Anda di halaman 1dari 30

HAKIKAT STRATEGI PEMBELAJARAN

DAN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR

MAKALAH

DOSEN PENGAMPU :

M. RENDRAWAN SETIYA NUGRAHA, S.Pd., SS., M.Hum

OLEH:
KELOMPOK 1

ANA MUZIZAH 858700256


M. AZIZ AVIVUDIN 858700249
RO’AH 855881585
SUMARNING 855881618

PROGAM STUDI S1 PGSD


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tugas utama guru adalah mengajar yang berarti membelajarkan siswa untuk
mencapai tujuan tertentu atau kompetensi. Tujuan atau kompetensi tersebut telah
dirumuskan dalam kurikulum yang berfungsi sebagai pedoman pelaksanaan proses
pembelajaran. Persoalan berikut adalah bagaimana melaksanakanya didalam proses
belajar/mengajar atau proses pembelajaran agar tujuan atau kompetensi yang
diharapkan tercapai. Dalam proses pembelajaran yang menjadi persoalan pokok ialah
bagaimana memilih dan menggunakan strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran
menentukan jenis interaksi didalam proses pembelajaran. Strategi pembelajaran yang
digunakan harus menimbulkan aktivitas belajar yang baik, sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.
Selain itu pembentukan kemampuan siswa di sekolah sangat dipengaruhi
oleh proses belajar yang ditempuhnya. Oleh karena itu, agar siswa memiliki
kemampuan yang diharapkan proses belajar harus dikendalikan oleh guru
berdasarkan kurikulum yang berlaku. Dengan demikian, guru perlu memahami
kurikulum yang berlaku. Proses belajar akan terbentuk berdasarkan pandangan dan
pemahaman guru tentang pengertian dan hakikat belajar dan hakikat belajar
mengajar. Agar proses belajar efektif, guru memahami bahwa tugas dan peranannya
dalam mengajar harus berfungsi sebagai pembimbing, fasilitator dan narsumber atau
pemberi informasi. Proses belajar bergantung pada pandangan guru terhadap makna
belajar, karena semua aktivitas siswa dalam belajar selalu berdasarkan skenario yang
dikembangkan oleh guru. Berkaitan dengan hal tersebut, dalam makalah ini akan
membahas tentang Hakikat Strategi Pembelajaran dan Pembelajaran di Sekolah
Dasar.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep dan prinsip belajar dan pembelajaran ?
2. Apakah perbedaan pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran ?
3. Apa saja faktor-faktor penentu dalam pemilihan strategi dan pembelajaran ?
4. Bagaimana jenis strategi pembelajaran ?
5. Bagaimana pembelajaran di Sekolah Dasar ?
6. Bagaimana karakteristik proses dan tahapan perkembangan siswa di Sekolah
Dasar ?
7. Bagaimana Karakteristik Pembelajaran di Sekolah Dasar ?

C. TUJUAN
1. Mengetahui konsep dan prinsip belajar dan pembelajaran
2. Mengetahui perbedaan pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran
3. Mengetahui faktor-faktor penentu dalam pemilihan strategi dan pembelajaran
4. Mengetahui jenis strategi pembelajaran
5. Mengetahui pembelajaran di Sekolah Dasar
6. Mengetahui karakteristik proses dan tahapan perkembangan siswa di Sekolah
Dasar
7. Mengetahui Karakteristik Pembelajaran di Sekolah Dasar
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Belajar dan Pembelajaran


1. Konsep Belajar
Menurut Gagne (1985), bahwa belajar adalah suatu proses dimana suatu
organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman (Lihat Ratna Wilis
Dahar, 1989, hal. 11). Terdapat tiga atribut pokok (ciri utama) belajar, yaitu: proses,
perubahan perilaku, dan pengalaman.
a. Proses
Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan
merasakan. Seseorang dikatakan belajar bila pikiran dan perasaannya aktif.
Aktivitas pikiran dan perasaan itu sendiri tidak dapat diamati orang lain, akan
tetapi terasa oleh yang bersangkutan (orang yang sedang belajar itu).
Guru yang tidak dapat melihat aktifitas pikiran dan perasaan siswa. Yang
dapat di amati guru ialah manifestasinya, yaitu kegiatan siswa sebagai akibat
adanya aktifitas pikiran dan perasaan pada diri siswa tersebut.
b. Perubahan perilaku
Hasil belajar berupa perubahan perilaku atau tingkah laku. Seseorang yang
belajar akan berubah atau bertambah perilakunya, baik yang berupa
pengetahuan, keterampilan, atau penguasaan nilai-nilai (sikap).
Perubahan perilaku sebagai hasil belajar dikelompokkan kedalam tiga
ranah (kawasan), yaitu: pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik),
dan penguasaan nilai-nilai atau sikap (efektif). Ketiga rana tersebut didalam
kurikulum 2004 terkandung dalam rumusan kompetensi.
c. Pengalaman
Belajar adalah mengalami; dalam arti belajar terjadi didalam interaksi
antara individu dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan
sosial. Contoh lingkungan fisik ialah : buku, alat peraga, dan alam sekitar.
Contoh lingkungan sosial, antara lain guru, siswa, pustakawan, dan kepala
sekolah. Belajar dapat melalui pengalaman langsung dan melalui pengalaman
tidak langsung. Belajar melalui pengalaman langsung, siswa belajar dengan
melakukan sendiri atau dengan mengalaminya sendiri.

2. Prinsip Belajar
Prinsip belajar merupakan ketentuan atau hukum yang harus dijadikan
pegangan di dalam pelaksanaan kegiatan belajar. Sebagai suatu hukum, prinsip
belajar akan menentukan proses dan hasil belajar.
a. Motivasi
Motivasi berfungsi sebagai motor penggerak ativitas. Motivasi belajar
berkaitan erat dengan tujuan yang hendak dicapai oleh individu yang sedang
belajar itu sendiri. Bila seseorang yang sedang belajar menyadari bahwa tujuan
yang hendak dicapai berguna atau bermanfaat baginya, maka motivasi belajar
akan muncul dengan kuat.
b. Perhatian
Perhatian erat sekali kaitannya dengan motivasi bahkan tidak dapat
dipisahkan. Perhatian ialah pemusatan energi psikis (pikiran dan perasaan)
terhadap suatu objek. Makin terpusat perhatian pada pelajaran, proses belajar
makin baik, dan hasilnya akan baik pula. Oleh karena itu guru harus selalu
berusaha supaya perhatian siswa terpusat pada pelajaran.
c. Aktivitas
Seperti telah dibahas didepan, bahwa belajar itu sendiri adalah aktivitas, yaitu
aktivitas mental dan emosional. Bila ada siswa yang duduk di kelas pada saat
pelajaran berlangsung, akan tetapi mental emosionalnya tidak terlibat aktif
didalam situasi pembelajaran itu, pada hakikatnya siswa tersebut tidak ikut
belajar.
d. Balikan
Siswa perlu dengan segera mengetahui apakah yang ia lakukan didalam
proses pembelajaran atau yang ia peroleh dalam proses bembelajaran tersebut
sudah benar atau belum. Bila ternyata masih salah, pada bagian mana iamasih
salah dan mengapa salah serta bagaimana seharusnya ia melakukan kegiatan
belajar tersebut. Untuk itu siswa perlu sekali memperoleh balikan dengan segera,
supaya ia tidak terlanjur berbuat kesalahan yang dapat menimbulkan kegagalan
belajar.
e. Perbedaan individual
Belajar tidak dapat diwakilkan kepada orang lain. Tidak belajar, berarti tidak
akan memperoleh kemampuan. Belajar dalam arti proses mental dan emosional
terjadi secara individual. Jika kita mengajak disuatu kelas sudah barang tentu
kadar aktifitas belajar para siswa beragam.

B. Perbedaan Pendekatan, Strategi, Metode, dan Teknik Pembelajaran


1. Pendekatan Pembelajaran
Menurut Joni (1992/1993) pendekatan adalah cara umum dalam memandang
permasalahan atau objek kajian. Lebih lanjut Killen (1998) mengemukakan dua
pendekatan utama dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada
aktivitas guru (teacher-centered) dan pendekatan yang berpusat pada aktivitas siswa
(students-centered).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran adalah
cara memandang terhadap pembelajaran. Sebagai contoh, pendekatan sistem
memandang pembelajaran terdiri atas unsur-unsur yang saling berkaitan dan
memiliki hubungan sistematis. Dengan menerapkan pendekatan sistem, guru
hendaknya merancang dan melaksanakan pembelajaran dengan memperhatikan
hubungan antar komponen pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2. Strategi Pembelajaran
Menurut Joni (1992/1993) strategi adalah ilmu atau kiat di dalam
memanfaatkan segala sumber yang dimiliki dan/atau yang dapat dikerahkan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dimyati & Seodjono (Tim Dosen MKDK
Kurikulum dan Pembelajaran, 1996) mengemukakan bahwa strategi dalam
pembelajaran adalah kegiatan guru untuk memikirkan dan mengupayakan terjadinya
konsistensi antara aspek-aspek dari komponen pembentukan sistem pembelajaran.
Dalam hal ini guru menggunakan siasat tertentu.
Lebih lanjut dikemukakan bahwa penentuan strategi pembelajaran tidak
hanya dilakukan guru dalam pelaksanaan pembelajaran, tetapi juga dalam
perencanaan pembelajaran. Jadi dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran
pada dimensi perencanaan mengacu pada upaya secara strategis dalam memilih,
menetapkan, dan merumuskan komponen-komponen pembelajaran yang tercermin
pada saat guru mengembangkan rancangan pembelajaran.

3. Metode Pembelajaran
Dalam bahasa Inggris, method berarti cara. metode adalah cara yang
digunakan guru dalam ih menekankan pada peran guru, dengan pembelajaran, gajar,
yaitu metode membelajarkan siswa. Karena metode lebih menekankan pada peran
guru, istilah metode sering digandengkan dengan kata men mengajar. Joni
(1992/1993) mengemukakan bahwa metode adalah berbagai cara kerja yang bersifat
relatif umum yang sesuai untuk mencapai tujuan tertentu. Beberapa bentuk metode
mengajar yang kita kenal adalah ceramah diskusi, tanya jawab, simulasi, pemberian
tugas, kerja kelompok, demonstrasi (modelling), eksperimen, pemecahan masalah,
inkuiri, dan sebagainya. Setiap metode mengajar memiliki langkah-langkah atau
prosedur penggunaannya tersendiri dan hal ini akan dibahas serta didiskusikan pada
modul yang lain.

4. Teknik Pembelajaran
Teknik pembelajaran mengacu pada ragam khas penerapan suatu metode
sesuai dengan latar penerapan tertentu, seperti kemampuan dan kebiasaan guru,
ketersediaan peralatan, kesiapan siswa, dan sebagainya (Joni, 1992/1993). Misalnya,
apabila kita akan menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran, apakah guru
akan menyampaikan informasi dari awal sampai akhir kegiatan, ataukah akan
diselingi dengan tanya jawab, atau dengan menggunakan alat peraga, dan
sebagainya. Teknik pembelajaran merupakan wujud konkret dari penggunaan
metode, strategi, dan pendekatan pembelajaran. Dari langkah-langkah atau teknik
pembelajaran, kita dapat mengetahui metode, strategi, dan pendekatan yang
digunakan dalam suatu proses pembelajaran.
Jadi dapat disimpulkan bahwa antara pendekatan, Strategi, metode, dan
teknik pembelajaran tidak dapat dipisahkan, walaupun secara konseptual dapat
dibedakan. Yang penting untuk diingat bahwa suatu kegiatan pembelajaran baik
penggal kegiatan maupun kegiatan utub mempelajari tidak mungkin hanya
diwujudkan oleh penggunaan satu metode, meskipun metode tersebut telah mampu
ditampilkan dalam teknik pembelajaran yang efektif. Suatu pembelajaran menuntut
pemanfaatan berbagai metode dan teknik, baik pada tahap perancangan maupun
Penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan pada saat pembelajaran sedang
berlangsung.

C. Faktor-faktor Penentu dalam Pemilihan Strategi dan Pembelajaran.


1. Tujuan Pembelajaran
Gagne mengklarifikasi hasil-hasil belajar atau tujuan pembelajaran kedalam
lima jenis tujuan belajar sebagai berikut :
a. Keterampilan Intelektual
Keterampilan intelektual merupakan keterampilan pikiran yang jika
dihubungkan dengan pendapat Bloom termasuk ranah kognitif.
1) Kemampuan membedakan (diskriminasi) merupakan kemampuan
membandingkan benda-benda secara fisik.
2) Kemampuan mengenal konsep kongkrit: Menunjukkan suatu sifat objek atau
atribut objek.
3) Kemampuan memahami konsep terdefinisi: seseorang dikatakan telah
memahami suatu konsep terdefinisi bila orang tersebut dapat menjelaskan
dengan cara memberikan contoh atau mendemontrasikan atribut-atribut
objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan.
4) Kemampuan menggunakan aturan, rumus, hukum/dalil, dan prinsip:
seseorang dikatakan telah dapat menggunakan aturan-aturan apabila
perilakunya atau ia melakukan pekerjaan telah sesuai dengan aturan tersebut.
5) Kemampuan memecahkan masalah dengan menggunakan berbagai aturan.

b. Strategi Kognitif
Strategi kognitif merupakan sesuatu proses kontrol, yaitu suatu
proses internal yang digunakan seseorang untuk memilih dan mengubah cara-
cara memberikan perhatian belajar, mengingat dan berfikir. Orang yang strategi
kognitifnya telah berkembang dengan baik, dalam menghadapi masalah, akan
cepat tanggap dan mampu memilih cara-cara pemecahan dengan cepat dan tepat.
Cara berpikir orang tersebut lebih efisien dan efektif.
c. Informasi verbal
Informasi verbal ialah nama atau label, fakta, dan pengetahuan. Seorang
anak dianggap telah menguasai informasi verbal apabila anak tersebut telah
mampu mengingat objek yang dilihat atau didengarnya. Informasi verbal
diperoleh seseorang melalui pendengaran (kata-kata yang diucapkan orang lain,
radio, TV, dan sejenisnya) dan melalui membaca. Sebagian pelajaran di sekolah
berupa informasi verbal (nama, fakta, dan pengetahuan) yang harus disimpan
oleh siswa dalam ingatannya.
d. Keterampilan motorik
Keterampilan motorik tidak hanya mencakup kegiatan-kegiatan fisik,
tetapi juga digabung dengan keterampilan-keterampilan psikis. Misalnya pada
saat siswa melakukan kegiatan Olahraga, selain kegiatan fisik yang terjadi,
pikiran mereka juga jalan.
e. Sikap
Sikap (afektif) merupakan salah satu ranah perilaku manusia atau siswa
yang merupakan bagian dari tujuan pendidikan yang tidak dapat dipisahkan
dari ranah kognitif atau psikomotorik. Sikap yang dimiliki seseorang
mempengaruhi pilihan tindakan orang tersebut terhadap suatu objek, orang, atau
peristiwa.

2. Bahan Pelajaran
Apabila materi yang akan dibahas merupakan materi baru bagi siswa maka
guru hendaknya memulai kegiatan pembelajaran dengan menjelaskan secara
singkat atau melakukan demonstrasi yang menarik perhatian siswa. Sebaliknya,
apabila materi yang akan dibahas merupakan materi yang sudah dikenal siswa
maka guru dapat meminta siswa untuk mengemukakan pengetahuannya yang
berhubungan dengan materi yang dibahas atau mengajukan permasalahan yang
harus diselesaikan oleh siswa.

3. Siswa
Yang paling berkepentingan dalam proses pembelajaran ialah siswa
mengingat tujuan yang harus dicapai dari proses tersebut ialah perubahan
perilaku siswa. Oleh karena, di dalam memilih dan menggunakan Strategi
pembelajaran, faktor siswa tidak boleh diabaikan. Setelah kita menetapkan
strategi pembelajaran yang dipilih sebaiknya gunakan pilihan berdasarkan
pertimbangan tujuan dan materi atau bahan pelajaran schingga dalam
menentukan bagaimana teknik menggunakan strategi pembelajaran tersebut,
faktor siswa menjadi salah satu pertimbangan kita.

4. Guru
Setiap guru memiliki kelebihan dan keterbatasan. Sebagai contoh, di
lapangan kadang-kadang ada guru yang jika menerangkan pelajaran sangat
menarik perhatian siswa dan jelas. Sementara itu, ada guru lain yang walaupun
menggunakan strategi pembelajaran yang sama dengan guru yang tadi, tetapi ia
tidak mampu menarik perhatian siswa, bahkan cenderung membosankan. Hal ini
terjadi mungkin karena guru yang pertama tadi memiliki kelebihan dalam hal
seni mengajar. Hal-hal seperti itu perlu menjadi pertimbangan kita dalam
memilih dan menggunakan strategi pembelajaran. Demikian pula kondisi fisik
guru, terutama pada saat akan mengajar.

5. Sarana (Alat dan Sumber), Waktu dan Ruangan


Alat yang menjadi pertimbangan kita dalam memilih dan menggunakan
strategi pembelajaran ialah alat peraga, seperti peta, globe, gambar, foto, chart,
grafik, dan sebagainya, serta alat-alat pelajaran, seperti alat-alat untuk praktik.
Jumlah dan karakteristik alat-alat tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan
kita di dalam memilih dan menggunakan strategi pembelajaran. Termasuk dalam
kelompok ini ialah media pembelajaran yang dapat dipelajari sendiri oleh peserta
didik, seperti paket modul, pengajaran berprograma, dan pengajaran melalui alat
audio (seperti kaset tape recorder) Demikian pula halnya sumber materi
pelajaran, seperti buku-buku pelajaran lingkungan sekitar.

D. Jenis Strategi Pembelajaran


1. Strategi Pembelajaran Berdasarkan Proses Pengolahan Pesan
Strategi pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis, yaitu strategi
pembelajaran deduktif dan pembelajaran induktif yaitu sebagai berikut:
a. Strategi Pembelajaran Deduktif
Dalam strategi pembelajaran mulai dari yang umum, generalisasi atau
rumusan konsep atau rumusan aturan, dilanjutkan ke hal yang khusus, yaitu
penjelasan bagian-bagiannya atau atribut-atributnya (ciri-cirinya) dengan
menggunakan berbagai ilustrasi au contoh. Strategi pembelajaran deduktif antara lain
dapat digunakan pada pelajaran mengenai konsep "terdefinisi”. Bila divisualkan aann
seperti bagan berikut ini:

Konsep
Makhluk Hidup

Atribut I Atribut 2 Atribut 3 Atribut 4 Atribut 5


Memerlukan Berkembang
makanan
Bergerak Tumbuh Bernafas
biak

Dengan memperhatikan bagan tersebut, pembelajaran yang dapat dirancang


adalah sebagai berikut.
Tujuan Pembelajaran: "Siswa dapat menjelaskan ciri-ciri makhluk hidup”.
(Yang perlu diperhatikan bahwa, tujuan akhir pembelajaran
konsep terdefinisi adalah pemahaman).

Bahan Pelajaran : Konsep Makhluk Hidup.


Rumusan Konsep : Makhluk hidup adalah makhluk yang memerlukan makanan,
bergerak, tumbuh, berkembang biak, dan bernafas.

Proses Pembelajaran
1) Mula-mula guru menuliskan rumusan konsep tersebut di papan tulis.
2) Siswa diminta mengidentifikasi atribut-atributnya, yaitu memerlukan makanan,
bergerak, tumbuh, berkembang biak, dan bernafas. Setiap atribut yang
dikemukakan siswa ditulis di papan tulis (di bawah rumusan konsep).
3) Siswa diminta menjelaskan tiap atribut dengan menggunakan berbagai contoh.
Guru melengkapi atau menjelaskan lebih jauh pendapat siswa Dalam hal ini akan
lebih baik jika digunakan alat peraga.
4) Siswa diminta mengidentifikasikan jenis-jenis makhluk hidup dan atribut-
atributnya.

b. Strategi Pembelajaran Induktif


Dalam strategi pembelajaran induktif, pesan atau materi pelajaran diolah
mulai dari yang khusus, bagian atau atribut, menuju ke yang umum, yaks
generalisasi atau rumusan konsep atau aturan. Gambaran konsep dan atribut
dalam strategi pembelajaran induktif dapat dilihat pada gambar berikut.

Atribut 2 Atribut 2 Atribut 2


Padat Cair Gas

Konsep Wujud
Benda

Dengan memperhatikan gambar tersebut, kita dapat merancang pembelajaran


dengan strategi pembelajaran induktif. Adapun langkah langkah dalam proses
pembelajaran adalah sebagai berikut.
1) Siswa diminta untuk mengidentifikasi benda-benda yang ada di sekitarnya.
2) Siswa diminta untuk menuliskan nama benda-benda tersebut di papan tulis sesuai
dengan wujud benda.
3) Siswa diminta untuk mengelompokkan benda-benda tersebut ke dalam kelompok
benda padat, cair, dan gas. Apabila ada siswa yang salah dalam mengelompokkan
benda-benda tersebut, guru dapat meminta siswa lain untuk membetulkannya.
4) Siswa diminta untuk menuliskan jenis-jenis wujud benda.
2. Strategi Pembelajaran Berdasarkan Pihak Pengolah Pesan
Strategi pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu strategi
pembelajaran ekspositori dan pembelajaran heuristik.
a. Strategi Pembelajaran Ekspositori
Jika yang mengolah pesan atau materi pelajaran itu guru, maka strategi
pembelajaran yang digunakan ialah ekspositori. Dengan strategi pembelajaran
ekspositori, guru yang mencari materi pelajaran yang akan diajarkan dari
berbagai sumber, kemudian guru mengolahnya serta membuat rangkuman
dan/atau mungkin membuat bagan. Di depan siswa, guru menjelaskannya dan
siswa tinggal menerimanya kemudian mencatatnya. Jadi, guru lebih aktif
daripada siswa. Sementara itu, siswa tinggal "terima jadi” dari guru.
Berikut ini contoh penggunaan strategi ekspositori pada mata pelajaran
Pengetahuan Sosial.
Tujuan Pembelajaran : Siswa dapat menguraikan manfaat muka bumi
di wilayah Indonesia yang terdiri dari daratan, pantai,
dataran rendah, dataran tinggi, dan perairan.
Bahan Pelajaran : Wilayah Negara Indonesia.
Proses Pembelajaran
Sebelum pembelajaran berlangsung, guru telah mempelajari materi pelajaran
dari berbagai sumber yang ada, kemudian membuat rangkuman antara lain:
1) Guru menjelaskan materi pelajaran secara rinci kepada siswa. Pada saat
menjelaskan, sebaiknya guru menggunakan alat peraga. Setelah selesai
menjelaskan, guru melaksanakan tanya jawab untuk mengetahui pemahaman
siswa terhadap penjelasan yang diberikan.
2) Siswa di bawah bimbingan guru menyimpulkan materi pelajaran tersebut.
3) Siswa diminta mencatat materi pelajaran dan/atau mempelajarinya kembali
di rumah masing-masing.

b. Strategi Pembelajaran Heuristik


Dengan menggunakan strategi pembelajaran ini, yang mencari dan mengolah
pesan (materi pelajaran) ialah siswa. Guru berperan sebagai fasilitator dan
pembimbing kegiatan belajar siswa. Jadi, di sini yang lebih aktif ialah siswa itu
sendiri. Dengan strategi pembelajaran heuristik, guru tidak berada di depan dan
menarik siswa untuk mengikutinya, tetapi siswa disuruh berada di depan, guru
mengarahkan, memberi dorongan, membantu siswa bila mengalami kesulitan.
Keuntungan penggunaan strategi pembelajaran heuristik bagi siswa adalah
secara berangsur-angsur akan terbentuk sikap positif pada diri mereka antara lain
kreatif, kritis, inovatif, percaya diri, terbuka, dan mandiri. Strategi ini terbagi ke
dalam dua bagian, yaitu diskoveri (discovery) dan inkuiri (inquiry), Dengan
strategi discovery, siswa melakukan kegiatan dengan berpedoman pada langkah-
langkah yang telah ditetapkan oleh guru.

3. Strategi Pembelajaran Berdasarkan Pengaturan Guru


Dilihat dari sisi pengaturan guru, dikenal dua jenis strategi pembelajaran,
yaitu strategi pembelajaran seorang guru dan beregu (team teaching). Strategi
pembelajaran seorang guru sudah biasa kita lakukan, yaitu seorang guru mengajar
sejumlah siswa. Sementara itu, yang dimaksud dengan Strategi pembelajaran beregu
adalah pembelajaran yang dilaksanakan oleh dua orang atau lebih guru untuk
sejumlah siswa. Hal ini dapat terjadi apabila dua orang atau lebih guru mengajarkan
satu mata pelajaran, atau mengajarkan salah satu tema yang pembahasannya
menyangkut berbagai mata pelajaran.
Pembelajaran beregu jarang dilaksanakan di SD karena guru di SD
merupakan guru kelas, guru yang mengajarkan semua mata pelajaran di kelas,
kecuali mata pelajaran Olahraga dan Kesehatan, Pendidikan Agama dan Kesenian.
Sebagai contoh yaitu berikut:
1) Beberapa orang guru mengajarkan satu mata pelajaran yaitu mata pelajaran
Bahasa Indonesia. Beberapa orang guru mengajar sesuai dengan pembagian
tugas yang telah disepakati. Ada guru yang bertugas mengajarkan membaca,
menulis, dan mengarang. Ada guru yang mengajarkan tata bahasa dan kosa kata.
Ada guru yang mengajarkan kesusastraan.
2) Beberapa orang guru mengajarkan salah satu tema yang pembahasannya
menyangkut berbagai mata pelajaran. Misalnya, topik "Kehidupan dalam
Keluarga” dibahas dalam mata pelajaran Agama, Olahraga dan Kesehatan, serta
Pengetahuan Sosial. Setiap guru membahas topik tersebut sesuai dengan ruang
lingkup materi yang ada dalam mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.
Kedua contoh tersebut lebih merupakan penerapan pembelajaran terpadu
(integrated instruction) karena beberapa mata pelajaran secara terpadu
membahas tema atau topik yang telah ditentukan.
Dalam pembelajaran beregu, persiapan dibuat bersama oleh tim guru,
dilaksanakan atas tanggung jawab bersama, serta penilaian atas tanggung jawab
bersama pula. Oleh karena itu, semua anggota tim guru han merupakan kesatuan
yang kompak.

4. Strategi Pembelajaran Berdasarkan Jumlah Siswa


Dengan memperhatikan jumlah siswa, dikenal tiga strategi pembelajara”
yaitu Strategi pembelajaran klasikal, kelompok kecil, dan individual. Stratep'
pembelajaran klasikal dan kelompok kecil sudah biasa kita lakukan di SD Sementara
itu, strategi pembelajaran individual masih jarang digunakan. Contoh penggunaan
strategi pembelajaran individual, seperti yang sekarang sedang Anda lakukan dengan
menggunakan paket pengaja" modul. Dengan strategi pembelajaran individual, siswa
belajar seca! perseorangan sehingga memungkinkan siswa dapat maju sesuai deng
kecepatan masing-masing, tidak harus menunggu atau mengejar siswa seperti halnya
strategi pembelajaran klasikal.

5. Strategi Pembelajaran Berdasarkan Interaksi Guru dengan Siswa


Interaksi guru dengan siswa dibagi menjadi dua strategi pembelajaran, yaitu
strategi pembelajaran tatap muka dan strategi pembelajaran melalui media. Strategi
pembelajaran tatap muka sudah biasa kita laksanakan setiap hari, baik menggunakan
alat peraga maupun tidak sebagai contoh:

Alat
Peraga

Guru Guru

Guru Guru
Penggunaan strategi pembelajaran tatap muka yang baik dengan sendirinya
yang menggunakan alat peraga, karena siswa akan lebih memahami yang diajarkan
guru. Pada penggunaan strategi pembelajaran melalui media, guru dengan siswa
tidak secara langsung bertatap muka, tetapi melalui media. Siswa berdialog dengan
media sebagai "wakil guru". Guru harus menyiapkan media yang dapat merangsang
siswa aktif belajar dan mengandung umpan balik bagi kegiatan belajar atau pekerjaan
siswa. Salah satu model media yang dapat digunakan ialah paket pembelajaran
melalui modul, pembelajaran melalui TV, pembelajaran melalui kaset audio,
pembelajaran melalui kaset video, pembelajaran melalui komputer, dan
pembelajaran melalui paket pengajaran berprogram.

E. Pembelajaran di Sekolah Dasar


1. Pengertian Belajar
Belajar adalah menambah dan mengumpulkan pengetahuan. Yang
diutamakan dalam definisi ini adalah penguasaan pengetahuan sebanyak-banyaknya
untuk menjadi cerdas atau membentuk intelektual, sedangkan sikap dan keterampilan
diabaikan. Pendapat modern yang muncul pada abad 19 menganggap bahwa belajar
adalah proses perubahan tingkah laku (a change in behaviour).
Ernest R Hilgard (1948) menyatakan bahwa belajar merupakan proses
perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui latihan dan perubahan itu disebabkan
karena ada dukungan dari lingkungan yang positif yang menyebabkan terjadinya
interaksi edukatif. Perubahan tersebut terjadi secara menyeluruh meliputi
pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Tetapi kadang-kadang hanya nampak salah
satu domain saja. Perubahan belajar itu sendiri tidak berdasarkan naluri tetapi melalui
proses latihan, lain halnya seperti burung pandai membuat sarang itu bukan karena
berkat hasil belajar.
Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru, secara
keseluruhan sebagai pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan
lingkungannya. Proses perubahan tingkah laku merupakan gambaran terjadinya
rangkaian perubahan dalam kemampuan siswa.
2. Hakikat Belajar
Belajar dapat dikatakan sebagai suatu proses, artinya dalam belajar akan
terjadi proses melihat, membuat, mengamati, menyelesaikan masalah atau persoalan,
menyimak, dan latihan. Itu sebabnya, dalam proses belajar, guru harus dapat
membimbing dan memfasilitasi siswa supaya siswa dapat melakukan proses-proses
terscbut. Proses belajar harus diupayakan secara efektif agar terjadi adanya
perubahan tingkah laku siswa yang disebabkan Oleh proses-proses terscbut. Jadi,
sescorang dapat dikatakan belajar karena adanya indikasi melakukan proses tersebut
secara sadar dan menghasilkan perubahan tingkah laku siswa yang diperoleh
berdasarkan interaksi dengan lingkungan.
Ada 4 pilar yang perlu diperhatikan dalam belajar yaitu learning know,
learning to do, learning to live together, dan learning to be.
1) Learning to know artinya belajar untuk mengetahui, yang menjadi target dalam
belajar adalah adanya proses pemahaman sehingga belajar tersebut dapat
mengantarkan siswa untuk mengetahui dan memahami substansi materi yang
dipelajarinya. Learning to do artinya belajar untuk berbuat: yang menjadi target
dalam belajar adalah adanya proses melakukan atau proses berbuat.
2) Learning to live together artinya belajar untuk hidup bersama: yang menjadi target
dalam belajar adalah siswa memiliki kemampuan untuk hidup bersama atau
mampu hidup dalam kelompok.
3) Learning to be artinya belajar untuk menjadi, yang menjadi target dalam belajar
adalah mengantarkan siswa menjadi individu yang utuh sesuai dengan potensi,
bakat, minat, dan kemampuannya.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar


Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor
tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu faktor dalam diri siswa
serdiri (internal) dan faktor dari luar diri siswa (eksternal)
a. Faktor dari dalam diri siswa yang berpengaruh terhadap hasil belajar di antaranya
adalah kecakapan, minat, bakat, usaha, motivasi, perhatian, kelemahan dan
kesehatan, serta kebiasaan siswa.
b. Faktor dari luar diri siswa yang mempengaruhi hasil belajar di antaranya adalah
lingkungan fisik dan nonfisik (termasuk suasana kelas dalam belajar, seperti
riang gembira, menyenangkan), lingkungan sosial budaya, lingkungan keluarga,
program sekolah (termasuk dukungan komite sekolah), guru, pelaksanaan
pembelajaran, dan teman sekolah.

F. Karakteristik Proses dan Tahapan Perkembangan Siswa di Sekolah Dasar


1. Proses Belajar Berdasarkan Teori dan Tipe Belajar
Belajar merupakan suatu kegiatan pemrosesan kognitif, keterampilan dan
sikap. Pebelajar (siswa) sepenuhnya harus melakukan upaya mengubah perilaku
melalui pengalaman, latihan maupun kegiatan-kegiatan lain yang dianggap efektif
sebagai proses untuk mengubah perilaku.
Kondisi pembelajaran seperti itu berpeluang terciptanya suasana riang, dan
demokratis dalam belajar. Teori belajar yang dianut guru akan memberikan warna
terhadap implementasi proses belajar, karena berpengaruh terhadap bahan yang
dipelajari, proses yang dilakukan, dan hasil yang diinginkan Proses belajar sangat
dipengaruhi oleh pendekatan atau strategi belajar yang digunakan dalam
pembelajaran. Langkah ini sangat penting agar perhatian, motivasi, dan tindakan
siswa selalu mengarah pada materi tersebut Kebutuhan merupakan sumber
datangnya motivasi untuk melakuka kegiatan.

a. Teori belajar
Ada beberapa teori belajar yang dapat dikaji sebagai bahan pertimbanga? dalam
pelaksanaan proses belajar di Sekolah Dasar.
1) Teori Belajar Disiplin Mental
Karakteristik teori belajar ini menganut prinsip bahwa manusia
memilik sejumlah daya mental seperti daya untuk mengamati, menanggapi
mengingat, berpikir dan sebagainya yang dapat dilatih dan didisiplinkan
Proscs belajar berpikir, mengamati, dan mengingat dapat dilakukan oleh
siswa SD kelas rendah, yang meliputi a) belajar mengidentifikasi ciri-ciri atau
karakteristik suatu benda atau kejadian. b) menyebutkan kembali nama-nama
ibu kota provinsi di Indonesia.
Potensi-potensi yang dimiliki individu dapat dikembangkan secara
Optimal melalui kegiatan belajar. Teori belajar ini masih digunakan dalam
pembelajaran saat ini. Dalam pembentukan kemampuan siswa, melatih daya-
daya yang dimiliki siswa merupakan proses yang penting dalam
pembelajaran.

2) Teori Belajar Asosiasi


Rumpun teori belajar ini identik dengan teori behaviorisme yang
biasa disebut S-R Bond. Teori belajar asosiasi ini berdasarkan pada
perubahan tingkah laku yang menekankan pola perilaku baru yang diulang-
ulang sehingga menjadi aktivitas yang otomatis. Dalam teori ini, belajar lebih
mengutamakan stimulus-respons yang membentuk kemampuan siswa secara
spesifik dan terkontrol. Hukuman (punishment) dan ganjaran (reward)
merupakan penguatan (reinforcement) yang dipakai. Pelopor aliran ini di
antaranya Edward L. Thorndike. Ada tiga hukum yang dikemukakannya: 1)
hukum kesiapan (Law of readiness) bahwa hubungan antara stimulus dan
respons akan terbentuk apabila telah ada kesiapan pada sistem syaraf
individu, 2) hukum latihan atau pengulangan (law of excercise or reperitiony
bahwa hubungan stimulus dengan respons akan terbentuk apabila sering
dilatih atau diulang-ulang, 3) hukum akibat (law of effect) hubungan stimulus
dengan respons akan terjadi apabila adanya akibat yang menyenangkan. Bila
stimulus dan Tespons tersebut dihargai negatif, akan terjadi penurunan
motivasi. Karakteristik teori belajar ini adalah 1) menekankan perubahan
tingkah laku yang dapat diamati dan terukur, 2) adanya ganjaran dan
hukuman sebagai cara dalam memperkuat perilaku, 3) perencanaan mengajar
sangat khusus: dan 4) mengabaikan kemampuan berpikir siswa.
Proses belajar yang menganut aliran ini dalam penerapannya
memerlukan pengkondisian yang mendalam dari guru, di antaranya: 1) proses
belajar harus dipersiapkan secara sistematis dan terarah berdasarkan tujuan
yang jelas dan terukur, 2) strategi belajar dipersiapkan lebih teliti: 3) dalam
proses belajar selalu diperlukan adanya pujian dan ganjaran: 4) proses
pembelajaran selalu diawali Gengan stimulus-stimulus, 5) aspek siswa
(psikologis maupun Intelektual) kurang diperhatikan.
Dengan demikian terlihat bahwa dalan teori belajar ini lebih
mementingkan produk, hasil belajar dan penguasaan sejumlah pengetahuan
siswa, sementara proses terabaikan.

3) Teori Insight
Menurut teori ini belajar adalah mengubah pemahaman siswa.
Perubahan ini akan terjadi apabila siswa menggunakan lingkungan. Belajar
adalah suatu proses yang bersifat eksploratif, imajinatif, dan kreatif. Belajar
selalu diarahkan untuk mengembangkan kemampuan tingkat tinggi yaitu
berpikir tinggi. Perlu dipahami bahwa proses belajar yang baik adalah proses
belajar yang dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk berpartisipasi
aktif dalam mempelajari suatu kejadian alam, budaya, atau sosial. Proses
belajar harus memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan dan
mencari sendiri informasi untuk diolah menjadi prinsip dan generalisasi.

4) Teori belajar Gestalt


Menurut teori belajar ini siswa merupakan individu yang utuh. Oleh
karenanya, belajar lebih mengutamakan keseluruhan, kemudian melihat
bagian-bagiannya yang mengandung makna dan hubungan. Pembelajaran
selalu diberikan dalam bentuk problematik, aktual, dan nyata (yang sedang
terjadi saat ini maupun saat yang akan datang). Masalah yang dijadikan topik
adalah masalah-masalah sosial yang sedang hangat terjadi serta berdasarkan
pada kebutuhan dan minat siswa.
Karena teori belajar Gestalt memandang bahwa siswa sebagai
individu yang utuh dan menyeluruh maka penyelesaian masalah maupun
kajian yang dilakukan siswa dapat menggunakan berbagai pendekatan
disiplin ilmu secara terpadu dan menyeluruh. Sudut pandang siswa tidak dari
satu mata pelajaran atau satu bidang studi saja melainkan dari seluruh bidang
studi yang terkait. Belajar terpadu atau tematik dan belajar kontekstual,
banyak dikembangkan di sekolah saat ini.
Landasan teori belajarnya adalah teori Gestalt dengan menganut
belajar konstruktivis. Konstruktivis artinya pengetahuan dibangun dan
dikembangkan oleh siswa sendiri dengan memanfaatkan unsur lingkungan
secara maksimal. Dalam hal ini peran guru lebih banyak membimbing dan
memfasilitasi siswa secara maksimal agar terjadi proses belajar yang optimal
dan efektif

b. Tipe Belajar
Untuk mencapai proses dan hasil belajar yang optimal kita perlu mengenal
beberapa tipe belajar yang dikemukakan Gagne (1970). Menurut Gagne ada 8
tipe belajar yang dapat dilakukan siswa, yaitu:
1. Signal learning (belajar melalui isyarat)
Belajar isyarat merupakan suatu tipe belajar yang dapat membentuk perilaku
melalui sinyal atau isyarat sehingga terbentuk sikap tertentu, tetapi respons
yang ditimbulkan dapat bersifat umum, tidak jelas bahkan emosional.
2. Stimulus-respon learning (belajar melalui rangsangan tindak balas)
Belajar stimulus-respons merupakan suatu tipe belajar yang dapat
membentuk perilaku melalui pengkondisian stimulus untuk menghasilkan
suatu tindak-balas (respons). Pembentukan kemampuan siswa tidak akan
diperoleh-secara tiba-tiba akan tetapi harus dilakukan melalui latihan-latihan.
Respons tersebut bersifat spesifik, jelas, dan dapat diperkuat dengan ganjaran
(reward).
3. Chaining learning (belajar melalui perangkaian)
Belajar chaining merupakan suatu tipe belajar yang dapat membentuk
perilaku melalui beberapa stimulus-respons (S-R) yang berangkai, dalam
bahasa contohnya "Ibu-Bapak”, "kampung-halaman”, juga dalam perbuatan
kita terdapat chaining contoh, dari pulang tugas mengajar, buka sepatu,
menyimpan tas, ganti baju, makan dan seterusnya.
4. Verbal association learning (belajar melalui perkaitan verbal)
Belajar verbal association merupakan suatu tipe belajar yang dapat
membentuk perilaku melalui perkaitan verbal. Perkaitan ini bisa dimulai dari
yang sederhana.
5. Discrimination learning (belajar melalui membeda-bedakan)
Tipe belajar ini dapat membentuk prilaku melalui proses membeda. bedakan
objek yang abstrak maupun konkret. Siswa dapat membedakan sesuatu yang
berkaitan dengan ruang, bentuk, peristiwa, gambar dan lambang.
6. Concept learning (belajar melalui konsep)
Tipe belajar ini dapat membentuk perilaku melalui pemahaman terhadap
sesuatu benda, peristiwa, kategori, golongan, dan suatu kelompok. Yang
dimaksud konsep itu sendiri adalah karakteristik, atribut atau definisi sesuatu
objek. Konsep yang konkret dapat ditunjukkan bendanya sedangkan konsep
yang abstrak adalah konsep menurut definisi.
7. Rule learning (belajar melalui aturan-aturan)
Tipe belajar ini dapat membentuk perilaku melalui aturan. Belajar melalui
aturan merupakan proses belajar yang membentuk kemampuan siswa supaya
memahami aturan-aturan dan mampu menerapkannya Belajar melalui aturan
berarti belajar melalui dalil-dalil, rumus-rumus dan ketentuan.
8. Problem solving learning (belajar melalui pemecahan masalah)
Tipe belajar ini dapat membentuk perilaku melalui kegiatan pemecahan
masalah. Tipe belajar ini merupakan tipe belajar yang dapat membentur siswa
berpikir ilmiah dan kritis yang termasuk pada belajar yang menggunakan
pemikiran atau intelektual tinggi.

c. Hasil belajar
Hasil belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan
dalam belajar. Kulminasi akan selalu diiringi dengan kegiatan tindak lanjut. Hasil
belajar harus menunjukkan suatu perubahan tingkah laku atau perolehan perilaku
yang baru dari siswa yang bersifat menetap, fungsional, positif, dan disadari.
Bentuk perubahan tingkah laku harus menyeluruh secara komprehensif sehingga
menunjukkan perubahan tingkah laku seperti contoh di atas.
Aspek perilaku keseluruhan dari tujuan pembelajaran menurut Benyamin
Bloom (1956) yang dapat menunjukkan gambaran hasil belajar, mencakup aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Romizoswki (1982) menyebutkan dalam
skema kemampuan yang dapat menunjukkan hasil belajar yaitu: 1) keterampilan
kognitif berkaitan dengan kemampuan membuat keputusan memecahkan
masalah dan berpikir logis, 2) keterampilan psikomotor berkaitan dengan
kemampuan tindakan fisik dan kegiatan perseptual, 3) keterampilan reaktif
berkaitan dengan sikap, kebijaksanaan, perasaan, dan self control, 4)
keterampilan interaktif berkaitan dengan kemampuan sosial dan kepemimpinan.
Gagne (1979) menyebutkan ada lima tipe hasil belajar yang dapat dicapai oleh
siswa 1) motor skills, 2) verbal information, 3) intelectual skills, 4) attitudes, dan
5) cognitive strategies.
Untuk melihat hasil belajar yang berkaitan dengan kemampuan berpikir kritis
dan ilmiah pada siswa Sckolah Dasar, dapat dikaji proses maupun hasil
berdasarkan: 1) kemampuan membaca, mengamati dan atau menyimak apa yang
dijelaskan atau diinformasikan: 2) kemampuan mengidentifikasi atau membuat
sejumlah (sub-sub) pertanyaan berdasarkan substansi yang dibaca, diamati dan
atau didengar: 3) kemampuan mengorganisasi hasil-hasil identifikasi dan
mengkaji dari sudut persamaan dan perbedaan: dan 4) melakukan kemampuan
kajian secara menyeluruh. Kemampuan tersebut sudah dapat diterapkan di
Sekolah Dasar khususnya pada kelas tinggi.

2. Tahapan Perkembangan Siswa Sekolah Dasar


Siswa Sekolah Dasar merupakan individu unik yang memiliki karakteristik
tertentu, bersifat khas, dan spesifik. Pada dasarnya setiap siswa adalah individu yang
berkembang. Perkembangan siswa akan dinamis Sepanjang hayat mulai dari
kelahiran sampai akhir hayat. Dalam hal in pendidikan maupun pembelajaran sangat
dominan memberikan kontribus, untuk membantu dan mengarahkan perkembangan
siswa supaya menjadj positif dan optimal. Setiap siswa memiliki irama dan
kecepatan perkembangan yang berbeda-beda dan bersifat individual.
Perkembangan siswa Sekolah Dasar usia 6 - 12 tahun yang termasuk pada
perkembangan masa pertengahan (middle childhood) memiliki fase-fase yang unik
dalam perkembangannya yang menggambarkan peristiwa penting bagi siswa yang
bersangkutan. Tahapan perkembangan siswa dapat dilihat dari aspek perkembangan
berikut.
a. Perkembangan Fisik
Perkembangan ini berkaitan dengan perkembangan berat, tinggi badan, dan
perkembangan motorik. Siswa pada tingkat Sekolah Dasar, kemampuan
motoriknya mulai lebih halus dan terarah (refined motor skills), tetapi berat
badan siswa laki-laki lebih ramping dari pada siswa perempuan karena masa
adolesen perempuan lebih cepat dari pada laki-laki.
b. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial siswa pada tingkat Sekolah Dasar sudah terasa ada
pemisahan kelompok jenis kelamin (separarion of the sexes) sehingga dalam
pengelompokan, siswa lebih senang berkelompok berdasarkan jenis kelamin
padahal kurang sesuai menurut kriteria pengelompokan belajar.
c. Perkembangan Bahasa
Pada masa ini perkembangan bahasa siswa terus berlangsung secara dinamis.
Dilihat dari cara siswa berkomunikasi menunjukkan bahwa mereka sudah
mampu menggunakan bahasa yang halus dan kompleks. Siswa di kelas tinggi
rata-rata perbendaharaan kosa katanya meningkat menjadi sekitar 50.000 kata.
d. Perkembangan Kognitif
Di Sekolah Dasar siswa diajarkan berbagai disiplin ilmu bahkan cara-cara
belajar baik yang berorientasi pada peningkatan berpikir logis Maupun
kemampuan manipulatif. Siswa dapat melihat beberapa faktor
mengkombinasikannya dengan berbagai cara untuk mencapai hasil yang sama.
e. Perkembangan Moral
Perkembangan moral yang harus dimiliki siswa Sekolah Dasar adalah
kemampuan bertindak menjadi orang baik. Tindakan yang dilakukan selaks
berorientasi pada orang lain yang dianggap berbuat baik. Bahkan siswa aka
melakukan tindakan yang baik apabila orang lain merasa senang. Tidak hanya
itu, pada usia Sekolah Dasar siswa harus mampu berperilaku bak menurut orang
lain seperti menunaikan kewajiban, menghormati otoritas, da memelihara
ketertiban sosial.
f. Perkembangan Ekspresif
Pola perkembangan ekspresif siswa Sekolah Dasar dapat dilihat dari kegiatan
ungkapan bermain dan kegiatan seni (art). Siswa Sekolah Dasar sudah
menyadari aturan dari suatu permainan, bahkan siswa pada usia itu sudah mulai
membina hobinya. Dalam dirinya sudah timbul keinginan menjadi orang yang
terkenal. Misalnya, sudah mulai belajar musik, bernyanyi, olah raga bahkan bela
diri.
g. Aspek-aspek Intelegensi
Dalam psikologi, teori Gardner (Utami Munandar, 1999, 265) membedakan
jenis inteligensi. Dalam kehidupan sehari-hari inteligensi itu tidak berfungsi
dalam bentuk murni tetapi setiap individu memiliki campuran yang unik dari
ketujuh intelegensi tersebut. Aspek-aspek inteligensi tersebut dapat
ditumbuhkembangkan pada setiap siswa. Aspek inteligensi tersebut di antaranya
adalah:
1) Inteligensi linguistik, yaitu suatu kemampuan untuk menggunakan bahasa,
termasuk kepekaan terhadap suara, ritme, makna kata-kata, dan kegunaan
fungsi-fungsi bahasa.
2) Inteligensi logis-matematis, yaitu kemampuan untuk menjajaki polapola,
kategori, dan hubungan-hubungan dengan manipulasi objek-objek atau
simbol-simbol, dan kepekaan kemampuan berpikir logis.
3) Inteligensi spasial, yaitu kemampuan untuk mengamati secara mental,
memanipulasi bentuk dan objek, atau kemampuan mempersepsi dunia ruang
visual secara akurat dan melakukan transformasi persepsi tersebut.
4) Inteligensi musik, yaitu kemampuan untuk menikmati, mempertunjukkan
atau mengubah musik termasuk kemampuan menghasilkan dan
mengekspresikan ritme nada dan bentuk-bentuk ekspresi musik.
5) Inteligensi fisik-kinestetik, yaitu kemampuan untuk menggunakan
keterampilan motorik halus dan kasar dalam olah raga, seni, dan
produkproduk seni pertunjukan serta keterampilan meliputi kemampuan
mengontrol gerakan tubuh dan menangani objek-objek secara terampil.
6) Inteligensi Intrapribadi, yaitu kemampuan untuk memperoleh akses
terhadap pemahaman perasaan, impian dan gagasan-gagasan diri sendiri, dan
memahami kekuatan maupun kelemahan diri sendiri
7) Inteligensi interpribadi, yaitu suatu kemampuan mengamati dan merespons
suasana hati, temperamen, dan motivasi orang lain, serta memahami
hubungan dengan orang lain.

h. Aspek Kebutuhan Siswa


Selain aspek perkembangan siswa yang telah dikemukakan di atas juga perlu
dipertimbangkan aspek kebutuhan siswa sebagai bahan pertimbangan untuk
menentukan materi apa yang akan dipelajari siswa. Secara umum ada dua
kebutuhan siswa: 1) psiko-biologis yang dinyatakan dalam keinginan, minat,
tujuan, harapan, dan masalahnya: 2) sosial yang berkaitan dengan tuntutan
lingkungan masyarakat, biasanya menurut pandangan orang dewasa.

G. Karakteristik Pembelajaran di Sekolah Dasar


1. Karakteristik Pembelajaran di Kelas Rendah
Pembelajaran di kelas rendah dilaksanakan berdasarkan rencana pelajaran
(silabus) yang telah dikembangkan oleh guru. Pembelajaran konkret lebih sesuai
diberikan pada siswa kelas rendah (kelas 1, 2, 3) di Sekolah Dasar. Proses
pembelajaran ini harus dirancang oleh guru sehingga kemampuan siswa, bahan ajar,
proses belajar dan sistem penilaian sesuai dengan taraf perkembangan siswa.
Banyak strategi belajar yang dapat digunakan dalam proses belajar di kelas
rendah Sekolah Dasar, di antaranya adalah ceramah, tanya jawab, latihan atau drill,
belajar kelompok, observasi atau pengamatan. Penggunaan atau pemilihan strategi
belajar harus mempertimbangkan variabel-variabel yang terlibat dalam suatu proses
belajar-mengajar.
Dalam pengembangan kreativitas siswa proses pembelajaran dapat diarahkan
supaya siswa melakukan kegiatan kreativitas yang sesuai dengan tingkat
perkembangannya, misalnya memecahkan permasalahan melalui permainan sehari-
hari. Di bawah ini adalah beberapa contoh kegiatan belajar, yang dapat dilakukan
siswa Sekolah Dasar di kelas rendah.
a. Menggolongkan peran anggota keluarga.
b. Menerapkan ctika dan sopan santun di rumah, sekolah dan di lingkungan.
c. Menggunakan kosa kata geografi untuk menceritakan tentang tempat.
d. Menceritakan cara memanfaatkan uang secara sederhana melalui jual beli barang
dan menabung.
e. Menceritakan masa kecilnya melalui bantuan foto maupun dari cerita orang
tuanya. Melakukan mekanika tubuh yang baik dalam duduk, berdiri, dan
berjalan.
f. Melakukan latihan dalam meningkatkan kualitas fisik-motorik. Memperagakan
rangkaian gerak (ritmik) dengan musik.
g. Mengekspresikan gagasan imajinasi unsur bunyi dan gerak melalu kegiatan
eksplorasi dalam bernyanyi dan menari.
h. Mengekspresikan gagasan artistik melalui kegiatan bernyanyi dan menari.
i. Mengkomunikasikan gagasan dengan satu kalimat.
j. Mengkomunikasikan gagasan sederhana dengan lisan dan tertulss Membaca
nyaring/bersuara teks sederhana # 300 kata.

2. Karakteristik Pembelajaran di Kelas Tinggi


Esensi proses pembelajaran di kelas tinggi (kelas 4, 5, 6) adalah suatu
pembelajaran yang dilaksanakan secara logis dan sistematis untuk membelajarkan
siswa tentang konsep dan generalisasi sehingga penerapannya (menyelesaikan soal,
menggabungkan, menghubungkan, memisahkan, menyusun, menderetkan, melipat,
dan membagi).
Banyak strategi belajar yang dapat digunakan dalam proses belajar di keias
tinggi Sekolah Dasar, di antaranya ceramah, tanya jawab, latihan atau drill, belajar
kelompok, observasi atau pengamatan, inkuiri, pemecahan masalah, dan diskaveri.
Siswa dapat dibimbing dengan menggunakan peeebelajaran konstruktivis yaitu
mencari, menemukan, menggolongkan, menyusun, melakukan, mengkaji dan
menyimpulkan sendiri atau berkelompok dari substansi yang dipelajarinya.
Di bawah ini ada beberapa contoh kegiatan belajar yang dapat dilakukan
siswa di kelas tinggi Sekolah Dasar yaitu sebagai berikut:
a. Mendeskripsikan aturan-aturan yang berlaku di keluarga.
b. Membandingkan kelompok-kelompok sosial di masyarakat.
c. Menyajikan hubungan antara sumber daya alam dengan kegiatan ekonomi
setempat. Melakukan diskusi kelompok tentang jual-beli.
d. Menafsirkan peninggalan-peninggalan sejarah. Melakukan latihan untuk
meningkatkan kualitas fisik-motorik.
e. Memperagakan berbagai keterampilan yang dihubungkan dengan keselamatan
diri.
f. Memperagakan rangkaian gerak dengan alat musik.
g. Melakukan kegiatan penjelajahan ke perkampungan di sekitar sekolah.
h. Mencoba mengubah pola gerak dari irama dalam rangkaian variasi gerak.
i. Mendesain model konstruksi.
j. Mencari, menemukan, memilih informasi dari lingkungan sekitar sekolah.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Belajar memiliki tiga atribut pokok yaitu: Belajar merupakan proses
mental dan emosional atau aktivitas pikiran dan perasaan. Hasil belajar
berupa perubahan perilaku, baik yang menyangkut kognitif, psikomotorik,
maupun afektif. Belajar berlangsung melalui pengalaman, baik pengalaman
langsung maupun pengalaman tidak langsung. Dengan kata lain belajar
terjadi di dalam interaksi dengan lingkungan. Supaya belajar terjadi secara
efektif perlu diperhatikan beberapa prinsip Motivasi, Perhatian atau
pemusatan energi psikis, Aktivitas, Balikan, Perbedaan individual.
Faktor – faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih strategi
pembelajaran adalah tujuan pembelajaran, jenis dan tingkat kesulitan materi
pelajaran, sarana, waktu yang tersedia, siswa, dan guru. Keberhasilan belajar
sangat dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya faktor dari dalam diri siswa
diantaranya kecakapan, minat, bakat, usaha, motivasi, perhatian, kelemahan
dan kesehatan, serta kebiasaan siswa. Faktor dari luar diri siswa diantaranya
adalah lingkungan fisik dan nonfisik (termasuk suasana kelas dalam belajar),
lingkungan sosial budaya, lingkungan keluarga, program sekolah (termasuk
dukungan komite sekolah), guru, pelaksanaan pembelajaran, dan teman
sekolah.

B. Saran
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam isi makalah ini
yang perlu untuk diperbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya
pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan untuk
perbaikan ke depannya.
DAFTAR PUSTAKA

Dahar, R. W. (1989). Teori-teori belajar. Jakarta: Erlangga.

Gagne, R. M., Briggs, L. J., & Wager, W. W. (1992). Principles of instructional


design (4"ed). Orlando, FL: Harcourt Brace Jovanovich.

Gagne, R.M. (1985). The conditions of learning and theory af instruction (ga ed).
Orlando, FL: Holt, Rinehart and Winston.

Glesser, William. (1985). Control Theory in The Classroom. New York: Harper and
Winston.

Hamalik, O. (1986). Strategi belajar-mengajar. Bandung: Pustaka Martina.

Hamalik, O. (1990). Pendekatan Baru Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA.


Bandung: Sinar Baru.

Houston, W. R, Clift, R.T. Freiberg, H. J, Warner A. R. (1988). Touch The Future


Teach. St. Paul: West Publishing Co.

Joni, T. R. (1980). Strategi belajar-mengajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan.

Joni, T. R. (1982). Strategi Belajar-Mengajar. Dirjen Dikti.

Joni, T. R. (1992/1993). Pendekatan cara belajar siswa aktif: Acuan konseptual


Peningkatan mutu kegiatan belajar-mengajar. Naskah disiapkan untuk
Penataran Penyesuaian Kemampuan Tenaga Akademik FKIP Universitas
Terbuka.

Killen, R. (1998). Effective teaching strategies. Australia: Social Sience Press.

Nasution, S. (1982). Belajar dan mengajar. Jakarta: Bina Aksara. Sudiarto. (1990).
Strategi Pembelajara., Dirjen. Dikti, Jakarta.

Nasution, S. (1982). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Bumi
Angkasa.

Semiawan, C., dkk. (1987). Pendekatan Keterampilan Proses. Gramedia.

Steven, R.J. & Slavin, RE. (1995). The Cooperative Elementary School: Effect on
Student Achivement, Attitudes, and Social Relations. American Educational
Research Journal, 32, 321-351.

Sujana, Nana, (1989). Dasar-dasar Proses Belajar-Mengajar. Bandung: Sinar Baru.


Surya, M. (2003). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Yayasan
Bhakti Winaya.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Republik
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai