Anda di halaman 1dari 5

UJIAN TENGAH SEMESTER

Nama : Muhammad Ikramul Haq


NIM : 1193030062
Mata Kuliah : Fiqh Mawarits
Kelas/Jurusan : B/HTn (Siyasah)
Semester : III (Tiga)
Dosen Pengampu : Dr. Siah Khosyi’ah M.Ag

1. Petakan sebab-sebab kewarisan dan penghalang kewarisan sejak zaman sebelum


Islam sampai sekarang dan kenapa ada perubahan dari masa masa tersebut!

Jawab:

Pada masa pra-Islam, pembagian harta warisan dilakukan dengan memakai dua sistem,
yaitu sistem keturunan dan sistem sebab. Tradisi pembagian harta warisan pada masa
jahiliah bersifat patrilinear, artinya anak-anak yang belum dewasa dan kaum perempuan
tidak berhak mendapatkan harta warisan, sekalipun mereka merupakan ahli waris dari
yang telah meninggal. Sangat jelas bahwa sebelum Islam datang bangsa Arab
memperlakukan kaum wanita secara zalim. Mereka tidak memberikan hak waris kepada
kaum wanita dan anak-anak, baik dari harta peninggalan ayah, suami, maupun kerabat
mereka.

Pada masa pra-Islam, warisan dapat diberikan jika ada hubungan kekerabatan. Selain
itu, mereka berkeyakinan bahwa harta warisan dapat diberikan kepada orang-orang yang
mempunyai perjanjian prasetia, dan anak-anak yang diadopsi (pengangkatan anak).

Pada masa awal Islam, masih berlaku sistem pembagian kewarisan masa jahiliah
hingga turun ayat yang menerangkan bahwa para lelaki (tidak memandang dewasa atau
anakanak) memperoleh bagian (pusaka) dari harta peninggalan orang tua dan kerabat-
kerabat terdekat, begitu juga dengan perempua, baik harta itu sedikit maupun banyak.
Sebagaimana Allah swt menjelaskan dalam al-Qur’an:

‫أق َربُون م ما قَل‬ ‫صي ما َو ِلدَان‬ ‫أق َرُبون ِ ِء‬ ‫صي ما َو ِلدَان‬ ‫ل ل ِ جا‬
َ‫وٱ أْل‬ ‫ك ٱ أل‬ ‫ َر‬Oَ‫ب ت‬ َ ‫ن‬ ‫وٱ أْلَ ن‬ ‫ك ٱ أل‬ ‫ َر‬Oَ‫ب ت‬ ‫ر ل‬
‫م‬ ٓ‫و سا‬ ‫م‬
َ ‫ِلل‬ َ
‫ َر ۚ ن صيًبا م أف ُروضا‬Oُ‫كث‬
‫م أنهُ أَ‪ O‬أو‬
“Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan kedua orang tua dan kerabatnya,
dan bagi perempuan ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan kedua orang tua dan
kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan”.

Dengan turunnya ayat di atas, terhapuslah adat jahiliah yang tidak memberikan pusaka
kepada perempuan dan anak-anak kecil. Dapat dipahami bahwa dalam pewarisan awal
Islam, kaum kerabat yang berhak menerima harta warisan tidak terbatas kepada kaum
laki- laki dewasa saja, melainkan juga kepada anak-anak dan perempuan. Adanya hijrah
dan ikatan persaudaraan juga memungkinkan untuk mendapatkan harta warisan, dan
dalam kewarisan Islam, tidak dikenal adanya janji prasetia dan pengangkatan anak
(adopsi).

Dengan seiring perkembangan zaman kemudian Islam mengatur hukum pembagian


warisan sedemikian rupa untuk memantaskan, atau mengadili dalam kewarisan,
bagaimana cara pembagiannya, syarat-syaratnya, rukun kewarisan, Hukum kewarisan dan
siapa yang berhak menerima waris.

2. Jelaskan bagaimana hubungan perkawinan dengan kewarisan jika perkawinannya


tidak di catatat dan bagaimana solusinya!

Jawab:

Stigma anak tidak sah dan anak luar kawin dalam bahasa hukum di Indonesia bagi
anak yang dilahirkan dari hubungan luar kawin atau perkawinan yang tidak sah telah
membenturkan hubungan hukum agama dengan hukum negara dalam hal pengakuan anak
yang dilahirkan dari perkawinan yang tidak dicatatkan. Anak-anak yang dilahirkan dari
perkawinan yang tidak dicatatkan dianggap sebagai anak luar kawin (dianggap tidak sah)
oleh negara, sehingga anak hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibu dan
keluarganya, sedangkan hubungan perdata dengan bapaknya tidak ada.

Ketentuan hukum sebagaimana disebutkan di atas dirasakan sangat tidak adil bagi
anak, karena sesungguhnya anak tidak pernah menginginkan dilahirkan secara tidak sah,
sebagai akibat dari perkawinan orang tuanya tidak dicatatkan. Tepat kiranya jika
Mahkamah Konstitusi melalui Putusan Nomor 46/PUU-VIII/2010, telah memutuskan
bahwa anak mempunyai hubungan perdata dengan bapak biologisnya, jika dapat
dibuktikan melalui ilmu pengetahuan dan teknologi atau bukti lainnya. Atas dasar
Putusan Mahkamah Konstitusi ini, diasumsikan timbul konsekuensi yuridis bahwa anak
tidak sah (dalam
pengertian anak yang lahir dari perkawinan tidak tercatat), tetap berhak untuk mendapat
warisan yang ditinggalkan oleh bapak biologisnya, tetapi permasalahan ini belum selesai,
karena jika seseorang meninggal dunia dan ada harta yang ditinggal, maka dalam
perspektif hukum acara, para ahli waris yang berhak harus dibuktikan melalui penerbitan
surat keterangan ahli waris.

Solusi yang dapat dilakukan yaitu hendaknya pemerintah mengeluarkan peraturan


perundang-undangan yang terkait dengan kedudukan dan penetapan hak waris anak yang
lahir dari perkawinan tidak tercatat dan hendaknya segera menerbitkan peraturan
perundang-undangan yang tegas dan jelas untuk mengatur tentang pembuatan surat
keterangan ahli waris, baik terhadap perkawinan yang sah secara agama dan tercatat,
maupun terhadap perkawinan yang sah secara agama tetapi tidak tercatat.

3. Jelaskan perbedaan harta peninggalan (tirkah) dan harta waris (mauruts) dan
setiap mahasiswa membuat contoh penyelesaian harta waris setiap mahasiswa tidak
boleh sama!

Jawab:

Harta peninggalan adalah semua harta yang ditinggalkan oleh orang yang sudah
meninggal. Seangkan harta warisan adalah bagian harta peninggalan orang yang sudah
meninggal setelah dibayar hutang, wasiat, keperluan urus jenazah serta kebajiban yang
lainnnya.

Contoh penyelesaian harta waris:

“Bapak Wawan meninggal dunia meninggalkan harta Warisan yang total jumlahnya Rp. 150
jt. Pak Wawan memiliki hutang sebesar Rp. 8.750.000, pengurusan Jenazah Rp. 1.800.000,
wasiat Rp. 5.450.000. Ahli Waris: (1). Isteri, (2). Ibu, (3). Bapak, (4). 1 Anak Laki-laki, (5). 2
anak Perempuan. Berapa bagian dari masing-maisng Ahli waris? “
Jawaban:
 (Warisan – Hutang) = Rp. 150.000.000 – Rp. 8.750.000
= Rp. 141.250.000
 (Sisa Warisan – Pengurusan Jenazah) = Rp. 141.250.000 – Rp. 1.800.000
= Rp. 139.450.000
 (Sisa Warisan – Wasiat) = Rp. 139.450.000 – Rp. 5.450.000
= Rp. 134.000.000
Jadi, Sisa warisan adalah Rp. 134.000.000

Hitung jumlah pembagian Warisan pada Ahli waris:

1. Isteri = 1/8 x 134.000.000


= Rp. 16.750.000
2. Ibu = 1/6 x 134.000.000
= 22.334.000
3. Bapak = 1/6 x 134.000.000
= 22.334.000

Total Jumlah Isteri, Ibu, Bapak = Rp. 61.418.000

 (Sisa Warisan – Total jumlah Isteri, Ibu, Bapak)


(134.000.000 – 61.418.000 = 72.582.000)

Pembagian Harta warisan pada Anak:

1. (1) Anak Laki-laki x 2 = 2------------> (2/4 x 72.582.000 = 36.291.000)


2. (2) Anak Perempuan x 1 = 2 ----- > (2/4 x 72.582.000 = 36.291.000)
4

Anda mungkin juga menyukai