Anda di halaman 1dari 3

Nama : Anugrah Febrianto

Nim : 17406244004

A. Definisi Berpikir Ilmiah


Berpikir ilmiah adalah berpikir secara logis dan empiris. Logis berarti masuk akal dan
empiris berarti dibahas dengan mendalam yang berlandaskan fakta yang dapat
dipertanggungjawabkan. Terdapat pendapat lain mengenai berpikir ilmiah, menurut Wahyono,
berpikir ilmiah merupakan suatu proses dalam menggunakan akal budi untuk
mempertimbangkan sesuatu dan juga memutuskan sesuatu berdasarkan syarat dan kaidah dalam
ilmu pengetahuan. Berpikir ilmiah biasanya merupakan cara berpikir seorang peneliti. Hal
tersebut terjadi karena cara berpikirnya berlandaskan pada pengujian yang sistematis. Dalam
berpikir ilmiah, diperlukan sebuah sarana agar dapat mekakukan kegiatan dengan baik dan
teratur. Sarana berpikir ilmiah merupakan suatu alat yang dapat membantu dalam melakukan
kegiatan ilmiah dengan berbagai langkah yang harus ditempuh. Tujuannya adalah agar mampu
melakukan penelaahan ilmiah dengan baik. Terdapat empat sarana yang digunakan dalam
berpikir ilmiah yaitu bahasa, matematika, dan statistik. Bahasa merupakan suatu komunikasi
yang bersifat verbal. Setiap orang tentu memerlukan bahasa sebagai pengantar dalam
komunikasi. Bahasa memiliki simbol yang abstrak yang dapat menjadikan manusia untuk
berpikir mengenai sesuatu secara berlanjut. Bahasa digunakan untuk melakukan komunikasi
ilmiah. Dalam komunikasi ilmiah dapat memberi informasi pengetahuan dalam berbahasa
dengan jelas. Sedangkan matematika merupakan sebuah bahasa yang berbentuk
lambanglambang. Lambang-lambang dalam matematika memiliki sifat yang ‘artifisial’.
Matematika juga merupakan bahasa yang dapat mengubah sifat yang kabur, majemuk dan
emosional yang ada pada bahasa verbal. Dalam matematika, bahasa verbal diganti menjadi
lambang yang berarti jelas dan spesifik. Selain bahasa dan matematika, juga terdapat sarana
berpikir ilmiah lain yaitu statistika. Dalam statistika, dapat digunakan untuk menggambarkan
suatu persoalan dalam suatu bidang keilmuan. Statistika berisi sekumpulan metode untuk
memperoleh pengetahuan yang digunakan untuk mengelola dan menganalisis data dalam
pengambilan suatu kesimpulan dalam kegiatan ilmiah
B. Manusia Berpikir Ilmiah
Manusia merupakan makhluk yang paling mulia sebab dianugerahi kelebihan yang tidak
dimiliki oleh makhluk lain. Kelebihan tersebut adalah akal pikiran. Kelebihan berupa akal
pikiran membuat manusia dapat menentukan mana hal yang benar dan mana hal yang tidak
benar. Manusia merupakan makhluk yang dapat berpikir dan bernalar. Sebagai makhluk yang
dapat berpikir, manusia erat kaitannya dengan rasionalitas dan moralitas. Rasionalitas akan
membuat manusia bertindak dengan pertimbangan logis. Moralitas akan membuat manusia
bertindak dengan mempertimbangkan etika dan sopan santun sesuai dengan norma yang berlaku.
Pada dasarnya, binatang juga mempunyai pengetahuan, namun pengetahuannya dihasilkan tanpa
adanya penalaran. Menurut Sumart, berpikir nalar adalah kemampuan berpikir menurut suatu
alur kerangka berpikir tertentu. Tiap bentuk penalaran mempunyai logikanya sendiri. Dapat
dikatakan bahwa penalaran merupakan proses berpikir logis. Penalaran juga merupakan bagian
dari proses berpikir yang membutuhkan suatu analisis. Pada dasarnya, analisis merupakan
kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu. Selain menggunakan nalar, manusia
dapat dikatakan berpikir apabila memiliki sarana berupa bahasa, matematika, dan statistika. Pada
dasarnya sarana ilmiah merupakan alat yang dapat membantu manusia dalam berpikir dan
melakukan kegiatan ilmiah.
C. Hubungan Antara Berpikir Ilmiah dengan Filsafat Ilmu Sosial
Perkembangan ilmu pada abad ke 20 menjadikan manusia makhluk istimewa bila dilihat
dari faktor kemajuan berimajinasi. Dalam ilmu filsafat memiliki fungsi dasar berupa berfikir,
merasa, cipta dan kreativitas. Sedangkan ilmu memiliki arti sebagai pengetahuan yang didapat
melalui metode ilmiah. Untuk melaksanakan kegiatan ilmiah perlu adanya sarana berfikir yang
dapat membantu dilakukannya penelaahan ilmiah. Sarana ilmiah ini merupakan alat bantu dalam
berbagai langkah kegiatan yang harus dilakukan. Tujuan dari dari memahami sarana ilmiah
adalah untuk membantu kita melakukan penalaahan secara baik. Sedangkan tujuan dalam
mempelajari ilmu dimaksudkan agar mendapatkan pengetahuan yang bisa membantu kita dalam
memecahkan masalah dalam kehidupan seharihari. Ilmu merupakan gabungan dari pola berfikir
deduktif dan berfikir induktif, untuk itu penalaran ilmiah berdasar pada proses logika deduktif
dan logika induktif. Dalam penalaran ilmiah mengharuskan kita untuk memahami metode
penelitian ilmiah dimana metode penelitian didapatkan dengan mengumpulkan fakta untuk
mendukung atau menolak hipotesis yang diajukan. Kemampuan berfikir ilmiah yang bagus harus
didukung dengan penguasaan sarana berfikir yang baik juga. Adanya sarana berfikir dalam
kegiatan ilmiah membuat penelaahan ilmiah dapat dilakukan secara teratur dan cermat. Tanpa
adanya penguasaan terhadap sarana berfikir ilmiah ini maka kegiatan ilmiah tidak dapat berjalan
dengan baik. Sarana yang dimaksudkan disini seperti bahasa, matematika, statistika serta filsafat
ilmu. Selain itu manusia juga dapat mengembangkan pengetahuan tersebut. Pengembangan ilmu
pengetahuan biasanya dilakukan oleh para ilmuan yang biasanya bekerja secara sistematis,
berlogika dan bersikap objektif. Sedangkan untuk filsafat sendiri lahir karena orang awan yang
merasa tidak puas terhadap pengetahuan.
Metode ilmiah yang digunakan dalam suatu kajian dapat membantu serta mempermudah
ilmuan dalam melakukan penelusuran. Filsafat juga memiliki metode yang juga membantu
menyelidiki segala sesuatu (tidak terbatas). Filsafat memiliki banyak metode ( multi metode) dan
cara dalam melakukan penyelidikan karena sifatnya yang sangat luas. Metode ini diperlukan
sebagai syarat efisensi sebuah usaha atau perkejaan agar mencapai tujuan. Dalam disiplin ilmu
filsafat memiliki metode tertentu. Metode yang pertama yaitu Contemolative (perenungan),
menurut Runes hal ini berarti bahwa kita harus memikirkan sesuatu atau segala sesuatu tanpa
harus kontak langsung dengan objek tersebut. Objek yang dimaksud disini bisa berupa apa saja,
misalnya mengenai kematian, kebenaran, keadilan dan yang lainnya. Metode yang kedua yaitu
berupa speculative yang berti juga berupa perenungan atau merenung. Metode yang ketiga yaitu
Deductive yang didasarkan pada eksperimen yang dimulai dari obyek khusus guna mendapatkan
kesimpulan yang relatif umum. Hal ini sesuai dengan filsafat yang objeknya tidak terbatas, maka
dari itu pemikiran dengan menggunakan metode deduktif ini dapat dimulai dari realita umum,
yang nantinya dapat diambil kesimpulan-kesimpulan tertentu yang sifatnya khusus. Metode
deduktif ini merupakan bagian dari logika begitu juga dengan metode induktif. Orang pada
umumnya akan berpendapat bahwa filsafat selalu menggunakan metode deduktif. Namun kita
perlu ketahui bahwa filsafat selalu mencari kebenaran yang hakiki, maka dalam filsafat selalu
mengkaji ualang dari kesimpulan-kesimpulan yang ada. Maka metode yang digunakan oleh
filsafat tidak bisa hanya satu saja, hal ini karena semua metode yang digunakan akan saling
komplimentasi atau saling melengkapi. Sejarah perkembangan dalam berfikir umat manusia
sudah dimulai dengan berfilsafat. Namun bukan berarti ilmu pengetahuan dilahirkan oleh filsafat
karena perkembangan berfikir seseorang akan dimulai dari tingkat pertama yaitu panca Indra.
Kemudian berlanjut ketingkat kedua yaitu ilmiah (rasional, kritis, obyektif, dan sistematis),
kemudian baru ketingkat filosofis (reflective thinking) serta yang terakhir ke tingkat religius. Hal
ini didasarkan pada fakta bahwa para filosof seperti Aristoteles, Russell, Dewey, Newton,
Einstein dan lainya, dimana pada awalnya mereka seorang scientist. Baru setelah mereka lebih
memperdalam keilmuannya mereka dapat mencapai puncak kematangan dan integritas sebagai
seorang filosof, dimana sebelum menjadi seorang scientist mereka adalah manusia biasa, seorang
yang mengerti dengan panca Indera. Berdasarkan hal tersebut telah jelas bahwa filsafat bukan
sekedar ilmu yang terisolasi dari disiplin ilmu yang lain melainkan seorang filosof selalu
merenungkan segala sesuatu yang berorientasi pada kenyataan-kenyataan yang realistis setiap
fenomena yang ada dalam kehidupan manusia. Filsafat juga bukan sesuatu yang bersih dan suci
dari persoalan dalam kehidupan.

Anda mungkin juga menyukai