Berpikir ilmiah adalah berpikir secara logis dan empiris. Logis berarti masuk akal dan empiris berarti dibahas dengan mendalam yang berlandaskan fakta yang dapat dipertanggungjawabkan. Terdapat pendapat lain mengenai berpikir ilmiah, menurut Wahyono, berpikir ilmiah merupakan suatu proses dalam menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan sesuatu dan juga memutuskan sesuatu berdasarkan syarat dan kaidah dalam ilmu pengetahuan. Berpikir ilmiah biasanya merupakan cara berpikir seorang peneliti. Hal tersebut terjadi karena cara berpikirnya berlandaskan pada pengujian yang sistematis. Dalam berpikir ilmiah, diperlukan sebuah sarana agar dapat mekakukan kegiatan dengan baik dan teratur. Sarana berpikir ilmiah merupakan suatu alat yang dapat membantu dalam melakukan kegiatan ilmiah dengan berbagai langkah yang harus ditempuh. Tujuannya adalah agar mampu melakukan penelaahan ilmiah dengan baik. Terdapat empat sarana yang digunakan dalam berpikir ilmiah yaitu bahasa, matematika, dan statistik. Bahasa merupakan suatu komunikasi yang bersifat verbal. Setiap orang tentu memerlukan bahasa sebagai pengantar dalam komunikasi. Bahasa memiliki simbol yang abstrak yang dapat menjadikan manusia untuk berpikir mengenai sesuatu secara berlanjut. Bahasa digunakan untuk melakukan komunikasi ilmiah. Dalam komunikasi ilmiah dapat memberi informasi pengetahuan dalam berbahasa dengan jelas. Sedangkan matematika merupakan sebuah bahasa yang berbentuk lambanglambang. Lambang-lambang dalam matematika memiliki sifat yang ‘artifisial’. Matematika juga merupakan bahasa yang dapat mengubah sifat yang kabur, majemuk dan emosional yang ada pada bahasa verbal. Dalam matematika, bahasa verbal diganti menjadi lambang yang berarti jelas dan spesifik. Selain bahasa dan matematika, juga terdapat sarana berpikir ilmiah lain yaitu statistika. Dalam statistika, dapat digunakan untuk menggambarkan suatu persoalan dalam suatu bidang keilmuan. Statistika berisi sekumpulan metode untuk memperoleh pengetahuan yang digunakan untuk mengelola dan menganalisis data dalam pengambilan suatu kesimpulan dalam kegiatan ilmiah B. Manusia Berpikir Ilmiah Manusia merupakan makhluk yang paling mulia sebab dianugerahi kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lain. Kelebihan tersebut adalah akal pikiran. Kelebihan berupa akal pikiran membuat manusia dapat menentukan mana hal yang benar dan mana hal yang tidak benar. Manusia merupakan makhluk yang dapat berpikir dan bernalar. Sebagai makhluk yang dapat berpikir, manusia erat kaitannya dengan rasionalitas dan moralitas. Rasionalitas akan membuat manusia bertindak dengan pertimbangan logis. Moralitas akan membuat manusia bertindak dengan mempertimbangkan etika dan sopan santun sesuai dengan norma yang berlaku. Pada dasarnya, binatang juga mempunyai pengetahuan, namun pengetahuannya dihasilkan tanpa adanya penalaran. Menurut Sumart, berpikir nalar adalah kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu. Tiap bentuk penalaran mempunyai logikanya sendiri. Dapat dikatakan bahwa penalaran merupakan proses berpikir logis. Penalaran juga merupakan bagian dari proses berpikir yang membutuhkan suatu analisis. Pada dasarnya, analisis merupakan kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu. Selain menggunakan nalar, manusia dapat dikatakan berpikir apabila memiliki sarana berupa bahasa, matematika, dan statistika. Pada dasarnya sarana ilmiah merupakan alat yang dapat membantu manusia dalam berpikir dan melakukan kegiatan ilmiah. C. Hubungan Antara Berpikir Ilmiah dengan Filsafat Ilmu Sosial Perkembangan ilmu pada abad ke 20 menjadikan manusia makhluk istimewa bila dilihat dari faktor kemajuan berimajinasi. Dalam ilmu filsafat memiliki fungsi dasar berupa berfikir, merasa, cipta dan kreativitas. Sedangkan ilmu memiliki arti sebagai pengetahuan yang didapat melalui metode ilmiah. Untuk melaksanakan kegiatan ilmiah perlu adanya sarana berfikir yang dapat membantu dilakukannya penelaahan ilmiah. Sarana ilmiah ini merupakan alat bantu dalam berbagai langkah kegiatan yang harus dilakukan. Tujuan dari dari memahami sarana ilmiah adalah untuk membantu kita melakukan penalaahan secara baik. Sedangkan tujuan dalam mempelajari ilmu dimaksudkan agar mendapatkan pengetahuan yang bisa membantu kita dalam memecahkan masalah dalam kehidupan seharihari. Ilmu merupakan gabungan dari pola berfikir deduktif dan berfikir induktif, untuk itu penalaran ilmiah berdasar pada proses logika deduktif dan logika induktif. Dalam penalaran ilmiah mengharuskan kita untuk memahami metode penelitian ilmiah dimana metode penelitian didapatkan dengan mengumpulkan fakta untuk mendukung atau menolak hipotesis yang diajukan. Kemampuan berfikir ilmiah yang bagus harus didukung dengan penguasaan sarana berfikir yang baik juga. Adanya sarana berfikir dalam kegiatan ilmiah membuat penelaahan ilmiah dapat dilakukan secara teratur dan cermat. Tanpa adanya penguasaan terhadap sarana berfikir ilmiah ini maka kegiatan ilmiah tidak dapat berjalan dengan baik. Sarana yang dimaksudkan disini seperti bahasa, matematika, statistika serta filsafat ilmu. Selain itu manusia juga dapat mengembangkan pengetahuan tersebut. Pengembangan ilmu pengetahuan biasanya dilakukan oleh para ilmuan yang biasanya bekerja secara sistematis, berlogika dan bersikap objektif. Sedangkan untuk filsafat sendiri lahir karena orang awan yang merasa tidak puas terhadap pengetahuan. Metode ilmiah yang digunakan dalam suatu kajian dapat membantu serta mempermudah ilmuan dalam melakukan penelusuran. Filsafat juga memiliki metode yang juga membantu menyelidiki segala sesuatu (tidak terbatas). Filsafat memiliki banyak metode ( multi metode) dan cara dalam melakukan penyelidikan karena sifatnya yang sangat luas. Metode ini diperlukan sebagai syarat efisensi sebuah usaha atau perkejaan agar mencapai tujuan. Dalam disiplin ilmu filsafat memiliki metode tertentu. Metode yang pertama yaitu Contemolative (perenungan), menurut Runes hal ini berarti bahwa kita harus memikirkan sesuatu atau segala sesuatu tanpa harus kontak langsung dengan objek tersebut. Objek yang dimaksud disini bisa berupa apa saja, misalnya mengenai kematian, kebenaran, keadilan dan yang lainnya. Metode yang kedua yaitu berupa speculative yang berti juga berupa perenungan atau merenung. Metode yang ketiga yaitu Deductive yang didasarkan pada eksperimen yang dimulai dari obyek khusus guna mendapatkan kesimpulan yang relatif umum. Hal ini sesuai dengan filsafat yang objeknya tidak terbatas, maka dari itu pemikiran dengan menggunakan metode deduktif ini dapat dimulai dari realita umum, yang nantinya dapat diambil kesimpulan-kesimpulan tertentu yang sifatnya khusus. Metode deduktif ini merupakan bagian dari logika begitu juga dengan metode induktif. Orang pada umumnya akan berpendapat bahwa filsafat selalu menggunakan metode deduktif. Namun kita perlu ketahui bahwa filsafat selalu mencari kebenaran yang hakiki, maka dalam filsafat selalu mengkaji ualang dari kesimpulan-kesimpulan yang ada. Maka metode yang digunakan oleh filsafat tidak bisa hanya satu saja, hal ini karena semua metode yang digunakan akan saling komplimentasi atau saling melengkapi. Sejarah perkembangan dalam berfikir umat manusia sudah dimulai dengan berfilsafat. Namun bukan berarti ilmu pengetahuan dilahirkan oleh filsafat karena perkembangan berfikir seseorang akan dimulai dari tingkat pertama yaitu panca Indra. Kemudian berlanjut ketingkat kedua yaitu ilmiah (rasional, kritis, obyektif, dan sistematis), kemudian baru ketingkat filosofis (reflective thinking) serta yang terakhir ke tingkat religius. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa para filosof seperti Aristoteles, Russell, Dewey, Newton, Einstein dan lainya, dimana pada awalnya mereka seorang scientist. Baru setelah mereka lebih memperdalam keilmuannya mereka dapat mencapai puncak kematangan dan integritas sebagai seorang filosof, dimana sebelum menjadi seorang scientist mereka adalah manusia biasa, seorang yang mengerti dengan panca Indera. Berdasarkan hal tersebut telah jelas bahwa filsafat bukan sekedar ilmu yang terisolasi dari disiplin ilmu yang lain melainkan seorang filosof selalu merenungkan segala sesuatu yang berorientasi pada kenyataan-kenyataan yang realistis setiap fenomena yang ada dalam kehidupan manusia. Filsafat juga bukan sesuatu yang bersih dan suci dari persoalan dalam kehidupan.