Anda di halaman 1dari 31

Kelompok 5

Model, Strategi, dan Metode Pembelajaran

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Inovasi Pembelajaran

Dosen Pengampu : Era octafiona, M.Pd.

Di Susun Oleh :

PAI/J/Semester 5

Siti Annisa : 1811010240

Tata Nurlatifah : 1811010182

Tesya Nur Oktavia : 1811010146

Yoyon Mauladi : 1811010148

Zu’ama Anggun Larasati : 1811010051

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
1442 H/ 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur dengan hati dan pikiran yang tulus kehadirat Allah SWT, karena berkat
nikmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tugas makalah ini
dengan baik tanpa ada halangan apapun. Shalawat dan salam kita haturkan kepada Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya yang setia mengorbankan jiwa raga dan
lainnya untuk tegaknya syi’ar islam, yang pengaruh dan manfaatnya hingga kini masih terasa.

Selanjutnya, saya ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu,


terutama kepada dosen pengampu mata kuliah ini yakni Miss Era Octafiona, M.Pd. Makalah
ini disusun dalam rangka untuk menambah wawasan serta dalam rangka memenuhi tugas
mata kuliah Inovasi Pembelajaran. Saya sadari bahwa makalah ini masih banyak memiliki
kekurangan, baik dari segi isinya, bahasa, analisis, dan lain sebagainya. Untuk ini, saran dan
kritik pembaca dengan senang hati akan penulis terima, diiringi ucapan terimakasih.

Bandar lampung, 8 April 2021

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan Penelitian..................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Model Pembelajaran.............................................................................2
B. Strategi Pembelajaran...........................................................................5
C. Metode Pembelajaran...........................................................................10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...........................................................................................27

DAFTAR PUSTAKAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era globalisasi aspek kehidupan dituntut untuk terus maju dan berkembang dengan cepat.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia terus diupayakan dan dikembangkan
seiring dengan perkembangan jaman yang semakin global. Peningkatan sumber daya
manusia juga berpengaruh terhadap dunia pendidikan. Pendidikan merupakan ujung tombak
dalam pengembangan sumber daya manusia harus bisa berperan aktif dalam meningkatkan
kualitas dan juga kuantitas. Upaya pengembangan tersebut harus sesuai dengan proses
pengajaran yang tepat agar anak  didik dapat merima didikan dengan baik.

Untuk dapat mengembangkan model pembelajaran yang efektif maka setiap guru harus
memiliki pengetahuan yang memadai berkenaan dengan konsep dan cara-cara
pengimplementasikan model-model, metode, dan strategi pembelajaran dalam proses
pembelajaran titik model pembelajaran yang efektif memiliki keterkaitan dengan tingkat
pemahaman guru terhadap pengembangan dan kondisi siswa di kelas. Demikian juga
pentingnya pemahaman guru terhadap sarana dan fasilitas sekolah yang tersedia, kondisi
kelas dan beberapa faktor lain yang terkait dengan pembelajaran titik tanpa pemahaman
terhadap berbagai kondisi ini, model yang dikembangkan guru cenderung tidak dapat
meningkatkan peran serta siswa secara optimal dalam pembelajaran, dan pada akhirnya tidak
dapat memberi sumbangan yang besar terhadap pencapaian hasil belajar siswa.
Mempertimbangkan pentingnya hal diatas maka kami sebagai calon pendidik akan
membahas beberapa model, metode, dan strategi pembelajaran secara mendalam.

B. Rumusan Masalah
1. Apasajakah Model Pembelajaran?
2. Apasajakah Strategi Pembelajaran?
3. Apasajakah Metode Pembelajaran?
C. Tujuan
1. Agar mengetahui Model Pembelajaran
2. Agar mengetahui Stategi Pembelajaran
3. Agar mengetahui Metode Pembelajaran

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial.
Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan,
termasuk di dalamnya tujuan pengajaran,tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran,
lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.
Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi perancang dan para guru dalam
melaksanakan pembelajaran. Untuk pemilihan model ini sangat dipengaruhi dari sifat dan
materi yang akan diajarakan, juga dipengaruhi olehtujuan yang akan dicapai dalam
pengajaran tersebut serta tingkat kemampuan peseta didik. Di samping itu pula, setiap model
pembelajaran selalu mempunyai tahapan-tahapan (sintaks) oleh peserta didik dengan
bimbinganguru. Antara sintaks yang satu dengan sintaks yang lain juga mempunyai
perbedaan. Perbedaan-perbedaan ini berlangsung di antara pembukaan dan penutup yang
harus dipahami oleh guru supaya model-model pembelajaran dapat dilaksanakan dengan
berhasil.1

Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode
atau prosedur. Model pengajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh
strategi, metode atau prosedur. Ciri tersebut antara lain: 1) rasional teoretik logis yang
disusun oleh para pencipta atau pengembangnya; 2) landasan pemikiran tentang apa dan
bagaimana peserta didik belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai); 3)tingkah laku
mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil; 4)
lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.2

Model fungsi pembelajaran adalah guru dapat membantu peserta didik mendapatkan
informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran

1
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu; Konsep, Strtegi dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2014), hlm. 51-54
2
Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta:Ar-Ruzz Media,2014),
hlm.24

2
berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam
merencanakan aktivitas belajar mengajar.3

Model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut :


 Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu. Model ini dirancang
untuk melatih partisipasi dalam kelompok secara demokratis..
 Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu, misalnya model berpikir induktif
dirancang untuk mengembangkan proses berpikir induktif.
 Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas, misalnya
model synectic dirancang untuk memperbaiki kreativitas dalam pelajaran mengarang.
 Memiliki bagian-bagia model yang dinamakan: (1) urutan langkah-langkah
pembelajaran, (2) adanya prinsip-prinsip reaksi, (3) sistem sosial, dan (4) sistem
pendukung. Keempat bagian tersebut merupakan pedoman praktis bila guru akan
melaksanakan suatu model pembelajaran.
 Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak tersebut meliputi:
(1) dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur, (2) dampak pengiring,
yaitu hasil belajar jangka panjang.
 Membuat persiapan mengajar (desain intruksional) dengan pedoman model pembelajaran
yang dipilihnya.4

Berikut ini dipaparkan beberapa model pembelajaran yang disarikan dari buku Model
Pembelajaran of Teaching karya Joyce dan Weil (2003).

1. Model Pembelajaran Investigasi Kelompok (Joyce dan Weil,2003)


Pembelajaran ini di dasarkan pada proses demokrasi dan keputusan kelompok. Guru
bertindak sebagai fasilitator dengan membantu peserta didik dalam merumuskan rencana,
melaksanakan proses,mengatur kerja kelompok. Peserta didik menentukan jenis
informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah, merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data, serta mengevaluasi hasil yang di peroleh secara berkelompok.

3
Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori & Aplikasinya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm.46
4
Rusman, Model-model Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), hlm.136

3
2. Model Pembelajaran Bermain Peran
Model pembelajaran ini menugaskan guru sebagai pembimbing dala mengarah kan
peserta didik, lalu diskusi dan isi diskusi serta permainan peran sebagian besar ditentukan
oleh peserta didik. Guru menerima respon semua peserta didik tanpa melakukan
penilaian, menolong siswa melakukan eksplorasi permasalahan dari berbagai sudut
pandang, dan membandingkan beberapa pandangan. Tingkatkan kesadaran peserta didik
akan pandangan dan perasaannya dengan melakukan refleksi, menerangkan, dan
merangkum respon peserta didik. Tekankan bahwa ada beberapa alternatif untuk
menyelesaikan permasalahan-permasalahan.
3. Model Pembelajaran Induktif
Model pembelajaran ini, berbasis pada teori kontruksivisme yang berpandangan bahwa
peserta didik mengkonstruksi pengetahuannya dengan melibatkannya dalam belajar
memahami dunia. Model pembelajaran ini terstruktur, namun guru bertindak sebagai
pemicu dan pengontrol aktivitas. Guru menyesuaikan tugas dengan tingkat kognitif
peserta didik dan menentukan kesiapan mereka.
4. Model Pembelajaran Perolehan Konsep (Concept Attaintment)
Terdapat tiga jenis model konsep, yakni : a) model perolehan konsep berorientasi
menerima; b) model Perolehan konsep berorientasi seleksi ; dan c) model materi tidak
terorganisasi. Dalam hal ini, guru mengatur tahapan belajar mendorong interaksi antar
siswa, namun dialog terbuka pada fase akhir. Model ini relatif terstruktur, dimana siswa
memiliki inisiatif melakukan proses induktif ketika memperoleh lebih banyak
pengalaman.5
5. Model Pembelajaran Inkuiri Ilmiah
Model pembelajaran ini, menurut Suchman (1996) adalah suatu pola pembelajaran untuk
membantu peserta didik belajarnya merumuskan dan menguji pendapatnya sendiri serta
memiliki kesadaran akan kemampuannya. Pada umumnya, pembelajaran dimulai dengan
pengajuan suatu masalah atau pertanyaan. Peserta didik perlu berpikir secara logis,
analitis, dan kritis untuk mencari, menyelidiki, dan menemukan jawaban atas masalah
yang di pertanyakan tersebut. Pembelajaran inkuiri pada umumnya memerlukan

5
Ridwan Abdullah Sani, Inovasi Pembeljaran, (Jakarta : PT. Bumi Aksara,2019)hlm.105-112

4
observasi atau eksperimen dalam upaya mencari jawaban atau memecahkan
permasalahan-permasalahan yang di ajukan untuk membuat peserta didik belajar.
6. Model Pembelajaran Latihan Inkuiri
Model Pembelajaran Latihan Inkuiri melibatkan peserta didik aktif belajar menemukan
penyelesaian masalah. Latihan inkuiri memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengembangkan keingintahuannya dan melaksanakan eksplorasi menyelidiki
suatu fenomena. Latihan inkuiri dimulai dengan situasi teka-teki dan peserta didik
dimotivasi dalam menyelidiki permasalahan. Pertanyaan diberikan oleh guru dan di
rancang sedemikian Untuk memotivasi peserta didik untuk belajar. Pertanyaan dirancang
menggunakan metode inkuiri Suchman, yang di jawab : YA atau TIDAK.
7. Model Pembelajaran Ingatan ( Memory)
Dalam model pembelajaran ini mengandalkan kemampuan daya ingatan (memory)
peserta didik, dimana guru membantu peserta didik mengidentifikasi kata kunci, padanan
atau pasangan kata, gambar, dan memberikan saean berdasarkan kerangka berpikir
peserta didik. Peserta didik harus mengenal unsur utama dalam uapaya menyimpan
ingatan.
8. Model Pembelajaran Sinetik
Model ini cukup terstruktur, guru memulai fase, namun peserta didik sering memberikan
respon. Guru mendorong keaktifan peserta didik, mendorong keterbukaan dan ekspresi
kreatif memilih analogi yang membantu peserta didik di alam mengembangkan
kemampuan berpikirnya. 6
9. Model Pembelajaran Advance Organizer
Model Pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan teori David P. Ausubel tentang
belajar verbal bermakna. Teori tersebut berkaitan dengan organisasi pengetahuan, yakni
bagaimana proses berpikir dalam mengolah informasi baru. Ausubel memikirkan cara
menolong guru dalam menyampaikan informasi yang banyak dan bermakna, dimana guru
bertindak sebagai penceramah.
10. Model Pembelajaran Tanpa Arahan
Pada model pembelajaran ini guru bertindak sebagai fasilitator dan peserta didik memulai
mendiskusikan permasalahan. Guru memberikan suatu penghargaan dan tidak

6
Ibid.hlm.119

5
memberikan hukuman, penghargaan tersebut dapat berupa penerimaan empati dan
pemahaman oleh guru.
11. Model Pembelajaran Langsung (direct instruction)
Model pembelajaran ini sangat terstruktur dimana, guru memandu peserta didik melalui
contoh latihan, peserta didik mengerjakan latihan secara berkelompok. Lalu, peserta didik
mengikuti latihan dengan bimbingan guru, dan selanjutnya peserta didik melakukan
latihan tanpa arahan/ bantuan dari guru.
12. Model Pembelajaran Simulasi
Struktur pembelajaran oleh guru dengan memilih materi dan mengarahkan simulasi,
lingkungan belajar bersifat interaktif tanpa ada ancaman/tekanan. Guru mengatur
simulasi, menjelaskan permainan, menjaga aturaan, melatih, dan berdiskusi dengan
pemeran. Guru mendukung peran, mengamati, dan membantu peserta didik mengatasinya
masalah yang muncul.
13. Model Pembelajaran Inkuiri Yurisprudensi ( Yurisprudential Inquiry )
Model ini dirancang untuk mempelajari masalah sosial dengan menggunakan studi kasus
menggunakan pendekatan hukum. Studi kasus yang dapat dibahas mungkin merupakan
masalah sosial di daerah-daerah dimana kebijakan publik harus dilakukan (keadilan dan
kesetaraan, kemiskinan, kekuasaan), peserta didik dituntut untuk mengidentifikasi
kebijakan publik, dan isu-isu terkait permasalahan yang ada di masyarakat.7
14. Model pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif atau cooperative learning adalah suatu model
pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan. kegiatan belajar
mengajar yang berpusat pada peserta didik (student oriented), terutama untuk mengatasi
permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan peserta didik, yang tidak dapat
bekerja sama dengan orang lain, peserta didik yang agresif dan tidak peduli pada yang
lain.8

Deskripsi rinci tentang variasi pembelajaran kooperatif tersebut adalah sebagai berikut.

7
Ibid.hlm.121-128
8
Isjoni, Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok, (Bandung, Alfabera, 2011),
hlm. 16

6
a. Student team-achievement divisions (STAD)
Pembelajaran kooperatif tipe STAD memadukan penggunaan metode ceramah, Tanya
jawab, dan diskusi. Model ini dapat diterapkan untuk mata pelajaran matematika,
sains, bahasa, dan ilmu pengetahuan social. Model ini dikembangkan berdasarkan
metode yang dikembangkan oleh slavin, dimana sekitar empat atau lima orang peserta
didik yang heterogen berada dalam satu kelompok. Pembelajaran dimulai dengan
penyampaian materi pelajaran biasanya secara ceramah/diskusi. Peserta didik harus
mengetahui apa yang akan dipelajari dan kenapa hal tersebut penting untuk
dipelajari.setiap kelompok diberi tugas dan semua peserta didik harus menguasai
materi yang akan diberikan karena akan berkontribusi terhadap nilai kelompok.9
b. Team games tournament (TGT)
Model ini dikembangkan berdasarkan metode yang dikembangkan oleh DeVries dan
Slavin, dengan menugaskan kelompok untuk bekerja atau berdiskusi memahami
informasi dan latihan sebelum berkompetisi dengan kelompok lainnya dalam
turnamen.
Model pembelajaran TGT memiliki tipe yang hamper sama dengan STAD.
Pembelajaran TGT melibatkan aktivitas seluruh peserta didik tanpa harus ada
perbedaan status, melibatkan peran peserta didik sebagai tutor teman sebaya, dan
mengandung unsur permainan dan penguatan (reinforcement). Pembelajaran TGT
memberi peluang kepada peserta didik untuk belajar lebih rileks disamping
menumbuhkan tangngung jawab, kerjasama, persaingan sehat , dan keterlibatan
belajar.10
c. Jigsaw
Model jigsaw dikembangkan berdasarkan metode yang dikembangkan oleh aronson
dan koleganya. Kelompok belajar dibagi dalam dua kategori, yakni kelompok ahli
(expert group) dan kelompok asal (home group). Guru memberikan permasalahan
kepada kelompok asal , kemudian peserta didik dipecah kedalam kelompok ahli.
Pembagiak kelompok mengikuti pola sebagai berikut:

9
Ridwan Abdullah Sani, Inovasi Pembeljaran,…… h. 134
10
Ibid., h. 135

7
Pembagian anggota kelompok dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ditentukan
berdasarkan kemampuan peserta didik yang dapat dievaluasi melalui tes awal. Hasil
tes awal juga digunakan untuk mengukur skor perkembangan individu serta
sumbangan anggota kelompok terhadap kemajuan kelompoknya. Kemajuan
kelompok dihitungn berdasarkan rata-rata perkembangan skor individu dari setiap
anggota kelompoknya.
d. Investigasi berkelompok (group investigation)
Model ini dikembangkan berdasarkan metode yang dikembangkan oleh Sharan dan
Lazarowitz, yang focus pada upaya penyelesaian masalah secara berkelompok.
Prosedur pembelajaran mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1) Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen
2) Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok
3) Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat tugas satu
materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain.
4) Masing-masing kelompok membahas materi yang diberikan secara kooperatif
yang bersifat penemuan
5) Setelah selesai diskusi, juru bicara kelompok menyampaikan hasil pembahasan
kelompok
6) Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberikan kesimpulan
7) Guru melakukan evaluasi melalui beberapa tekhnik, misalnya: penilaian diri
peserta didik, penilaian teman sejawat, lembar pengamatan, dan sebagainya.

15. Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning)


Pembelajaran berbasis masalah (PBL) akan dapat membantu peserta didik untuk
mengembangkan keterampilan berfikir dan mengatasi masalah, mempelajari peran-peran
orang dewasa, dan menjadi pembelajar mandiri (Arends, 2007)

8
Hasil belajar

Keterampilan penyelidikdn
dan mengatasi masalah
Prilaku dan keterampilan
Pembelajaran social sesuai peran orang
berbasis dewasa
Keterampilan untuk belajar
masalah
secara mandiri

Problem based learning (PBL) merupakan pembelajaran yang penyampaiannya dilakukan


dengan cara menyajikan suatu permasalahan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan,
memfasilitasipenyelidikan, dan membuka dialog.11

Aktifitas pembelajaran berbasis masalah pada umumnya mengikuti pola sebagai berikut:

Proses Yang Dialami Peserta Didik Peran Guru

Berhadapan dengan Menanyakan pengalaman peserta


masalah didik, dan menggali permasalahan
konstektual yang terkait dengan materi
pembelajaran
Mengelompokkan peserta didik
Menelaah Membantu peserta didik memahami
informasi yang permasalahan
diketahui dan tidak
diketahui Memfasilitasi peserta didik dalam
mengakses informasi dan sumber daya
yang dibutuhkan
Menekankan bahwa kemungkinan
Mengembangkan jawaban lebih dari satu
solusi yang
mungkin
Mengobservasi peserta didik dan
memberikan dukungan yang dibutuhkan
Memilih solusi yang Memberikan umpan balik
paling efisien dan
11
Ibid., h. 140
efektif
9
Variasi tahapan PBL yang dikembangkan oleh Moust dan kawan-kawan adalah:
a. Mengklasifikasikan konsep yang belum jelas
b. Mendefinisikan permasalahan
c. Menganalisis permasalahan
d. Diskusi
e. Merumuskan tujuan belajar
f. Belajar mandiri
g. Evaluasi
Contoh tugas-tugas yang dapat diselesaikan melalui pembelajaran berbasis masalah, sebagai
berikut:
1) Mengatasi masalah pencemaran air di lingkungan sekitar yang mengganggu sawah
masyarakat
2) Menyelidiki fenomena lumpur lapindo dan megusulkan penyelesaian masalah yang
mungkin diterapkan (khusus untuk sekolah di wilayah jawa timur sekitar bencana
lapindo)
3) Mempelajari fenomena terjadinya tawuran siswa sekolah dan upaya mengatasinya
4) Menganalisis permasalahan banjir di sebuah kota dan mengajukan solusi yang relevan
5) Menyelidki factor-faktor penyebab menyebarnya sebuah penyakit dan upaya
penanggulangannya
6) Mengembangkan pupuk organic dari bahan alam yang tersedia di lingkungan sekitar
untuk mengatasi kesulitan petani lokal dalam merawat tanaman padi.12

B. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan
siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efesien. Dilain pihak Dick &
Carey menyatakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur
pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada
siswa.13

12
Ibid., hlm. 146
13
Darmadi, Optimalisasi Strategi Pembelajaran: inovasi tiada henti untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil
belajar peserta didik, (Bogor : GUEPEDIA, 2018 ) hlm. 75.

10
Strategi pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan cara komunikasi guru dengan
peserta didik, yakni strategi tatap muka dan pembelajaran jarak jauh. Strategi pembelajaran
juga dapat dibedakan secara jelas, namun implementasinya dapat terjadi penggunaan strategi
dalam sebuah pembelajaran. Pemilihan strategi pembelajaran pula tidak terlepas dari
kurikulum yang digunakan dan karakteristik peserta didik. Berikut adalah beberapa strategi
pembelajaran:
1. Strategi Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
Strategi pembelajaran langsung merupakan pembelajaran yang banyak diarahkan oleh
guru. Strategi ini efektif untuk menentukan informasi atau membangun keterampilan
Tahap demi tahap. Pembelajaran Langsung biasanya bersifat deduktif kelebihannya
mudah untuk direncanakan dan digunakan sedangkan kelemahan utamanya dalam
mengembangkan kemampuan-kemampuan, proses-proses, dan sikap yang dipergunakan
untuk pemikiran kritis dan hubungan interpersonal serta belajar kelompok. Agar peserta
didik dapat mengembangkan sikap dan pemikiran kritis strategi pembelajaran langsung
perlu dikombinasi dengan strategi pembelajaran lainnya.14
2. Strategi Pembelajaran Tidak Langsung (Indirect Instruction)
Strategi ini sering disebut induktif. Berlawanan dengan strategi pembelajaran langsung,
pembelajaran tidak langsung umumnya berpusat pada peserta didik meskipun dua strategi
tersebut saling melengkapi. Peranan guru bergeser sari seseorang penceramah menjadi
fasilitator. Guru mengelola lingkungan belajar dan memberikan kesempatan peserta didik
untuk terlibat. 15
Keuntungan menggunakan strategi ini adalah meningkatkan minat dan rasa ingin tahu
dalam diri peserta didik, serta mengembangkan mereka untuk ilihan penyelesaian
masalah. Kelemahan strategi ini adalah membutuhkan waktu yang banyak, guru kurang
dapat mengontrol semua proses pembelajaran, dan hasil yang didapatkan tidak sesuai
harapan atau tujuan pembelajaran.16
3. Strategi Pembelajar Interaktif
Menurut Seaman dan Fellenz menjelaskan bahwa Strategi pembelajaran interaktif atau
Interactive learning merujuk pada bentuk diskusi dan saling berbagi akan memberikan

14
Lidia Susanti, Stratetgi Pembelajaran berbasis Motivasi, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2020) hlm. 48
15
Ibid., hlm. 48.
16
Ridwan Abdullah Sani, Inovasi Pembelajaran,…..h. 148

11
kesempatan kepada siswa untuk memberikan reaksi terhadap gagasan, pengalaman,
pandangan, dan pengetahuan guru atau kelompok, serta mencoba mencari alternative
dalam berfikir.17
Strategi pembelajaran interaktif dikembangkan dalam rentang pengelompokan dan
metode-metode interaktif, yang di dalamnya terdapat bentuk-bentuk diskusi kelas, diskusi
kelompok kecil atau pengerjaan tugas berkelompok, dan kerjasama siswa secara
berpasangan.18
Pengembangan pembelajaran interaktif dapat dilakukan guru pada semua pokok bahasan,
dengan syarat harus memerhatikan 9 (Sembilan) hal, yaitu; motivasi, pemusatan
perhatian, latar belakang siswa, konteksitas materi pelajaran, perbedaan individual siswa,
belajar sambil bermain, belajar sambal bekerja, belajar menemukan dan memecahkan
permasalahan, serta hubungan social.
Secara umum dapat dikemukakan bahwa kelebihan penerapan strategi interactive learnng
antara lain :
 Siswa dapat mengembangkan segala potensi yang ada pada dirinya dandapat
meningkatkan daya ingat dalam proses belajar mengajar
 Siswa terlatih untuk aktif menggunakan kemampuan menganalisis, berfikir kreatif, dan
menumbuhkan rasa percaya diri, serta komunikas.19

Adapun kekurangan dari strategi ini, antara lain:

 Strategi ini sangat bergantung bagaimana kecakapan guru dalam menyusun dan
mengembangkan dinamika belajar mengajar.
 Kekuatan, dan respon tingkat kemampuan kognisi peserta didik sangat mempengaruhi
dinamika belajar mengajar.
4. Strategi Pembelajaran Eksperensial (Experential Learning)

17
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: TP Remaja Rosdakarya, 2014), hlm. 6
18
Isjoni, Pembelajaran Kooperatif : Meningkatkan Kecerdasan komunikasi Antar Peserta Didik, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 92.
19
Husamah & Yanur Setyaningrum, Desain Pembelajaran Berbasis Pencapaian Kompetensi: Panduan dalam
Merancang Pembelajaran untuk Mendukung Implementasi Kurikulum 2013 (Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2013),
hlm. 171

12
Experiential learning adalah suatu model proses belajar mengajar yang mengaktifkan
pembelajar untuk membangun pengetahuan dan keterampilan melalui pengalamannya
secara langsung.20
Menurut Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, experiential learning dapat didefinisikan
sebagai tindakan untuk mencapai sesuatu berdasarkan pengalaman yang secara terus-
menerus mengalami perubahan guna meningkatkan keefektifan dari hasil belajar itu
sendiri.21
Dari definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa strategi experiential learning adalah
aktitas yang dilakukan oleh guru dan siswa untuk perwujudkan kegiatan belajar-mengajar
belajar sebagai proses mengkonstruksi pengetahuan melalui transformasi pengalaman,
dimana pembelajaran ini mengacu pada proses belajar yang melibatkan siswa secara
langsung dalam masalah atau materi yang sedang dipelajari. Sehingga strategi
experiential learning merupakan salah satu strategi yang mengaktifkan siswa karena
berorientasi pada aktivitas belajar.
Adapun prinsip dasar experiential learning atau prosedur pembelajaran dalam
experiential learning terdiri dari 4 tahapan, yaitu: a) tahap pengalaman nyata (concrete
experience), b) tahap observasi refleksi (reflective observasion), c) tahap konseptualisasi
(abstract conceptualization), d) tahap implementasi.22
Pada strategi ini berfokus pada proses belajar bukan pada hasil belajar. Guru dapat
menggunakan pembelajaran eksperensial di kelas atau di luar kelas pada pembelajaran ini
fokus proses pada proses belajar. 23
5. Strategi Pembelajaran Mandiri
Strategi pembelajaran mandiri merupakan strategi yang bertujuan untuk membangun
inisiatif individu, kemandirian, dan peningkatan kemampuan diri.24
Strategi pembelajaran Mandiri merupakan strategi untuk mengembangkan inisiatif
peserta didik secara individual, rasa percaya diri dan pengembangan diri peserta didik
titik belajar mandiri dapat dimulai oleh peserta didik atau dengan bantuan guru, di mana

20
Majid, Belajar dan pembelajaran,….... hlm.181
21
Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2006), hlm. 165.
22
Abdul Majid, Op.Cit, hlm. 182.
23
Ridwan Abdullah Sani, Inovasi Pembelajaran,…… hlm. 154
24
Abdul majid,OpCit. hlm. 102

13
guru memandu dan memantau perkembangan belajar yang dilakukan oleh peserta didik
secara mandiri.25
Pembelajaran Mandiri memungkinkan peserta didik untuk mampu belajar sepanjang
hayat tetap melakukan antisipasi terhadap perubahan di dunia kerja keluarga dan
masyarakat. Strategi ini dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan peserta
didik dalam membuat keputusan yang bertanggung jawab, menganalisis permasalahan,
melakukan refleksi, dan melakukan tindakan yang bermanfaat . Belajar mandiri dapat
diterapkan untuk melengkapi strategi pembelajaran yang lain, atau sebagai sebuah
strategi tersendiri dalam mempelajari sebuah bahan ajar misalnya dengan menggunakan
modul belajar titik kemandirian peserta didik merupakan faktor penting dalam proses
belajar secara mandiri sumber belajar yang sesuai merupakan faktor penting lainnya
dalam strategi pembelajaran Mandiri titik guru juga harus mempersiapkan dan
memfasilitasi penggunaan sumber belajar atau bahan ajar Mandiri serta membantu
peserta didik untuk dapat menggunakan bahan ajar tersebut.26
6. Strategi Belajar Tuntas
Strategi belajar tuntas (mastery learning) merupakan strategi yang banyak diterapkan
dalam pembelajaran. Strategi ini juga telah dijadikan sebuah model pembelajaran. Belajar
tuntas dilakukan dengan asumsi bahwa semua peserta didik mampu belajar dengan baik
dalam kondisi yang tepat, dan memperoleh hasil yang maksimal terhadap seluruh materi
yang dipelajari.
Strategi belajar tuntas menerapkan beberapa prinsip sebagai berikut:
a. Tes dilaksanakan secara teratur untuk memperoleh balikan terhadap bahan yang
diajarkan sebagai alat untuk mendiagnosis kemajuan.
b. Peserta didik baru dapat melangkah pada pelajaran berikutnya setelah benar-benar
menguasai bahan pelajaran yang sebelumnya sesuai dengan patokan yang ditentukan.
c. Dilakukannya pelayanan bimbingan dan konseling terhadap peserta didik yang gagal
mencapai taraf penguasaan penuh melalui remedial.27

7. Strategi Pembelajaran Partisipatif

25
Abdullah, Inovasi Pembelajaran…., hlm. 155.
26
Ibid., hlm. 156
27
Ibid., hlm. 157

14
Strategi pembelajaran partisipatif mengacu pada konsep strategi partisipatif yang
dikemukakan Sudjana (2000 dan 2001), yakni upaya pendidik untuk mengikutsertakan
peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Keikutsertaan peserta didik itu diwujudkan
dalam tiga tahapan kegiatan pembelajaran, yaitu perencanaan program (program
planning), pelaksanaan (program implemention), dan penilaian (program evaluation)
kegiatan pembelajaran.

Strategi pembelajaran partisipatif dilakukan dengan prinsip antara lain:


a. Menciptakan suasana yang mendorong peserta didik untuk saya belajar.
b. Membantu peserta didik menyusun kelompok agar siap belajar dan membelajarkan .
c. Membantu peserta didik untuk mendiagnosis dan menemukan kebutuhan belajarnya.
d. Membantu peserta didik menyusun tujuan belajar tema membantu peserta didik
merancang pola-pola pengalaman belajar membantu peserta didik melakukan
kegiatan belajar.
e. Membantu peserta didik melakukan evaluasi diri terhadap proses dan hasil belajar.28

C. Metode Pembelajaran
Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang ditempuh.
Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat
memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti
sebagai alat untuk mencapai tujuan. Pengetahuan tentang metode-metode mengajar sangat
diperlukan oleh para pendidik, sebab berhasil atau tidaknya siswa belajar sangatbergantung
pada tepat atau tidaknya metode mengajar yang digunakan oleh guru. Jadi Metode
Pembelajaran adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas yang
tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling
berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan denganbaik
dalam arti tujuan pengajaran tercapai.

Pembelajaran harus dipilih dan dikembangkan untuk meningkatkan aktivitas dan kreativitas
peserta didik. Tiap metode tidak berdiri sendiri tanpa terlibatnya metode lain. Berikut
dikemukakan beberapa metode pembelajaran yang dapat dipilih oleh guru.

28
Ibid., hlm. 158

15
1. Metode Ceramah
Metode ceramah (preaching method) adalah sebuah metode mengajar dengan
menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa atau
peserta didik, yang pada umumnya mengkuti secara pasif. Metode ceramah dapat
dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk penyampaian
informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan buku dan alat bantu peraga.
Metode ini bersifat terpusat, sehingga menghasilkan komunikasi yang searah, yaitu
proses penyampaian informasi dari pengajar kepada peserta didik, sementara proses
belajar yang baik adalah adanya interaksi dalam melakukan suatu kegiatan, sehingga
terjadi proses belajar yang efektif dan menyenangkan, serta tujuan pembelajaran pun
dapat tercapai dengan baik.
Metode ceramah merupakan metode yang paling banyak dipakai oleh peserta didik. Hal
ini mungkin dianggap oleh guru sebagai metode mengajar yang paling mudah
dilaksanakan. Jika bahan pelajaran dikuasai dan sudah ditentukan urutan
penyampaiannya, guru tinggal menyajikannya di depan kelas. Murid-murid
memperhatikan guru berbicara, mencoba menangkap apa isinya dan membuat
catatan. Kelebihan Metode Ceramah:
 Dapat menampung banyak siswa, sehingga setiap siswa mempunyai kesempatan yang
sama untuk mendengarkan si pengajar, dan biaya pun menjadi relatif lebih murah.
 Guru dapat memberikan tekanan terhadap hal-hal yang dianggap penting, sehingga
waktu dan energi dapat digunakan se efektif mungkin.
 Dapat menyelesaikan kurikulum/silabus dengan lebih mudah dan lebih cepat.

Kekurangan metode ceramah adalah


 Kegiatan belajar mengajar akan mejadi tidak efektif, bahkan membosankan, karena
tidak adanya interaksi dalam kegiatan itu. Terlalu banyaknya materi yang di
ceramahkan (disampaikan) akan membuat si anak tidak mampu menguasai semua
materi.
 Pembelajaran melalui ceramah, cenderung lebih mudah terlupakan dibanding dengan
belajar dengan melakukan (learning to do).

16
 Sistem pembelajaran si anak lebih ke arah hafalan (rote learning), sehingga akan
kebingungan bila ditanya pengertian dan asal muasal suatu rumus misalnya dalam
pembelajaran matematik. 29
2. Metode Demonstrasi
Demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk membelajarkan peserta dengan cara
menceritakan dan memperagakan suatu langkah-langkah pengerjaan sesuatu. Demonstrasi
merupakan praktek yang diperagakan kepada peserta. Metode demonstrasi adalah metode
penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang
suatu proses, situasi, atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan.
Berdasarkan pendapat tersebut, bahwa metode demonstrasi digunakan untuk
memperagakan tentang suatu proses, situasi, atau benda tertentu terkait dengan materi
pelajaran yang dipelajari dengan tujuan menyajikan pelajaran dengan lebih konkrit
sehingga  materi pelajaran yang disampaikan akan lebih berkesan bagi siswa dan
membentuk pemahaman yang mendalam  dan sempurna.
Agar pembelajaran dengan menggunakan metode berlangsung secara efektif dan
efisien, ada beberapa yang dapat dilakukan, yaitu :
 Lakukanlah perencanaan yang matang sebelum pembelajaran dimulai. Hal-hal tertentu
perlu dipersiapkan, terutama fasilitas yang akan digunakan untuk kepentingan
demonstrasi.
 Rumuskanlah tujuan pembelajaran dengan metode demonstrasi, dan pilihlah materi
yang tepat untuk didemonstrasikan.
 Buatlah garis besar langkah-langkah demonstrasi, akan lebih efektif jika yang dikuasai
dan dipahami baik oleh peserta didik maupun oleh guru.
 Tetapkanlah apakah demontrasi tersebut akan dilakukan guru atau oleh peserta didik,
atau oleh guru kemudian diikuti peserta didik.

Kelebihan Metode Demonstrasi:


 Perhatian murid dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting oleh guru
sehingga hal yang penting itu dapat diamati.

29
Ridwan Abdullah Sani, Inovasi Pembelajaran,…. ..hlm.162

17
 Dapat membimbing murid ke arah berpikir yang sama dalam satu saluran pikiran yang
sama.
 Ekonomis dalam jam pelajaran di sekolah dan ekonomis dalam waktu yang panjang
dapat diperlihatkan melalui demonstrasi dengan waktu yang pendek.
 Dapat mengurangi kesalaham-kesalahan bila dibandingkan dengan hanya membaca
atau mendengarkan, karena murid mendapatkan gambaran yang jelas ari hasil
pengamatannya.
 Karena gerakan dan proses dipertunjukkan maka tidak memerlukan keterangan-
keterangan yang banyak.
 Beberapa persoalan yang menimbulkan pertanyaan atau keraguan dapat diperjelas
waktu proses demonstrasi. 

Kekurangan-kekurangan metode demontrasi adalah:


 Metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena tanpa ditunjang
dengan hal itu, pelaksanaan demonstrasi akan tidak efektif.
 Fasilitas seperti peralatan, tempat, dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia
dengan baik. 30
3. Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab adalah penyampaian pesan pengajaran dengan cara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan dan siswa memberikan jawaban atau sebaliknya siswa diberi
kesempatan bertanya dan guru menjawab pertanyaan-pertanyaa.
Metode Tanya jawab adalah suatu metode dalam pendidikan dan pengajaran dimana guru
bertanya dan murid-murid menjawab bahan materi yang diperolehnya. Metode ini
memungkinkan terjadinya komunikasi langsung antara pendidik dan peserta didik, bisa
dalam bentuk pendidik  bertanya dan peserta didik menjawab atau dengan sebaliknya.
Metode tanya jawab merupakan cara menyajikan bahan ajar dalam bentuk pertanyaan-
pertanyaan yang memerlukan jawaban untuk mencapai tujuan.  Dalam metode tanya
jawab, pertanyaan dapat digunakan untuk merangsang keaktifan dan kreativitas berpikir
siswa/peserta didik. Karena itu, mereka harus didorong untuk mencari dan menemukan
jawaban yang tepat dan memuaskan. Sebelum pertanyaan-pertanyaan itu diberikan,

30
Sukardi, Ismail. Model dan Metode Pembelajaran Modern, (Jogjakarta : Tunas Gemilang Press, 2013)

18
sebagai pengarahan diperlukan pula cara informatif. Adapun hal-hal yang harus
diperhatikan dalam penggunaan metode tanya jawab, sebagai berikut :
 Guru perlu menguasai bahan secara penuh (maksimal), jangan sekali-kali mengajukan
pertanyaan yang guru sendiri tidak memahaminya atau tidak tahu jawabannya.
 Siapkanlah pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada peserta didik
sedemikian rupa, agar pembelajaran tidak menyimpang dari bahan yang sedang
dibahas, mengarah pada pencapaian tujuan pembelajaran dan sesuai dengan
kemampuan berpikir peserta didik (siswa).
Kelebihan  dari metode tanya jawab adalah:
 Pertanyaan menarik dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa, sekalipun ketika
siswa sedang ribut, yang mengantuk kembali tegar dan hilang kantuknya.
 Merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan cara berpikir, termasuk daya
ingatan.
 Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab dan
mengemukakan pendapat.
 Adapun kekurangan dari metode tanya jawab ini adalah:
 Siswa merasa takut, apalagi bila kurang dapat mendorong siswa untuk berani, dengan
menciptakan suasana yang tidak tegang, melainkan akrab.
 Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir dan mudah
dipahami siswa.
 Waktu sering banyak terbuang, terutama apabila siswa tidak dapat menjawab
pertanyaan sampai dua atau tiga orang.
 Dalam jumlah siswa yang banyak, tidak mungkin cukup waktu untuk memberikan
pertanyaan kepada setiap siswa. 31
4. Metode Resitasi
Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan
tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Jadi, bisa disimpulkan bahwa
metode resitasi adalah metode pembelajaran yang dilakukan dengan memberikan tugas
tertentu kepada siswa untuk dikerjakan dan hasilnya dapat dipertanggung jawabkan. 

31
Zuhairini, dkk. 1983.  Metodik Khusus Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

19
Maka dari itu, ciri yang baik dalam pemilihan metode ini adalah jangan terlalu sesering
atau kerap kali memberikan resitasi atau tugas kepada peserta didik agar tidak terlalu
menyita waktu para peserta didik dan menganggu pertumbuhan dan perkembangan
peserta didik secara wajar. Sebab itu dalam pelaksanaan metode ini perlu memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
 Merumuskaan tujuan khusus dari tugas yang diberikan.
 Pendidik perlu merumuskan tugas-tugas dengan jelas dan mudah dimengerti.
 Kelebihan-kelebihan metode tugas dan resitasi adalah:
 Baik sekali untuk mengisi waktu luang dengan hal-hal yang konstruktif.
 Memupuk rasa tanggung jawab dalam segala tugas sebab dalam strategi ini siswa
harus mempertanggung jawabkan segala sesuatu (tugas) yang telah dikerjakan.
 Memberikan kebiasaan siswa untuk giat belajar. Memberikan tugas siswa untuk sifat
yang praktis. 32
Kekuranagan metode tugas dan resitasi adalah:
 Tidak jarang pekerjaan yang ditugaskan itu diselesaikan dengan meniru pekerjaan
orang lain.
 Karena perbedaan individu, maka tugas apabila diberikan secara umum mungkin
beberapa orang diantaranya merasa sukar sedangkan sebagian lainnya merasa
mudah menyelesaikan tugas tersebut.
 Apabila tugas diberikan, lebih-lebih bila itu sukar dikerjakan, maka ketenangan
mental para siswa menjadi terpengaruh.
5. Metode Eksperimen
Metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa
melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiyari sesuatu yang
dipelajar. Dalam kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode eksperimen, siswa
diiberikan kesempatan untuk mengalami  sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti
proses, mengamati objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan tentang
suatu permasalahan terkait materi yang diberikan. Peran guru sangat penting pada metode
eksperimen, khususnya dalam ketelitiandan kecermatan sehingga tidak terjadi kekeliruan
dan kesalahan memaknai kegiatan eksperimen dalam kegiatan pembelajaran. Sehinnga
32
Ibid ., hlm. 98

20
dari definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa kriteria pemilihan metode ini adalah
harus didasarkan pada tingkat kemampuan pendidik, apakah pendidik mempunyai
keahlian melakukan eksperimen dari meteri yang akan di ajaran dengan menggunakan
metode ini.
Kelebihan-Kelebihan metode eksperimen adalah:
 Metode ini dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran dan kesimpulan
berdasarkan percobaannya sendiri dari pada hanya menerima kata guru atau buku
saja.
 Dapat mengembangkan sikap untuk studi eksploratis tentang sains dan teknologi,
suatu sikap dari seorang ilmuan.
 Metode ini didukung oleh azas-azas didaktik modern.33
Kekurangan metode eksperimen adalah:
 Metode ini lebih sesuai dengan bidang-bidang sains dan teknologi.
 Metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu
mudah diperoleh dan mahal.
 Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan dan ketabahan.
 Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin
ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan dan
pengendalian. 34
6. Metode Latihan (Drill)
Metode latihan pada umumnya digunakan untuk memeperoleh suatu ketangkasan atau
keterampilan dari apa yang telah dipelajari. Mengingat latihan ini kurang
mengembangkan bakat/inisiatif siswa untuk berpikir, maka hendaknya guru/pengajar
memperhatikan tingkat kewajaran dari metode Drill.
Kriteri pemilihan metode ini sama dengan kriteria pemilihan metode demonstrasi yaitu
konteks domain tujuan pembelajaran yang penekannya pada ranah psikomotor, katena
metode latihan ini terarah pada kemampuan  dan keterampilan peserta didik seperti yang
dijelaskan di atas.

33
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna, hlm. 220-221
34
Pande Ali & Imansyah.  Didaktik Metode. (Surabaya: Usaha Nasional 1984)

21
Kelebihan metode latihan ini yaitu antara lain:
 Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan huruf,
membuat dan menggunakan alat-alat.
 Dapat untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam perkalian, penjumlahan,
pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan sebagainya. 
 Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.
Kekurangan metode latihan ini antara lain:
 Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak dibawa
kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dari pengertian. 
 Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
 Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal
yang monoton dan mudah membosankan.
 Dapat menimbulkan verbalisme. 35
7. Metode Inquiri
Metode inkuiri adalah metode pembelajaran dimana siswa dituntut untuk lebih aktif
dalam proses penemuan, penempatan siswa lebih banyak belajar sendiri serta
mengembangkan keaktifan dalam memecahkan masalah. Sebuah tujuan mengajar dengan
inquiri adalah agar siswa tahu dan belajar metode ilmiah dengan inquiri dan mampu
mentransfernya ke dalam situasi lain. Metode ini terdiri dari 4 tahap, yaitu :
a. Guru merangsang siswa dengan pertanyaan, masalah, permainan, teka-teki, dan
sebagainya.
b. Sebagai jawaban atas rangsangan yang diterimanya, siswa menentukan prosedur
mencari dan mengumpulkan informasi atau data yang diperlukannya untuk
memecahkan pertanyaan, pernyataan, masalah, dan sebagainya.
c. Siswa menghayati pengetahuan yang diperolehnya dengan inquiri yang baru
dilaksanakan.
d. Siswa menganalisis metode inquiri dan prosedur yang ditemukan untuk dijadikan
metode umum yang dapat diterapkannya ke situasi lain.
e.
35
Sagala Syaiful, Konsep dan Makna Pembelajaran. (Bandung: Alfabeta, 2008)

22
Adapun kegiatan-kegiatan dalam menerapkan metode inquiri, sebagai berikut :
a. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang fenomena alam;
b. Merumuskan masalah yang ditemukan;
c. Merumuskan hipotesis;
d. Merancang dan melakukan eksperimen;
e. Mengumpulkan dan menganalisis data;
f. Menarik kesimpulan mengembangkan sikap ilmiah, yakni : objektif, jujur, hasrat
ingin tahu, terbuka, berkemauan, dan tanggung jawab.
Kelebihan dari Metode Inquiri 
 Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berfikir sebab ia berfikir dan
menggunakan kemampuan untuk hasil akhir.
 Perkembangan cara berfikir ilmiah, seperti menggali pertanyaan, mencari jawaban,
dan menyimpulkan / memperoses keterangan dengan metode inquiri dapat
dikembangkan seluas-luasnya.
 Dapat melatih anak untuk belajar sendiri dengan positif sehingga dapat
mengembangkan pendidikan demokrasi.
Kekurangan dari metode inquiri 
 Belajar mengajar dengan metode inquiri memerlukan kecerdasarn anak yang tinggi.
Bila anak kurang cerdas, hasilnya kurang efektif.
 Metode inquri kurang cocok pada anak yang usianya terlalu muda, misalnya anak
SD.
8. Metode Pemecahan Masalah
Metode problem solving (metode pemecahan masalah) merupakan metode pembelajaran
yang dilakukan dengan memberikan suatu permasalahan, yang kemudian dicari
penyelasainnya dengan dimulai dari mencari data sampai pada kesimpulan. Metode
problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar,
tetapi juga merupakan metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat
menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada
menarik kesimpulan.

23
Penggunaan metode problem solving mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan.
b. Mencari data atau keterangan yang digunakan untuk memecahkan masalah tersebut.
c. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut.
d. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut.
e. Menarik kesimpul
Kelebihan metode pemecahan masalah ini adalah:
 Pemecahan masalah merupakan tehnik yang cukup bagus untuk memahami isi
pelajaran.
 Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan siswa
kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
 Pemecahan masalah  dapat meningkatkan aktifitas pembelajaran siswa.
 Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan
mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
 Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan
barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. 
 Melalui pemecahan masalah  bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata
pelajaran (matematika, IPA, sejarah, dan lain sebagainya), pada dasarnya merupakan
cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar
belajar dari guru atau dari buku-buku saja.
 Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.
 Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa berpikir kritis dan
mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
 Pemecahan masalah (problem solving) dapat memberikan kesempatan pada siswa
untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
 Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus
belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir
Kekurangan metode problem solving (metode pemecahan masalah) adalah:
 Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir
siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah
dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru.

24
 Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering memerlukan waktu
yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran.
 Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi
dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan permasalahan sendiri
atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar,
merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.  36
9. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa-siswa dihadapkan kepada
suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis
untuk dibahas dan dipecahkan bersama. Metode diskusi merupakan salah satu metode
pembelajaran yang dilakukan oleh guru  dalam kegiatan pembelajaran dengan
memberikan siswa suatu permasalahan untuk diselesaikan bersama-sama. Sehingga akan
terjadi interaksi antara dua atau lebih siswa untuk saling bertukar pendapat, informasi,
maupun pengalaman masing-masing dalam memecahkan permasalahan yang diberikan
oleh guru. Dengan demikian diharapkan tidak akan ada siswa yang pasif.
Tujuan penggunaan metode diskusi dalam kegiatan pembelajaran seperti yang
diungkapkan Killen (1998) adalah ” tujuan utama metode ini adalah untuk memecahakan
suatau permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengatahuan
siswa, serta untuk membuat suatu keputusan.
Metode diskusi sangat tepat digunakan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam
bekerjasama untuk memecahkan masalah serta melatih siswa untuk mengeluarkan
pendapat secara lisan. Dalam pembelajaran matematika metode diskusi sangat tepat
digunakan pada materi-materi yang menantang untuk sama-sama dipecahkan, misalnya
materi bangun-bangun geometri, peluang dan konsep bilangan.
Adapun  dalam pelaksanaan metode diskusi, guru harus benar-benar mampu
mengorganisasikan siswa sehingga diskusi dapat berjalan seperti yang diharapkan.
Menurut Bridges (1979) dalam pelaksanaan metode diskusi, guru harus mengatur kondisi
yang memungkinkan agar:
a. Setiap siswa dapat berbicara mengeluarkan gagasan dan pendapatnya.
b. Setiap siswa harus saling mendengar pendapat orang lain.

36
Djamarah, Syaiful Bahri, dan Zain Aswan, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010)

25
c. Setiap harus dapat mengumpulkan atau mencatat ide-ide yang dianggap penting.
d. Melalui diskusi setiap siswa harus dapat mengembangkan pengatahuannya serta
memahami isu-isu yang dibicarakan dalam diskusi. 
Kelebihan dari metode diskusi adalah:
 Siswa memperoleh kesempatan untuk berpikir.
 Siswa mendapat pelatihan mengeluarkan pendapat, sikap dan aspirasinya secara
bebas.
 Siswa belajar bersikap toleran terhadap teman-temannya.
 Diskusi dapat menumbuhkan partisipatif aktif dikalangan siswa.
 Diskusi dapat mengembangkan sikap demokratif, dapat menghargai pendapat orang
lain.
Kekurangan dari metode diskusi adalah
 Diskusi terlalu menyerap waktu.
 Pada umumnya siswa tidak terlatih untuk melakukan diskusi dan menggunakan waktu
diskusi dengan baik, maka kecenderungannya mereka tidak sanggup berdiskusi.
 Kadang-kadang guru tidak sanggup memahami cara-cara melaksanakan diskusi,
maka kecenderungannya diskusi tanya jawab. 37

37
Hidayat, syah. pengantar umum metodologi penelitian pendidikan pendekatan verifikatif, (pekanbaru: Suska
Press. 2010)

26
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial.
Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi perancang dan para guru dalam
melaksanakan pembelajaran. Berikut adalah berbagai macam model pembelajaran, yaitu
Model Pembelajaran Investigasi Kelompok, Model Pembelajaran Bermain Peran, Model
Pembelajaran Induktif, Model Pembelajaran Perolehan Konsep, Model Pembelajaran
Inkuiri Ilmiah, Model Pembelajaran Latihan Inkuiri, Model Pembelajaran, Model
Pembelajaran Sinetik, Model Pembelajaran Advance Organizer, Model Pembelajaran
Tanpa Arahan, Model Pembelajaran Langsung, Model Pembelajaran Simulasi, Model
Pembelajaran Inkuiri Yurisprudensi, Model pembelajaran Kooperatif, dan Pembelajaran
berbasis masalah (problem based learning).
Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru
dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efesien. Pemilihan
strategi pembelajaran pula tidak terlepas dari kurikulum yang digunakan dan karakteristik
peserta didik. Berikut adalah beberapa strategi pembelajaran, yakni Strategi Pembelajaran
Langsung, Strategi Pembelajaran Tidak Langsung, Strategi Pembelajar Interaktif, Strategi
Pembelajaran Eksperensial, Strategi Pembelajaran Mandiri, Strategi Belajar Tuntas, dan
Strategi Pembelajaran Partisipatif.
Metode Pembelajaran adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas
yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik
untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar
berjalan denganbaik dalam arti tujuan pengajaran tercapai. Berikut dikemukakan
beberapa metode pembelajaran yang dapat dipilih oleh guru, yaitu Metode Ceramah,
Metode Demonstrasi, Metode Tanya Jawab, Metode Resitasi, Metode Eksperimen,
Metode Latihan, Metode Inquiri, Metode Pemecahan Masalah, dan Metode Diskusi.

27
DAFTAR PUSTAKA
Trianto. 2014. Model Pembelajaran Terpadu; Konsep, Strtegi dan Implementasinya dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: PT. Bumi Aksara
Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.
Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning Teori & Aplikasinya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Rusman, 2011. Model-model Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Abdullah Sani, Ridwan. 2019. Inovasi Pembeljaran. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Isjoni. 2011. Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok,.
Bandung: Alfabera.
Darmadi. 2018. Optimalisasi Strategi Pembelajaran: inovasi tiada henti untuk meningkatkan
kualitas proses dan hasil belajar peserta didik. Bogor : GUEPEDIA.
Susanti, Lidia. 2020. Stratetgi Pembelajaran berbasis Motivasi. Jakarta: Elex Media
Komputindo
Majid, Abdul. 2014. Strategi Pembelajaran. Bandung: TP Remaja Rosdakarya.
Isjoni, 2009. Pembelajaran Kooperatif : Meningkatkan Kecerdasan komunikasi Antar Peserta
Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Husamah & Yanur Setyaningrum. 2013. Desain Pembelajaran Berbasis Pencapaian
Kompetensi: Panduan dalam Merancang Pembelajaran untuk Mendukung Implementasi
Kurikulum 2013. Jakarta: Prestasi Pustakarya.
Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, 2006. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-ruzz
Media
Sukardi, Ismail. 2013. Model dan Metode Pembelajaran Modern. Jogjakarta : Tunas Gemilang
Press
Zuhairini, dkk. 1983.  Metodik Khusus Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Pande Ali & Imansyah. 1984.  Didaktik Metode. Surabaya: Usaha Nasional
Syaiful, Sagala. 2008. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Djamarah, Syaiful Bahri, dan Zain Aswan. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Hidayat, syah. 2010. pengantar umum metodologi penelitian pendidikan pendekatan verifikatif.
Pekanbaru: Suska Press.

28

Anda mungkin juga menyukai