Anda di halaman 1dari 9

KEKASARAN PERMUKAAN

A. PERMUKAAN DAN PROFIL


Adanya ketidaksempurnaan dari alat ukur dan cara pengukuran maupun cara evaluasi
hasil pengukuran menyebabkan suatu permukaan sesungguhnya (real surface) tidak dapat dibuat
duplikatnya. Bentuk permukaan sesungguhnya hanya dapat didekati menjadi bentuk permukaan terukur
(measured surface). Sebagai contoh, suatu celah/retakan yang sempit pada permukaan tidak dapat
diikuti oleh jarum-peraba (stylus) dari alat ukur karena dimensi ujung jarum ini relatif lebih besar
daripada ukuran celah. Karena terjadinya penyimpangan-penyimpangan selama proses pembuatan
maka permukaan geometrik ideal (geometrically ideal surface), yaitu permukaan yang dianggap
mempunyai bentuk yang sempurna, tidak dapat dibuat. Dalam praktek seorang perencana akan
menuliskan syarat permukaan pada gambar teknik dengan mengikuti suatu standard tertentu. Suatu
permukaan seperti yang disyaratkan pada gambar teknik ini disebut sebagaipermukaan nominal
(nominal surface).

Karena kesulitan dalam mengukur dan menyatakan besaran yang diukur dari suatu
permukaan secara tiga dimensi maka dilakukan suatu pembatasan yaitu dengan hanya memandang
penampang permukaan yang dipotong (yang ditinjau relatif terhadap permukaan dengan geometrik
ideal) secara tegak lurus (normal), serong (oblique), singgung (tangensial) ataupun pemotongan-
pemotongan menyinggung dengan jarak kedalaman yang sama (equidistant). Keempat cara
pemotongan ini akan menghasilkan suatu garis yang dinamakan sesuai dengan cara pemotongannya.
Khusus untuk pemotongan normal dan serong, garis hasil pemotongannya disebut profil. Hasil analisis
suatu permukaan akan berbeda-beda sesuai dengan cara pengambilan bidang potong. Untuk
mempersingkat uraian mengenai permukaan ini maka hanya akan dibahas cara pemotongan tegak lurus,
yaitu yang menghasilkan suatu profil. Analisis permukaan berdasarkan profil inilah yang banyak
digunakan di dalam praktek.
B. KETIDAKTERATURAN SUATU PROFIL
Tabel ketidaklurusan

Ketidakteraturan konfigurasi suatu permukaan jika ditinjau dari profilnya dapat diuraikan menjadi
beberapa tingkat seperti yang dijelaskan dalam Tabel diatas. Tingkat pertama merupakan
ketidakteraturan makrogeometri sebagaimana yang telah dibahas pada toleransi bentuk. Tingkat
kedua yang disebut dengan gelombang (waviness) merupakan ketidakteraturan yang periodik
dengan panjang gelombang yang jelas lebih besar daripada kedalamannya (amplitudonya). Tingkatan
ketiga atau alur (grooves) serta tingkat keempat yang disebut dengan serpihan (flakes), keduanya
lebih dikenal dengan istilah kekasaran (roughness). Dalam kebanyakan hal, keempat tingkat
ketidakteraturan dari konfigurasi suatu permukaan jarang ditemukan tersendiri, melainkan
merupakan kombinasi dari beberapa tingkat ketidakteraturan tersebut. Persoalannya kemudian
adalah membuat dan menyatakan secara kuantitatif suatu parameter yang dapat menjelaskan satu
persatu tingkat ketidakteraturan bagi suatu permukaan yang sekaligus mempunyai kombinasi
ketidakteraturan diatas.
C. PARAMETER PERMUKAAN
Untuk mereproduksi profil suatu permukaan maka jarum peraba (stylus) dari alat
ukur harus digerakkan mengikuti lintasan yang berupa garis lurus dengan jarak yang telah ditentukan
terlebih dahulu. Panjang lintasan ini disebut dengan panjang pengukuran (traversing length, lg).
Sesaat setelah jarum bergerak dan sesaat sebelum jarum berhenti maka secara elektronik alat ukur
melakukan perhitungan berdasarkan data yang dideteksi oleh jarum peraba. Bagian dari panjang
pengukuran di mana dilakukan analisis profil permukaan disebut dengan panjang sampel (sampling
length; l).1 Contoh reproduksi dari profil sesungguhnya adalah seperti Gambar dibawah ini :

a. Profil geometrik ideal (geometrically ideal profile); profil dari permukaan geometrik ideal (dapat
berupa garis lurus, lingkaran atau garis lengkung).
Profil terukur (measured profile); profil dari permukaan ukur.

b. Profil referensi (reference profile); profil yang digunakan sebagai referensi untuk
menganalisis ketidakteraturan konfigurasi permukaan. Profil ini dapat berupa garis
lurus atau garis dengan bentuk sesuai dengan profil geometrik ideal serta menyinggung puncak
tertinggi dari profil terukur dalam suatu panjang sampel

c. Profil dasar (root profile); profil referensi yang digeserkan ke bawah (arah tegak lurus terhadap
profil geometrik ideal pada suatu panjang sampel) sehingga menyinggung titik terendah dari
profil terukur.

d. Profil tengah (centre profile); nama yang diberikan kepada profil referensi yang digeserkan ke
bawah (arah tegak lurus terhadap profil geometrik ideal pada suatu panjang sampel) sedemikian
rupa sehingga jumlah luas dari daerah-daerah di atas profil tengah sampai ke profil terukur sama
dengan jumlah luas dari daerah-daerah di bawah profil tengah sampai ke profil terukur (pada
Gambar diatas ditunjukkan dengan daerah daerah yang diarsir miring dan daerah-daerah yang
diarsir tegak.)

Berdasarkan profil-profil yang diterangkan di atas maka dapat didefinisikan beberapa parameter
permukaan yang berhubungan dengan dimensi pada arah tegak dan arah mendatar. Untuk dimensi
arah tegak dikenal beberapa parameter, yaitu:

a. Kedalaman total (peak to valley height/total height), Rt. Jarak antara profil referensi dan
profil dasar. Dimensinya dalam mikron (m).

b. Kedalaman perataan (depth of surface smoothness/peak to mean line), Rp. Oleh karena
itu disebut pula sebagai profil puncak (cust-line). Jarak rata-rata antara profil referensi
dengan profil terukur. Rpjuga sama dengan jarak antara profil referensi dengan profil
tengah.

c. Kekasaran rata-rata aritmetis (mean roughness index/center line average, CLA), Ra Harga
rata-rata aritmetis dari harga absolut jarak antara profil terukur dengan profil tengah.

d. Kekasaran rata-rata kuadratis (root mean square height), RgAkar dari jarak kuadrat rata-
rata antara profil terukur dengan profil tengah.

D. PENULISAN SPESIFIKASI KEKASARAN PERMUKAAN


Pada umumnya, simbol persyaratan permukaan dituliskan seperti pada Gambar dibawah, yaitu
berupa segitiga sama sisi dengan salah satu ujungnya menempel pada permukaan yang
bersangkutan. Beberapa angka dan tanda spesifik serta keterangan singkatdituliskan disekitar
segitiga ini.
Arti dari angka-angka serta tanda ini satu-persatu sesuai dengan nomor urut adalah
sebagai berikut :

1. Kelonggaran pemesinan (machining allowance).


Ini berarti bahwa permukaan tersebut harusdiberi kelonggaran (kelebihan
material) sebelum dilakukan proses pemesinan setebal 2 mm
2. Kekasaran rata-rata aritmetis (CLA; Ra).
Harga kekasaran maksimum (Ra maksimum) yang diijinkan dalam hal ini adalah
3,2 m (satuan harus sesuai dengan sistem satuan panjang yang digunakan pada
gambar teknik). Mengenai harga Ra maksimum ini, ISO telah
mengklasifikasikannya menjadi 12 angka kelas kekasaran sebagaimana pada
tabel dibawah, hal ini dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan
kesalahan atas dimensi dari harga kekasaran Jadi spesifikasi mengenai
kekasaran dapat dituliskan langsung dengan menyatakan harga Ra-nya
ataupun dengan menggunakan angka kelas kekasaran dari ISO.

3. Keterangan mengenai proses pengerjaan


Berarti bahwa proses freis disyaratkan sebagai proses pemesinan yan terakhir
yang harus digunakan untuk memroses permukaan tersebut.
4. Panjang sampel (l)
Dalam hal ini panjang sampel yang harus digunakan sewaktu mengukur
kekasaran permukaan adalah 2,5 mm. Harga suatu parameter permukaan
dapat berubah jika digunakan panjang sampel yang berlainan.
5. Harga parameter permukaan yang lain (diletakkan dalam tanda kurung).
Jika diinginkan maka harga parameter permukaan yang lain (selain Ra) dapat
dituliskan di dalam tanda kurung setelah harga panjang sampel
6. Simbol arah bekas pengerjaan.
Arah bekas pengerjaan pada permukaan dapat dituliskan dengan
menggunakan simbol seperti yang dijelaskan pada Tabel dibawah. Maksud dari
pencantuman arah bekas pengerjaan pada permukaan adalah untuk
memastikan segi fungsional permukaan yang bersangkutan (mengurangi
gesekan, rupa yang menarik dan sebagainya).
E. HUBUNGAN ANTARA KEKASARAN PERMUKAAN DAN JENIS PROSES

Hubungan antara berbagai proses pembuatan dengan kekasaran totaL (peakto-valley-height, Rt)
secara empirik telah ditentukan seperti pada Tabel 7.4. Variasi harga Rt tersebut disebabkan
pengukuran dilakukan pada bermacam-macam jenis material benda kerja dan bermacam-macam
jenis operasi.
Jika diinginkan harga kekasaran dinyatakan dalam Ramaka untuk menggunakan Tabel 7.4 terlebih
dahulu perlu dilakukan konversi harga parameter kekasarannya dengan menggunakan diagram
konversi pada Gambar 7.6. Diagram ini hanya berlaku untuk permukaan yang dihasilkan oleh
proses pemesinan. Perlu diingat bahwa di antara Radan Rttidak terdapat hubungan teoretik yang
pasti. Oleh karena itu diagram konversi ini hanya dianggap sebagai suatu pendekatan saja.
Meskipun kekasaran permukaan dan daerah toleransi merupakan dua konsep yang
berbeda namun dari segi fungsional biasanya pernyataan suatu daerah toleransi
(dimensi) yang sempit selalu diikuti dengan syarat kehalusan permukaan yang tinggi.
Untuk memberikan gambaran mengenai hubungan antara proses pembuatan, daerah
toleransi, kekasaran permukaan dan penggunaannya, disajikan Tabel 7.5 yang
disarikan dari standard Belanda (NLN-D28 dan NEN 630.III) dimana kekasaran
permukaan dikelompokkan menjadi 7 kelas, yaitu mulai R0 sampai R6.

Anda mungkin juga menyukai