OLEH:
KELOMPOK 1
untuk kuotasi yang dinyatakan dalam mata uang Negara asal (kuotasi langsung)
adalah sebagai berikut:
Karena banyaknya kurs yang tidak diperdagangkan secara aktif, sehingga nilai kurs
ditentukan melalui hubungan terhadap mata uang ketiga yang diperdagangkan secara luas
(cross rate).
6. Harga, Suku Bunga dan Nilai Tukar
Untuk menghitung perubahan harga spot, apabila kuotasi dinyatakan dengan
menggunakan kuotasi langsung adalah sebagai berikut:
%Δ = (Kurs Akhir – Kurs Awal) / Kurs Awal
sebaliknya jika kuotasi dinyatakan dengan menggunakan kuotasi tidak langsung, maka
perubahan harga spot dapat dihitung sebagai berikut:
%Δ = (Kurs Awal – Kurs Akhir) / Kurs Akhir
7. Penentuan Nilai Tukar: Theoritical Thread Dasar Teoritis
Penentuan kurs nilai tukar merupakan hal yang kompleks. Ilustrasi berikut
menggambarkan ulasan secara ringkas atas berbagaifaktor yang menjadi penentu
(determinan) kurs nilai tukar, dapat diklasifikasikan menjadi tiga aliran pemikiran: kondisi
paritas, pendekatan neraca pembayaran dan pendekatan pasar asset. Klasifikasi dapat
dilakukan menurut faktor pendorong terpisah secara individual (individual drivers) dalam
pendekatan tersebut. Ketiga aliran tersebut bukan teori yang bersaing satu sama lain,
melainkan saling melengkapi.
Tanpa gabungan dari kedalaman dan luas masing-masing pendekatan, kemampuan
untuk menangkap kompleksitas pasar mata uang global akan sirna. Selain itu, untuk
memperoleh tambahan pemahaman atas teori dasar, akan sama pentingnya untuk
memperoleh pengetahuan praktis mengenai:
a. Kompleksitas ekonomi politik internasional
b. Infrastrukur sosial dan ekonomi
c. Kejadian politik, ekonomi, atau sosial secara acak yang memengaruhi pasar valuta
asing.
Beberapa pemikiran yang popular untuk menjelaskan penentuan kurs:
a. Teori Paritas Daya Beli (purchasing power equity-PPP), merupakan teori yang paling
banyak diterima dari sejumlah teori penentuan kurs nilai tukar. Kalkulasi dan
prakiraan dengan PPP diwarnai dengan sejumlah kelemahan terkait dengan perbedaan
struktur ekonomi antar Negara dan banyaknya data yang perlu diestimasi.
b. Pendekatan neraca pembayaran merupakan teori kedua terpopuler dalam menjelaskan
penentuan kurs nilai tukar. Pendekatan dasar teori ini menyatakan bahwa kurs nilai
tukar mencapai titik ekuilibrium dengan membandingkan aktivitas neraca berjalan dan
neraca keuangan. Kelemahan teori ini adalah tidak memperhitungkan saldo uang atau
asset-aset finansial.
c. Pendekatan moneter dalam bentuk yang paling sederhana menyatakan bahwa kurs
nilai tukar ditentukan melalui penawaran dan permintaan stok moneter internasional,
serta ekspektasi tingkat dan laju pertumbuhan stok moneter dimasa depan. Aset
finansial lain seperti obligasi tidak dianggap relevan dalam penentuan kurs nilai tukar,
karena baik obligasi domestic maupun asing dipandang saling substitusi.
II. Kondisi Paritas Internasional
1. Paritas
Teori ekonomi yang menghubungkan kurs nilai tukar, tingkat harga, dan suku bunga
disebut sebagai kondisi paritas internasional. Kondisi paritas internasional ini membentuk
inti teori finansial yang merupakan keunikan dari keuangan internasional. Terori paritas
menyatakan bahwa jika suatu produk atau jasa yang serupa:
a. Dijual di dua pasar yang berbeda
b. Tidak ada restriksi atas penjualan
c. Biaya transport untuk memindahkan produk antar pasar sama besarnya
Maka harga produk atau jasa tersebut semestinya sama di kedua pasar yang ada.
Inilah yang disebut sebagai hukum satu harga (law of one price). Prinsip utama pasar
kompetitif adalah harga akan sama di semua pasar jika tidak terdapat deviasi. Karenanya,
jika membandingkan komponen harga saja, maka akan seperti halnya melakukan konversi
dari satu mata uang ke mata uang lainnya.
Untuk menentukan daya beli relatif, mata uang suatu negara perlu dibandingkan
dengan mata uang lain. Tujuannya untuk menentukan kurs nilai tukar suaru mata uang
“overvalued” atau “undervalued”. Salah satu hal yang menimbulkan deviasi terhadap
indeks nilai tukar efektif riil suatu negara adalah adanya exchange rate pass-through yang
tidak lengkap. Efek fisher menyatakan bahwa suku bunga nominal di masing-masing
negara sama dengan tingkat pengembalian yang diinginkan ditambah dengan kompensasi
untuk ekspektasi inflasi. Teori Paritas Suku Bunga (Interest Rate Parity IRP) menjelaskan
bahwa "perbedaan antara suku bunga nasional untuk sekuritas yang memiliki risiko dan
jatuh tempo yang serupa memiliki besaran yang sama, namun berkebalikan arah, dengan
tingkat diskonto atau premium forward untuk mata uang asing, dengan tidak memasukkan
biaya transaksi.
2. Peramalan Nilai Tukar: Pendekatan Pasar Aset
Pendekatan pasar aset berasumsi bahwa orang asing bersedia untuk menahan klaim
dalam bentuk moneter, yang bergantung pada sejumlah faktor pertimbangan atau
pendorong investasi, antara lain:
a. Suku bunga riil relatif;
b. Prospek pertumbuhan ekonomi;
c. Likuiditas pasar modal;
d. Infrastruktur ekonomi dan sosial suatu negara;
e. Kondisi politik yang aman;
f. Praktik tata kelola perusahaan (corporate governance);
g. Pengaruh krisis yang terjadi dalam wilayah regional (contagion); dan
h. Spekulasi.
Para analis teknikal, yang juga dikenal sebagai chartists, memusatkan perhatian pada
data harga dan volume untuk menentukan tren masa lalu yang diperkirakan aan berlanjut
di masa mendatang. Satu elemen terpenting analisis teknikal adalah bahwa kurs nilai tukar
masa depan didasarkan pada kurs nilai tukar saat ini. Pergerakan kurs nilai tukar dapat
dibagi ke dalam tiga periode:
a. Harian;
b. Jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa bulan); dan
c. Jangka panjang.
Semakin panjang horison waktu yang terlibat, akan semakin tidak akurat peramalan
yang Peramalan untuk jangka panjang akan banyak bergantung pada fundamenal ekonomi,
yang menjadi faktor penentu nilai tukar, sedangkan banyak kebutuhan peramalan oleh
perusahaan adalah untuk jangka pendek hingga menengah, yang dapat dilakukan dengan
pendekatan yang tidak terlalu teoritis.
Selain itu, dari beberapa dekade studi teoritis dan empiris, terlihat bahwa kurs nilai
tukar sebenarnya dipengaruhi oleh beberapa prinsip dan teori fundamental yang telah
dijelaskan sebelumnya. Fundamental sebenarnya berlaku juga untuk jangka panjang. Oleh
karena itu, ada suatu konsep yang disebut sebagai jalur ekuilibrium fundamental untuk
menentukan nilai mata uang. Selain itu, dalam jangka pendek juga terdapat beragam even
acak, friksi institusi, dan faktor teknikal yang dapat menyebabkan nilai mata uang
mengalami deviasi secara signifikan dari jalur fundamental jangka panjangnya. Kondisi
perilaku ini beberapa kali disebut sebagai gangguan (noise).
3. Ketidakseimbangan Nilai Tukar di Negara Berkembang
Secara umum, faktor-faktor penentu nilai tukar yang dijelaskan di atas pada umumnya
mengasumsikan pasar modal dan pasar uang berukuran besar dan likuid. Karenanya,
kondisi di atas lebih banyak ditemukan di negara maju. Di negara berkembang, pasar
modal dan pasar uangnya relatif berukuran lebih kecil dan tidak terlalu likuid,
memperlihatkan banyaknya perilaku dan kondisi yang berlawanan dengan teori yang ada.
Kondisi ini tidak berarti teori-teori yang dijelaskan tidak lagi bermanfaat. Sebaliknya
relevansi mendasari teori perlu diperkuat.
4. Jenis-jenis Ekspor Valuta Asing
Eksposur valuta asing (foreign exchange exposure) merupakan ukuran atau besaran
potensi perubahan profitabilitas, arus kas bersih, dan nilai pasar suatu perusahaan karena
adanya perubahan kurs nilai tukar. Tugas yang penting untuk seorang manajer keuangan
adalah mengukur eksposur valas ini dan mengelolanya sehingga tetap dapat
memaksimalkan profitabilitas, arus kas bersih, dan nilai pasar perusahaan. Pengaruh yang
ditimbulkan perubahan kurs nilai tukar terhadap perusahaan dapat diukur dengan beberapa
cara:
a. Eksposur transaksi (transaction exposure) mengukur perubahan atas nilai
kewajiban keuangan yang ada sebelum terjadi perubahan kurs nilai tukar, namun
belum jatuh tempo sehingga setelah perubahan kurs nilai tukar. Jadi, eksposur ini
berkaitan dengan perubahan arus kas sebagai hasil dari kewajiban kontraktual yang
ada.
b. Eksposur operasi (operating exposure), yang juga dikenal sebagai eksposur
ekonomi (economic exposure), eksposur kompetitif (competitive exposure), atau
eksposur strategis (strategic exposure), mengukur perubahan nilai kini perusahaan
yang timbul dari setiap perubahan arus kas operasi masa depan perusahaan, yang
disebabkan oleh perubahan kurs nilai tukar yang tak terduga. Eksposur transaksi
terjadi karena perubahan arus kas masa depan yang tak terduga.
c. Perbedaan antara keduanya adalah eksposur transaksi terkait dengan arus kas masa
depan yang sudah menjadi komitmen, sedangkan eksposur operasi berfokus pada arus
kas masa depan yang diharapkan (namun belum menjadi komitmen) yang akan
berubah karena perubahan kurs nilai tukar telah mengubah daya saing internasional.
d. Eksposur translasi (translation exposure), yang juga disebut sebagai eksposur
akuntansi (accounting exposure), adalah potensi perubahan ekuitas pemilik yang
disebabkan oleh akuntansi, yang terjadi karena kebutuhan untuk melakukan
"translasi" laporan keuangan dalam mata uang asing ke dalam satu mata uang
pelaporan untuk menyusun laporan keuangan konsolidasi yang mencakup seluruh
dunia. Konsekuensi pajak untuk eksposur mata uang asing beragam di tiap-tiap
negara. Namun demikian, sebagai panduan umum, biasanya hanya kerugian valuta
asing yang terealisasi yang dapat menjadi pengurang dalam perhitungan pajak
penghasilan.
1. Lindung nilai forward meliputi kontrak forward (atau futures) dan sumber dana untuk
memenuhi kontrak tersebut. Dalam beberapa situasi, dana untuk memenuhi kontrak
forward mata uang masih belum tersedia, atau akan diterima di kemudian hari,
sehingga harus dibeli pada pasar spot di waktu mendatang. Lindung nilai jenis ini
disebut sebagai "terbuka" atau “uncovered dan meliputi sejumlah besar risiko karena
lindung nilai harus dilakukan dengan menggunakan dasar kurs spot masa depan yang
tidak pasti untuk memenuhi kontrak forward. Pembelian dengan menggunakan dana
seperti ini pada suatu tanggal di masa mendatang dikenal sebagai covering.
2. Lindung nilai pasar uang juga melibatkan kontrak dan sumber dana untuk memenuhi
kontrak tersebut. Dalam kasus ini kontrak yang dimaksud adalah perjanjian pinjaman.
Perusahaan yang melakukan lindung nilai pasar uang meminjam dalam satu mata uang
dan menukarkannya menjadi mata uang lain. Dana untuk memenuhi kontrak tersebut
dihasilkan dari aktivitas bisnis, yang dilindungi dalam aktivitas lindung nilai pasar uang
(covered by money market hedge). Alternatif lain, dana untuk melunasi pinjaman dapat
dibeli pada pasar spot valuta asing ketika pinjaman tersebut jatuh tempo (yang dikenal
sebagai uncovered or open money market hedge).
3. Lindung nilai dengan opsi memungkinkan perusahaan untuk turut menikmati setiap
potensi kenaikan nilai yang terkait dengan posisi yang diambil, namun membatasi
risiko penurunan. Pilihan harga pelaksanaan merupakan aspek yang sangat penting
dalam memanfaatkan opsi sebagai premi opsi dan dengan sendirinya pola pay-off akan
berbeda.
4. Eksposur yang diantisipasi merupakan transaksi yang pada saat ini belum terdapat
kontrak atau perjanjian.
Sebagaimana yang diharapkan, program manajemen eksposur transaksi umumnya
terbagi di sepanjang garis opsi (option-line) yaitu yang menggunakan opsi dan yang tidak
menggunakan opsi. Perusahaan yang tidak menggunakan opsi keuangan bergantung hanya
pada kontrak forward dan lindung nilai pasar uang. Banyak perusahaan multinasional
telah menetapkan kebijakan manajemen risiko eksposur transaksi yang cukup tegas, yang
mengharuskan lindung nilai proporsional. Kontrak ini umumnya mengharuskan
penggunaan lindung nilai kontrak forward sebesar persentase tertentu dari eksposur
transaksi yang ada. Bagian eksposur yang masih tersisa kemudian dilindung nilai secara
selektif berdasarkan toleransi risiko perusahaan, pandangan atas pergerakan kurs nilai
tukar, dan tingkat keyakinan.