Modul Informed Consent
Modul Informed Consent
Pendahuluan
Seorang dokter hewan dapat melakukan tindakan terhadap pasiennya tanpa persetujuan.
Berbeda dengan manusia yang memiliki hak-hak istimewa untuk melindungi diri dari hal-hal di
luar dirinya yang mungkin mengancam kelangsungan hidupnya. Manusia mempunyai nilai-nilai
yang dianggap penting, dan seorang dokter tidak boleh mengacuhkannya. Seorang dokter tidak
boleh memperlakukan pasiennya sebagai orang yang tidak mengetahui apa-apa. Seorang dokter
yang baik pasti dapat menjelaskan situasi yang sedang terjadi kepada pasiennya.
Di satu sisi yang lain, ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran berkembang dengan pesat. Hal
ini menimbulkan berbagai konsekuensi. Penyelesaian masalah medis semakin bervariasi dengan
keuntungan dan kerugian masing-masing. Bagaimanapun ilmu kedokteran bukanlah ilmu yang
pasti. Tindakan yang dilakukan kepada pasien tidak selalu berhasil dan mungkin dapat
menimbulkan komplikasi tertentu yang mungkin telah dapat diramalkan. Seiring dengan keadaan
tersebut, permasalahan etik yang berkaitan dengan informed consent di dunia kedokteran pun
berkembang sangat luas. Pasien tentu berkeinginan dapat terlibat dalam pembuatan keputusan
tindakan kedokteran apa yang akan dijalaninya untuk menentukan nasibnya sendiri di masa yang
akan datang.
Definisi
Asal kata :
Informed : telah diberi informasi atau telah dijelaskan
Consent : persetujuan
Refusal : penolakan
Informed consent : adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien/orang yang sah mewakilinya
terhadap rencana tindakan yang diajukan oleh dokter atau dokter gigi setelah mendapatkan
informasi yang benar dan layak sehingga cukup untuk dapat membuat persetujuan.
Informed refusal : adalah penolakan pasien/orang yang sah mewakilinya terhadap rencana
tindakan yang diajukan oleh dokter atau dokter gigi setelah mendapatkan informasi yang benar
dan layak cukup untuk dapat membuat penolakan.
Suatu persetujuan atau penolakan dianggap sah apabila :
1. Pasien/orang yang sah mewakilinya telah menerima informasi yang benar dan layak
2. Pasien/orang yang sah mewakilinya dalam keadaan kompeten untuk memberikan persetujuan
atau penolakan
3. Persetujuan atau penolakan diberikan secara sukarela
Tujuan
Informed consent/refusal bertujuan untuk memungkinkan pasien dapat mempertimbangkan
kelebihan dan kekurangan rencana tindakan medis dengan tujuan akhir adanya pilihan rasional
untuk menerima atau menolak tindakan tersebut.
Konsep Dasar
Terkadang orang hanya menekankan pentingnya penandatanganan formulir persetujuan tindakan
kedokteran. Meskipun secara hukum formulir tersebut sangat penting dan dapat menolong
menyelesaikan masalah di masa yang akan datang, sebenarnya informed consent dan informed
refusal bukan sekedar kejadian saat pasien/orang yang sah mewakilinya menyetujui dan
memberikan bukti secara tertulis tetapi merupakan proses sekaligus hasil komunikasi efektif
antara dokter dengan pasien/orang yang sah mewakilinya mengenai apa yang terjadi pada pasien
dan tindakan apa yang terbaik bagi pasien. Terkadang tindakan yang terbaik menurut medis,
belum tentu menjadi tindakan yang terbaik bagi pasien. Hal ini terkait dengan latar belakang
sosial budaya, agama, kepercayaan dan prinsip pribadi yang tetap harus dihormati.
Proses ini juga bukan merupakan perjanjian antara pasien/orang yang sah mewakilinya dengan
pihak medis, sehingga tidak memerlukan win-win solution. Persetujuan/penolakan yang diberikan
adalah pernyataan sepihak dan keputusan sepenuhnya di tangan pasien/orang yang sah
mewakilinya karena setiap orang berhak untuk menentukan nasibnya sendiri. Dokter hanya
berfungsi sebagai fasilitator dalam menentukan apa yang terbaik bagi pasien. Persetujuan atau
penolakan yang diberikan harus diberikan secara sukarela tanpa ada paksaan atau tekanan dari
keadaan atau pihak lain. Persetujuan atau penolakan dapat diberikan dalam jangka waktu yang
lama kecuali untuk keadaan-keadaan gawat darurat, juga dapat dibatalkan sewaktu-waktu
dengan berbagai pertimbangan tertentu, selama tindakan yang dimaksud belum dilakukan.
Persetujuan atau penolakan harus dilakukan oleh pasien sendiri kecuali bila pasien dianggap
tidak kompeten. Keadaan psikologis yang sering dikhawatirkan sebagai akibat pemberian
informasi merupakan alasan yang sering kali tidak terbukti. Apabila seorang dokter dapat
memberikan informasi dengan cara dan bahasa yang tepat, maka diharapkan keadaan psikologis
pasien tidak menjadi hambatan proses informed consent/refusal. Apabila keadaan psikologis
benar-benar menjadi pertimbangan, maka pasien dapat didampingi oleh pihak lain yang
dikehendaki. Meskipun pasien mempunyai hak untuk tidak ingin mengetahui dan menyerahkan
sepenuhnya kepada dokter, dokter tetap harus memberi penjelasan kepada pasien atau orang
yang mendapat pengalihan tugas tersebut
Penolakan pasien yang terkesan tidak rasional bukan merupakan alasan untuk mempertanyakan
kompetensi pasien. Meskipun demikian, suatu penolakan yang ganjil dan tampak tidak sesuai
dengan keputusan-keputusan sebelumnya dapat menjadi dasar bagi dokter untuk memeriksa
kembali kapasitas pasien untuk memberikan persetujuan atau penolakan. Apabila pasien benar-
benar kompeten tetapi penolakan tersebut sangat merugikan pasien, keputusan tersebut harus
didiskusikan lagi antara dokter dengan pasien. Diskusi ini bertujuan untuk mengklarifikasi bahwa
pasien benar-benar telah memahami informasi yang diberikan, bukan untuk mempengaruhi atau
mengubah keputusannya.
Bentuk
1. Persetujuan atau penolakan tersirat adalah persetujuan atau penolakan tanpa disertai
pernyataan yang tegas, tetapi isyarat ini dapat ditangkap oleh dokter dari sikap atau tindakan
pasien/orang yang sah mewakilinya
a. Pada keadaan normal
b. Pada keadaan darurat
2. Persetujuan atau penolakan yang dinyatakan
a. Lisan
b. Tulisan
Komunikasi yaang dilakukan antara dokter dan pasien harus memperhatikan latar belakang sosial
dan budaya pasien agar informasi yang diberikan sesuai dengan kapasitasnya dalam memahami
situasi yang terjadi untuk mencegah kesalahpahaman.
Apabila pasien tidak kompeten, maka pasien dapat diwakili oleh orang yang sah mewakilinya,
yaitu:
1. Orang tua. Yang dimaksud orang tua adalah bapak dan ibu apabila si anak lahir sebagai anak
dari pasangan yang sah. Ibu apabila anak lahir dari pasangan tidak sah
2. Keluarga terdekat yang lain. Yang dimaksud dengan keluarga terdekat adalah suami atau istri,
anak dan saudara sekandung. Sedangkan hubungan kekeluargaan yang lain tidak dapat disebut
keluarga terdekat walaupun dalam keadaan tertentu dapat diikutsertakan dalam mengambil
keputusan. Apabila terdapat ketidaksepakatan antarkeluarga, maka dokter perlu mempersilakan
keluarga untuk bermufakat dan hanya menerima persetujuan/penolakan yang sudah disepakati
bersama.
3. Pengampu. Yang dimaksud dengan pengampu adalah orang atau badan yang ditetapkan
pengadilan dapat mewakili kepentingan orang lain
Apabila pasien adalah individu yang kompeten tetapi ia menolak untuk menerima informasi dan
menyerahkan sepenuhnya keputusan kepada dokter, dokter tetap mempunyai kewajiban untuk
memberikan penjelasan. Apabila pasien tetap menolak dengan alasan tertentu, maka penjelasan
dapat dialihkan kepada pihak lain yang sah atas persetujuan pasien. Bagaimanapun setiap orang
mempunyai hak untuk tidak mengetahui.