Modul Infus Revisi 170417
Modul Infus Revisi 170417
A. Tujuan Pembelajaran :
5. Mahasiswa dapat melakukan injeksi intravena melalui infus secara lege artis.
1. Luka bakar
Luka bakar merupakan rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan oleh
kontak dengan sumber panas seperti air panas, tersentuh benda panas, kobaran api,
sengatan listrikdan akibat bahan-bahan kimia.Luka bakar suhu pada tubuh terjadi
baik karena kondisi panas langsung atau radiasi elektromagnetik. Saraf dan
pembuluh darah merupakan struktur yang kurang tahan dengan konduksi panas.
Kerusakan pembuluh darah ini mengakibatkan cairan intravaskuler keluar dari
lumen pembuluh darah, dalam hal ini bukan hanya cairan tetapiprotein plasma dan
elektrolit. Pada luka bakar ekstensif dengan perubahan permeabilitas yang hampir
menyeluruh, penimbunan jaringan masif di intersitial menyebabakan kondisi
hipovolemik. Volume cairan iuntravaskuler mengalami defisit, timbul ketidak
mampuan menyelenggarakan proses transportasi ke jaringan, kondisi ini dikenal
dengan syok. Berdasarkan kedalamannya, luka bakar dibedakan menjadi 3 yaitu :
a) Luka bakar derajat 1 : superfisial skin burn
Kerusakan terbatas pada lapisan
epidermis superfisial, kulit kering
hiperemik, berupa eritema, tidak nyeri
karena ujung –ujung syaraf sensorik
teriritasi, penyembuhannya terjadi
secara spontan dalam waktu 5 -10 hari
3. Demam
Kebutuhan cairan terapi rumatan untuk mengganti kehilangan cairan sensible
dan insensible harus dihitung secara teliti dan tergantung pada pemakaian energi,
meskipun jumlah itu bisa dihitung berdasarkan berat badan. Kehilangan insensible
melalui kulit dan saluran napas yang biasanya bebas elektrolit lebih besar pada
bayi baru lahir dari pada orang dewasa. Kehilangan sensible terutama dari urin
mengambil porsi 50% kebutuhan cairan. Jadi kehilangan cairan melalui urin tidak
perlu diganti sepanjang output urin tidak lebih dari 50-60% cairan rumatan.
Kebutuhan kalori untuk tumbuh bisa di perkirakan equivalent dengan kcal untuk
setiap cc kebutuhan air. Faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan kalori dan air
ialah demam (10% untuk setiap 1⁰ C), aktifitas fisik, kehilangan gastrointestinal
yang sedang berlangsung, hiperventilasi, keadaan hipermetabolik, phototherapy.
Kebutuhan total cairan per hari seorang anak dihitung dengan formula berikut :
- 100 ml/kgBB untuk 10 kg pertama
- 50 ml/kgBB untuk 10 kg berikutnya
- 25 ml/kgBB untuk setiap tambahan kg BB-nya.
Contoh
- Seorang bayi dengan berat badan 8 kg kebutuhan cairannya 8 x 100 ml = 800
ml setiap harinya
- bayi dengan berat 15 kg (10 x 100) + (5 x 50) = 1250 ml per hari
4. Syok hipovolemik
Syok merupakan suatu keadaan gawat darurat yang sering terjadi akibat
adanya kegagalan sirkulasi dalam memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi
jaringan. Syok terjadi akibat penurunan perfusi jaringan vital atau menurunnya
volume darah secara bermakna. Syok juga dapat terjadi akibat dehidrasi jika
kehilangan darah ≥ 20% BB atau kehilangan darah ≥ 20% EBV (estimated blood
volume).
Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi
kehilangan cairan dengan cepat yang berakhir dengan kegagalan beberapa organ,
disebabkan volume intravaskuler berkurang akibat perdarahan, kehilangan cairan
akibat diare, luka bakar, muntah sehingga menyebabkan transport oksigen dan
nutrisi ke sel menjadi tidak adekuat. Kondisi syok hipovolemik yang mengancam
jiwa akibat penurunan volume darah intravasculer, yang menyebabkan penurunan
cardiac output dan tidak adekuatnya perfusi jaringan, jaringan menjadi anoksia
sehinga terjadi perubahan metabolisme dalam sel (aerob menjadi anaerob) dan
menyebabkan terjadnya asidosis metabolik. Beberapa perubahan hemodinamik
yang terjadi pada kondisi syok hipovolemik adalah cardiac output (CO) menurun,
blood pressure (BP) menurun, systemic vascular resistance menurun, dan central
venous pressure (CVP) menurun. Terapi syok hipovolemik bertujuan untuk
restorasi volume intravaskuler, dengan target utama mengembalikan tekanan darah,
nadi, dan perfusi organ secara optimal. Bila kondisi hipovolemia telah telah teratasi
dengan baik
Seorang anak usia 9 bulan, berat badan 10 kg mengalami demam 39⁰C, kebutuhan
cairan hariannya adalah :
Kebutuhan cairan 10 x 100 ml = 1000 ml setiap harinya
Setiap kenaikan 1⁰C > 37⁰C (per rectal) kebutuhan air meningkat 10%, maka :
3. Luka bakar
Pedoman pemberian cairan pada luka bakar
1/ Per oral jika penderita dengan luka bakar tidak luas ( < 15 % grade II )
2/ Infus ( IVFD ) pada luka bakar > 15 %
Penghitungan kebutuhan cairan dan elektrolit menurut Baxter/Parkland
RL = 4cc x BB x % LB
1/ ½ jumlah cairan diberikan dalam 8 jam 1 post trauma
½ jumlah cairan diberikan dalam 16 jam berikutnya
2 untuk luka bakar > 50% perhitungkan = luka bakar 50 %
Dewasa :
Hari ke 1 : RL = 4cc x BB x % LB
Setelah 18 jam dextran 500 – 1000 cc bila bising usus + oral dimulai
Hari ke 2 : sesuai kebutuhan dan keadaan klinis penderita
Anak-anak
- Resusitasi : 2 cc x BB (kg) x % LB = ..a.. cc
- Kebutuhan faali :
< 1 tahun : BB x 100 cc
1 – 3 tahun : BB x 75 cc = ..b.. cc
3 – 5ahun : BB x 50 cc
Kebutuhan total : resusitasi + faali = a + b
Diberikan dalam keadaan tercampur
- RL : dextran = 17 : 3
- 8 jam I = ½ ( a+b) cc
- 16 jam II = ½ ( a+b) cc
4. Syok hipovolemik
Penanganan syok hipovolemik adalah :
- Menentukan penyebab kehilangan cairan
- Mengatasi syok dengan cairan kristaloid 20 ml/kgBB dalam ½ - 1 jam
- Sisa defisit 50% dalam 8 jam pertama, 50% dalam 16 jam berikutnya
- Cairan RL (ringer laktat) atau NaCl 0,9%
- Kondisi hipovolemia telah teratasi/hidrasi apabila produksi urin 0,5 – 1
ml/kgBB/jam
3. Cairan isotonik
Suatu cairan yang memiliki tekanan osmotik yang sama dengan yang ada didalam
plasma. Cairan isotonik digunakan sebagai cairan resusitasi, cairan ini hanya
mengisi ruang ekstrasel dengan ¼ dari jumlah cairan yang diberikan tinggal dalam
ruang intravaskuler, selebihnya mengisi ruang intersisial sehingga untuk
mencukupi kebutuhan cairan plasma/darah dibutuhkan jumlah cairan 4 kali.
Contoh cairan isotonik antaralain:
a. NaCI normal 0,9 % (larutan garam fisiologis)
b. Ringer laktat (RL)
c. Ringer asetat (RA)
Cairan pengganti cairan tubuh juga dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Cairan kristaloid
merupakan cairan dengan beratmolekul (BM) rendah <8000 Dalton, dengan
atau tanpa glukosa. Contohnya larutan NaCl fisiologis 0,9%, larutan ringer
laktat, dextrose 5%, dextrose 10%. Larutan ringer laktat digunakan sebagai
replacement therapy diare, trauma, luka bakar, syok hipovolemik.
2. Cairan koloid
Merupakan cairan dengan BM tinggi > 8000 dalton, dengan tekanan onkotik
yang tinggi sehingga sebagian besar akan tetap berada di ruang intravaskuler.
Contohnya albumin, fres frozen plasma (FFP), red blood cells .
J. Daftar tilik penilaian kebutuhan cairan dan pemilihan cairan yang tepat untuk
pasien dengan kondisi khusus.
NAMA : NIM :
No. Aspek yang dinilai Nilai
0 1 2 3
1 Menghitung kebutuhan cairan tubuh anak/dewasa normal
2 Menjelaskan faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan
Menghitung kebutuhan cairan tubuh anak/dewasa pada kasus
3 menjelaskan jenis-jenis cairan intravena
4 Memilih jenis cairan intravena yang tepat
5 Menjelaskan indikasi pemilihan jenis cairan
6 Menghitung kebutuhan cairan dengan tepat
Keterangan :
1 : tidak dilakukan/disebut sama sekali
2 : dilakukan tapi tidak sempurna
3 : dilakukan tapi kurang sempurna
4 : dilakukan dengan sempurna dan legeartis
( dr. ........................................... )
NAMA : NIM :
No Aspek yang dinilai Nilai
0 1 2 3
1 Cek catatan medik
2 Berikan salam, menyapa pasien dan memperkenalkan diri
3 Menanyakan / mengkonfirmasi identitas pasien, keluhan utama/memeriksa tanda
kegawatan
4 Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan
5 Menanyakan riwayat alergi obat
6 Memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya sebelum kegiatan
dilakukan dan meminta persetujuan pasien
7 Memposisikan pasien supine
8 Membebaskan lengan baju pasien, memeriksa kedua lengan untuk
mencari/menentukan vena yang akan dipilih (jelas, distal, fleksibel, tidak ada
tanda inflamasi pada jaringan sekitarnya)
9 Melakukan cuci tangan 6 step WHO
10 Menyiapkan alat dan obat yang akan disuntikkan
Alat dan bahan tidak steril:
1. alas plastik
2. torniquet
3. alcohol swab (apabila tidak dalam kemasan/kasa+alkohol, ditempatkan
di tempat steril)
4. tiang infus
5. flabot cairan infus
6. bengkok kotor
7. sharp container
8. transparent dressing/ hypafix/ micropore/ /plester
9. gunting
10. spalk + kasa balut (apabila perlu (pada bayi dan anak kecil))
11. sarung tangan disposable
Alat dan bahan steril:
1. kasa steril+ betadin (tidak wajib untuk asepsis, wajib untuk dressing
pasca pemasangan)
2. abbocath
3. infus set
4. obat yang akan diinjeksikan + spuit
Meletakkan pengalas dibawah lengan pasien (semula no.15)
Meletakkan tournikuet/manset 5-15 cm diatas tempat tusukan (tidak
dikencangkan terlebih dahulu) (semula no. 16)
Melakukan cuci tangan 6 step WHO dan memakai handscoen (semula no. 14)
11 Menyiapkan cairan infus dengan infus set:
Posisikan scroll clamp hingga mengunci selang
Tusukkan penusuk pada ujung chamber ke dalam port “in” pada flabot
Gantungkan flabot pada tiang infus dengan ketinggian minimal 80 cm dari
tempat tidur pasien
Isi chamber hingga kira-kira setengahnya
12 Arahkan ujung keluar selang pada bengkok.
Buka scroll clamp hingga selang terbuka sepenuhnya
Alirkan cairan infus sehingga keluar dan tertampung pada bengkok
Pastikan tidak ada gelembung udara didalam selang
13 Kencangkan scroll clamp sampai infus tidak menetes dan pertahankan
kesterilannya (dengan menutupnya dengan jarum yang tertutup cap (penutup),
posisikan di tempat tinggi pada tiang infus)
17 Kencangkan tournikuet/manset (tekanan dibawah tekanan sistolik)
18 Anjurkan pasien untuk mengepalkan tangan n dan membuka beberapa kali, palp
asi dan pastikan tekanan yang akan ditusuk
19 Bersihkan kulit dengan cermat menggunakan alcohol swab/kasa+alkohol, lalu
diulangi dengan menggunakan kasa betain. Arah melingkar dari dalam keluar
lokasi tusukan **
20 Gunakan ibu jari untuk menekan jaringan dan vena 5 cm dibawah tusukan
21 Pegang jarum pada posisi 30 derajat pada vena yang akan ditusuk, arah ke
proksimal/menuju jantung. Setelah pasti masuk (menembus kulit) lanjutkan
menusuk dengan perlahan dengan pasti hingga tampak ada darah masuk pada
chamber belakang jarum (yang berarti jarum telah masuk dalam vena)
22 Rendahkan posisi jarum sejajar dengan kulit dan secara bersamaan, dorong
plastik kateter iv ke depan/dalam vena sambil menarik jarum ke belakang,
(jangan sampai lepas )
23 Tekan ujung plastik iv cateter dengan jari tangan non dominan untuk menaham
plastik kateter iv dan menghambat aliran vena (supaya darah tidak menetes
keluar saat jarum diambil)
24 Tarik jarum infus keluar **, segera masukkan dalam bengkok kotor/ langsung ke
dalam sharp container
25 Sambungkan hub plastik iv cateter dengan ujung selang infus
26 Lepaskan torniquet (bisa juga dilepas setelah menahan ujung kateter iv/sebelum
melepas jarum)
27 Buka tahanan jari pada ujung plastik kateter iv, buka klem infus sampai cairan
mengalir lancar
28 Tahan posisi kateter iv, olesi sekitar tempat penusukan dengan salep betadin
(atau kasa+betadin), kemudian tutup dengan kassa steril+ plester atau
hypafix/micropore/transparent dressing
29 Beri tambahan fiksasi selang infus di daerah distal dan atau proksimal tempat
penusukan dengan hypafix/micropore/plester Fiksasi posisi plastik iv cateter
dengan plester. (Pada bayi dan anak kecil, lanjutkan dengan pemasangan spalk+
balut untuk fiksasi)
30 Atur tetesan infus sesuai dengan ketentuan, pasang stiker informasi: tanggal &
jam cairan diberikan + obat yang dimasukkan (apabila ada)
31 Evaluasi hasil kegiatan
32 Bereskan alat dan bahan
33 Mencuci tangan
34 Dokumentasi
Keterangan :
1 : tidak dilakukan/disebut sama sekali
2 : dilakukan tapi tidak sempurna
3 : dilakukan tapi kurang sempurna
4 : dilakukan dengan sempurna dan legeartis
** : critical point (item yang harus dilakukan)
( dr. ........................................... )
(dr. ........................................... )
Daftar Pustaka
Cummins, R.O. 1997. Advanced Cardiac Life Support. American Hearth Association.
USA.
Degowin, RL., Brown, DD. 2000. Diagnostic Examination, 7th ed. Mc Graw-Hill Co.
New York
Delp, MH. And Manning, RT. 1996. Major Diagnosis Fisik. EGC. Jakarta.
Guyton & Hall, 2006. Textbook of Medical Physiology. Iith edition. ElsevierSaunders
: Philadelphia
Moenadjat, Yefta. 2003. Luka Bakar : Pengetahuan Klinis Praktis. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
WHO. 2013. Pocket Book of Hospital Care for Children: Guidelines for the
Management of Common Childhood Illnesses – 2nd ed.