BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abortus provocatus adalah istilah Latin yang secara resmi dipakai dalam kalangan
kedokteran dan hukum. Maksudnya adalah dengan sengaja mengakhiri kehidupan kandungan
dalam rahim seseorang perempuan hamil. Karena itu abortus provocatus harus dibedakan
dengan abortus spontaneus, dimana kandungan seorang perempuan hamil dengan spontan
gugur. Jadi perlu dibedakan antara “ abortus yang disengaja” dan “abortus spontan”.
Secara medis abortus dimengerti sebagai penghentian kehamilan selama janin belumviable,
belum dapat hidup mandiri di luar rahim, artinya sampai kira-kira 24 minggu atau sampai
awal trimester ketiga.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui macam-macam
abortus, efek samping/risiko, penatalaksanaan pasca abortus, diagnostik serta teknik
pengeluaran abortus.
BAB II
PEMBAHASAN
A. ABORTUS
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup di luar kandungan.
Berdasarkan variasi berbagai batasan yang ada tentang usia / berat lahir janin viable (yang
mampu hidup di luar kandungan), akhirnya ditentukan suatu batasan abortus sebagai
pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 g atau usia kehamilan 20 minggu.
(terakhir, WHO/FIGO 1998 : 22 minggu)
Etiologi
Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun
Faktor maternal, seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis
Kelainan traktus genetalia seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester
kedua) retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.
Patogenesis
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti nekrosis jaringan sekitar
yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian
uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 6 minggu, villi kotaris belum menembus desidua secara dalam,
jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu,
penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan
banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dahulu
daripada plasenta. Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk, seperti kantong kosong
amnion atau benda kecil yang tak jelas bentuknya (lighted ovum) janin lahir mati, janin
masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.
Manifetasi Klinis
b. Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup,
ada/tidak jaringan keluar dari ostium, ada/tidak cairan atau jaringan berbau busuk
dario ostium.
c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan
dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak
nyeri saat porsio dogoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum Douglasi,
tidak menonjol dan tidak nyeri.
Pemeriksaan Penunjang
Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2 – 3 minggu setelah abortus
Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion
Komplikasi
Diagnosis
1. Abortus iminens, perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu, tanpa
ada tanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat.
3. Abortus inkomplit, bila sudah sebagian jaringan janin dikeluarkan dari uterus. Bila abortus
inkomplit disertai infeksi genetalia disebut abortus infeksiosa
4. Abortus komplit, bila seluruh jaringan janin sudah keluar dari uterus
5. Missed abortion, kematian janin sebelum 20 minggu, tetapi tidak dikeluarkan selama 8
minggu atau lebih.
Proses Abortus dapat dibagi atas 4 tahap : abortus imminens, abortus insipiens, abortus
inkomplet dan abortus komplet.
1. Abortus Iminens
Abortus imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu, di mana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya
dilatasi serviks. Ciri : perdarahan pervaginam, dengan atau tanpa disertai kontraksi,
serviks masih tertutup Jika janin masih hidup, umumnya dapat bertahan bahkan sampai
kehamilan aterm dan lahir normal. Jika terjadi kematian janin, dalam waktu singkat dapat
terjadi abortus spontan. Penentuan kehidupan janin dilakukan ideal dengan
ultrasonografi, dilihat gerakan denyut jantung janin dan gerakan janin. Jika sarana
terbatas, pada usia di atas 12-16 minggu denyut jantung janin dicoba didengarkan dengan
alat Doppler atau Laennec. Keadaan janin sebaiknya segera ditentukan, karena
mempengaruhi rencana penatalaksanaan / tindakan.
Penatalaksanaan
Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien tidak panas dan tiap
empat jam bila pasien panas
Tes kehamilan dapat dilakuka. Bila hasil negatif mungkin janin sudah mati.
Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
Berikan obat penenang, biasanya fenobarbiotal 3 x 30 mg, Berikan preparat hematinik
misalnya sulfas ferosus 600 – 1.000 mg
Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk mencegah
infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.
2. Abortus Insipiens
Abortus insipiens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu, dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil
konsepsi masih berada di dalam uterus.
Ciri : perdarahan pervaginam, dengan kontraksi makin lama makin kuat makin sering,
serviks terbuka.
Penatalaksanaan :
Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa pertolongan
selama 36 jam dengan diberikan morfin
Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan, tangani
dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam abortus, disusul
dengan kerokan memakai kuret tajam. Suntikkan ergometrin 0,5 mg intramuskular.
Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta
secara manual.
3. Abortus Inkomplit
Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu suntikkan ergometrin
0,2 mg intramuskular
Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta
secara manual.
4. Abortus Komplit
Abortus kompletus adalah terjadinya pengeluaran lengkap seluruh jaringan konsepsi
sebelum usia kehamilan 20 minggu.
Ciri : perdarahan pervaginam, kontraksi uterus, ostium serviks sudah menutup, ada
keluar jaringan, tidak ada sisa dalam uterus.
Diagnosis komplet ditegakkan bila jaringan yang keluar juga diperiksa kelengkapannya.
Penatalaksanaan :
Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau transfusi darah
5. Abortus Abortion
Kematian janin dan nekrosis jaringan konsepsi tanpa ada pengeluaran selama lebih dari
4 minggu atau lebih (beberapa buku : 8 minggu ?).
Biasanya didahului tanda dan gejala abortus imminens yang kemudian menghilang
spontan atau menghilang setelah pengobatan.
Penatalaksaan :
Bila kadar fibrinogen normal, segera keluarkan jaringan konsepsi dengan cunam ovum
lalu dengan kuret tajam
Bila kadar finrinogen rendah, berikan fibrinogen kering atau segar sesaat sebelum atau
ketika mengeluarkan konsepsi
Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, lakukan pembukaan serviks dengan gagang
laminaria selama 12 jam lalu dilakukan dilatasi serviks dengan dalatator Hegar
kemudian hasil konsepsi diambil dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam.
Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan dietilstilbestrol 3 x 5 mg lalu infus
oksitosin 10 IU dalam dektrose 5% sebanyak 500 ml mulai 20 tetes per menit dan
naikkan dosis sampai ada kontraksi uterus. Oksitosin dapat diberikan sampai 100 IU
dalam 8 jam. Bila tidak berhasil, ulang infus oksitosin setelah pasien istirahat satu
hari.
Bila fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasil konsepsi dengan
menyuntik larutan garam 20% dalam kavum uteri melalui dinding perut.
6. Abortus Septik
Sepsis akibat tindakan abortus yang terinfeksi (misalnya dilakukan oleh dukun atau
awam). Bahaya terbesar adalah kematian ibu.
Abortus septik harus dirujuk kerumah sakit
Penanggulangan infeksi :
Dalam 24 jam sampai 48 jam setelah perlindungan antibiotik atau lebih cepat lagi bila
terjadi perdarahan, sisa konsepsi harus dikeluarkan dari uterus.
7. Abortus terapeutik
Dilakukan pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu, atas pertimbangan / indikasi
kesehatan wanita di mana bila kehamilan itu dilanjutkan akan membahayakan dirinya,
misalnya pada wanita dengan penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal, korban
perkosaan (masalah psikis). Dapat juga atas pertimbangan / indikasi kelainan janin yang
berat.
Pada pasien yang menolak dirujuk beri pengobatan samadengan yang diberikan pada
pasien yang hendak dirujuk, selama 10 hari :
Di rumah sakit :
Infus cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat disesuaikan kebutuhan cairan
Pantau ketat keadaan umum, tekanan darah , denyut nadi dan suhu badan
Apabila kondisi pasien sudah membaik dan stabil, segera lakukan pengangkatan
sumber infeksi
Abortus septik dapat mengalami komplikasi menjadi syok septik yang tanda-tandanya
ialah panas tinggi atau hipotermi, bradikardi, ikterus, kesadaran menurun, tekanan
darah menurun dan sesak nafas
PRINSIP
Perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 12 minggu
1. JANGAN LANGSUNG DILAKUKAN KURETASE
2. Tentukan dulu, janin mati atau hidup. Jika memungkinkan,periksa dengan USG
1. Anamnesis : perdarahan, haid terakhir, pola siklus haid, ada tidak gejala / keluhan lain,
cari faktor risiko / predisposisi. Riwayat penyakit umum dan riwayat obstetri /
ginekologi.
2. Prinsip : wanita usia reproduktif dengan perdarahan per vaginam abnormal HARUS selalu
dipertimbangkan kemungkinan adanya kehamilan.
3. Pemeriksaan fisis umum : keadaan umum, tanda vital, sistematik. JIKA keadaan umum
buruk lakukan resusitasi dan stabilisasi segera !
4. Pemeriksaan ginekologi : ada tidaknya tanda akut abdomen. Jika memungkinkan, cari
sumber perdarahan : apakah dari dinding vagina, atau dari jaringan serviks, atau darah
mengalir keluar dari ostium ?
5. Jika diperlukan, ambil darah / cairan / jaringan untuk pemeriksaan penunjang (ambil
sediaan SEBELUM pemeriksaan vaginal touche)
6. Pemeriksaan vaginal touche : hati-hati. Bimanual tentukan besar dan letak uterus.
Tentukan juga apakah satu jari pemeriksa dapat dimasukkan ke dalam ostium dengan
MUDAH / lunak, atau tidak (melihat ada tidaknya dilatasi serviks). Jangan dipaksa.
Adneksa dan parametrium diperiksa, ada tidaknya massa atau tanda akut lainnya.
Pengeluaran jaringan pada abortus : setelah serviks terbuka (primer maupun dengan dilatasi),
jaringan konsepsi dapat dikeluarkan secara manual, dilanjutkan dengan kuretase.
2. Masukkan tang abortus sepanjang besar uterus, buka dan putar 90o untukmelepaskan
jaringan, kemudian tutup dan keluarkan jaringan tersebut.
3. Sisa abortus dikeluarkan dengan kuret tumpul, gunakan sendok terbesar yang bisamasuk.
4. Pastikan sisa konsepsi telah keluar semua denganeksplorasi jari maupun kuret
Pertimbangan
Kehamilan usia lebih dari 12 minggu sebaiknya diselesaikan dengan prostaglandin
(misoprostol intravaginal) atau infus oksitosin dosis tinggi (20-50 U/drip).
Kini dengan alat hisap dan kanul plastik dapat dikeluarkan jaringan konsepsi dengan trauma
minimal, terutama misalnya pada kasus abortus mola.
Jaringan konsepsi dikirim untuk pemeriksaan patologi anatomi, agar dapat diidentifikasi
kelainan villi. Bahaya / komplikasi yang dapat terjadi pasca mola adalah keganasan (penyakit
trofoblastik gestasional ganas / PTG).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Abortus hanya dipraktikkan dalam klinik atau fasilitas kesehatan yang ditunjuk oleh
pemerintah dan organisaso-organisasi profesi medis.
2. Aborsi hanya dilakukan oleh tenaga profesional yang terdaftar dan memperoleh izin untuk
itu, yaitu dokter spesialis kebidanan dan genekologi atau dokter umum yang mempunyai
kualifikasi untuk itu.
3. Aborsi hanya boleh dilakukan pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu (untuk usia
diatas 12 minggu bila terdapat indikasi medis).
B. Saran
http://makalah-untuk-bidan.blogspot.com/2008/05/abortus.html