current) dan arus listrik bolak-balik atau AC (alternating current). Contoh dalam kehidupan
sehari-hari yang merupakan contoh arus DC adalah arus listrik yang mengalir pada baterai.
Apabila sebuah baterai dihubungkan pada suatu rangkaian, arus mengalir dengan tetap pada
satu arah yang disebut arus searah atau DC (direct current).
Sedangkan contoh arus bolak-balik dalam kehidupan sehari-hari yaitu generator listrik pada
pusat penmbangkit listrik. Generator listrik pada pusat pembangkit tenaga listrik yang arus
listriknya mengalir ke rumah Anda (lstrik PLN) menghasilkan arus bolak-balik atau AC
(alternating current). Anda dapat mebuktikan bahwa listrik yang mengalir pada rumah anda
adalah listrik dengan arus bolak-balik dengan cara melihat dengan seksama cahaya lampu
yang bersinar pada lampu pijar. Jika anda saksikan dengan seksama maka pada lampu pijar
akan terjadi perubahan terang cahaya lampu pijar secara berlanjut. Secara periodik lampu
pijar akan kelihatan meredup dan kembali terang, walaupun hanya sedikit.
Arus listrik bolak-balik arahnya selalu berubah secara periodik terhadap waktu, sehingga nilai
arus dan tegangan bolak-balik selalu berubah-ubah menurut waktu, dan mempunyai pola
grafik simetris berupa fungsi sinusoida, seperti gambar b di bawah ini.
Arus listrik yang dipasok ke rumah-rumah dan kantor-kantor oleh perusahaan listrik
sebenarnya adalah arus listrik bolak-balik (AC). Tegangan yang dihasilkan oleh suatu
generator listrik berbentuk sinusoida, sehingga arus yang dihasilkannya juga sinusoida.
Tegangan sebagai fungsi waktu dapat dinyatakan:
V = V0.sin 2πf
Potensial listrik V berosilasi antara +V0 dan -V0, di mana V0 disebut sebagai tegangan
puncak. Frekuensi f adalah jumlah osilasi lengkap yang terjadi tiap sekon. Pada sebagian
besar daerah Amerika Serikat dan Kanada, frekuensi f sebesar 60 Hz, sedangkan di beberapa
negara menggunakan frekuensi 50 Hz.
Berdasarkan Hukum Ohm, jika sepanjang tegangan V ada hambatan R, maka arus I adalah:
I = V/R
I = (V0.sin 2πf)/R
I = I0.sin 2πf
Nilai I0 = V0/R adalah arus puncak. Arus dianggap positif ketika elektron-elektron mengalir
ke satu arah dan negatif jika mengalir ke arah yang berlawanan. Besarnya daya yang
diberikan pada hambatan R pada setiap saat adalah:
P = I2.R
P = (I0.sin 2πf )2.R
P = I20.sin2 2πf.R
P = P0.R
Karena arus dikuadratkan, berarti daya selalu bernilai positif, perhatikan Gambar di bawah
ini.
Nilai sin2 2πft bervariasi antara 0 dan 1. Daya rata-rata yang dihasilkan, P , adalah:
P = ½ (V2o/R)
Akar kuadrat dari arus atau tegangan merupakan nilai rms (root mean square atau akar-
kuadrat-rata-rata), didapatkan
Irms = I0/√2
Irms = 0,707.I0
Vrms = V0/√2
Vrms = 0,707.V0
Nilai Vrms dan Irms kadang-kadang disebut “nilai efektif ”. Keduanya dapat disubstitusikan
langsung ke dalam rumus daya, sehingga diperoleh persamaan daya rata-rata:
P = I2rms.R
P = V2rms/R
Dari persamaan P = I2rms.R dan V2rms/R, berarti daya yang sama dapat dihasilkan pada arus
searah yang nilai I dan Vnya sama dengan nilai rms I dan V pada arus bolik-balik.
Contoh Soal
Sebuah peralatan listrik memiliki daya 450 W dan tegangan AC 220 V. Hitunglah arus
maksimum dan hambatannya!
Penyelesaian:
Diketahui:
P = 450 W,
Vrms = 220 V
Ditanya: Irms= ... ? R = ... ?
Jawab:
Irms = P/Vrms
Irms = 450 W/220 V
Irms = 2,05 A
Imaks = I0
I0= Irms√2
I0 = 2,05√2 A
R = V0/ I0
R = Vrms√2/I0
R = (220 V √2)/(2,05√2 A)
R = 107,3 Ω
Arus bolak-balik atau altenating current (AC) merupakan arus dan tegangan listrik yang
besarnya berubah terhadap waktu dan mengalir dalam dua arah. Dalam rangkaian arus bolak-
balik itu terdapat
tiga jenis yaitu resistif, induktif dan kapasitif.
Perbedaan antara rangkaian resistis, kapasitif, dan induktif pada arus bolak-balik
Vef Vm
Ief = dan Im =
R R
Berdasarkan gambar di atas, tampak bahwa arus yang mengalir pada induktor
π
tertinggal rad dari tegangan V. Sehingga berlaku
2
Vef Vm
Ief = dan Im =
XL XL
dimana XL = ωL
Keterangan :
L = Induktor (Henry)
XL = Reaktansi Induktor (Ohm)
Berikut adalah gambar rangkaian dan grafik keluaran yang bersifat Kapasitif murni
π
Berdasarkan gambar di atas, tampak bahwa arus yang mengalir pada induktor tertinggal rad
2
dari Arus I. Sehingga berlaku
Vef Vm
Ief = dan Im =
XC XC
1
dimana XC =
ωC
Keterangan :
C = Kapasitor (Farad)
XC = Reaktansi kapasitor(Ohm)
Rangakain RLC merupakan rangkaian yang terdiri dari resistor, induktor, dan kapasitor
yang dapat dirangkai secara seri atau secara parallel. Dalam pembahasan ini rangkaian
RLC yang digunakan adalah rangkaian RLC seri. Apabila rangkaian RLC seri ini
dihubungkan dengan sumber tegangan arus bolak balik, maka besarnya arus yang melewati
tiap komponen adalah sama. Namun, besarnya tegangan pada masing-masing komponen
akan berbeda. Selain itu, rangkaian RLC seri juga dapat mengalami resonansi jika
beroperasi pada frekuensi tertentu.
Untuk menentukan nilai tegangan pada resistor, induktor, dan kapasitor ini, sering
dijumpai permasalahan karena adanya beda fasa pada tegangan di setiap komponen. Oleh
karena itu, dirancang sebuah program dengan menggunakan VBA Excel yang dapat
menghitung nilai tegangan pada masing-masing komponen dengan metode numerik yang
hasilnya akan dibandingkan dengan perhitungan secara analitik. Selain itu, hasil
perhitungan tersebut dapat disajikan dalam bentuk grafik, sehingga mempermudah
visualisasi perbedaan fasa antara arus dan tegangan rangkaian RLC serta tegangan pada
tiap komponen. Program ini juga dilengkapi dengan perhitungan untuk mengetahui
frekuensi resonansi dari rangkaian RLC tersebut.
...........................(2)
..................(3)
Gambar 1. Rangkaian RLC seri dihubungkan dengan sumber tegangan arus bolak balik
V max
Imax = ..............(4)
Z
1
dengan XL = ωL merupakan reaktansi induktif dan XC = adalah reaktansi kapasitif.
ωC
Z = √ R2 +( XL−XC )2.....................(5)
Hubungan antara arus dan tegangan pada masing-masing komponen digambarkan dalam
fasor pada Gambar 2, di mana untuk resistor, arus dan tegangannya berada dalam satu fasa,
sedangkan pada induktor, tegangan mendahului arus dengan beda fasa sebesar 90o dan pada
kapasitor, tegangan tertinggal arus dengan beda fasa sebesar 90 O
Grafik arus dantegangan sebagai fungsi waktu pada resistor, induktor, dan kapasitor
ditunjukkan pada Gambar 3.
Gambar 2. Diagram fasor arus dan tegangan pada (a) resistor,(b) induktor, dan (c)
Gambar 2. Diagram fasor arus dan tegangan pada (a) resistor,(b) induktor, dan (c)
Gambar 2. Diagram fasor arus dan tegangan pada resistor, induktor, dan
kapasitor
Gambar 3. Arus dan tegangan sebagai fungsi waktu pada masing-masing komponen
Frangkaian RLC
Resonansi pada rangkaian RLC seri terjadi pada frekuensi di mana XL = XC , yaitu pada saat
1
ω=
√ LC
Hal tersebut ditandai dengan impedansi suatu rangkaian RLC seri minimum sama
dengan nilai R dan arus mencapai nilai maksimum.
Menghitung tegangan pada R, L, dan C dapat dilakukan dengan VBA Excel secara numerik
yang hasilnya mendekati perhitungan secara analitik. Arus dan tegangan R, L, dan C sebagai
fungsi waktu dapat digambarkan dengan VBA Excel, di mana pada resistor arus sefasa
dengan tegangan yang melaluinya, sedangkan pada induktor, arus tertinggal oleh tegangan
dengan beda fasa sebesar 90 dan pada kapasitor arus mendahului tegangan dengan beda fasa
o
sebesar 90 . Program dapat digunakan untuk menentukan frekuensi resonansi pada rangkaian
o
RLC seri yang terjadi saat XL=XC , impedansinya Z=R, ditunjukkan dengan grafik hubungan
antara arus dan frekuensi dan grafik hubungan antara impedansi dengan frekuensi.