Anda di halaman 1dari 19

FISIOTERAPI PADA LUKA BAKAR (COMBUSTION)

OLEH :

YULIA APRILIANA

2010306108

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI PROFESI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA

i
HALAMAN PENGESAHAN

KASUS LUKA BAKAR (COMBUSTION)

MAKALAH

Disusun oleh :

Yulia Apriliana

2010306108

Makalah Ini Dibuat Guna Menyelesaikan Tugas Stase Integumen

Program Studi Profesi Fisioterapi

Fakultas Ilmu Kesehatan

di Universitas ‘Aisyiyah

Yogyakarta

Oleh :

Pembimbing :

Tanggal : 22 Januari 2021

Tanda tangan:

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, inayah,

taufik, dan ilham-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk

maupun isinya yang sangat sederhana. Makalah yang berjudul “Fisioterapi Pada kasus Luka Bakar

(Combustion)” ini ditulis guna melengkapi tugas pada Program Studi Profesi Fisioterapi Fakultas

Ilmu Kesehatan Universitas Aisyiyah Yogyakarta.

Penyusun menyadari sepenuhnya atas keterbatasan kemampuan dan pengetahuan sehingga

makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu penyusun

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Allah SWT atas segala rahmat dan petunjuk-Nya sehingga makalah ini dapat selesai dengan tepat

waktu,

2. Bapak/Ibu pembimbing lahan RS PKU Muhammadiyah Petanahan

3. Bapak/Ibu pembimbing kampus Universitas Aisyiyah Yogyakarta.

4. Teman-teman sejawat Profesi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Aisyiyah

Yogyakarta.

Penyusun telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyusun makalah presentasi ini,

namun penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan masih jauh dari kesempurnaan. Semoga

makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan khususnya pada penyusun.

Kebuman, 22 Januari 2021

iii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...............................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................. ii

KATA PENGANTAR ............................................................................................ iii

DAFTAR ISI............................................................................................................ iv

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Luka Bakar (Combustion).............................................1

B. Etiologi Luka Bakar (Combustion).............................................1

C. Patologi Luka Bakar (Combustion).............................................2

D. Tanda dan gejala Luka Bakar (Combustion)...............................5

BAB II PROSES FISIOTERAPI

A. Asessment Fisioterapi..................................................................8

B. Diagnosis Fisioterapi....................................................................11

C. Intervensi......................................................................................13

D. Rencana Intervensi.......................................................................13

BAB III PENUTUP

A. Implikasi Klinis...........................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Luka Bakar.

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak

dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Luka bakar adalah luka

yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api

secara langsung maupun tidak langsung, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan

kimia, air, dll) atau zat-zat yang bersifat membakar (asam kuat, basa kuat).

Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai peranan dalam

homeostasis. Kulit merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar

16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter

persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis

kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan

atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong.

Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang

merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari

mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat.

B. Etiologi Luka Bakar.

Etiologi luka bakar akibat cedera termis antara lain:

a. Air panas (scald), khususnya pada anak.

b. Api (flame), merupakan 50% penyebab luka bakar pada dewasa. Pajanan panas

langsung (contact), baik oleh sumber api maupun terkena cairan yang mudah terbakar

(bensin, minyak, cairan dari pemantik api) Pajanan suhu tinggi dari matahari

Selain itu, 3-4% dari luka bakar disebabkan oleh cedera elektrik, yang dapat
1
dikategorikan sebagai berikut:

a. Cedera akibat listrik dari apliansi rumah tangga, umumnya voltase kecil

b. Cedera akibat listrik tegangan tinggi, yaitu pada voltase >1000V.

c. Cedera akibat pajanan listrik sesaat (Flash), ketika terdapat pajanan listrik voltase tinggi

namun tidak ada aliran listrik yang melewati tubuh.

Luka bakar juga dapat disebabkan oleh bahan kimia yang berasal dari bahan-bahan

kimia yang digunakan di rumah tangga maupun dari pabrik. Luka bakar cedera

kimia umumnya dalam karena sifat agen kimia yang korosif, khususnya jika bersifat alkali.

Luka bakar kimia sering kali terkait dengan pekerjaan (occupational hazard).

(alomedika.com.2018)

C. Patologi Luka Bakar.

Pemahaman mengenai patofisiologi dari luka bakar penting untuk penatalaksanaan

yang tepat. Secara umum, respon tubuh terhadap cedera termis dapat dibagi menjadi respon

lokal dan sistemik:

a. Respon Lokal

Berdasarkan penelitian oleh Jackson pada tahun 1947, terdapat 3 zona pada luka bakar:

1. Zona Koagulasi.

Pada zona ini, kerusakan jaringan sudah tidak dapat diperbaiki karena protein

penyusun jaringan tersebut sudah mengalami koagulasi. Zona ini melambangkan

kerusakan maksimal akibat cedera termis.

2. Zona Stasis

Jaringan pada zona ini masih dapat diselamatkan, namun sudah terdapat

penurunan perfusi di jaringan yang mengelilinginya. Perfusi di jaringan inilah yang

berusaha ditingkatkan saat resusitasi luka bakar, sekaligus mencegah kerusakan


2
menjadi ireversibel. Perlu diwaspadai bahwa adanya komorbiditas seperti hipotensi

berkepanjangan, infeksi, maupun edema, memiliki potensi menjadikan jaringan di

zona stasis rusak secara permanen.

3. Zona Hiperemia.

Perfusi jaringan ditemukan tertinggi pada zona hiperemia, yang merupakan

zona terluar dalam luka bakar. Jaringan pada zona ini biasanya akan mengalami

perbaikan. Namun, adanya perburukan kondisi sistemik seperti sepsis atau

hipoperfusi jangka panjang dapat mengganggu proses perbaikan jaringan pada zona

hiperemia. [3]

b. Respon Sistemik

Efek sistemik muncul dipengaruhi oleh pelepasan sitokin dan mediator inflamasi

terutama setelah area luka bakar mencapai 30% dari total luas permukaan tubuh/ total

body surface area (TBSA). [5]

1. Perubahan Kardiovaskular

Perubahan kardiovaskular yang terjadi adalah peningkatan permeabilitas

kapiler. Hal ini berakibat pada perpindahan protein dan cairan intravaskuler ke

jaringan interstisial. Sebagai respon peningkatan permeabilitas, akan terjadi pula

vasokonstriksi perifer dan splangnikus, sementara kontraktilitas miokard menurun.

Kaskade kejadian ini dipengaruhi oleh dilepaskannya mediator inflamasi tumour

necrosis factor α (TNF α). Semua perubahan yang telah disebutkan di atas,

ditambah dengan hilangnya cairan dari zona luka, dapat berakibat hipotensi

sistemik dan hipoperfusi end organ.

3
Secara khusus, gangguan sirkulasi yang telah disebutkan di atas dimediasi

oleh 4 mekanisme, yaitu (1) perubahan integritas membran mikrovaskular, (2)

perubahan hukum Starling, (3) gangguan perfusi/syok selular, dan (4) evaporative

heat loss. [3]

1) Perubahan integritas membran mikrovaskular

Diawali dengan cedera termis yang mengaktivasi pelepasan mediator

pro inflamasi seperti histamin. Hal ini kemudian mengaktivasi faktor

komplemen yang mempromosikan perlekatan Polymorphonuclear (PMN) ke

endotel. Endotel yang mengalami inflamasi kemudian melepaskan radikal

bebas yang kemudian diikuti peroksidasi lipid. Rangkaian kejadian ini

kemudian mengaktivasi kaskade koagulasi dan pelepasan sitokin (IL1, TNF

α). Secara keseluruhan endotel yang mengalami inflamasi kemudian

mengalami perubahan bentuk menjadi membulat. Hal ini menyebabkan jarak

interstitial melebar dan permeabilitas kapiler meningkat.

2) Perpindahan cairan yang diakibatkan peningkatan permeabilitas kapiler.

Diatur oleh Hukum Starling. Berdasarkan hukum tersebut, perpindahan

cairan bergantung dari gradien tekanan hidrostatik yang berlawanan dengan

tekanan osmotik dari jaringan koloid.

3) Keluarnya cairan dari intravaskuler menyebabkan hipovolemia intravaskular

yang berujung gangguan perfusi (hipoksia) pada organ yang kemudian dapat

berakibat cedera reperfusi dan syok.

4
4) Kehilangan kulit sebagai barrier akibat cedera termis juga

menyebabkan evaporative heat loss yang memperparah keseluruhan

gangguan perfusi.

2. Perubahan Respiratori

Perubahan respiratori mediator inflamasi menyebabkan bronkokonstriksi,

dan pada kasus luka bakar yang berat dapat menyebabkan sindroma gagal

napas (respiratory distress) . [5]

3. Perubahan Metabolik

Perubahan metabolik laju metabolik basal (basal metabolic rate BMR)

meningkat hingga tiga kali dari BMR normal. Hal ini, terutama jika dibarengi oleh

hipoperfusi splanchnic, mengakibatkan proses katabolisme yang hebat. [5]

4. Perubahan Imunologi

Perubahan imunologi terdapat penurunan respon sistem imun yang non-

spesifik, baik melalui jalur cell-mediated maupun humoral.

Jika luka bakar disebabkan oleh cedera elektrik, aliran listrik akan mengalir

dalam tubuh dan menyebabkan kerusakan di antara titik masuk (entry) dan titik

keluar (exit) listrik. Di dalam tubuh, aliran listrik akan menghasilkan panas, sebesar

0,24 x (voltase) squared x resistensi. Selanjutnya, panas yang ditimbulkan akan

merusak jaringan dan menyebabkan perubahan fisiologi tubuh seperti yang sudah

dijelaskan di atas. Cedera yang disebabkan di dalam tubuh akan bergantung dari

voltase aliran listrik.

D. Tanda Dan Gejala Luka Bakar.

Penilaian Derajat Luka Bakar.

1. Luka bakar grade I


5
a. Disebut juga luka bakar superficial.

b. Mengenai lapisan luar epidermis, tetapi tidak sampai mengenai daerah dermis. Sering

disebut sebagai epidermal burn

c. Kulit tampak kemerahan, sedikit oedem, dan terasa nyeri. d. Pada hari ke empat akan

terjadi deskuamasi epitel (peeling).

2. Luka bakar grade II.

a. Superficial partial thickness:

 Luka bakar meliputi epidermis dan lapisan atas dari dermis

 Kulit tampak kemerahan, oedem dan rasa nyeri lebih berat daripada luka bakar grade I

 Ditandai dengan bula yang muncul beberapa jam setelah terkena luka

 Bila bula disingkirkan akan terlihat luka bewarna merah muda yang basah

 Luka sangat sensitive dan akan menjadi lebih pucat bila terkena tekanan

 Akan sembuh dengan sendirinya dalam 3 minggu ( bila tidak terkena infeksi ), tapi warna

kulit tidak akan sama seperti sebelumnya.

b. Deep partial thickness

 Luka bakar meliputi epidermis dan lapisan dalam dari dermis

 disertai juga dengan bula

 permukaan luka berbecak merah muda dan putih karena variasi dari vaskularisasi

pembuluh darah( bagian yang putih punya hanya sedikit pembuluh darah dan yang merah

6
muda mempunyai beberapa aliran darah

 luka akan sembuh dalam 3-9 minggu.

3. Luka bakar grade III

a. Menyebabkan kerusakan jaringan yang permanen.

b. Rasa sakit kadang tidak terlalu terasa karena ujung-ujung saraf dan pembuluh darah sudah

hancur.

c. Luka bakar meliputi kulit, lemak subkutis sampai mengenai otot dan tulang 1

4. Luka Bakar grade IV

Berwarna hitam.

7
BAB II

PROSES FISIOTERAPI

A. Assesment Fisioterapi

1. Anamnesis Pada kasus ini

Anamnesis dilakukan secara langsung kepada pasien (auto anamnesis). Anamnesis

dikelompokkan menjadi :

a. Anamnesis umum Pada anamnesis umum didapatkan data berupa ; (1) Nama (2) Umur :

(3) Agama (4) Pekerjaan (5) Alamat (6) No.Catatan Medik

b. Anamnesis khusus Informasi yang diperoleh dari anamnesis khusus berupa :

1) Keluhan Utama

Keluhan utama pasien pada kasus ini adalah adanya odeam pada bagian yang

mengalami luka bakar, nyeri dan dalam beberapa kasus terjadi kontraktur.

2) Riwayat Penyakit Sekarang

Riwayat penyakit sekarang yaitu gambaran singkat perjalanan pasien saat

mengalami kasus tersebut hingga treatment yang sudah di jalankan.

3) Riwayat Penyakit Dahulu

Gambaran singkat mengenai pasien apakah pernah mengalami kasus yang sama di

masa lampau atau adakah riwayat medis lain.

4) Riwayat penyakit penyerta.

Gambaran singkat mengenai riwayat penyakit penyerta pasien apakah pasien sedang

mengalami peyakit lainnya.

8
5) Riwayat Pribadi

Gambaran mengenai identitas pasien baik pekerjaan, aktifitas atau lingkungan

tempat tinggal.

6) Riwayat Keluarga

Gambaran mengenai keluarga apakah menderita penyakit yang sama

c. Anamnesis system

Dilakukan untuk mengetahui tentang ada tidaknya keluhan atau gangguan yang

berhubungan dengan system yang lain didalam tubuh.

1) Kepala dan leher Dalam anamnesis pasien apakah ada mengeluh pusing dan kaku leher.

2) Kardiovaskuler Dalam anamnesis pasien apakah ada keluhan nyeri dada dan jantung

berdebardebar.

3) Respirasi apakah ada keluhan sesak napas dan batuk.

4) Gastrointestinalis apakah ada keluhan mual, muntah, BAB lancar dan terkontrol.

5) Urogenetalis BAK apkah lancar atau terkontrol.

6) Muskuloskeletal apakah mengalami pengecilan, penurunan kekuatan otot penggerak

dan keterbatasan pada area yang terkena atau anggota gerak lainnya

7) Nervorum apakah ada keluhan kesemutan

2. Pemeriksaan Obyektif

Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi :

a. Vital sign terdiri dari ; (1) Tekanan darah, (2) Nadi,(3) Pernapasan, (3) Temperatur, (4)

Tinggi badan, (5) Berat badan.


9
b. Inspeksi Dari pemeriksaan inspeksi statis apakah ada atropi pada tungkai atau kontraktur,

Sedangkan inspeksi secara dinamis dapat diamati bahwa pada saat berjalan tidak

normal/pincang dan badan membungkuk.

c. Palpasi Palpasi pada kasus ini untuk menentukan apakah ada odeam, spasme, nyeri dan

suhu local pada sisi yang

d. Perkusi Pada kondisi ini perkusi tidak dilakukan.

e. Auskultasi Pada kasus ini auskultasi tidak dilakukan.

3. Pemeriksaan gerak Pemeriksaan gerak ini meliputi pemeriksaan gerak aktif dan pemeriksaan

gerak pasif.

a. Pemeriksaan gerak aktif Pada kasus ini pemeriksaan gerak aktif dilakukan mandiri oleh

pasien dengan posisi ternyaman pasien.

b. Pemeriksaan gerak pasif Pada kasus ini mengukur ROM pada anggota gerak atas maupun

bawah dengan endfeel

c. Pemeriksaan gerak isometrik melawan tahanan Pada kasus ini pasien di minta untuk

menggerakan anggota gerak dengan di beri tahanan pada bagian distal dengan tahanan

minimal maupun maksimal oleh trapis.

4. Pemeriksaan kognitif, intrapersonal dan interpersonal Pemeriksaan kognitif apakah memori

pasien bagus, pasien mampu memahami dan mengikuti instruksi terapis dengan baik.

Pemeriksaan intrapersonal apakah mempunyai semangat untuk cepat sembuh. Pemeriksaan

interpersonal apakah pasien mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan terapis dan

lingkungan asrama.

5. Pemeriksaan fungsional dan lingkungan aktivitas Pemeriksaan fungsional dan aktivitas

meliputi :
10
a. Fungsional dasar Pada kasus ini apakah pasien mengalami kesulitan atau gangguan saat

melakukan aktifitas fungsional dasar seperti berdiri keduduk serta duduk keberdiri.

b. Aktivitas Fungsional : Pada kasus ini, apakah pasien mampu berjalan dan naik turun tangga

meski dengan atau tanpa bantuan.

6. Pemeriksaan spesifik Pemeriksaan fisik ini meliputi :

a. Pemeriksaan lingkup gerak sendi

b. Pemeriksaan panjang tungkai

c. Akivitas fungsional berupa Makan, Berpindah dari kursi roda ketempat tidur dan

sebaliknya/termasuk duduk ditempat tidur, Kebersihan diri (mencuci muka, menyisir,

mencukur dan menggosok gigi), Aktifitas ditoilet (menyemprot, mengelap), Mandi, Berjalan

ditempat datar (jika tidak mampu jalan melakukannya dengan kursi roda), Naik turun tangga ,

Berpakaian (termasuk mengenakan sepatu), Mengontrol BAB, Mengontrol BAK.

B. Diagnosis Fisioterapi

Diagnosis adalah penentuan suatu jenis penyakit berdasarkan tanda dan gejala

yangditemukan dalam proses pemeriksaan. Diagnosis merupakan kesimpulan dari

anamnesis,pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan penunjang lainnya.diagnosis fisioterapi

adalah hasil proses kajian klinis yang menghasilkan identifikasiadanya gangguan ataupun

potensi timbulnya gangguan, keterbatasan fungsi danketidakmampuan atau kecacatan.

Diagnosis ft dihasikan dari pemeriksaan dan evaluasiyang dapat menunjukkan adanya

disfungsi gerak dan dapat mencangkup.

1. Gangguan/kelemahan (impairment)

2. Limitasi fungsi (functional limitations)

3. Ketidakmampuan(disabilities )

11
4. Sindrom( syndromes ).

pada penegakan diagnosis, fisioterapis terkadang membutuhkan informasitambahan

(informasi yang diluar dari pengetahuan, pengalaman, dan kemampuanfisioterapis) yang

berupa kerjasama dengan profesi lain, misalnya dengan bagian radiologi. Adapun

tujuan dari penegakan diagnosis dalam proses ft ini adalah :

1. Untuk membantu menggambarkan kondisi atau jenis penyakit yang diderita

olehpasien.

2. Untuk menuntun menentukan prognosis

3. Sebagai acuan pemeriksa dalam menentukan intervensi yang baik, benar, dan

bermanfaat.

berikut adalah beberapa jenis diagnosis, yaitu :

1. Diagnosis topik : diagnosis ini mencakup topik apa yang mengalami

masalah.misalnya : muskulo, neuro, dll.

2. Diagnosis klinik : diagnosis ini mencakup gejala dan keluhan seperti apa

yangtimbul. Misalnya : nyeri, stiffness, iritasi, dll.

3. Diagnosis kerja : diagnosis ini mencakup kegiatan atau pekerjaan apa

yangmenyebabkan timbulnya masalah. Misalnya : kecelakaan lalu lintas,

olahraga,trauma, dll.

4. Diagnosis fungsi : diagnosis ini mencakup mengenai fungsi apa yang

terganggu.misalnya : gangguan fungsi gerak knee, gangguan adl, gangguan

koordinasi, dll.

pada umumnya, diagnosis ft hanya terkait pada diagnosis fungsi. Namun,

agar terciptanya kemandirian dan kemitraan profesi fisioterapi maka harus dilengkapi

dengan diagnosis topik, diagnosis klinik, dan diagnosis kerja. Diagnosis fungsi ft dapat


12
saja berubah dalam topik dan klinik yang sama karena adanya perubahan patofisiologi

C. Rencana Intervensi

Rencana intervensi berupa penurunan tingkat drajat nyeri pada pasien. Terapi latihan pasif

dan teknik relaksasi pernafasan merupakan salah satu terapi yang digunakan untuk menurunkan

intensitas nyeri. Latihan pasif pada hakekatnya merupakan cara memelihara ekstensibilitas otot dan

mencegah perlengketan otot sehingga memperoleh efek relaksasi dan perlemasan otot. Teknik

relaksasi dapat mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh, kecemasan, menurunkan kelelahan

sehingga akan meningkatkan kontrol nyeri. Teknik relaksasi ini efektif digunakan pada pasien nyeri

akut dan tidak memerlukan biaya.

D. Intervensi.

1. Terapi Latihan.

Terapi latihan pasif diberikan secara manual sesuai area tubuh yang terkena luka

bakar, dilakukan setiap hari 30-45 menit selama tujuh hari.

2. Breathing Exsercise

Teknik relaksasi pernafasan dalam dilakukan setiap hari 10-15 menit selama tujuh hari.

13
BAB 3

PENUTUP

A. Implikasi Klinis

Nyeri merupakan salah satu manifestasi klinis yang serius pada luka bakar derajat II. Kulit

yang terbakar mengakibatkan cidera terhadap jaringan tubuh, keadaan tersebut akan menimbulkan

nyeri karena hampir disemua jaringan tubuh terdapat ujung-ujung saraf halus yang menyalurkan

impuls nyeri. Nyeri digambarkan sebagai sensoris yang tidak menyenangkan dan pengalaman

emosional yang berhubungan dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial.

Penatalaksanaan nyeri yang efektif tidak hanya mengurangi kenyamanan fisik tetapi juga

meningkatkan mobilisasi lebih awal dan membantu pasien kembali bekerja lebih dini,

memperpendek masa hospitalisasi dan mengurangi biaya perawatan kesehatan. Nyeri yang

berlangsung lama dapat berubah menjadi nyeri kronis yang lebih membahayakan dari sebelumnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Afidah, A. N. (2016). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Penderita Luka Bakar. Naskah Publikasi.

Alomedika. (2021). Luka Bakar. Https://Www.Alodokter.Com/Luka-Bakar , Di Akses Pada 20

Februari Jam 9.14.

Dewi, Y. R. (2016). Luka Bakar: Konsep Umum Dan Investigasi Berbasis Klinis Luka

Antemortem Dan Postmortem. Naskah Publikasi Universitas Udayana.

M.Kennedy, I. (2007). The Health Effects Of Combustion-Generated Aerosols. Proceedings Of

The Combustion Institute Volume 31, Issue 2, Pages 2757-2770.

15

Anda mungkin juga menyukai