kondisi tertentu dapat terjadi sopor sampai koma.
b. Diagnose keperawatan
1. Hyperthermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme
2. Hypotermi berhubungan dengan evaporasi di lingkungan dingin
3. Keluhan berhubungan dengan demam
4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan suhu
tubuh
5. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan metabolisme
c. Implementasi
1. Hyperthermia berhubungan dengan peningkatan metaabolisme
Intervensi
a. Monitor suhu setiap 2 jam
b. Monitor tekanan darah dan penafasan
c. Kajii adanya penurunan kesadaran
d. Anjurkan klien banyak minum air putih
e. Lakukan kompres hangat pada lipatan paha dan axila
f. Beri antiperik
g. Tingkatkan sirkulasi udara
h. Kolaborasi pemberian cairan intra venan
i. Kaji suhu, warna dan kelembaban kulit monitor CRF
2. Hypotermi berhubungan dengan evaporasi dilingkungan dingin
Intervensi
a. Monitor suhu setiap jam
b. Kaji adanya penurunan kesadaran
c. Monitor tekanan darah dan penafasan
d. Selimuti klien
e. Berikan suhu ruangan diatas suhu tubuh klien
f. Kaji suhu dan warna kulit
g. Monitor CRF
3. Kelemahan berhubungan dengan demam
Intervensi
a. Anjurkan klien untuk istirahat sampai suhu tubuh normal
b. Bantu klien mengekpresikan perasaan keletihannya
c. Bantu klien mengidentifikasi kekuatan
d. Kaji tingkat keletihan menggunakan skala RHOTRN (1982) , 0-10 (0
=tidak dicapai, penuh semangat , dan 10 = benar -benar letih)
e. Bantu klien mengindentifikasi tugas-tugas yang dapat didelegasikan
f. Bantu klien mengidentifikasi prioritas dan menghilangkan aktifitas
yang tidak penting
g. Jelaskan pengaruh dan konflik pada tingkat energi
h. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
suhu tubuh
Intervensi
a. Monitor input dan out put cairan
b. Monitor tekanan darah
c. Kaji membrane mukosa
d. Kaji tugor kulit
e. Kaji CRF (Cronic Renal Failure)
f. Anjurkan klien banyak minum air putih
g. Kolaborasi pemberiaan cairan intra vena
h. Monitor suhu tubuh
i. Berikan antiperik
j. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan metabolisme.
Intervensi
a. Berikan makanan yang mengangdung cukup cairan, rendah serat,
tinggi protein dan tidak menimbulkan gas
b. Beri makanan sedikit tapi sering
c. Timbang berat badan setiap hari
d. Kolaborasi pemeriksaan albumin
1. Evaluasi
1. Hyperthermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme
a. Suhu tubuh dalam rentan normal
b. Nadi dan penafasan dalam rentan normal
c. Tak ada perubahan warna kulit
d. Kesadaran koposmentis
2. Hypotermi berhubungan dengan evaporasi dilingkungan dingin
a. Suhu, nadi dan pernafasan dalam rentan normal
b. CRF (Cronic Renal Failure) kurang dari 3 detik
c. Tidak terjadi sianosis
3. Kelemahan berhubungan dengan demam
a. ADL (The Activity of Daily Living) terpenuhi
b. Skala kelemahan = 0
4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
suhu tubuh
a. Asupan cairan terpenuhi
b. Iinput dan out put cairan seimbang
c. Tugor kulit elastik
d. Membran mukosa lembab
e. Suhu tubuh dalam rentan normal
5. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan metabolisme dan penurunan nafsu makan
a. Berat badan stabil
b. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
c. Oral hygiene terpenuhi
BAB III

PENUTUP

3.3 Kesimpulan
Pemeriksaan suhu merupakan salah satu pemerikasaan yang digunakan untuk
menilai kondisi metabolisme dalam tubuh, dimana tubuh menghasilkan panas
secara kimiawi melalui metabolisme darah.
Kulit merupakan organ tubuh yang bertanggung jawab untuk memelihara suhu
tubuh organ tetap normal
Produksi panas tubuh dilakukan dengan : Metabolisme, aktivitas muskular,
menggigil, sekresi hormon, rangsangan saraf simpatis
Pengeluaran panas secara normal adalah sebagai berikut: radiasi, konveksi,
evaporasi, konduksi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi panas tubuh antara lain :
1. Basal metabolism rate (BSM),
2. Aktivitas otot,
3. Peningkatan produksi tiroksin,
4. Termogenesis kimia,
5. Demam.
Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh yaitu
1. Umur,
2. Jenis kelamin,
3. Emosi,
4. Aktivitas fisik,
5. Lingkungan.
Gangguan pemenuhan kebutuhan dasar pengaturan suhu tubuh; demam,
kelelahan akibat panas,hyperthermia, hypothermia
3.4 Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis berharap pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan
penulisan makalah di kesempatan- kesempatanberikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga pembaca yang
budiman pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Watson roger. 2002. Anatomi Fisiologi Edisi 10. Jakarta: EGC
Kowalski, Mary T. dan Rosdahl, Caroline Bunker. 2014. Keperawatan Dasar
Edisi 10. Jakarta: EGC
Hidayat, A, Aziz Alimul. 2012. Kebutuhan Dasar Manusia jilid 1. Jakarta:
Salemba Medika
Hidayat, A, Aziz Alimul. 2012. Kebutuhan Dasar Manusia jilid 2. Jakarta:
Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai