Anda di halaman 1dari 8

F6

Tanggal kegiatan
18 Sep- 19 Oktober

Peserta hadir
Dokter Pendamping, Peserta PIDI, Masyarakat

Judul Laporan
 Prolanis Puskesmas Ngadirojo

Latar belakang
PROLANIS adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang
dilaksanakan secara terintegrasi dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi yang menderita
penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan
kesehatan yang efektif dan efisien. PROLANIS memiliki tujuan yaitu mendorong peserta
penyandang penyakit kronis mencapai kualitas hidup optimal dengan indikator 75% peserta
terdaftar yang berkunjung ke Faskes Tingkat Pertama memiliki hasil “baik” pada
pemeriksaan spesifik terhadap penyakit DM Tipe 2 dan Hipertensi sesuai Panduan Klinis
terkait sehingga dapat mencegah timbulnya komplikasi penyakit. Saat ini Indonesia dan dunia
sedang menghadapi pandemi virus Covid-19. Covid-19 adalah keluarga besar virus yang
menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan sampai berat. Dengan adaya Pandemi Covid-
19 pemerintah membuat kebijakan berupa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), Work
From Hme (WFH) dan juga penggalakan penerapan protokol kesehatan dalam penanganan
Pandemi Covid-19.

Permasalahan
Tidak seluruh peserta hadir saat diadakannya PROLANIS, ada beberapa peserta yang
takut berkunjung ke Puskesmas Ngadirojo akibat adanya Pandemi Covid-19, ada juga yang
takut karena Puskesmas Ngadirojo melakukan pencarian pasien positif covid-19 . Masih
banyaknya pasien prolanis yang memiliki gula darah dan tekanan darah yang tinggi.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Memberikan pengobatan dan pemeriksaan kepada peserta PROLANIS
Memberi penjelasan tentang pencegahan Covid-19

Pelaksanaan
PROLANIS dilakukan di Puskesmas Ngadirojo pada tanggal 18 dan 19 di setiap
bulannya, dimulai pada pukul 09.00 dan berakhir pada pukul 11.30 Acara Prolanis tidak
diadakan seperti biasanya karena kondisi covid 19, maka hanya diadakan pengobatan pada
peserta Prolanis. Peserta Prolanis dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang di poli umum untuk mengevaluasi kemajuan dari terapi sebelumnya, kemudia
peserta prolanis diberikan pengobatan berdasarkan pemeriksaan. Setelah itu pasien diedukasi
tentang penyakitnya dan juga tentang pencegahan Covid-19.

Monitoring dan evaluasi


Ada sekitar 50 pasien yang hadir pada PROLANIS kali ini dengan penyakit DM dan
hipertensi yang sudah terkontrol, terbagi dalam dua pertemuan.
Tanggal kegiatan
21 sept 2020

Peserta hadir
Dokter Pendamping, Peserta PIDI, Masyarakat

Judul Laporan
Pengobatan dan Edukasi pada pasien dengan hipertensi

Latar belakang
Hipertensi adalah keadaan di mana tekanan darah mengalami peningkatan yang
memberikan gejala berlanjut pada suatu organ target di tubuh. Hal ini dapat menimbulkan
kerusakan yang lebih berat, misalnya stroke (terjadi pada otak dan menyebabkan kematian
yang cukup tinggi), penyakit jantung koroner (terjadi kerusakan pembuluh darah jantung),
dan hipertrofi ventrikel kiri (terjadi pada otot jantung). Hipertensi juga dapat menyebabkan
penyakit gagal ginjal, penyakit pembuluh lain dan penyakit lainnya.
Umumnya penyakit hipertensi terjadi pada orang yang sudah berusia lebih dari 40 tahun.
Penyakit ini biasanya tidak menunjukkan gejala yang nyata dan pada stadium awal belum
menimbulkan gangguan yang serius pada kesehatan penderitanya. Hipertensi tidak
mempunyai gejala khusus sehingga sering tidak disadari oleh penderitanya.
Di Indonesia, berdasarkan hasil riset kesehatan tahun 2007 diketahui bahwa prevalensi
hipertensi di Indonesia sangat tinggi, yaitu rata-rata 3,17% dari total penduduk dewasa. Hal
ini berarti dari 3 orang dewasa, terdapat 1 orang yang menderita hipertensi. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Riskesdas menemukan prevalensi hipertensi di Indonesia pada tahun
2013 sebesar 25,8%. Daerah Bangka Belitung menjadi daerah dengan prevalensi hipertensi
yang tertinggi yaitu sebesar 30,9%, kemudian diikuti oleh Kalimantan Selatan (30,8%),
Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%).

Permasalahan
Banyak pasien Hipertensi di puskesmas Ngadirojo yang tidak terkontrol
Banyak pasien Hipertensi yang telat kontrol dan enggan periksa tekanan darah akibat
pandemi Covid-19

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Memberi edukasi pada pasien dengan Hipertensi saat kontrol. Menjelaskan
pentingnya mengontrol tekanan darah dengan konsumsi obat rutin, menjaga pola makan dan
melakukan aktifitas fisik. Pasien juga diberi edukasi tentang Covid-19, dari gejala sampai
pencegahan penularan agar pasien tidak takut lagi untuk kontrol ke puskesmas.

Pelaksanaan
Tanggal: 21 September 2020
Waktu : Pukul 08.00- selesai
Tempat : BP Puskesmas Ngadirojo
Metode : kegiatan diawali dengan anamnesis, pengukuran tekanan darah, timbang berat
badan, pemberian obat dan edukasi terkait Hipertensi dan Covid-19.

Monitoring dan evaluasi


Dengan kegiatan tersebut diharapkan pasien dapat minum obat dengan teratur,
menjaga pola makan, dan kontrol dengan rutin ke Puskesmas Ngadirojo agar tekanan darah
pasien dapat terkontrol dan mencegah terjadinya komplikasi akibat Hipertensi yang diderita.
Pasien juga diharapkan dapat menyebarkan informasi yang di dapat tentang Covid-19 kepada
keluarga dekatnya dan masyarakat disekitarnya.
Tanggal kegiatan
7 sept 2020

Peserta hadir
Peserta PIDI, Masyarakat

Judul Laporan
Dyspepsia

Latar belakang
Dyspepsia merupakan kumpulan keluhan nyeri dan perasaan tak nyaman di perut
yang bersifat menetap atau pun berulang di daerah epigastrium. Dyspepsia meski pun bukan
termasuk penyakit yang mengancam jiwa namun dapat mengurangi kualitas hidup karena
nyeri dan rasa tak nyaman dapat mengganggu konsentrasi dalam pekerjaan maupun saat
beristirahat. Diperlukan penanganan yang adekuat agar pasien tidak sering mengunjungi
fasilitas kesehatan untuk berobat.

Permasalahan

Kasus
Identitas pasien
Nama : Bp. S
Usia : 36 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Ngadirojo

Anamnesis
Keluhan utama : Pasien merasakan perut terasa perih
RPS : Pasien adalah penderita penyakit lambung lama. Keluhan saat ini perut terasa perih dan
tidak nyaman 3 hari terakhir. Terkadang pasien merasakan mual dan kembung serta
bersendawa. Riwayat makan tidak teratur 1-4x per hari, sekali makan langsung porsi banyak.
RPD : -
R. sosial: Keseharian sebagai buruh, sering makan bersantan, pedas, asam dan minum kopi
terkadang.
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : compos mentis, GCS E4V5M6, kesan gizi cukup
Vital Sign
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 78 x/menit
Respirasi : 18 x/menit

Kepala dan Leher : anemis(-), icterus (-), cyanosis (-), dyspneu (-)
Thorax
Pulmo
Inspeksi : Simetris, retraksi(-), gerak simetris
Palpasi : Simetris, fremitus kanan=kiri, gerak simetris
Perkusi : Sonor
Auskultasi: Vesikuler, suara tambahan(-)
Cor
Inspeksi : IC tidak nampak
Palpasi : IC teraba di SIC V LMCS, pelebaran diameter(-)
Perkusi : cardiomegali(-)
Auskultasi: S1-2 murni, reguler, bising(-)
Abdomen
Inspeksi : kesan rata
Auskultasi : Peristaltik (+)normal
Perkusi : Timpani seluruh lap abdomen
Palpasi : Supel, nyeri tekan epigastrium(+), massa(-)
Extremitas : Oedem (-), deformitas (-).kekuatan otot

Diagnosis
Dyspepsia syndrome

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Tujuan utama pengobatan dyspesia adalah mengurangi rasa tak nyaman di perut.
Berdasarkan teori saat ini penyebab dyspepsia adalah peningkatan zat pelepas hormon gastrin
di lambung, dismotilitas dan hipersensitivitas viseral, psikologis, infeksi bakteri serta pola
diet dan lingkungan. Sehingga pengobatan terbagi dalam dua kategori, farmakologi dan non
farmakologis.
Pengobatan farmakologis:
1. Antasida
2. Agen penghambat asam: H2 blocker dan PPI
3. Agen prokinetik
4. Antiemetik
5. Antispasmodik
6. Sitoprotektor

Pengobatan non-farmakologis:
1. Pengubahan pola diet
2. Manajemen stres

Pelaksanaan
Hari/ tanggal pelaksanaan : Senin 7 September 2020
Tempat : Poli Pengobatan PKM Ngadirojo

Monitoring dan evaluasi

Pasien diberikan edukasi mengenai penyakitnya, meliputi:


• Menjelaskan pasien tentang penyakitnya
• Menginformasikan tentang pentingnya makan teratur
• Menginformasikan tentang pantangan makanan dan minuman
Menginformasikan tentang manajemen stres dan kepentingannya dalam pengobatan
penyakitnya
Tanggal kegiatan
7 sept 2020

Peserta hadir
Peserta PIDI, Masyarakat

Judul Laporan
Hipertensi

Latar belakang
Hipertensi atau yang biasa disebut tekanan darah tinggi merupakan peningkatan
tekanan darah sistolik di atas batas normal yaitu lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik lebih dari 90 mmHg. Hipertensi dapat menjadi penyakit yang mengancam jiwa jika
tidak diobati dari awal. Diperlukan penanganan yang adekuat agar pasien tidak sering
mengunjungi fasilitas kesehatan untuk berobat.

Permasalahan
Kasus
Identitas pasien
Nama : Bp. R
Usia : 50 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Ngadirojo

Anamnesis
Keluhan utama : Pegal pada pundak dan leher
RPS : Pasien adalah penderita penyakit hipertensi lama. Keluhan disertai dengan pegal pada
pundak dan leher. Kadang pasien juga mengeluh nyeri kepala dan dada ampeg.
RPD : -
R. sosial: Keseharian sebagai buruh, sering makan bersantan, pedas, asam dan minum kopi
terkadang.
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : compos mentis, GCS E4V5M6, kesan gizi cukup
Vital Sign
Tekanan Darah : 150/80 mmHg
Nadi : 78 x/menit
Respirasi : 18 x/menit

Kepala dan Leher : anemis(-), icterus (-), cyanosis (-), dyspneu (-)
Thorax
Pulmo
Inspeksi : Simetris, retraksi(-), gerak simetris
Palpasi : Simetris, fremitus kanan=kiri, gerak simetris
Perkusi : Sonor
Auskultasi: Vesikuler, suara tambahan(-)
Cor
Inspeksi : IC tidak nampak
Palpasi : IC teraba di SIC V LMCS, pelebaran diameter(-)
Perkusi : cardiomegali(-)
Auskultasi: S1-2 murni, reguler, bising(-)
Abdomen
Inspeksi : kesan rata
Auskultasi : Peristaltik (+)normal
Perkusi : Timpani seluruh lap abdomen
Palpasi : Supel, nyeri tekan epigastrium(-), massa(-)
Extremitas : Oedem (-), deformitas (-).kekuatan otot

Diagnosis
Hipertensi essential

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Tujuan utama pengobatan dyspesia adalah tujuan yaitu untuk mencegah kematian dan
komplikasi, dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah arteri pada atau kurang
dari 140/90 mmHg (130/80 mmHg untuk penderita diabetes melitus atau penderita penyakit
ginjal kronis) kapan pun jika memungkinkan Sehingga pengobatan terbagi dalam dua
kategori, farmakologi dan non farmakologis.
Pengobatan farmakologis:
Hipertensi ringan sampai sedang, dicoba dulu diatasi dengan pengobatan non medikamentosa
selama 2-4 minggu. Medikamentosa hipertensi stage 1 mulai salah satu obat berikut :
1) Hidroklorotiazid (HCT) 12,5-25 mg/hari dosis tunggal pagi hari
2) Propanolol 2 x 20-40 mg sehari.
3) Methyldopa
4) MgSO4
5) Kaptopril 2-3 x 12,5 mg sehari
6) Nifedipin long acting (short acting tidak dianjurkan) 1 x 20-60 mg
7) Tensigard 3 x 1 tablet
8) Amlodipine 1 x 5-10 mg
9) Diltiazem (3 x 30-60 mg sehari) kerja panjang 90 mg sehari. Sebaiknya dosis dimulai
dengan yang terendah, dengan evaluasi berkala dinaikkan sampai tercapai respons yang
diinginkan.
Pengobatan non-farmakologis:
Pengendalian faktor risiko.

Pelaksanaan
Hari/ tanggal pelaksanaan : 7 September 2020
Tempat : Poli Pengobatan PKM Ngadirojo

Monitoring dan evaluasi

Pasien diberikan edukasi mengenai penyakitnya, meliputi:


• Menjelaskan pasien tentang penyakitnya
• Menginformasikan tentang pentingnya menjaga factor resiko
• Menginformasikan tentang pantangan makanan dan minuman
Menginformasikan tentang manajemen stres dan kepentingannya dalam pengobatan
penyakitnya
Tanggal kegiatan
10 Agst 2020

Peserta hadir
Peserta PIDI, Masyarakat

Judul Laporan
Kegiatan Balai Pengobatan

Latar belakang
Puskesmas sebagai fasilitas layanan kesehatan tingkat pertama berperan penting
dalam menjaga kesehatan seluruh masyarakat. Pelayanan kesehatan yang ditawarkan dapat
berupa pelayanan dalam maupun luar gedung. Pelayanan yang dilakukan di dalam gedung
salah satunya adalah balai pengobatan umum.

Permasalahan
Begitu banyak masalah kesehatan yang didapatkan dalam masyrakat, dan
membutuhkan fasilitas kesehatan yang berada disekitar masyarakat.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Berdasarkan permasalahan tersebut, maka Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama melakukan pelayanan khusus untuk pengobatan umum. Poli umum
perlu didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai, seperti ruangan yang nyaman, meja
pemeriksaan, dan alat pemeriksaan yang mendukung jalannya pelayanan kesehatan. Selain
itu, dibutuhkan ruang tunggu yang nyaman dan aman bagi pasien

Pelaksanaan
Balai pengobatan umum dilaksanakan setiap hari (Senin – Sabtu) di Puskesmas
Ngadirojo. Kegiatan yang dilakukan mencakup pengobatan dan edukasi yang bersifat
promotif dan preventif kepada pasien.

Monitoring dan evaluasi

Pasien yang berkunjung ke balai pengobatan umum sekitar 30-100 orang setiap
harinya. Kegiatan yang dilakukan dimulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
lab, diagnosis, pemberian terapi, serta edukasi. Pelayanan di balai pengobatan umum sudah
dilakukan dengan optimal, baik dari sektor ketepatan waktu maupun pelayanan yang
diberikan, namun sarana dan prasarana masih menjadi kendala seperti alat-alat kesehatan
yang belum lengkap. Diharapkan kedepannya alat-alat kesehatan yang dapat menunjang
jalannya pelayanan dapat diperbaiki.

Anda mungkin juga menyukai