Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

a. Inventarisasi

Menurut Wijaya, (2012:2) bahwa inventarisasi disebut sebagai pekerjaan

seseorang yang dilakukan langsung dengan menjelajah alam atau kegiatan yang

menyatu dengan alam berupa tumbuhan dan hewan yang dapat mengetahui

keberadaan lingkungan dan habitat makhluk hidup.

Menurut Jalaluddin, (2014:119) inventarisasi merupakan suatu pekerjaan

awal yang dilakukan dalam bentuk pengumpulan data sehingga hasilnya

tersusun secara sistematis baik itu jenis hewan maupun jenis tumbuhan yang ada

disuatu kawasan. Berdasarkan pendapat para ahli diatas penulis dapat

menyimpulkan bahwa inventarisasi diartikan sebagai bentuk pencatatan atau

pengumpulan data yang secara jelas dan terinci melalui susunan dan kosep

sehingga dapat mengetahui kekayaan alam baik itu keberadaan dan tempat suatu

benda atau habitat lainnya terutama pada makhluk makhluk hidup itu sendiri.

b. Anura

Bangsa Anura merupakan bangsa amfibi yang terbesar dan memiliki beberapa

macam jenis yang mencapai kisaran antara 4.100 lebih jenis katak dan kodok.

Jumlah taksa baru terus bertambah hingga pada saat sekarang masih banyak

yang belum diteliti, yang telah dicatat dari Indonesia sekitar 450 jenis, yang

merupakan kumpulan taksa individu di luar amerika selatan yang mewakili

sekitar 11% jenis Anura diseluruh Dunia (Iskandar, 1998:29).


Amfibi digolongkan dalam satwa yang berdarah dingin (Ektotermal) dengan

hidup di dua alam yaitu di Darat dan di Air, dengan demikian kehidupan Amfibi

sangat tergantung pada suhu lingkungannya sehingga dapat bertahan hidup

dengan kondisi yang cukup stabil. Jenis Amfibi di Dunia kurang lebih terdiri

dari 7.405 jenis, dan memiliki 3 bangsa yang diantaranya yaitu: bangsa

Gymnophiona atau sesila dimana bangsa ini mempunyai anggota yang

berjumlah 204 jenis, dan terdiri dari 33 marga dan 10 famili, bangsa Caudata

atau salamander dan newt yaitu mempunyai anggota 676 jenis, yang terdiri dari

66 marga dan famili, Anura atau katak dan kodok yakni mempunyai anggota

6.525 jenis yang terdiri dari 438 marga dan 55 famili (Kamsi dkk, 2017:28)

Menurut hasil penelitian (Saputra, 2016:34) Amphibi merupakan salah

satu keanekaragaman hayati yang penting dalam sistem kehidupan. Keberadaan

Amfibi memiliki tipe pada habitatnya sehingga dapat mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan pada Amfibi. Kehidupan Amfibi di Perairan

tidak terpisah dengan habitatnya, perairan tersebut memiliki tipe dan

karakteristik yang berbeda dimana pada habitat makro maupun mikro.

Perbedaan kedua habitat tersebut akan mempengaruhi jenis Amfibi, seperti yang

ditemukan di daerah perairan yang memiliki kecepatan arus yang tinggi, dan ada

pula yang menemukan di perairan dengan kecepatan arus rendah seperti di air

yang tenang (Putra, 2012:156).

Amfibi adalah salah satu biota yang terdapat di Indonesia yang begitu

kurang mendapat perhatian dalam penelitian tentang Amfibi sebagai salah satu
komponen ekosistem, padahal Amfibi sangat berperan dalam rantai makanan

yang memiki kegunaan terutama bagi manusia baik sacara ekologi maupun

ekonomi (Leksono, 2017:75).

c. Morfologi Anura

Bangsa Anura umumnya dikenal dengan nama lain yaitu kodok dan

katak, secara morfologinya dapat kita ketahui melalui perbedaan antara

katak dan kodok:

1. Morfologi kodok

Kodok memiliki tubuh yang unik, pendek, tungkai belakang yang

panjang, dan bermata besar, gerakan pada kodok memiliki perbedaan dengan

hewan-hewan lainnya. Dengan tungkai yang panjang yang di milikinya

kodok mampu berpindah tempat dengan cara melompat. Ciri khas pada

kodok adalah adanya gendang telinga di bagian belakang kedua mata di sisi

kepala, selaput pada gendang telinga sangat peka ketika ada getaran udara

sehingga memiliki kemampuan yang erat untuk menghasilkan suara

(Susanto, 1989:5-7).

2. Morfologi katak

Umumnya katak memilki sepasang kaki yang panjang dan digunakan

untuk melompat, pada sela-sela jari memilki selaput yang bisa membantu

aktivitasnya dalam berenang, kulit pada katak juga memilki kulit yang harus

selau basah karena kulit yang di gunakannya adalah alat untuk bernapas

(Ningsih, 2009:50). Katak berbeda dengan kodok, ukuran tubuh katak


biasanya lebih kecil dari pada tubuh kodok, adapun jenis kodok yang besar

yang di temukan di Afrika barat dengan ukuran panjang tubuh pada kodok

mencapai 30 cm (Ningsih, 2009:25)

d. Habitat Anura

Habitat Anura memiliki dua jenis habitat yaitu di daratan dan di

perairan. Keberadaan kodok muda hingga dewasa di daratan lebih banyak

membutuhkan masa waktunya yang lama, sedangkan pada masa berudu atau

masih berkecebong keberadaan habitatnya lebih banyak di perairan. Kodok

memiliki kemampuan yang tinggi dalam beradaptasi terhadap lingkungan,

tinnginya kemampuan kodok dalam beradaptasi karena kodok tersebut

merupakan hewan yang berdarah dingin dimana pada suhu tubuh yang di

milikinya akan selalu mengikuti suhu yang di sekitarnya, baik itu suhu

udara maupun suhu air pada tempat hidupnya. Hanya terdapat beberapa

spesies saja jenis kodok yang mampu hidup dan berkembang biak pada suhu

di bawah 0o C, dan pada spesies yang lain dengan kisaran suhu 34o C.

(Susanto, 1989:5-6).

Amfibi merupakan peranan yang sangat penting dalam komponen

penyusun ekosistem, baik secara ekologis maupun ekonomis. Di indonesia

penelitian mengenai Amfibi ini masih begitu kurang mendapatkan perhatian

dan masih begitu terbatas. Pulau sumatera adalah pulau terbesar akan tetapi

masih banyak yang kurang minat untuk penelitian tentang Amfibi. Dengan

di abaikanya catatan mengenai Amfibi secara politis karna amfibi di

Indonesia tidak termasuk kedalam daftar satwa liar yang dilindungi undang-
undang, maka tidak mengherankan jika kerusakan yang terjadi pada habitat

Amfibi sehingga kita tidak tahu hewan yang hidup didalamnya. Untuk

mempertahankan populasi dan habitat Amfibi tersebut perlu untuk

mengumpulkan data tentang keanekaragaman jenis amfibi berdaasarkan tipe

habitatnya agar nantinya dapat di manfaatkan terutama di kalangan

masyarakat (Ariza, 2014:22).

e. Metamorfosis

Pada umumnya perkembangbiakan kodok masih tergantung dengan air.

Pembuahan terjadi pada luar tubuh induk betina yang masih terbungkus

dalam lendir dan membentuk gumpalan atau selongsong panjang.

Perkembangbiakannya mulai dari telur meunuju kodok dewasa akan

melewati tahap kecebong, yaitu pada ekor yang lebih panjang dari tubuhnya

dan hidupnya masih didalam air. Setelah melewati proses metamorfosis

ekornya akan menghilang dan berkambang menjadi miniatur kodok yang di

sebut dengan perci (kodok muda) (Susanto, 1989:6).

Menurut Ningsih, (2009:51) perkembangan katak pada awalnya dari

katak betina yang dewasa akan bertelur dan akan menetas setelah 10 hari,

kemudian setelah telur katak menetas akan menjadi berudu. Setelah berkisar

dari umur 2 hari, berudu tersebut sudah memilki insang luar yang berbulu

untuk bernapas. Berjalannya waktu 3 minggu berudu tersebut akan tertutup

oleh kulit, setelah 8 minggu menjelang, kaki belakang berudu akan

terbentuk dan akan membesar ketika kaki depan mulai muncul.

Terbentuknya kaki depan setelah umur 12 minggu, dan ekornya menjadi


pendek dan sudah bernapas dengan paru-paru. Setelah anggota badan

bertumbuh dengan sempurna, katak tersebut akan berubah menjadi katak

dewasa.

Metamorfosis pada katak terjadi 2 proses dalam pertumbuhan dan

perkembangan sistem organ yang di antaranya yaitu pada sistem pencernaan

makanan dan sistem pernapasan. Katak bertelur di tempat-tempat yang

lembab atau di air, setelah telur menetas akan menjadikan berudu dan hidup

ditempat yang basah atau di Air dengan bernapas melalui insang, setelah

beberapa lama dalam proses pertumbuhan berudu akan berkembang menjadi

hewan dewasa dan berpindah di tempat yang kering atau di daratan dengan

bernapas melalui paru-paru (Sugiarto, 2016:8-9).

Anda mungkin juga menyukai