Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SURFAKTAN & PERHITUNGAN


HLB (HYDROPHYLIC LIPOPHYLIC BALANCE)

DOSEN PENGAMPU
apt. Novi Winda Lutsina, M.Si

DISUSUN OLEH

Yoan Prisilya Omega Loppies (204111025)

UNIVERSITAS CITRA BANGSA

FAKULTAS KESEHATAN

FARMASI

2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mengenai
surfakatan dan perhitungan HLB ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Farmasi Fisika. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan terkait materi ataupun konsep dari surfaktan dan
perhitungan HLB bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis menyadari, makalah yang ditulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun yang ditunjukan demi
kesempurnaan makalah ini sangat penulis nantikan.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat menjadi pedoman atau
referensi bagi para pembaca serta menambah wawasan untuk segala kalangan dari
berbagai aspek berkaitan dengan materi yang penulis bahas pada makalah ini.

Kupang, 16 Januari 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dewasa ini, perkembangan ilmu dan teknologi berkembang begitu pesat
terkhususnya di bidang industry. Dalam kehidupan, kita tidak asing lagi
dengan yang namanya zat kimia. Manusia selalu terikat dan dipengaruhi oleh
adanya zat-zat di alam semesta. Baik berupa zat aktif – suatu senyawa kimiawi
yang terdapat di dalam suatu sumber alami, umumnya tumbuhan, ataupun zat
adiktif – zat tambahan yang biasanya terdapat pada sebuah makanan,minuman
maupun obat-obatan.
Adanya perubahan zaman tentu saja segala produk dari berbagai bidang
dituntut agar bisa memberikan hasil terbaik yang sesuai dengan permintaan di
masyarakat, untuk itu diperlukan bahan kimia atau zat-zat baru yang
dihrapkan dapat memberikan hasil yang diinginkan. zat-zat yang memiliki
berbagai jenis, sifat, karakteristik dan kegunaanya serta tersebar secara luas
tentu saja bukan zat murni, melainkan ada campuran pada setiap zat.
Campuran dari suatu zat akan tetap mempertahankan sifat-sifat unsurnya.
Oleh karena itu, suatu bahan kimia akan dipengaruhi oleh sifat, kegunaan atau
efek dari zat-zat yang menyususnnya.
Surfaktan (Surface Active Agent) adalah suatu zat aktif permukaan yang
dapat menurunkan tegangan antar muka (Interfacial Tension, IFT) minyak-air.
Berkurangnya tegangan antar muka dapat meningkatkan proses emulsifikasi
selama pencampuran. Minyak dan air dapat tercampur jika diberi penambahan
surfaktan. Ini terjadi karena surfaktan merupakan jenis senyawa yang bersifat
ampifilik, dimana ia memiliki bagian gugus yang hidrofilik (suka air) dan
hidrofobik (tidak suka air). Karena strukturnya yang rangkap ini, surfaktan
bisa berikatan dengan air dan minyak sekaligus. Selain itu surfaktan dapat
juga diartikan sebagai bahan yang pada konsentrasi rendah dalam suatu sistem
mempunyai sifat terserap di atas permukaan (surface) atau antar permukaan
(interface) dari sistem dan mengubah energi bebas permukaan atau antar
permukaan hingga suatu tingkat yang teramati.
Surfaktan memiliki kecenderungan untuk menjadikan zat terlarut dan
pelarutnya terkonsentrasi pada bidang permukaan. Berdasarkan muatan ion,
surfaktan dibagi menjadi empat bagian penting dan digunakan secara meluas
pada hampir semua sektor industri modern. Jenis-jenis surfaktan tersebut
adalah surfaktan anionik, surfaktan kationik, surfaktan nonanionik, dan
surfaktan amforterik. (Rieger,1985).
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1 Apa definisi dari surfaktan?
1.2.2 Apa saja jenis-jenis surfaktan?
1.2.3 Bagaimana mekanisme kerja dari surfaktan?
1.2.4 Apa saja fungsi surfaktan dalam bidang kefarmasian?
1.2.5 Bagaimana bentuk aplikasi dari surfaktan?
1.2.6 Apa definisi dari HLB?
1.2.7 Bagaimana cara perhitungan HLB?

1.3. Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk mengetahui Apa definisi surfaktan
1.3.2 Untuk mengetahui Apa saja jenis-jenis surfaktan
1.3.3 Untuk mengetahui Bagaimana mekanisme kerja dari surfaktan
1.3.4 Untuk mengetahui Apa saja fungsi surfaktan
1.3.5 Untuk mengetahui bentuk pengaplikasian dari surfaktan
1.3.6 Untuk mengetahui Apa definisi dari HLB
1.3.7 Untuk mengetahui Bagaimana cara menghitung HLB
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Surfaktan
Surfaktan adalah zat aktif yang dapat menurunkan tegangan permukaan
suatu fluida sehingga dapat mengemulsikan dua fluida yang tidak saling becampur
menjadi emulsi. Dengan kata lain, penambahan surfaktan akan meningkatkan
proses emulfikasi. Surfaktan bersifat ampifilik –memiliki bagian yang suka air
(hidrofilik) dan bagian yang tidak suka air (hidrofobik). Karena strukturnya ini,
surfaktan bisa berikatan dengan air dan minyak sekaligus. Oleh karena itu,
senyawa ini juga banyak digunakan dan dibutuhkan dalam industry kosmetik,
makanan, tekstil, industry minyak bumi dan farmasi.
Penggunaan surfaktan terbagi atas tiga golongan, yaitu sebagai bahan
pembasah (wetting agent), bahan pengemulsi (emulsifying agent) dan bahan
pelarut (solubilizing agent). Penggunaan surfaktan ini bertujuan untuk
meningkatkan kestabilan emulsi dengan cara menurunkan tegangan antarmuka,
antara fasa minyak dan fasa air. Surfaktan dipergunakan baik berbentuk emulsi
minyak dalam air maupun berbentuk emulsi air dalam minyak.
Sifat-sifat surfaktan adalah dapat menurunkan tegangan permukaan,
tegangan antar muka, meningkatkan kestabilan partikel yang terdispersi dan
mengontrol jenis formulasinya baik itu oil in water (o/w) atau water in oil (w/o).
Selain itu surfaktan juga akan terserap ke dalam permukaan partikel minyak atau
air sebagai penghalang yang akan mengurangi atau menghambat penggabungan
(coalescence) dari partikel yang terdispersi (Rieger, 1985). Sifat-sifat ini dapat
diperoleh karena sifat ganda dari molekulnya.
Berdasarkan muatannya surfaktan dibagi menjadi empat golongan yaitu:
1. Surfaktan anionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu anion.
Karakteristiknya yang hidrofilik disebabkan karena adanya gugus ionik yang
cukup besar, yang biasanya berupa gugus sulfat atau sulfonat Contohnya urfaktan
anionik diantaranya linier alkilbenzen sulfonat (LAS), alkohol sulfat (AS),
alkohol ester sulfat (AES), alfa olein sulfonat (AOS), parafin (secondary alkane
sulfonat, SAS) dan metil ester sulfonat (MES).
2. Surfaktan kationik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu
kation. Surfaktan jenis ini memecah dalam media cair, dengan bagian kepala
surfaktan kationik bertindak sebagai pembawa sifat aktif permukaan. Contohnya
garam alkil trimethil ammonium, garam dialkil- dimethil ammonium dan garam
alkil dimethil benzil ammonium.
3. Surfaktan nonionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya tidak bermuatan.
Contohnya ester gliserol asam lemak, ester sorbitan asam lemak, ester sukrosa
asam lemak, polietilena alkil amina, glukamina, alkil poliglukosida, mono alkanol
amina, dialkanol amina dan alkil amina oksida.
4. Surfaktan amfoter yaitu surfaktan yang bagian alkilnya mempunyai muatan
positif dan negatif. Contohnya surfaktan yang mengandung asam amino, betain,
fosfobetain.
Permasalahan yang ditumbulkan oleh penggunaan surfaktan adalah
pencemaran lingkungan, terutama oleh surfaktan berbahan dasar petroleum yang
bersifat non biodegradable, untuk itu perlu dilakukan pengembangan surfaktan
yang bersifat biodegradable. Surfaktan dari turunan minyak bumi dan gas alam
dapat menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan, karena surfaktan ini setelah
digunakan akan menjadi limbah yang sukar terdegradasi. Disamping itu, minyak
bumi yang digunakan merupakan sumber bahan baku yang tidak dapat
diperbaharui. Masalah inilah yang menyebabkan banyak pihak mencari alternatif
surfaktan yang mudah terdegradasi dan berasal dari bahan baku yang dapat
diperbaharui (Herawan, 1998; Warwel, dkk. 2001).

2.2. Jenis-Jenis Surfaktan


1. Surfaktan metil Ester sulfonat (MES)
Kegunaan surfaktan ini secara luas diaplikasikan pada industri deterjen
dan pembersih, kosmetika dan perawatan diri, Farmasi, pangan,
pertambangan, cat dan coating, kertas serta tekstil.
2. surfaktan dietanol Amida (DEA)
surfaktan dietanol Amida (DEA) digunakan secara luas sebagai penstabil
dan pengembang busa, bahan pendispersi, emulsifier, foam boosting dan
viscocity Builder pada produk - produk personal care dan kosmetika.
3. surfaktan natrium lignosulfonat (NLS)
pengembangan teknologi proses produksi surfaktan natrium lignosulfonat
dari tandan kosong kelapa sawit sebagai agen pendispersi pada industri
semen.
4. surfaktan alkil poliglikosida (APG)
sebagai surfaktan nonionik yang ramah lingkungan karena terbuat dari
alkohol lemak dan Pati atau gula sederhana berguna untuk industri
personal care produk, kosmetika, tekstil dan herbisida.
5. Alkyl benzene sulfonate (ABS)
Umumnya deterjen menggunakan jenis deterjen ABS. ABS memiliki
keampuhan yang kuat serta busa yang banyak, sehingga menjadikan ABS
sebagai surfaktan yang efektif namun di sisi lain berpengaruh pada
lingkungan karena sulit untuk didegradasi atau larut.
6. Sodium Laureth Sulfate dan Sodium Lauryl Sulfate
Kedua jenis surfaktan ini umumnya dapat kamu temukan pada produk
sabun mandi dan kosmetik. Keduanya berfungsi merubah cairan menjadi
busa dan efektif untuk membersihkan kalut. Sodium laureth
sulfate diklaim memiliki kemampuan membersihkan yang lebih lembut
dibandingkan dengan sodium lauryl sulfate. Pada sejumlah orang, sodium
lauryl sulfate tidak cocok bagi mereka yang memiliki kulit sensitif dan
kering. Meskipun demikian, kedua surfaktan ini cenderung aman, namun
dalam penggunaannya harus diperhatikan dengan kebutuhan diri sendiri.
7. Cocamide DEA
Hampir sama dengan fungsi SLS dan SLeS di atas, Cocamide DEA
merupakan salah satu jenis surfaktan dari kelompok non-ionik. Biasanya
dapat ditemukan pada produk mandi serta agen pengemulsi dalam
komestik. Penggunaan Cocamide DEA juga dapat menimbulkan iritasi
bagi mereka yang memiliki kulit sensitif.
8. Alkane Sulfonates (SAS)
Alkane Sulfonates atau SAS merupakan surfaktan yang berasal dari
kelompok anionik. Surfaktan dengan jenis ini juga dapat kamu temukan
pada sejumlah deterjen. SAS sendiri memiliki kemampuan biodegradasi
yang lebih baik dan lebih cepat dibanding ABS. Oleh maka itu SAS
memiliki harga jual yang lebih mahal dibanding ABS.

2.3. Mekanisme Kerja Surfaktan


Diketahui bahwa surfaktan dapat menurunkan tegangan permukaan dan
membentuk emulsi dari dua cairan yang berbeda kepolarannya (fase air dan fase
minyak).
Penambahan surfaktan dalam larutan akan menstabilkan emulsi dengan
cara menempati tetesan dan fase eksternal dan dengan membuat batas fisik di
sekeliling. Selain itu dengan penambahan surfaktan, akan menyebabkan turunnya
tegangan permukaan larutan. Setelah mencapai konsentrasi tertentu, tegangan
permukaan akan konstan walaupun konsentrasi surfaktan ditingkatkan. Bila
surfaktan ditambahkan melebihi konsentrasi ini maka surfaktan mengagregasi
membentuk misel. Konsentrasi terbentuknya misel ini disebut critical Micelle
Concentration (CMC). Tegangan permukaan akan menurun hingga CMC tercapai.
Setelah CMC tercapai, tegangan permukaan akan konstan menunjukkan bahwa
antarmuka menjadi jenuh dan terbentuknya misel yang berada dalam
keseimbangan dinamis dengan monomernya (Genaro, 1990).
Surfaktan biasa digunakan pada beberapa sediaan seperti emulsi yang
terdiri dari fase air dan fase minyak yang sukar bercampur. Untuk mencampurkan
kedua fase tersebut, maka tegangan permukaan antara fase air dan fase minyak
harus diturunkan.
Turunnya tegangan permukaan terjadi karena masuknya surfaktan ke
dalam fase air dan fase minyak. Surfaktan memiliki bagian kepala yang bersifat
menyukai air atau hidrofilik sehingga bagian kepala tersebut masuk ke fase air,
surfaktan juga memiliki bagian ekor yang bersifat tidak menyukai air atau
hidrofobik sehingga bagian ekor tersebut masuk ke fase minyak. Interaksi kepala
dan ekor surfaktan dengan dua fase tersebut menyebabkan penurunan tegangan
permukaan antar fase. Ketika bagian-bagian dari surfaktan masuk ke dalam fase
air dan fase minyak sesuai ketertarikannya maka molekul surfaktan akan diserap
atau diadsorpsi lebih kuat oleh air dibandingkan dengan minyak apabila bagian
kepala yang lebih menyukai fase air lebih dominan. Hal ini menyebabkan
tegangan permukaan air menjadi lebih rendah sehingga dapat menyebar dengan
lebih mudah. Sebaliknya, jika bagian ekor yang lebih menyukai fase minyak lebih
dominan maka molekul-molekul surfaktan akan diadsorpsi lebih kuat oleh minyak
dibandingkan dengan air dan menyebabkan tegangan permukaan minyak menjadi
lebih rendah sehingga mudah menyebar.

2.4. Fungsi Surfaktan di Bidang Kefarmasian


Surfaktan memiliki peran yang cukup besar dalam bidang farmasi karena
seringkali digunakan dalam formulasi sediaan. Seiring berkembangnya zaman
dengan kebutuhan obat-obatan yang semakin beragam dan meningkatnya pula
kesadaran penduduk dunia terhadap limbah dari industri, salah satunya industri
farmasi terkait efek pencemaran dari zat yang tidak dapat diperbaharui dan tidak
ramah lingkungan maka terdapat beberapa penelitian yang membahas seputar
produksi surfaktan dan penggunaan surfaktan alami atau dapat disebut
biosurfaktan.

Biosurfaktan adalah surfaktan biodegradable yang dapat diproduksi oleh


sel mikroorganisme (bakteri/fungi) maupun dari bahan alam. Ada banyak
keuntungan menggunakan produk berbasis alami sebagai bahan baku untuk
aplikasi surfaktan yaitu lebih biodegradabel, tidak beracun dan tidak alergenik.
Sumber-sumber terbarukan dari kelompok hidrofilik termasuk karbohidrat,
protein, asam amino dan asam laktat, dan sumber-sumber dari bagian hidrofobik
adalah steroid, monoterpena, asam rosin, asam lemak dan gugus alkil rantai
panjang, serta senyawa aromatic.

Contoh biosurfaktan
Biosurfaktan dari mikroorganisme :
1. Lipopeptida yaitu senyawa gabungan minyak atau lemak dengan peptida
Contoh : surfactin, daptomicin sebagai antibiotik.
2. Rhamnolipida yaitu senyawa gabungan karbohidrat dengan lipid. Rhamnolipida
dihasilkan oleh Pseudomonas aeruginosa dan Pseudomonas fluorescens.
Digunakan sebagai pengolahan limbah minyak bumi, kosmetik sebagai
moisturizer, dan bersifat antibakteri.
Dalam bidang kefarmasian, surfaktan digunakan sebagai emulgator dalam
pembuatan sediaan obat emulsi. Dalam emulsi, setiap emulgator dalam hal ini
surfaktan memiliki harga keseimbangan yang besarnya tidak sama. Harga
keseimbangan ini dikenal dengan istilah HLB (HYDROPHYLIC LIPOPHYLIC
BALANCE) Yaitu angka yang menunjukkan perbandingan antara kelompok
hidrofil dan kelompok lipofil. Semakin besar harga HLB, berarti semakin banyak
kelompok yang suka air, artinya emulgator tersebut lebih mudah larut dalam air
dan demikian sebaliknya.
Selain itu, fungsi surfaktan diantaranya adalah pembersih, pembasah,
emulsifikasi, solubilisasi, dispersi, peningkat penetrasi, bahkan beberapa memiliki
aktivitas antibakteri. Hampir setengah dari surfaktan yang ada, dipergunakan di
sektor washing and cleaning.

2.5. Aplikasi Surfaktan


Beberapa contoh aplikasi surfaktan antara lain bahan utama untuk industri
deterjen dan pembersih lainnya, bahan emulsifier pada industri kosmetik dan
farmasi, bahan penstabil busa, bahan pendispersi, dan viscosity builder pada
produk seperti sampo, bubble bath, deterjen bubuk dan cair, dan sebagainya.
Surfaktan dapat digunakan untuk mengemulsikan kedua fase yang tidak saling
bercampur, digunakan untuk enchanced oil recovery (EOR).

Selain pada bidang farmasi terdapat juga fungsi sebagai salah satu bahan
penyusun pasta gigi yang dapat membentuk busa dari pasta gigi. Terdapat pula
jenis surfaktan yang sangat penting dalam bidang farmasi karena memiliki
aktivitas bakterisidal terhadap bakteri gram positif dan bakteri gram negatif yaitu
surfaktan ammonium kuartener dan piridinium kationik, surfaktan tersebut dapat
digunakan pada kulit terutama untuk membersihkan luka dan dalam bentuk
larutan aqueous dapat digunakan untuk membersihkan peralatan yang
terkontaminasi.

2.6. Pengertian HLB

HLB adalah singkatan dari Hydrophylic-Lipophylic Balance adalah nilai


untuk mengukur efisiensi surfaktan dan merupakan angka yang menunjukkan
perbandingan antara kelompok hidrofil dan lipofil. Semakin besar harga HLB,
berarti semakin banyak kelompok yang suka air (lebih mudah larut dalam air
demikian sebaliknya.

Untuk mendapatkan sediaan emulsi yang stabil maka dibutuhkan zat


pengemulsi atau yang kita kenal dengan nama emulsifier. Emulsifier merupakan
senyawa organik yang memiliki dua gugus, baik yang polar maupun nonpolar
sehingga kedua zat tersebut dapat bercampur.
Gugus nonpolar emulsifier akan mengikat minyak (partikel minyak
dikelilingi) sedangkan air akan terikat kuat oleh gugus polar pengemulsi tersebut.
Bagian polar kemudian akan terionisasi menjadi bermuatan negatif, hal ini
menyebabkan minyak juga menjadi bermuatan negatif. Partikel minyak kemudian
akan tolak-menolak sehingga dua zat yang pada awalnya tidak dapat larut tersebut
kemudian menjadi stabil.

Dalam pemilihan emulsifier dilihat jenis emulsi yang akan dibuat apakah
termasuk pada jenis W/O atau O/W. Emulsifier memiliki ukuran hidrofil lipofil
balance (HLB). Ukuran ini yang dapat menentukan apakan suatu
jenis emulsifier cocok untuk jenis emulsi W/O atau O/W.

Untuk mendapatkan emulsi yang baik dan stabil maka sebelumnya perlu
diketahui nilai HLB yang cocok karna nilai HLB menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi kestabilan emulsi.

Metode HLB digunakan apabila emulsi yang dibuat menggunakan suatu


surfaktan yang memiliki nilai HLB. Sebelum dilakukan pencampuran terlebih
dahulu dilakukan perhitungan harga HLB dari fase internal kemudian dilakukan
pemilihan emulgator yang memiliki nilai HLB yang sesuai dengan HLB fase
internal.

Setelah diperoleh suatu emulgator yang cocok, maka selanjutnya


dilakukan pencampuran untuk memperoleh suatu emulsi yang diharapkan.
Umumnya emulsi akan berbantuk tipe M/A bila nilai HLB emulgator diantara 9 –
12 dan emulsi tipe A/M bila nilai HLB emulgator diantara 3 – 6.
Kegunaan Emulgator dan harga HLB

Harga HLB Kegunaan

1–3 Anti foaming agent

4–6 Emulgator tipe W/O

7–9 Bahan pembasah (wetting agent)

8 – 10 Emulgator tipe O/W

13 – 15 Bahan pembersih (detergent)

15 – 18 Pembantu kelarutan (solubilizing agent)


Nilai HLB Surfaktan

SURFAKTAN NILAI HLB KETERANGAN

TWEN 20 16,7 CAIRAN

TWEN 40 15,6 CAIRAN MINYAK

TWEN 60 14,9 SEMIPADAT SEPERTI


MINYAK

TWEN 65 10,5 PADAT SEPERTI LILIN

TWEN 80 15,0 CAIR SEPERTI MINYAK

TWEN 85 11,0 CAIR SEPERTI MINYAK

ARLACEL/SPAN 20 8,6 CAIRAN MINYAK

2.7. Perhitungan HLB


Rumus HLB
Rumus I
A % b = ((x – HLB b)/ HLB a – HLB b) x 100 %
B % a = ( 100% – A%)

Keterangan :
x = Harga HLB yang diminta ( HLB Butuh)
A = Harga HLB tinggi
B = Harga HLB rendah
Rumus II
(B1 x HLB1) + (B2 x HLB2) = (B campuran x HLB campuran)

Contoh Soal :

R/  Parafin cair  30%   (HLB : 12)


      Emulgator    5%
     Air ad          100 gram
Jawab :
cara pertama pilih nilai HLB surfaktan yang diantara HLB parafin cair (HLB 12),
dipilih melalui data
yaitu
span 80 (HLB 4,3) dan tween 80 (HLB 15) ).
Jumlah emulgator yang diperlukan = 5% x 100 = 5 gram
kemudian buat pemisalan untuk persamaan :
Tween 80 = a gram
Span 80 = (5-a) gram
Persamaan :
(a x HLB) + ((5-a) x HLB ) = (5 x HLB) :
(a x 15) + ((5-a) x 4,3) = (5 x 12)
15a + 21,5 - 4,3a  = 60
10,7a  = 38,5
a = 3,6 gram
Jadi  tween 80 yang dibutuhkan = 3,6 gram
sedangkan span 80 yang dibutuhkan = (5-3,6 gram) = 1,4 gram
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Surfaktan adalah zat aktif yang dapat menurunkan tegangan permukaan
suatu fluida sehingga dapat mengemulsikan dua fluida yang tidak saling becampur
menjadi emulsi. Dengan kata lain, penambahan surfaktan akan meningkatkan
proses emulfikasi. Surfaktan bersifat ampifilik –memiliki bagian yang suka air
(hidrofilik) dan bagian yang tidak suka air (hidrofobik). Karena strukturnya ini,
surfaktan bisa berikatan dengan air dan minyak sekaligus. Oleh karena itu,
senyawa ini juga banyak digunakan dan dibutuhkan dalam industry kosmetik,
makanan, tekstil, industry minyak bumi dan farmasi.
Penggunaan surfaktan terbagi atas tiga golongan, yaitu sebagai bahan
pembasah (wetting agent), bahan pengemulsi (emulsifying agent) dan bahan
pelarut (solubilizing agent). Penggunaan surfaktan ini bertujuan untuk
meningkatkan kestabilan emulsi dengan cara menurunkan tegangan antarmuka,
antara fasa minyak dan fasa air. Surfaktan dipergunakan baik berbentuk emulsi
minyak dalam air maupun berbentuk emulsi air dalam minyak.
HLB adalah singkatan dari Hydrophylic-Lipophylic Balance adalah nilai
untuk mengukur efisiensi surfaktan dan merupakan angka yang menunjukkan
perbandingan antara kelompok hidrofil dan lipofil. Semakin besar harga HLB,
berarti semakin banyak kelompok yang suka air (lebih mudah larut dalam air
demikian sebaliknya.
DAFTAR PUSTAKA
Attwood, David dan Florence, Alexander T. 2012. FASTtrack: Physical
Pharmacy, Second Edition. London: Pharmaceutical Press.

Anief (2000), Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktek.Jogjakarta: Gadjah Mada
University press

Ansel, H.C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, penerjemah Farida


Ibrahim. Pernebit : U

Mahari, E.T dan Wikamastri, H. 2009. Analisis Kadar Detergent Anionik Pada
Sediaan Pasta Gigi Anak-anak.

Martin, A. 2008.Farmasi Fisika, Buku I. UI Press : Jakarta

Porter, M.R. 1991. Handbook of Surfactant. New York : Chapman & Hall.
Reningtyas, R dan Mahreni. 2015. Biosurfaktan. Eksergi. Vol XII, No,2. ISSN :
1410-394X.

Salager, J.L. 2002. Surfactans Type and Uses. Venezuela : De Los Andes
University.

Sekhon, Bhupinder Singh. 2013. Surfactants: Pharmaceutical and Medicinal


Aspects. Journal of Pharmaceutical Technology, Research and Management, 1:
11-36.

Sinko, P. 2011. Farmasi Fisika, Buku II. UI Press : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai