Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses Berbangsa dan Bernegara pada zaman sebelum kemerdekaan lebih
berorientasi pada perjuangan melawan penjajah. Dari tinjauan sejarah zaman
Sriwijaya pada abad VII dan Kerajaan Majapahit aba XIII telah ada upaya untuk
menyatukan nusantara. Namun para penguasa belum memiliki kemampuan yang
cukup untuk mempertahankan kejayaan yang telah dicapai yang menyebabkan
kehancuran. Disamping itu kehancuran juga disebabkan karena kerajaan
tradisional tersebut belum memahami konsep kebangsaan dalam arti luas.
Proses kehidupan berbangsa dan bernegara mulai berkembang sejak sumpah
pemuda dikumandangkan ke seluruh nusantara. Dalam periode selanjutnya secara
nyata mulai dipersiapkan kemerdekaan Indonesia pada masa pendudukan Jepang,
yaitu dengan dibentuknya Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapak
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Dan puncaknya adalah ketika proklamasi
kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.

B. Rumusan Masalah
- Bagaimana proses bernegara di Indonesia?
- Apa saja peristiwa yang terjadi saat proses bernegara?

C. Tujuan
- Untuk memahami bagaimana proses bernegara di Indonesia.
- Untuk mengetahui apa saja peristiwa yang terjadi saat proses bernegara.

1
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Masa Penjajahan Jepang


1. Kedatangan Jepang ke Indonesia
a. Tanggal 8 Desember 1941: secara tiba-tiba Jepang menyerbu ke Asia
Tenggara dan membom Pearl Harbor, yaitu pangkalan terbesar Angkatan
Laut Amerika di Pasifik. Lima jam setelah penyerangan atas Pearl Harbor
itu, Gubernur Jenderal Hindia Belanda Tjarda van Starkenborgh
Stachhouwer menyatakan perang terhadap Jepang.
b. Tanggal 11 Januari 1942: tentara Jepang mendarat di Tarakan, Kalimantan
Timur, dan esok harinya (12 Januari 1942) Komandan Belanda di pulau
itu menyerah.
c. Tanggal 24 Januari 1942: Balikpapan yang merupakan sumber minyak ke-
2 jatuh ke tangan tentara Jepang
d. Tanggal 29 Januari 1942: Pontianak berhasil diduduki oleh Jepang
e. Tanggal 3 Februari 1942: Samarinda diduduki Jepang
f. Tanggal 5 Februari 1942: sesampainya di Kotabangun, tentara Jepang
melanjutkan penyerbuannya ke lapangan terbang Samarinda II yang waktu
itu masih dikuasai oleh tentara Hindia Belanda (KNIL). 
g. Tanggal 10 Februari 1942: dengan berhasil direbutnya lapangan terbang
itu, maka dengan mudah pula Banjarmasin diduduki oleh tentara Jepang
h. Tanggal 14 Februari 1942: diturunkan pasukan paying di Palembang. Dua
hari kemudian (16 Februari 1942) Palembang dan sekitarnya berhasil
diduduki.
i. Dengan jatuhnya Palembang itu sebagai  sumber minyak, maka terbukalah
Pulau Jawa bagi tentara Jepang. Di dalam menghadapi ofensif Jepang,
pernah dibentuk suatu komando gabungan oleh pihak Serikat, yakni yang

2
disebut ABDACOM (American British Dutch Australian Command) yang
markas besarnya ada di Lembang, dekat Bandung dengan panglimanya
Jenderal  H. Ter Poorten diangkat sebagai panglima tentara Hindia
Belanda (KNIL). Pada akhir Februari 1942 Gubernur Jenderal Hindia
Belanda, Tjarda van Starkenborgh telah mengungsi ke Bandung disertai
oleh pejabat-pejabat tinggi pemerintah. Pada masa itu Hotel Homman dan
Preanger penuh dengan pejabat-pejabat tinggi Hindia Belanda.
j. Tanggal 1 Maret 1942: tentara ke-16 Jepang berhasil mendarat di 3 tempat
sekaligus yaitu di Teluk Banten, di Eretan Wetan (Jawa Barat), dan di
Kragan (Jawa Tengah).
k. Tanggal 1 Maret 1942: Jepang telah mendaratkan satu detasemen yang
dipimpin oleh Kolonel Toshinori Shoji dengan kekuatan 5000 orang di
Eretan, sebelah Barat Cirebon. Pada hari yang sama, Kolonel Shoji telah
berhasil menduduki Subang. Momentum itu mereka manfaatkan dengan
terus menerobos ke lapangan terbang Kalijati, 40 Km dari Bandung.
Setelah pertempuran singkat, pasukan-pasukan Jepang merebut lapangan
terbang tersebut. 
l. Tanggal 2 Maret 1942: tentara Hindia Belanda berusaha merebut Subang
kembali, tetapi ternyata mereka tidak berhasil. Serangan balasan kedua
atas Subang dicoba pada tanggal 3 Maret 1942 dan sekali lagi, tentara
Hindia Belanda berhasil dipukul mundur.
m. Tanggal 4 Maret 1942: untuk terakhir kalinya tentara Hindia Belanda
mengadakan serangan dalam usaha merebut Kalijati dan mengalami
kegagalan.
n. Tanggal 5 Maret 1942: ibu kota Batavia (Jakarta) diumumkan sebagai
‘Kota Terbuka’ yang berarti bahwa kota itu tidak akan dipertahankan oleh
pihak Belanda. Segera setelah jatuhnya kota Batavia ke tangan mereka,
tentara ekspedisi Jepang langsung bergerak ke selatan dan berhasil
menduduki Buitenzorg (Bogor).  Pada tanggal yang sama, tentara Jepang

3
bergerak dari Kalijati untuk menyerbu Bandung dari arah utara. Mula-
mula digempurnya pertahanan di Ciater, sehingga tentara Hindia Belanda
mundur ke Lembang dan menjadikan kota tersebut sebagai pertahanan
terakhir. Tetapi tempat ini pun tidak berhasil dipertahankan sehingga pada
tanggal 7 Maret 1942 dikuasai oleh tentara Jepang.
o. Tak lama sesudah berhasil didudukinya posisi tentara KNIL di Lembang,
maka pada tanggal 7 Maret 1942, psukan-pasukan Belanda di sekitar
Bandung meminta penyerahan lokal dari pihak Belanda ini kepada
Jenderal Imamura tetapi tuntutannya adalah penyerahan total daripada
semua pasukan Serikat di Jawa (dan bagian Indonesia lainnya). Jika pihak
Belanda tidak mengindahkan ultimatum Jepang, maka Kota Bandung akan
di bom dari udara Jenderal Imamura pun mengajukan tuntutan lainnya
agar Gubernur Jenderal Belanda turut dalam perundingan di Kalijati yang
diadakan selambat-lambatnya pada hari berikutnya. Jika tuntutan ini
dilanggar, pemboman atas Kota Bandung dari udara akan segera
dilaksanakan. Akhirnya pihak Belanda memenuhi tuntutan Jepang dan
keesokan harinya, baik Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborgh
Stachouwer maupun Panglima Tentara Hindia Belanda serta beebrapa
pejabat tinggi militer dan seorang penerjemah pergi ke Kalijati. Di sana
mereka kemudian berhadapan dengan Letnan Jenderal Imamura yang
dating dari Batavia (Jakarta). Hasil pertemuan antara kedua belah pihak
adalah kapitulasi tanpa syarat Angkatan Perang Hindia Belanda kepada
Jepang.
p. Dengan penyerahan tanpa syarat oleh Letnan Jenderal H. Terpoorten,
Panglima Angkatan Perang Hindia Belanda atas nama Angkutan Perang
Serikat di Indonesia kepada tentara ekspedisi Jepang di bawah Pimpinan
Letnan Jenderal Hitoshi Imamura pada tanggal 8 Maret 1942, berakhirlah
peemrintahan Hindia Belanda di Indonesia dan dengan resmi mulailah
kekuatan pendudukan Jepang di Indonesia. 

4
2. Pembentukkan PPKI
PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau atau dalam bahasa
Jepang disebut Dookuritsu Junbi Iinkai adalah panitia yang bertugas
melanjutkan hasil kerja BPUPKI setelah BPUPKI dibubarkan Jepang pada 7
Agustus 1945. Selain itu, PPKI juga bertugas meresmikan pembukaan atau
preambule dan batang tubuh UUD 1945. PPKI diresmikan oleh Jendral
Terauchi pada 9 Agustus 1945 di Kota Ho Chi Minh, Vietnam. Peresmian ini
dihadiri oleh Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta dan Dr. Radjiman
Wedyodiningrat.
a. Keanggotaan PPKI
PPKI diketuai oleh Ir. Soekarno, dengan Drs. Moh. Hatta sebagai
wakil ketua. Anggotanya sendiri berjumlah 21 orang yang merupakan
tokoh utama pergerakan nasional Indonesia. Anggota PPKI terdiri dari
berbagai etnis Nusantara, meliputi 12 orang etnis Jawa, 3 orang etnis
Sumatera, 2 orang etnis Sulawesi, 1 orang etnis Kalimantan, 1 orang etnis
Nusa Tenggara, 1 orang etnis Maluku, dan 1 orang etnis Tionghoa.
Yang termasuk anggota PPKI antara lain: Mr. Soepomo, Dr. Radjiman
Wedyodiningrat, R. P. Soeroso, Soetardjo Kartohadikoesoemo, Kiai
Abdoel Wachid Hasjim, Ki Bagus Hadikusumo, Otto Iskandardinata,
Abdoel Kadir,  Pangeran Soerjohamidjojo, Pangeran Poerbojo, Dr.
Mohammad Amir, Mr. Abdul Maghfar, Mr. Teuku Mohammad Hasan,
Dr. GSSJ Ratulangi, Andi Pangerang, A.H. Hamidan, I Goesti Ketoet
Poedja, Mr. Johannes Latuharhary, Drs. Yap Tjwan Bing. Kemudian,
tanpa sepengetahuan pemerintah Jepang, anggota PPKI bertambah lagi 6
orang, yaitu: Achmad Soebardjo, Sajoeti Melik, Ki Hadjar Dewantara,
R.A. A. Wiranatakoesoema, Kasman Singodimedjo, Iwa
Koesoemasoemantri.

5
Golongan muda memberikan sikap tidak suka pada PPKI. Mereka
menganggap PPKI sebagai suatu badan bentukan pemerintah pendudukan
militer Jepang yang sudah tentu memihak Jepang. Akan tetapi, di lain
pihak, PPKI adalah sebuah badan yang sangat berguna dalam
mempersiapkan kemerdekaan. Untuk mewujudkan Indonesia merdeka,
perlu dipersiapkan segala macam keperluan bagi berdirinya suatu negara.
Meski demikian, baik cepat atau lambat, kemerdekaan Indonesia yang
dijanjikan oleh pemerintah Jepang tergantung kepada kerja PPKI.
Pada akhirnya, Jendral Terauchi memberikan keputusan bahwa
pemerintah Jepang akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia pada
tanggal 24 Agustus 1945. Seluruh persiapan kemerdekaan Indonesia
tersebut diserahkan sepenuhnya kepada PPKI.
PPKI semula berencana mengadakan sidang pada 16 Agustus 1945,
tetapi tidak dapat terlaksana karena terjadi peristiwa Rengasdengklok.
Peristiwa Rengasdengklok ini berhubungan dengan menyerahnya Jepang
kepada sekutu (15 Agustus 1945) sehinggga golongan muda mendesak
agar segera mempersiapkan kemerdekaan. Golongan pemuda yang
termasuk di dalamnya Soekarni, Adam Malik, Kusnaini, Sutan Sjahrir,
Soedarsono, Soepomo, dan kawan-kawan mendesak Ir. Soekarno agar
segera mengumandangkan proklamasi. Namun sebaliknya, golongan tua
menolak dengan alasan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia harus
dipersiapkan secara matang.
Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa penculikan yang dilakukan
golongan muda, dalam hal ini dilakukan oleh Adam Malik dan Chaerul
Saleh terhadap Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta. Pada pukul 04.30 WIB,
Ir. Soekarno dan Moh. Hatta dibawa ke Rengasdengklok, Karawang,
untuk didesak menyegerakan proklamasi kemerdekaan Republik
Indonesia. Mereka mendesak sampai tercapai kesepakatan antara golongan
tua yang diwakili Ir. Soekarno, Moh. Hatta, dan Mr. Achmad

6
Subardjo dengan golongan muda mengenai waktu pelaksanaan
proklamasi.
Pembacaan Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia oleh Ir.
Soekarno dan Moh. Hatta semula direncanakan akan dilakukan pada hari
Kamis, 16 Agustus 1945 di Rengasdengklok, di rumah Djiaw Kie Siong.
Naskah teks proklamasi sudah dibuat dan bendera merah putih juga sudah
dikibarkan para pejuang Rengasdengklok pada hari sebelumnya, Rabu
tanggal 15 Agustus, karena mereka telah berpikir keesokan harinya
Indonesia akan merdeka.
Kunto dan Achmad Soebardjo yang tidak mendapat kabar dari Jakarta,
memutuskan ke Rangasdengklok untuk menjemput Ir. Soekarno dan Moh.
Hatta berangkat ke Jakarta untuk membacakan proklamasi di Jalan
Pegangsaan Timur 56. Pada tanggal 16 tengah malam rombongan tersebut
sampai di Jakarta.
Keesokan harinya, 17 Agustus 1945 dilakukan upacara pembacaan
proklamasi dengan teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diketik
oleh Sayuti Melik menggunakan mesin ketik yang diambil dari kantor
Kepala Perwakilan Angkatan Laut Jerman, Mayor (Laut) Dr. Hermann
Kandeler. Proklamasi diperdengarkan kepada ribuan bangsa Indonesia
secara rahasia melalui siaran oleh pegawai radio menggunakan pemancar
yang dikontrol Jepang.

b. Sidang PPKI
Pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI melakukan persidangan di bekas
Gedung Road van Indie di Jalan Pejambon. Dalam sidang tersebut, dalam
hitungan belasan menit terjadi permusyawarahan antara kelompok yang
berbeda pendapat mengenai sila pertama Pancasila yang tertuang dalam
pembukaan Piagam Jakarta. Kelompok keagamaan non-Muslim dari
Timur dan kelompok kaum keagamaan penganut ajaran kebatinan serta

7
golongan nasionalis keberatan terhadap tujuh kata itu, sehingga mereka
meminta kelapangan hati para tokoh dari kelompok Islam agar bersedia
dilakukan bengubahan. Pada akhirnya permusyawarahan itu berhasil
membujuk pihak tokoh-tokoh golongan Islam agar bersedia
menghapuskan tujuh kata sila pertama Pancasila yang tertuang dalam
Piagam Jakarta atau Jakarta Charter dan menggantinya.
Setelah itu, Drs. Mohammad Hatta masuk ke dalam ruang sidang
PPKI melakukan pembacaan tentang empat perubahan hasil kesepakatan
dan kompromi atas perbedaan pendapat para golongan tersebut. Hasil
sidang tersebut adalah:
1) Kata “Muqaddimah” yang merupakan kata bahasa Arab pada
preambule Undang-Undang Dasar diganti dengan kata “Pembukaan”.
2) Pada Pembukaan alenia keempat, berbunyi “Ketuhanan, dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya” diganti menjadi “Ketuhanan yang Maha Esa”. Ini
sekaligus mengganti sila pertama Pancasila.
3) Pada Pembukaan alenia keempat, kalimat “Menurut Kemanusiaan
yang Adil dan Beradab” diganti menjadi “Kemanusiaan yang Adil
dan Beradab”. Ini sekaligus mengganti sila kedua Pancasila.
4) Pasal 6 Ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi “Presiden ialah orang
Indonesia asli dan beragama Islam” diganti menjadi “Presiden adalah
orang Indonesia asli”.

Sidang pertama PPKI menyepakati hasil antara lain:

1) Melakukan pengesahan terhadap Undang-Undang Dasar 1945.


Setelah sebelumnya terjadi sedikit perubahan di dalamnya.

8
2) Memilih, menetapkan, dan mengangkat Presiden dan Wakil Presiden
pertama Indonesia. Keputusan akhirnya ditetapkan Ir. Soekarno dan
Drs. Moh Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden.
3) Untuk sementara waktu, presiden dibantu oleh komite bernama KNIP
(Komite Nasional Indonesia Pusat) sebelum DPR dan MPR dibentuk.

Pada tanggal 19 Agustus 1945, diadakan sidang kedua PPKI. Hasil


sidang kedua tersebut menghasilkan:
1) Membentuk kabinet yang terdiri atas 12 Kementrian dan 4 Mentri
Negara.
2) Membentuk Pemerintah Daerah, yang tiap-tiap daerah dipimpin oleh
seorang Gubernur.

Selanjutnya, sidang ketiga PPKI dilaksanakan pada tanggal 22


Agustus 1945. Hasil sidang ketiga PPKI antara lain:
1) Pembentukan Komite Nasional di samping telah adanya Komite
Nasional Indonesia Pusat.
2) Pembentukan Partai Nasional sebagai partai politik.
3) Pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR).

Demikianlah PPKI sebagai panitia yang mempersiapkan pemerintahan


Indonesia merdeka. Sidang-sidang PPKI itu kemudian menghasilkan dan
membentuk apa yang dibutuhkan bagi suatu negara yang telah berdiri.
Primadia,

B. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


Pada tanggal 6 Agustus 1945 bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima
Jepang oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan semangat tentara Jepang.

9
Sehari kemudian, Badan Penyidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI), atau Dokuritsu Junbi Cosakai berganti nama menjadi Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), atau Dokuritsu Junbi Inkai dalam
bahasa Jepang.
Hal tersebut ditujukan untuk lebih menegaskan keinginan serta tujuan untuk
mencapapai kemerdekaan Indonesia.
Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas kota
Nagasaki yang menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan
sekutunya.
Momen ini dimanfaatkan Indonesia untuk memproklamasikan
kemerdekaannya.
Soekarno dan Hatta selaku pimpinan PPKI beserta Radjiman Wedyodiningrat
sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, Vietnam untuk bertemu
Marsekal Terauchi.
Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang diambang kekalahan dan
akan memberi kemerdekaan kepada Indonesia.
Sementara pada tanggal 10 Agustus 1945, Sutan Syahrir telah mendengar
berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada sekutu.
Para pejuang bawah tanah bersiap memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah
Jepang.
Tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat,
Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta, dan Radjiman Wedyodiningrat
bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada
Indonesia dan proklamasi kemerdekaan bisa dilaksanakan dalam beberapa hari.
Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta, dan Radjiman kembali ke tanah air
dari Dalat, Sutah Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan
kemerdekaaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat
Jepang.

10
Karena Jepang telah menyerah kepada sekutu dan demi menghindari
perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang pro dan anti Jepang.
Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak
memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak PPKI.
Sementara, Syahrir menganggap bahwa PPKI adalah bentukan Jepang dan
proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan hadiah Jepang.
Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang secara resmi menyerah kepada sekutu
di kapal USS Missouri.
Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena
Jepang berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan sekutu.
Sutah Syahrir, Wikana, Darwis, dan Choerul Saleh mendengar kabar ini
melalui radio BBC.
Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda
mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Golongan tua tidak ingin terburu – buru. Mereka tidak ingin terjadinya
pertumpahan darah pada saat proklamasi.
Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk
memperoleh informasi di kantornya di Koningsplein (Medan Merdeka).
Tapi kantor tersebut kosong. Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo
kemudian ke kantor Bukanfu, Laksamana Muda Maeda, di Jalan Medan Merdeka
Utara (Rumah Maeda di Jl Imam Bonjol 1).
Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas
keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi
dan masih menunggu instruksi dari Tokyo.
Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada puku 10 pagi 16 Agustus
1945.
Keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala
sesuatu yang berhubungan dengan persiapan proklamasi kemerdekaan.

11
Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan
kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pemuda dari
beberapa golongan.
Rapat PPKI pada tanggal 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena
Soekarno dan Hatta tidak muncul.
Peserta BPUPKI dalam perjalanan sejarah menuju kemerdekaan Indonesia, dr.
Radjiman adalah satu – satunya orang yang terlibat secara aktif dalam kancah
perjuangan berbangsa dimulai dari munculnya Boedi Oetomo sampai
pembentukan BPUPKI.

1. Detik Detik Pembacaan Naskah Proklamasi


Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan
teks proklamasi kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 – 04.00
dini hari.
Teks proklamasi ditulis di ruang makan Laksamana Tadashi Maeda Jalan
Imam Bonjol No 1. Para penyusun teks proklamasi adalah Ir. Soekarno, Drs.
Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebardjo.
Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri.
Di ruang depan, hadir juga B.M Diah, Sayuti Melik, Sukarni, dan
Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi
adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia.
Teks proklamasi itu diketik oleh Sayuti Melik. Pagi harinya, 17 Agustus
1945, di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan timur 56.
Acara dimulai pukul 10.00 dengan pembacaan teks proklamasi
kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa
teks.
Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh Fatmawati,
dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh Soewirjo, wakil wali kota Jakarta
pada masa itu dan Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor.

12
2. Isi Teks Proklamasi
a. Teks proklamasi asli
“Proklamasi Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan
Kemerdekaan Indonesia. Hal² jang mengenai pemindahan kekoeasaan
d.l.l., diselenggarakan dengan tjara saksama dan dalam tempoh jang
sesingkat-singkatnja.
Djakarta, 17 – 8 – ’05
Wakil² bangsa Indonesia”
b. Teks Otentik
“P R O K L A M A S IKami bangsa Indonesia menjatakan Kemerdekaan
Indonesia. Hal – hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l.,
diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat
– singkatnja.
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta”

3. Perbedaan Teks Asli dan Otentik Proklamasi


a. Kata “Proklamasi” diubah menjadi “P R O K L A M A S I”
b. Kata “Hal²” diubah menjadi “Hal – hal”
c. Kata “tempoh” diubah menjadi “tempo”
d. Kata “Djakarta, 17 – 8 – ’05” diubah menjadi “Djakarta, hari 17 boelan 8
tahoen 05”
e. Kata “Wakil² bangsa Indonesia” diubah menjadi “Atas nama bangsa
Indonesia”
f. Isi teks proklamasi asli adalah tulisan tangan Ir. Soekarno dan hasil
gubahan Drs. Moh. Hatta dan Mr. Raden Ahmad Soebardjo. Sedangkan
isi teks otentik adalah hasil ketikan dari Mohamad Ibnu Sayuti Melik.

13
g. Teks proklamasi asli tidak ditandatangani, sedangkan pada teks otentik
sudah ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta.

C. Faktor yang Menjadi Identitas Proses Bernegara


1. Primordial
2. Sakral
3. Tokoh
4. Bhineka Tunggal Ika
5. Sejarah
6. Perkembangan Ekonomi
7. Kelembagaan

14
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Proses bernegara pada masa sebelum kemerdekaan lebih mengacu pada
perjuangan melawan penjajah, sedangkan pada masa sekarang mengacu pada
upaya bela negara melalui pendidikan, penciptaan identitas bersama, dan
memiliki hubungan internasional dengan negara lain.

B. Saran
Semoga dengan dibuatnya makalah ini pembaca dapat memahami bagaimana
proses bernegara bangsa Indonesia ini, dan pembaca bisa lebih menghargai para
pahlawan kita yang gugur memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

15
DAFTAR PUSTAKA
Adara. 2017. Sejarah Pembentukan PPKI. [Online].
(https://www.google.com/amp/s/sejarahlengkap.com/organisasi/sejarah-
pembentukan-ppki/amp diakses tanggal 18 Februari 2020 pukul 20:55 WIB) 
Ahmad. 2020. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. [Online].
(https://www.yuksinau.id/proklamasi-kemerdekaan-indonesia/ diakses tanggal 18
Februari 2020 pukul 21:11 WIB)
Septiani, Ayu. 2019. Kronologi Masuknya Jepang ke Indonesia. [Online].
(https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/ayuseptiani/kronologi-
masuknya-jepang-ke-indonesia_551ad3c2a333118d20b65a3a diakses tanggal 19
Februari 2020 pukul 20:13 WIB)

16

Anda mungkin juga menyukai