Anda di halaman 1dari 4

TUMAN!

Cara Jenaka
Membalas Perilaku
Menyebalkan Orang Terdekat

13 Maret 2019   17:23 Diperbarui: 13 Maret 2019   17:56 525 28 2

Replikasi Meme Tuman oleh penulis

Sambil terus menatap layar gawainya, Dedi tertawa lepas.


Ketika saya bertanya apa yang dia baca sampai tertawa,
dengan sedikit sisa tawa dia menjawab: "dia sudah melihat
status saya". Saya kemudian melihatnya, dia memasang
status meme 'tuman' dengan konten "minjem duit sampe
ngemis2, giliran ditagih galak. TUMAN!!!"
Ketika menulis ini, penulusuran Google dengan kata kunci 'meme'
menghasilkan 2.030.000.000 hasil dalam 0,34 detik. Ketika kata
kunci saya tambah menjadi 'meme tuman' dalam 0,31 detik Google
menyodorkan sebanyak 153.000. Sebagian besar jenis meme
'tuman' berbentuk gambar ikonik karakter bocah botak menampar
temannya yang juga botak.

Sedikit tentang meme


Adalah Richard Dawkins, seorang ahli biologi yang pertamakali
mempopulerkan istilah meme dalam bukunya yang berjudul The
Selfish Gene tahun 1976. Istilah tersebut digunakan Dawkins untuk
menjelaskan mengapa beberapa perilaku (dari perspektif evolusi)
tampak tidak masuk akal, tetapi entah bagaimana ditemukan
sangat umum dalam masyarakat. Pengikut Darwin yang juga
seorang ateis ini menukil istilah tersebut dari bahasa Yunani
'mimeme' atau hal yang ditiru. Namun jika kita mau menilik lebih
jauh, awal 1900an, seorang zoologis dan ahli biologi evolusi asal
Jerman Richard Wolfgang Semon, juga telah menuis tentang
mneme. Terinspirasi dari muse anak dewa memori bangsa Yunani
Mnemosine.
Kita hari ini kemudian menyebut meme sebagai produk budaya
berupa ide (bisa berupa teks, gambar, video pendek, GIF dll) yang
menular melalui internet. Seperti dalam evolusi biologi, beberapa
meme terkena seleksi alam internet dan hilang dari peredaran,
beberapa diantaranya terus direplikasi dan berevolusi dalam waktu
lama, seperti meme 'tuman'.
Syarat meme menyebar dan viral
Kembali pada Dawkins, meme harus memiliki minimal tiga faktor
untuk mewabah:
• Copy-filedity, atau ide memungkinkan untuk diadaptasi, ditiru,
dan dicopy oleh siapapun juga. Artinya, ide yang punya
potensi jadi meme adalah yang bisa ditiru.
• Fecundity, Bukan hanya dicopy, fekunditas adalah masalah
proses kecepatan ide tersebut dicopy. Bukan hanya ditiru,
namun juga cepat dan gak ribet.
• Longevity, merupakan daya tahan ide dalam waktu.
Ketiga kriteria di atas dibutuhkan agar elemen budaya dapat
menjadi meme. Dawkins juga memprediksikan meme yang paling
potensial adalah meme yang menanggapi kebutuhan budaya
tertentu atau yang khususnya selaras dengan keadaan
kontemporer. Dengan kata lain, menarik perhatian, menginspirasi
rasa memiliki dan keterhubungan dengan orang yang berbagi
dengan kita, dan mendorong kita untuk berbagi dengan orang lain.
Secara sosiologis, meme potensial adalah yang mampu
memantapkan dan memperkuat ikatan sosial dan solidaritas sosial.
Coba kita perhatikan meme 'tuman', apakah tiga kriteria di atas
telah terpenuhi? Secara visual, karakter dan perilaku karakter
kontan bertolak belakang. Karakter dua anak gundul yang
menggemaskan namun melakukan agresi fisik menampar adalah
hal yang memenuhi semua syarat keganjilan (incongruity). Selera
humor manusia sangat menyukai hal yang ganjil. Booth-Butterfield
dan Wanzer dalam bukunya Humorous communication as goal-
oriented communication tahun 2010 menyebut keganjilan sebagai
salah satu teori humor selain teori keunggulan (superiority), dan
teori gairah/pembangkit (arousal). Karena keganjilan visual inilah
meme 'tuman' memenuhi ketiga kriteria di atas. Secara visual lucu,
sehingga layak untuk dicopy, direplikasi dan juga bertahan lama
karena replikasi berbagai seting lainnya.

Melawan mekanisme pertahanan diri


Psikoanalisis, sebuah aliran besar psikologi menyebut manusia
sebagai makhluk yang menginginkan kenyamanan dalam hidupnya.
Bahkan, Sigmund Freud sebagai pendiri aliran tersebut menyakini
bahwa manusia memiliki mekanisme (yang seringkali tidak disadari)
untuk melawan kecemasan ketika berbuat hal-hal yang dianggap
keliru dalam masyarakat. Dia menyebutnya sebagai mekanisme
pertahanan diri (defence mechanism/DM) dan jenisnya sangat
beragam. 
Meme 'tuman' yang menyebar dalam minggu ini memiliki banyak
konten sindirian pada perilaku-perilaku keseharian yang dianggap
merugikan. Konteksnya bisa sangat beragam, namun kebanyakan
diarahkan pada teman dekat, rekan kerja sampai saudara.
Kebanyakan objek perilaku tersebut adalah mekanisme pertahanan
diri jenis denial dan rationalization. Perilaku menghindar dari janji
hutang, janji ketemuan ataupun yang lain adalah DM jenis
denial. Sedangkan perilaku menyodorkan segudang alasan untuk
menutupi kesalahan adalah DM jenis rationalization.

Otoritas dan menjaga hubungan


Terkait konten, 'tuman' merupakan istilah bahasa Jawa yang biasa
digunakan untuk memberikan label pada perilaku (terutama keliru)
yang terus berulang. Tuman dalam konteksnya (dulu) digunakan
sebagai peringatan terakhir, agar perilaku (buruk/keliru) tidak
diulangi terus menerus. Apakah peringatan tersebut dilakukan
dengan agresif seperti menampar? Hal tersebut sangat bergantung
otoritas yang memberikan peringatan. Orangtua dulu bisa saja
memukul, menampar atau mencubit anaknya yang mengulangi
kesalahan terus menerus. Dalam dalam konteks pertemanan, saya
rasa hal tersebut sulit untuk dilakukan.
Banyak kegelisahan dalam keseharian yang kita tekan (represi),
semisal hal-hal kecil seperti alasan gagal ngopi bareng, nyerobot
antrian, tidak membalas chating sampai alasan tidak membayar
hutang. Masih banyak lagi varian 'tuman' yang direplikasi untuk hal-
hal semacam itu. Secara psikologis hal tersebut menarik, karena
hanya dengan meme kita dapat mengekspresikan kecemasan.
Hampir mustahil kita melakukan hal-hal agresif hanya untuk
peristiwa yang dianggap kecil, seperti nyerobot antrian. 
Jelas kita tidak memiliki otoritas seperti otoritas orangtua atau guru
pada masa lalu. Meme 'tuman' mewakili ekspresi tersebut,
penyebar merasa hal tersebut cukup membalas tindakan yang tidak
mengenakkan namun dengan cara jenaka. Kita tidak mungkin
melakukan agresi secara langsung, selain tidak memiliki otoritas,
kebanyakan dari kita juga menghindari konfrontasi. Jika tidak
percaya coba saja.

Anda mungkin juga menyukai