Anda di halaman 1dari 6

Nama : Ayunita Rizky Muis

Nim : A31114012
Ringkasan Materi Kuliah

PPN (Pajak Pertambahan Nilai)

A. PENGERTIAN 

PPN atau singkatan dari Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak tidak Langsung yang
dikenakan pada setiap pertambahaan nilai atau transaksi penyerahan barang dan atau jasa
kena pajak dalam pendistribusiannya dari produsen dan konsumen.
Disebut pajak tidak langsung karena tidak langsung dibebankan kepada penanggung
pajak (konsumen) tetapi melalui mekanisme pemungutan pajak dan disetor oleh pihak lain
(penjual). Transaksi penyerahannya bisa dalam bentuk jual-beli, pemanfaatan jasa, dan sewa-
menyewa.
Barang Kena Pajak adalah barang berwujud yang menurut sifat atau hukumnya dapat
berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak dan barang tidak berwujud yang
dikenakan PPN. Pada dasarnya semua barang merupakan Barang Kena Pajak kecuali yang
diatur lain oleh Undang-Undang Nomor PPN itu sendiri. Barang Kena Pajak tersebut terdiri
dari barang berwujud (bergerak dan tidak bergerak) dan barang tidak berwujud (hak cipta,
merek dagang, paten, dll). Indnesia menganut sistem tarif tunggal untuk PPN, yaitu 10%.
dasar humkum yang digunakan unutk penerapan PPN di Indonesia adalah   Undang-undang
Nomor 8 Tahun 1983.
PPN secara efektif mulai berlaku di Indonesia pada tanggal 1 April 1985, walaupun
berdasarkan ketentuan dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 dinyatakan berlaku pada
tanggal 1 Januari 1984.
PPN ditetapkan dengan Undang- undang Nomor 18 Tahun 2000 merupakan pajak
yang dikenakan terhadap pertambahan nilai (value added) yang timbul akibat dipakainya
faktor-faktor produksi di setiap jalur perusahaan dalam menyiapkan, menghasilkan,
menyalurkan, dan memperdagangkan barang atau pemberian pelayanan jasa kepada para
konsumen.

B. SUMBER DAN OBYEK PPN


 Subjek PPN
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah yang pajak dikenakan atas setiap
pertambahan nilai dari barang dan atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke
konsumen. Atau pajak atas konsumsi barang dan jasa di daerah pabean yang dikenakan
secara bertingkat di setiap jalur produksi dan distribusi.
Subjek terdiri  dari PPN ini ada 2 (dua), yaitu :
1.     Pengusaha Kena Pajak (PKP)
Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan
usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang,
melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah
Pabean, melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa, atau memanfaatkan jasa dari
luar Daerah Pabean. Dan Pengusaha Kena Pajak atau PKP adalah pengusaha yang
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang dikenai
pajak berdasarkan undang-undang.

2.     Bukan Pengusaha Kena Pajak (non PKP)


Bukan Pengusaha Kena Pajak atau bukan PKP adalah orang atau badan yang
mengimpor BKP, memanfaatkan jasa atau BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean,
dan yang melakukan kegiatan membangun sendiri.
 Objek PPN
Berdasarkan UU No.42 tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah atau selanjutnya disebut UU PPN 1984.
Objek PPN adalah
sebagai berikut : (pasal 4 ayat 1)
 Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha;
 Impor Barang Kena Pajak;
 Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha;
 Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam
Daerah Pabean;
 Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;
 Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak;
 Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak;
 Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.

Pasal 1C :
PPN dikenakan atas kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam
kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri
atau digunakan pihak lain yang batasan dan tata caranya diatur dalam keputusan menteri
keuangan.

Pasal 16D :
PPN dikenakan atas penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak
untuk diperjualbelikan oleh PKP kecuali atas penyerahan aktiva yang pajak masukkannya
tidak dapat dikreditkan sebagimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (8) huruf b dan c.
Syarat Penyerahan Terutang PPN Pasal 16D
 Yang melakukan penyerahan atau pemindahtanganan adalah Pengusaha Kena Pajak;
 Perolehan aktiva tersebut bukan untuk diperjualbelikan atau sebagai barang dagangan;
 Perolehan aktiva tersebut berhubungan langsung dengan kegiatan usaha dan bukan
jenis kendaraan sedan dan station wagon.

Yang dimaksud dengan pengeluaran yang secara langsung berhubungan dengan kegiatan
usaha adalah pengeluaran yang berhubungan dengankegiatan produksi, distribusi, pemasaran
dan manajemen. Ketentuan ini berlaku untuk semua bidang usaha.
1.  Penyerahan Barang Kena Pajak
Pasal 1A ayat (2) :
 penyerahan hak atas Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian;
 pengalihan Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian sewa beli dan/atau perjanjian sewa
guna usaha (leasing);
 penyerahan Barang Kena Pajak kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang;
 pemakaian sendiri dan/atau pemberian cuma-cuma atas Barang Kena Pajak;
 Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak
untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan;
 penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang   atau sebaliknya dan/atau
penyerahan Barang Kena Pajak antar cabang;
 penyerahan Barang Kena Pajak secara konsinyasi; dan
 penyerahan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena  Pajak dalam rangka perjanjian
pembiayaan yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah, yang penyerahannya dianggap
langsung dari Pengusaha    Kena  Pajak  kepada  pihak  yang  membutuhkan Barang Kena
Pajak.

 Bukan Penyerahan Barang Kena Pajak


Pasal 1A ayat (2) :
 penyerahan Barang Kena Pajak kepada makelar sebagaimana dimaksuddalam Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang;
 penyerahan Barang Kena Pajak untuk jaminan utang piutang;
 penyerahan Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f  dalam
hal  Pengusaha  Kena  Pajak melakukan  pemusatan tempat  pajak terutang;
 pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka  penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan,  dan pengambilalihan usaha dengan syarat pihak yang   melakukan
pengalihan dan yang menerima pengalihan   adalah Pengusaha Kena Pajak;
 Barang Kena Pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, dan yang
Pajak Masukan atas  perolehannya tidak dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c.

 Syarat Penyerahan Kena Pajak


 Barang Berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena Pajak;
 Barang Tidak Berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud;
 Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean
 Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya.
 Dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak.

 Barang Kena Pajak Tidak Berwujud.


Pengenaan PPN atas Barang Kena Pajak Tidak Berwujud antara lain atas:
 penyerahan Barang Kena Pajak (Berwujud dan tidak  Berwujud) didalam Daerah
Pabean yang dilakukan oleh pengusaha; (Pasal 4 ayat (1) huruf a)
 pemanfaatan  Barang  Kena  Pajak Tidak  Berwujud  dari  luar  Daerah Pabean di
dalam Daerah Pabean; (Pasal 4 ayat (1) huruf d).
 Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak.(Pasal 4
ayat (1) huruf g).

 Penyerahan Jasa Kena Pajak


Pasal 1 angka 5 dan 6 UU PPN 1984.
Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan yang berdasarkan suatu perikatan atau
perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang, fasilitas,  kemudahan, atau hak
tersedia  untuk dipakai, termasu jasa yang dilakukan untuk    menghasilkan barang
karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan. Jasa
Kena Pajak adalah jasa yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang ini.
Penyerahan Jasa Kena Pajak :
 Penyerahan Jasa Kena Pajak adalah setiap kegiatan pemberian Jasa Kena Pajak.
 Penyerahan jasa  yang terutang  pajak harus memenuhi syarat- syarat sebagai berikut:
 jasa yang diserahkan merupakan Jasa Kena Pajak.
 penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean.
 penyerahan dilakukan dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya.
 Dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak
 Termasuk dalam pengertian penyerahan Jasa Kena Pajak adalah Jasa Kena Pajak (JKP)
yang dimanfaatkan untuk kepentingan sendiri dan/atau yang diberikan secara cuma-
cuma.

 Bukan Objek PPN


Jenis barang yang tidak dikenai PPN adalah barang tertentu dalam barang sebagai
berikut:
 Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari
sumbernya
 Minyak mentah (crude oil)
 Gas bumi, tidak termasuk gas bumi seperti elpiji yang siap dikonsumsi langsung
oleh masyarakat
 Panas bumi;
 Asbes, batu tulis, batu setengah permata, batu kapur, batu apung, batu permata,
bentonit, dolomit, felspar (feldspar), garam batu (halite), grafit, granit/andesit, gips,
kalsit, kaolin, leusit, magnesit, mika, marmer, nitrat, opsidien, oker, pasir dan
kerikil, pasir kuarsa, perlit, fosfat (phospat), talk, tanah serap (fullers earth), tanah
diatome, tanah liat, tawas (alum), tras, yarosif, zeolit, basal, dan trakkit;
 Batubara sebelum diproses menjadi briket batubara; dan
 Bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, dan bijih perak serta
bijih bauksit.
 Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak
 Beras, Gabah, Sagu, Jagung, Kedelai;
 Garam baik yang beryodium maupun tidak beryodium;
 Daging, yaitu daging segar yang tanpa diolah, tetapi telah melalui proses disembelih,
dikuliti, dipotong, didinginkan, dibekukan, dikemas atau tidak dikemas, digarami,
dikapur, diasamkan, diawetkan dengan cara lain, dan/atau direbus;
 Telur, yaitu telur yang tidak diolah, termasuk telur yang dibersihkan, diasinkan,atau
dikemas;
 Susu, yaitu susu perah baik yang telah melalui proses didinginkan maupun
dipanaskan, tidak mengandung tambahan gula atau bahan lainnya, dan/atau dikemas
atau tidak dikemas buah-buahan, yaitu buah-buahan segar yang dipetik, baik yang
telah melalui proses dicuci, disortasi, dikupas, dipotong, diiris, di-grading, dan/atau
dikemas atau tidak dikemas;
 Buah-buahan yaitu buah segar yang dipetik, baik yang telah melalui proses dicuci,
disortasi, dikupas, dipotong, diiris dan dikemas atau tidak dikemas;
 Sayur-sayuran, yaitu sayuran segar yang dipetik, dicuci, ditiriskan, dan/atau
disimpan pada suhu rendah, termasuk sayuran segar yang dicacah.

 Uang, emas batangan, dan surat berharga


 Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan
sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun
tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau
catering. Ketentuan ini dimaksudkan untuk menghindari pengenaan pajak berganda
karena sudah merupakan objek pengenaan Pajak Daerah.

 Jenis jasa yang tidak dikenai PPN adalah jasa tertentu dalam jasa sebagai berikut :
 Jasa pelayanan kesehatan medis
 Jasa pelayanan sosial
 Jasa pengiriman surat dengan perangko
 Jasa asuransi
 Jasa keuangan
 Jasa keagamaan
 Jasa pendidikan
 Jasa kesenian dan hiburan
 Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan
 Jasa angkutan umum di darat dan air serta jasa angkutan udara dalam negeri yang
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri
 Jasa tenaga kerja
 Jasa perhotelan
 Jasa-jasa yang disediakan oleh pemerinth dalam rangka menjalankan pemerinthan
secara umum
 Jasa penyediaan tempat parkir
 Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam
 Jasa pengiriman uang dengan wesel pos
 Jasa boga atau katering.

C. Berikut cara menghitung PPN :

PPN = 10 % x Nilai Objek Pajak


D. Pengusaha Kena Pajak Sebagai Pihak yang Menyetor dan Melaporkan PPN

PPN memiliki peranan strategis dan signifikan dalam posisi penerimanaan negara dari
sektor perpajakkan. Oleh karena itu para pengusaha di Indonesia wajib melaporkan
usahanya agar segera dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP). Kewajiban
melaporkan usaha tersebut harus dilakukan paling lama akhir bulan berikutnya setelah
bulan terjadinya jumlah penjualan barang atau jasa kena pajak melebihi Rp. 4.8 M
sesuai dengan ketentuan PMK No.197/PMK.03/2013. Jika pengusaha tidak dapat
mencapai Rp. 4.8 M maka pengusaha dapat langsung mencabut permohonan
pengukuhan sebagai PKP. Dengan menjadi PKP pengusaha wajib memungut,
menyetor, dan melaporkan PPN yang terutang. Dalam perhitungan PPN yang wajib
disetor oleh PKP, disebut dengan pajak keluaran dan pajak masukan. Pajak keluaran
ialah PPN yang dipungut ketika PKP menjual produknya, sedangkan pajak masukan
ialah PPN yang dibayar ketika PKP membeli, memperoleh maupun membuat
produknya.
 

Sumber :

http://www.hartaku.com/apa-itu-pajak-ppn-jasa-dan-bagaimana-menghitungnya/

https://id.wikipedia.org/wiki/Pajak_pertambahan_nilai

http://www.online-pajak.com/id/berita-dan-tips/pajak-pertambahan-nilai-ppn

Anda mungkin juga menyukai