Anda di halaman 1dari 9

FORMULIR No.

Dokumen FM-01-AKD-19

SOAL UJIAN TENGAH No. Revisi 00


SEMESTER, AKHIR Tanggal
01 Maret 2010
SEMESTER, DAN UJIAN Berlaku
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
SUSULAN Halaman 1 dari 9

UJIAN TENGAH SEMESTER GASAL 2019/2020


Mata Kuliah : Landasan Kependidikan
Hari/Tanggal /Jam : Selasa, 15 Oktober 2019
Kode Matakuliah : Kode: 15P04139
Waktu : 120 Menit
Jur/Prodi /Semester : Dikdas/Gasal 2019/2020
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Joko Sutarto, M.Pd.
Nama Mahasiswa : Nur khairiyatul mar’ah
NIM : 0103519003

PETUNJUK MENGERJAKAN SOAL:


a. Kerjakan Secara Urut Nomor.
b. Selamat Bekerja.
SOAL:

1. Usaha pengembangan hakekat manusia dalam dimensi keindividualan, kesosialan,


kesusilaan, dan keberagamaan harus diupayakan secara bertahap, terarah , dan terpadu
melalui pendidikan sehingga dapat teraktualisasikan secara nyata dalam kehidupan sehari-
hari. Bagaimana pendapat saudara, berilah komentar terhadap pernyataan tersebut ?
2. Bagaimana pendekatan dan strategi yang perlu dilakukan agar landasan sosiologis dan
landasan filosofis dapat memperkokoh sistem pendidikan Indonesia sehingga output
sistem pendidikan memiliki daya saing global dan mendunia?
3. Tiga hal yang menimbulkan perubahan kebudayaan yaitu: (a) originasi atau penemuan
baru, (b) difersi atau percampuran budaya baru dengan budaya lama, dan (c) reinterpretasi
atau modifikasi kebudayaan agar sesuai dengan keadaan zaman. Kemukakan pandangan
saudara tentang peran pendidikan dalam mengembangkan kebudayaan melalui ketiga hal
tersebut ?
4. Sebutkan kebijakan pemerintah (UU, PP, Permen, Kepmen, Perda, atau lainnya: pilih
salah satu). Berdasarkan kebijakan yang anda pilih tersebut: (a) lakukan analisis dampak
positip dan dampak negatif terhadap praktek pendidikan; (b) bagaimana solusi untuk
mengatasi dampak negatif?
5. Carilah artikel jurnal (jurnal internasional lebih diutamakan) yang mengkaji tema tentang
pendidikan dan perubahan sosial. Berdasarkan artikel yang saudara kaji lakukan analisis
kekuatan gagasan konseptual maupun praktik yang disampaikan oleh penulis artikel dalam
menunjang penyelenggaraan pendidikan dasar yang berkualitas? (Artikel dilampirkan).
Js-14-10-19
FORMULIR No.Dokumen FM-01-AKD-19

SOAL UJIAN TENGAH No. Revisi 00


SEMESTER, AKHIR Tanggal
01 Maret 2010
SEMESTER, DAN UJIAN Berlaku
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
SUSULAN Halaman 2 dari 9

Jawaban :

1. Hakikat manusia merupakan kesatuan integral dari potensi-potensi esensial yang


ada pada diri manusia yang dapat dikembangkan sehingga dapat membentuk
kepribadian manusia. Hakikat manusia dapat ditinjau dalam dimensi
keindividualan, kesosialan, kesusilaan dan keberagaman.
  Dimensi Keindividual
Dimensi individual adalah keperibadian seseorang  yang merupakan suatu
keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (indevide). Setiap anak manusia yang
dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk menjadi berbeda dari yang lain atau
menjadi dirinya sendiri. Inilah sifat individualitas. Karena adanya individualitas
itu setiap orang mempunyai kehendak, perasaan, cita-cita, kecenderungan,
semangat dan daya tahan yang berbeda-beda. Setiap manusia memiliki
kepribadian unik yang tidak dimiliki oleh orang lain. Pendidikan harus
mengembangkan anak didik dan mampu menolong dirinya sendiri. Untuk dapat
menolong dirinya sendiri, anak didik perlu mendapat berbagai pengalaman di
dalam pengembangan konsep, prinsip, generasi, intelek, inisiatif, kreativitas,
kehendak, emosi/perasaan, tanggungjawab, keterampilan ,dan lain-lain. Dengan
kata lain, anak didik harus mengalami perkembangan dalam kawasan kognitif,
afektif dan psikomotor.Sebagai mahluk individu, manusia memerlukan pola
tingkah laku yang bukan merupakan tindakan instingtif, dan hal-hal ini hanya bisa
diperoleh melalui pendidikan dan proses belajar. Sebagai perwujudan manusia
sebagai mahluk individu (pribadi) ini memerlukan berbagai macam pengalaman.
Tidaklah dapat mencapai tujuan yang diinginkan, apabila pendidikan terutama
hanya memberikan aspek kognitif (pengetahuan) saja sebagai yang sering dikenal
dan diberikan oleh para pendidik pada umumnya selama ini. Pendidikan seperti ini
disebut bersifat intelektualistik, karena hanya berhubungan dengan segi intelek
saja. Pengembangan intelek memang diperlukan, namun tidak boleh melupakan
pengembangan aspek-aspek lainnya.
  Dimensi Kesosialan
Manusia sebagai makhluk sosial adalah manusia yang senantiasa hidup dengan
manusia lain (masyarakatnya). Ia tidak dapat merealisasikan potensi hanya dengan
dirinya sendiri. Manusia akan membutuhkan manusia lain untuk hal tersebut,
termasuk dalam mencukupi kebutuhannya. Adanya dimensi kesosialan pada diri
manusia tampak jelas pada dorongan untuk bergaul. Dengan adanya dorongan
untuk bergaul setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya.
Setiap anak yang dilahirkan memiliki potensi sosialitas. Artinya, mereka
dikaruniai benih kemungkinan untuk bergaul. Dengan adanya dorongan untuk
bergaul ini, setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya. Betapa kuatnya
FORMULIR No.Dokumen FM-01-AKD-19

SOAL UJIAN TENGAH No. Revisi 00


SEMESTER, AKHIR Tanggal
01 Maret 2010
SEMESTER, DAN UJIAN Berlaku
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
SUSULAN Halaman 3 dari 9

dorongan tersebut sehingga penjara merupakan hukuman yang paling berat


dirasakan oleh setiap manusia karena dengan diasingkan di dalam penjara berarti
diputuskannya dorongan bergaul itu secara mutlak.
  Dimensi Kesusilaan
Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan lebih tinggi.
Kesusilaan dapat diartikan juga mencangkup etika (persoalan kebaikan) dan etiket
(persoalan kepantasan dan kesopananan).Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa orang yang berbuat jahat berarti melanggar hak orang lain dan dikatakan
tidak beretika dan tidak bermoral, sedangkan tidak sopan diartikan sebagai tidak
beretiket. Jika etika dilanggar ada orang lain yang merasa dirugikan, sedangkan
pelanggaran etiket hanya mengakibatkan ketidaksenangan orang lain.Susila
sebenarnya mencakup etika dan etiket. Persoalan kesusilaan selalu berhubungan
erat dengan nilai-nilai. Nilai yang dimaksud dapat berupa nilai otonom, nilai
heteronom, nilai keagamaan.
Agar manusia dapat melakukan apa yang semestinya harus dilakukan, maka dia
harus mengetahui, menyadari dan memahami nilai-nilai. Kemudian diikuti dengan
kemauan atau kesanggupan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Dalam
kenyataan hidup, ada dua hal yang muncul dari persoalan nilai, yaitu kesadaran
dan pemahaman terhadap nilai dan kesanggupan melaksanakan nilai. Dalam
pelaksanaannya, keduanya harus dilaksanakan secara sinkron.
  Dimensi Keberagamaan
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk religius. Mereka percaya bahwa di luar
alam yang dapat dijangkau oleh indranya ada kekuatan yang menguasai alam
semesta ini. Maka dengan adanya agama yang diturunkan oleh tuhan manusia
menganut agama tersebut. Beragama merupakan kebutuhan manusia karena
manusia adalah makhluq yang lemah sehingga memerlukan tempat bertopang.
Manusia memerlukan agama demi keselamatan hidupnya. Manusia dapat
menghayati agama melalui proses pendidikan agama. Disinilah tugas orang tua
dan semua pendidik untuk melaksanakan pendidikan agama kepada anaknya atau
anak didiknya
Sehingga melalui pendidikan  hendaknya pengembangan hakekat manusia  dalam
dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan, dan keberagamaan di upayakan
secara bertahap, terarah, dan terpadu sehingga dapat teraktualisasikan  dalam
kehidupan sehari-hari karena segala sesuatu tindakan dalam hal ini untuk duduk di
bangku pendidikan maka harus di rencanakan, terarah agar hasilnya maksimal
sesuai harapan dan bila ada kendala-kendala yang kita temui dapat segera di
antisipasi.
2. Pendekatan yang dilakukan agar landasan filosofis dapat memperkokoh sistem
pendidikan Indonesia yaitu landasan filosofis dalam pendidikan dapat dirumuskan
sebagai penerapan konsep-konsep pemikiran filsafati yang digunakan untuk
memecahkan masalah-masalah pendidikan.  Pendekatan filosofis adalah cara
pandang atau paradigma yang bertujuan untuk menjelaskan inti, hakikat, atau
FORMULIR No.Dokumen FM-01-AKD-19

SOAL UJIAN TENGAH No. Revisi 00


SEMESTER, AKHIR Tanggal
01 Maret 2010
SEMESTER, DAN UJIAN Berlaku
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
SUSULAN Halaman 4 dari 9

hikmah mengenai sesuatu yang berada di balik objek formanya. Dalam


pendidikan akan muncul masalah-masalah yang lebih luas, kompleks dan
mendalam, yang tidak terbatas oleh pengalaman inderawi maupun fakta-fakta
factual, yang tidak mungkin dijangkau dengan ilmu sains. Masalah-masalah
tersebut diantaranya adalah tujuan pendidikan yang bersumber dari tujuan hidup
manusia dan nilai sebagai pandangan hidup.  Pendekatan filosofis pada intinya
bertujuan untuk menjelaskan inti, hakikat mengenai sesuatu yang berada di balik
objek tertentu. Inti tujuan pendidikan ialah keimanan kepada Tuhan YME, 
hakikat pendidikan adalah membebaskan atau memerdekakan manusia lebih
manusiawi. Cara kerja pendekatan filsafat dalam pendidikan dilakukan melalui
metode berpikir yang radikal, sistematis, dan menyeluruh tentang pendidkan,
sehingga dikelompokkan menjadi model filsafat spekulatif, model filsafat
prespektif, dan model filsafat analitik.
         Strategi yang dilakukan agar landasan filosofis dapat memperkokoh sistem
pendidikan Indonesia yaitu Peranan landasan filosofis pendidikan adalah
memberikan rambu-rambu apa dan bagaimana seharusnya pendidikan
dilaksanakan. Rambu-rambu tersebut bertolak pada kaidah metafisika,
epistemology dan aksiologi pendidikan sebagaimana studi dalam filsafat
pendidikan Dalam hubungannya dengan metafisika, maka pendidikan
mendapatkan apa itu hakikat pendidikan, hakikat anak, dan tujuan pendidikan
yang akan dicapai. Kemudian berhubungan dengan epistemology, maka kita akan
mengetahui pengetahuan-pengetahuan apa saja yang akan diberikan kepada anak,
menentukan bagaimana guru dan siswa belajar, penentuan isi kurikulum, metode
serta strategi pembelajaran yang cocok. Lalu mengenai aksiologi, maka tatanan
nilai-nilai kemanusiaan dan kebudayaan akan masuk ke dalam pendidikan
sehingga akan memberikan masukan nilai-nilai apa saja yang pantas untuk
diberikan kepada anak.
         Pendekatan yang dilakukan agar landasan budaya dapat memperkokoh sistem
pendidikan Indonesia sehingga output sistem pendidikan memiliki daya saing
global yaitu pendidikan  merupakan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat dan sekaligus sebagai upaya
pewarisan nilai-nilai budaya bagi kehidupan manusia. Dengan demikian,
pendidikan merupakan produk budaya dan sebaliknya budaya merupakan produk
pendidikan. Pendidikan adalah merupakan gejala kebudayaan. Kebudayaan di
sebarluaskan melalui bangku pendidikan baik formal, informal dan nonformal.
         Strategi  yang dilakukan agar landasan budaya dapat memperkokoh sistem
pendidikan Indonesia sehingga output sistem pendidikan memiliki daya saing
global yaitu kebudayaan dalam pendidikan saat ini menjadi hal yang penting,
sebagaimana pendidikan adalah proses pembudayaan. Ulasan tetang kebudayaan
dalam pendidikan menjadi hal yang penting karena dua hal utama kebudayaan
hanya diartikan secara sempit sebatas pada kesenian, baik seni rupa, seni tari, seni
bahasa dsb dan pembatasan kebudayaan pada nilai intelektual belaka. Dalam hal
FORMULIR No.Dokumen FM-01-AKD-19

SOAL UJIAN TENGAH No. Revisi 00


SEMESTER, AKHIR Tanggal
01 Maret 2010
SEMESTER, DAN UJIAN Berlaku
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
SUSULAN Halaman 5 dari 9

itu, pendidikan nyatanya bukanlah tempat kebudayaan dapat berkembang, seolah


kebudayaan sudah tercerabut dalam lingkup pendidikan itu sendiri.
3. Kebudayaan bersifat konstan tetapi juga selalu berubah, tetap dalam arti
elemennya seperti bahasa dan hukum berlanjut terus tanpa perubahan besar
selama waktu yang panjang. Dikatakan berubah karena semua elemen-elemennya
secara perlahan mengalami perbahan. Perubahan kebudayaan mencakup tiga
proses utama yaitu: originasi, difusi dan reinterpretasi.
a. Originasi adalah penemuan elemen-elemen baru dalam satu budaya;
b. Difusi adalah peminjaman elemen-elemen budaya baru dan kebudayaan
lain;
c. Reinterpretasi adalah modifikasi elemen-elemen budaya yang ada untuk
memenuhi tuntutan zaman.
Pendidikan merupakan suatu kondisi yang perlu untuk kelanjutan suatu
budaya. Pendidikan juga alat yang penting untuk kerjasama yang intelegen dengan
perubahan budaya. Demikianlah salah satu cara sebuah masyarakat berusaha tetap
seirama dengan perubahan ialah dengan merubah pada setiap generasi warisan
budaya yang diajarkan di sekolah. Untuk mencapai tujuan ini para pendidik
menafsirkan kembali pengetahuan dan nilai-nilai lama untuk menghadapi situasi-
situasi baru. Sebuah kebudayaan juga mungkin melakukan antisipasi  masa depan
dengan menyiapkan generasi muda dengan informasi, sikap-sikap, dan
ketrampilan tertentu yang direncanakan untuk menghadapi situasi tertentu yang
direncanakan untuk menghadapi situasi yang akan datang.
Selanjutnya, pendidikan mungkin secara tidak sengaja bisa menjadi
sumber perubahan kebudayaan. Masing-masing kebudayaan telah mempersiapkan
anggota-anggotanya untuk bertindak, berfikir, dan memandang dalam apa yang
dinamakan antropolog “a culturally delimited universe” yang terdiri dari dunia
yang telah diciptakan oleh budaya tersebut dan aspek-aspek alam semesta yang
telah dipilih mereka untuk menjadi sesuatu yang bermakna. Jules Hendry
mengatakan: kita boleh berspekulasi bahwa kebudayaan yang stabil telah
menyempurnakan atau hamper menyempurnakan, proses mempersempit bidang
persepsi anak-anak dengan melatih anak-anak untuk membebaskan fikiran mereka
dari apa-apa yang dipilih bagi persepsi mereka oleh kebudayaan tersebut (Manan,
1989). Namun, bahkan budaya yang sangat totaliter sekalipun tidak dapat secara
sempurna membatasi pemahaman anak-anak. Perbedaan antara apa yang dianggap
harus dipelajari anak-anak dengan apa yang sebenarnya dipelajari mereka
merupakan sebuah sumber konflik dan perubahan yang penting dalam sebuah
kebudayaan. Dengan menggunakan pendidikan untuk bekerjasama dengan
perubahan kebudayaan, maka terdapat beberapa aliran untuk mempengaruhi dan
FORMULIR No.Dokumen FM-01-AKD-19

SOAL UJIAN TENGAH No. Revisi 00


SEMESTER, AKHIR Tanggal
01 Maret 2010
SEMESTER, DAN UJIAN Berlaku
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
SUSULAN Halaman 6 dari 9

mengontrol kebudayaan, antara lain: aliran progresif, aliran konservatif, dan aliran
rekonstruksionis.

4. Pemberlakuan sistem desentralisasi akibat pemberlakuan Undang-Undang


No.22 Tahun 1999 tentang otonomi pemerintahan daerah, memberi dampak
terhadap pelaksanaan pada manajemen pendidikan yaitu manajemen yang
memberi ruang gerak yang lebih luas kepada pengelolaan pendidikan untuk
menemukan strategi berkompetisi dalam era kompetitif mencapai output
pendidikan yang berkualitas dan mandiri. Proses desentralisasi pendidikan di
Indonesia berdasarkan UU No.22 tahun 1999 lebih menjurus kepada Devolusi,
yang pelaksanaannya tertuang pada Peraturan Pemerintah No.25 Tahun 2000,
seluruh urusan pendidikan dengan jelas menjadi kewenangan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota, kecuali Pendidikan Tinggi. Kewenangan Pemerintah Pusat
hanya menetapkan standar minimal, baik dalam persyaratan calon peserta didik,
kompetensi peserta didik, kurikulum nasional, penilaian hasil belajar, materi
pelajaran pokok, pedoman pembiayaan pendidikan  dan melaksanakan fasilitas
(Pasal 2 butir II).
Kebijakan desentralisasi akan berpengaruh secara signifikan dengan
pembangunan pendidikan. Setidaknya ada 4 dampak positif untuk mendukung
kebijakan desentralisasi pendidikan, yaitu :
1) Peningkatan mutu, yaitu dengan kewenangan yang dimiliki sekolah maka
sekolah lebih leluasa mengelola dan memberdayakan potensi sumber daya yang
dimiliki;
2) Efisiensi Keuangan hal ini dapat dicapai dengan memanfaatkan sumber-
sumber pajak lokal dan mengurangi biaya operasional;
3) Efisiensi Administrasi, dengan memotong mata rantai birokrasi yang
panjang dengan menghilangkan prosedur yang bertingkat-tingkat;
4) Perluasan dan pemerataan, membuka peluang penyelenggaraan pendidikan
pada daerah pelosok sehingga terjadi perluasan dan pemerataan pendidikan.
Dampak negatif dari kebijakan desentralisasi antara lain adalah tidak
meratanya kemampuan dan kesiapan daerah dari sisi mental, keuangan, SDM,
serta belum bersihnya dari budaya korupsi. Hal tersebut memunculkan jurang
antara daerah berpendapatan besar dan daerah dengan pendapatan kecil. Hal ini
disebabkan karena daerah yang kaya akan semakin meningkatkan taraf
pendidikannya karena mereka memiliki anggaran yang cukup untuk itu. Bagi
daerah dengan pendapatan yang kecil akan mengalokasikan anggaran untuk hal
lain yang lebih penting menurut daerah tersebut. Dampak yang lain adalah kurang
meratanya tingkat perkembangan pendidikan antar daerah, hal ini disebabkan
karena daerah dengan sumberdaya manusia yang kurang akan merasa sulit untuk
menerapkan kebijakan ini. Berbeda dengan daerah yang memiliki tingkat sumber
daya manusia yang tinggi, mereka akan mencari individu yang memiliki SDM
dengan nilai kompensasi yang lebih dari daerah lain. Selain itu, dampak negatif
yang akan terjadi adalah munculnya keaneka ragaman hasil belajar siswa, karena
kurikulum yang dibuat disesuaikan dengan kebutuhan daerah dan masing-masing
daerah memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Dan pada akhirnya dampak-
FORMULIR No.Dokumen FM-01-AKD-19

SOAL UJIAN TENGAH No. Revisi 00


SEMESTER, AKHIR Tanggal
01 Maret 2010
SEMESTER, DAN UJIAN Berlaku
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
SUSULAN Halaman 7 dari 9

dampak diatas akan mengarahkan pada tidak meratanya kualitas hasil belajar
siswa secara nasional. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi pelaksanaan
desentralisasi pendidikan.
Beberapa konsep sebagai solusi dalam menghadapi kendala dalam
pelaksanaan desentralisasi pendidikan, yaitu :
a. Meningkatkan Manajemen Pendidikan Sekolah
Pendidikan  disebut berkualitas dan segi produk jika mempunyai salah satu
ciri-ciri sebagai berikut : a) peserta didik menunjukkan penguasaan yang
tinggi terhadap tugas-tugas belajar (learning task) yang harus dikuasai
dengan tujuan dan sasaran pendidikan, diantaranya hasil belajar akademik
yang dinyatakan dalam prestasi belajar (kualitas internal); b) hasil
pendidikan sesuai dengan kebutuhan peserta didik dalam kehidupan
sehingga dengan belajar peserta didik bukan hanya mengetahui sesuatu,
tetapi dapat melakukan sesuatu yang fungsional dalam kehidupannya
(learning and learning), c)  hasil pendidikan sesuai atau relevan dengan
tuntutan lingkungan khususnya dunia kerja.
Menghadapi kondisi ini maka dilakukan pemantapan manajemen
pendidikan yang bertumpu pada kompetensi guru dan kesejahteraannya.
Selain itu, untuk dapat meningkatkan otonomi manajemen sekolah yang
mendukung peningkatan mutu pendidikan, Pimpinan Sekolah harus
memiliki kemampuan untuk melibatkan partisipasi, komitmen  orangtua
dan anggota masyarakat sekitar sekolah untuk merumuskan dan
mewujudkan visi, misi dan program peningkatan mutu pendidikan  secara
bersama-sama; salah satu tujuan UU No.20 Tahun 2003 adalah untuk
memberdayakan masyarakat, menumbuhkan prakarsa dan kreativitas,
meningkatkan peran serta masyarakat, termasuk dalam meningkatkan
sumber dana dalam penyelenggaraan pendidikan.
b. Reformasi Lembaga Keuangan Hubungan Pusat-Daerah
Perlu dilakukan penataan tentang hubungan keuangan antara Pusat-Daerah
menyangkut pengelolaan pendapatan (revenue) dan penggunaannya
(expenditure) untuk kepentingan pengeluaran rutin maupun pembangunan
daerah dalam rangka memberikan pelayanan publik yang berkualitas.
Sumber keuangan diperoleh dari Pendapatan Asli Daerah, Dana
perimbangan, pinjaman daerah dan lain-lain pendapatan yang sah dengan
melakukan pemerataan diharapkan dapat mendukung pelaksanaan kegiatan
pada suatu daerah, terutama pada daerah miskin. Bila dimungkinkan
dilakukan subsidi silang antara daerah yang kaya kepada daerah yang
miskin, agar pemerataan pendidikan untuk mendapatkan kualitas sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
c. Kemauan Pemerintah Daerah Melakukan Perubahan
Pada era otonom, kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kebijakan
pemerintah daerah. Bila pemerintah daerah memiliki political will yang
baik dan kuat terhadap dunia pendidikan, ada peluang yang cukup luas
bahwa pendidikan di daerahnya akan maju. Sebaiknya, kepala daerah yang
tidak memiliki visi yang baik di bidang pendidikan dapat dipastikan daerah
FORMULIR No.Dokumen FM-01-AKD-19

SOAL UJIAN TENGAH No. Revisi 00


SEMESTER, AKHIR Tanggal
01 Maret 2010
SEMESTER, DAN UJIAN Berlaku
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
SUSULAN Halaman 8 dari 9

itu akan mengalami stagnasi dan kemandegan menuju pemberdayaan


masyarakat yang well educated dan tidak pernah mendapat momentum
yang baik untuk berkembang..
d. Membangun Pendidikan Berbasis Masyarakat
Kondisi Sumber Daya yang dimiliki setiap daerah tidak merata untuk
seluruh Indonesia. Untuk itu, pemerintah daerah dapat melibatkan tokoh-
tokoh masyarakat, ilmuwan, pakar kampus maupun pakar yang dimiliki
Pemerintah Daerah Kota sebagai Brain Trust untuk turut membangun
daerahnya, tidak hanya sebagai pengamat, pemerhati, pengecam kebijakan
daerah. Sebaliknya, lembaga pendidikan juga harus membuka diri, lebih
banyak mendengar opini publik, kinerjanya dan tentang tanggung
jawabnya dalam turut serta memecahkan masalah yang dihadapi
masyarakat.
e. Pengaturan Kebijakan Pendidikan antara Pusat dan Daerah
Pemerintah Pusat tidak diperkenankan mencampuri urusan pendidikan
daerah. Pemerintah Pusat hanya diperbolehkan memberikan kebijakan-
kebijakan bersifat nasional, seperti aspek mutu dan pemerataan.
Pemerintah pusat menetapkan standar mutu. Jadi, pemerintah pusat hanya
berperan sebagai fasilitator dan katalisator bukan regulator. Otonomi
pengelolaan pendidikan berada pada tingkat sekolah, oleh karena itu
lembaga pemerintah harus memberi pelayanan dan mendukung proses
pendidikan agar berjalan efektif dan efisien.

5. Pendidikan yang berkualitas harus didasarkan pada tiga dimensi dari


perspektif keadilan sosial. Pertama, mereka berpendapat bahwa pendidikan yang
berkualitas harus menyediakan peserta didik dengan akses ke input berkualitas
yang memfasilitasi pengembangan kemampuan yang mereka dan mereka miliki
masyarakat memiliki alasan untuk menghargai. Kedua, pendidikan yang
berkualitas harus memastikan bahwa hasil pendidikan bermakna dan relevan
untuk pelajar dan komunitas mereka dan konsisten dengan prioritas nasional serta
konteks global yang berubah. Dan ketiga, pendidikan yang berkualitas harus
dipersiapkan peserta didik untuk berpartisipasi secara bermakna dan memiliki
suara, tidak hanya di kelas tetapi juga dikeputusan di tingkat lokal, nasional, dan
global.
FORMULIR No.Dokumen FM-01-AKD-19

SOAL UJIAN TENGAH No. Revisi 00


SEMESTER, AKHIR Tanggal
01 Maret 2010
SEMESTER, DAN UJIAN Berlaku
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
SUSULAN Halaman 9 dari 9

Anda mungkin juga menyukai