Disusun Oleh :
Zehrotus Sholihah I40612046
M. Afia Akbar Putranda I40612052
PEMBIMBING :
dr. Eldi Jimmi Saragih, Sp.Jp FIHA
Disusun Oleh:
Pembimbing :
Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah istilah umum yang menunjukkan kelainan
jantung atau pembuluh besar yang ada saat lahir. Sebagian besar penyakit jantung bawaan
muncul dari embriogenesis yang salah selama kehamilan minggu ke-3 hingga ke-8, ketika
struktur kardiovaskular utama terbentuk dan mulai berfungsi.1
Penyakit jantung bawaan (PJB) terjadi pada sekitar 0,8% kelahiran hidup. Insiden lebih
tinggi pada bayi lahir mati (3-4%), keguguran spontan (10-25%), dan bayi prematur yang
sekitar 2% (tidak termasuk Patent Ductus Arteriosus/PDA). Insiden keseluruhan ini tidak
termasuk prolaps katup mitral, PDA bayi prematur, dan katup aorta bikuspid (terjadi pada 1-
2% orang dewasa). Cacat jantung bawaan memiliki spektrum keparahan yang luas pada bayi
dimana sekitar 2-3 dari 1.000 bayi akan memiliki gejala penyakit jantung pada tahun pertama
kehidupan. Diagnosis ditegakkan pada usia 1 minggu pada 40-50% pasien dengan penyakit
jantung bawaan dan pada usia 1 bulan pada 50-60% pasien.2
Penyebab sebagian besar kelainan jantung bawaan masih belum diketahui. Banyak
kasus penyakit jantung bawaan yang multifaktorial dan dihasilkan dari kombinasi
predisposisi genetik dan stimulus lingkungan. 2
Anomali struktural pada penyakit jantung bawaan dapat dibagi menjadi 3 yaitu
malforasi yang menyebabkan pirau dari kanan ke kiri, malformasi yang menyebabkan pirau
kiri ke kanan, dan malformasi yang menyebabkan obstruksi. Pirau adalah hubungan abnormal
antara ruang atau pembuluh darah. Saluran abnormal memungkinkan aliran darah menuruni
gradien tekanan dari sisi kiri (sistemik) ke sisi kanan (paru) sirkulasi atau sebaliknya. Ketika
darah dari sisi kanan ke sisi kiri, hipoksemia dan sianosis terjadi dimana ditandakan dengan
kebiruan kehitaman pada kulit dan selaput lendir. Hal ini terjadi karena sirkulasi paru-paru
dilewati dan darah vena yang pada dasarnya kekurangan oksigen masuk ke dalam suplai
arteri sistemik. 1
Sebaliknya, pirau kiri ke kanan meningkatkan aliran darah paru sehingga tidak
langsung menyebabkan sianosis. Penyakit jantung kongenital obstruktif terjadi ketika ada
penyempitan bilik, katup, atau pembuluh darah yang abnormal. Obstruksi lengkap disebut
atresia. Jika sianotik tidak langsung terjadi, PJB digolongkan sebagai PJB asianotik. 1
PJB asianotik merupakan penyumbang terbanyak cacat jantung yang memiliki
morbiditas yang signifikan. Kejadian PJB asianotik memiliki prevalensi lebih dari 2/3 dari
semua kasus PJB.3 Meskipun tidak terjadi hiposekmia secara langsung pada PJB asianotik,
masalah pada jantung tetap dapat terjadi seperti menambahnya beban kerja ventrikel kiri serta
dapat terjadi hipertensi pulmonal. 2,4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.3 Patofisiologi
Perubahan fisiologis yang terjadi akibat adanya defek di septum ventriculare adalah
tergantung ukuran defek dan tahanan vaskular paru. Aliran darah ke paru-paru akan
meningkat setelah kelahiran sebagai respon menurunnya tahanan vskular paru akibat
mengembangnya paru-paru dan terpaparnya alveoli oleh oksigen. Jika defeknya
berukuran besar, aliran darah ke paru-paru akan meningkat dibandingkan aliran darah
sistemik diikuti regresi sel otot polos arteri intrapulmonalis. Perubahan ini berhubungan
dengan munculnya gejala setelah kelahiran bayi aterm berumur 4-6 minggu atau awal
dua minggu pertama pada kelahiran bayi prematur.10
Darah di ventriculus dextra didorong ke arteria pulmonalis, resistensi relatif antara
dua sirkulasi bersifat dinamis dan berubah dengan waktu11 :
1. Periode neonatus:
a. Tahanan vaskular paru tinggi
b. Tahanan ventriculus sinistra sama dengan ventriculus dextra
c. Minimal atau tidak ada shunt
2. Bayi (3-4 minggu):
a. Tahanan vaskular paru menurun
b. Tahanan ventriculus sinistra lebih besar dibandingkan tahan ventriculus dextra
c. Adanya shunt dari kiri ke kanan
Jika defek berukuran kecil, akan terjadi perubahan hemodinamik yang terbatas,
yang juga membatasi terjadinya shunting dari kiri ke kanan. Defek yang besar akan
menyebabkan terjadinya shunting dari kiri ke kanan. Tekanan pada arteri pumonalis
akan meningkat yang menyebabkan terjadinya hipertensi pulmonal. Meningkatnya
tekanan dan volume darah pada arteri pulmonalis akan menyebabkan kerusakan pada
sel endotel dan perubahan permanen pada tahanan vaskular paru. Jika tahanan
vaskular paru melebihi tahan vaskular sistemik maka akan terjadi perubahan aliran
darah dari ventriculus sinistra menuju dextra melalui defek tersebut (left to right
shunt).10
2.1.4 Diagnosis
Manifestasi klinis pasien dengan VSD sangat bervariasi dari asimtomatik sampai
simtomatik tergantung pada letak dan ukuran defek, serta tahanan (resistensi) vaskular
paru (TVP). Pada VSD kecil umumnya asimtomatik dengan riwayat pertumbuhan dan
perkembangan yang normal, sehingga sering ditemukan secara kebetulan saat
pemeriksaan rutin terdengar bising jantung. VSD tipe perimembranus dan muskular
kecil dan sedang dapat mengecil dan bahkan menutup spontan. Sekitar 40-60% pasien
dengan VSD perimembranus kecil dan sedang akan menutup spontan oleh daun katup
septal dari katup trikuspid atau dengan terbentuknya aneurisma septum membranus
(membranous septal aneurysm) sebelum usia 5-7 tahun. Pada VSD tipe SADC dan
perimembranus kecil dapat terjadi prolaps katup aorta yang kemudian akan diikuti
dengan regurgitasi katup aorta. Tipe VSD SADS banyak ditemukan pada orang Asia
Timur.
Pasien dengan VSD sedang dan besar akan memberikan gejala gagal jantung
kongestif akibat aliran ke paru yang berlebihan, yang tidak mampu mengisap susu
dengan kuat dan banyak (cepat lelah dan sesak napas), sering terserang infeksi paru,
gagal tumbuh kembang, takipneu, takikardi, keringat banyak dan hepatomegali.
Besarnya aliran darah pirau dari kiri dan kanan VSD sangat bergantung pada
tingginya TVP. Pada bayi baru lahir dimana maturasi paru belum sempurna dan TVP
masih tinggi, umumnya tekanan antara kedua bilik jantung masih sama sehingga tidak
ada aliran pirau kiri ke kanan atau sedikit walaupun lubang yang ada cukup besar.
Saat ini pada auskultasi jantung tidak terdengar bising jantung karena tidak ada
turbulensi darah akibat aliran pirau. Selanjutnya akan terjadi peningkatan tekanan
darah di paru atau hipertensi pulmonal (HP) dan pada auskultasi akan terdengar bunyi
jantung 2 komponen pulmoner mengeras. Di samping itu, juga terjadi penambahan
beban volume pada ventrikel kiri yang dapat menyebabkan terjadi gagal jantung.
Akan terdengar bunyi jantung 3 dan bising mid diastolik di area katup mitral akibat
stenosis mitral (SM) relatif karena aliran darah yang banyak melalui katup mitral.
Pada beberapa keadaan setelah usia diatas 6 bulan kadang terlihat kondisinya
membaik karena pirau kiri ke kanan berkurang akibat terjadi HP atau hipertrofi
infundibulum ventrikel kanan. Dengan terjadinya hipertrofi infundibulum ventrikel
kanan atau pulmonary stenosis (PS) infundibuler maka aliran ke paru berkurang dan
tidak terjadi HP dan penyakit vaskuler paru (PVP). 12
Bila terjadi HP makan selanjutnya akan diikuti dengan peningkatan TVP dan PVP.
Pasien terlihat sianosis akibat aliran pirau terbalik dari kanan ke kiri, intensitas bunyi
jantung dua komponen pulmoner mengeras dan bising jantung VSD melemah atau
menghilang karena aliran pirau yang berkurang atau tidak ada. Kondisi ini disebut
sebagai sindrom eisenmenger. Pasien dengan sindrom eisenmenger ini sering bertahan
samapi usia dekade 3 atau 4 dengan keluhan sesak nafas, sianosis, merasa letih,
pusing dan gagal jantung kanan (hepatomegali, edema, dan asites). 13
Gambaran EKG pada pasien dengan VSD kecil umumnya normal. Pada VSD
sedang ditemukan aksis QRS deviasi ke kiri, hipertrofi ventrikel kiri dan mungkin
hipertrofi atrium kiri. Pada VSD besar dengan HP ditemukan aksis QRS deviasi ke
kanan, dan hipertrofi kedua ventrikel kiri dan kanan.
Pada foto Ro dada terlihat kardiomegali akibat pembesaran atrium dan ventrikel
kiri serta kadang juga ventrikel kanan bila sudah terjadi hipertensi paru. Segmen
pulmoner yang menonjol dan vaskular paru yang bertambah (pleotra) adalah akibat
adanya aliran ke paru yang meningkat. Pinggang jantung tidak ada dan apeks jantung
turun ke bawah (downward) atau tertanam di diafragma adalah kibat pembesaran
atrium dan ventrikel kiri. Bila sudah terjadi HP dan PVP maka terlihat segmen
pulmoner dan hilus paru melebar tetapi lapangan vaskular paru perifer iskemik
(pruning).
Gambar 2. Temuan radiologi VSD
Ekokardiografi dan doppler berwarna adalah pemeriksaan noninvasif lanjut yang
paling utama untuk memastikan letak lubang atau tipe VSD, besarnya lubang, arah
aliran pirau serta ada tidaknya kelainan lain yang menyertai. Selain itu juga untuk
evaluasi apakah dalam pejalanannya lubang mengecil atau menutup spontan dan
sudah ada tidaknya komplikasi HP, PS infundibular, prolaps katup aorta dan
endokarditis infektif.
Gambar 3. Temuan pada pemeriksaan ekokardiografi46
Pemeriksaan penunjang lanjut lainnya adalah pemeriksaan invasif kateterisasi
jantung dan angiografi dengan memasukkan kateter ke dalam rongga-rongga jantung,
arteri pulmoner dan aorta melalui vena dan arteri femoralis. Pada VSD pemeriksaan
ini hanya dilakukan secara selektif dan terbatas untuk melengkapi data yang tidak
dapat diperoleh dari pemeriksaan ekokardiografi dengan akurat, yaitu mengukur
Qp/Qs dan tingginya TVP. Data ini diperlukan untuk menentukan indikasi, tingginya
risiko dan kontraindikasi operasi penutupanVSD besar dengan HP. Pemeriksaan ini
juga dilakukan apabila akan menutup VSD dengan alat penutup yang dipasang
melalui kateter secara perkutaneus.
2.1.5 Tata Laksana
Bayi dengan VSD terutama dengan lubang yang besar harus dievaluasi secara
periodik mengingat besarnya aliran pirau dapat berubah saat TVP menurun. Bila
terjadi gagal jantung harus diberikan obat-obat antigagal jantung, yaitu diuretika dan
vasodilator. Pemberian digitalis pada kondisi ini banyak diperdebatkan karena
umumnya fungsi ventrikel normal dan obat ini akan menekan respon simpatis. Bila
medikamentosa tidak berhasil mengatasi gagal jantung atau tetap timbul infeksi paru
berulang atau gagal tumbuh kembang maka sebaiknya dilakukan tindakan bedah tutup
VSD muskular multipel (swiss cheese), atau dengan lubang yang sangat besar atau
dengan berat bedan ≤2 kg sebaiknya dilakukan operasi paliatif mengikat sebagian
arteri pulmoner utama (pulmonary artery banding) dengan tujuan untuk mengurangi
aliran darah ke sirkulasi paru sementara menunggu ada lubang yang menutup atau
mengecil spontan dan kondisi pasien yang memungkinkan untuk tindakan bedah tutup
VSD. Pada VSD sedang dan kecil yang asimtomatik yang dalam perjalanannya tidak
menutup spontan akan dilakukan intervensi penutupan VSD secara bedah ataupun
nonbedah bila memenuhi kriteria. Semua pasien dengan VSD harus diberikan
profilaksis antibiotika pada setiap tindakan bedah minor (misalnya cabut gigi) untuk
mencegah terjadinya endokarditis infektif.14
Indikasi penutupan VSD adalah bila Qp/Qs >1,5. Untuk VSD SADC walaupun
Iubangnya kecil dengan Qp/Qs <1,5 namun sudah terjadi komplikasi prolaps katup
aorta dengan atau tanpa Aortic Regurgitation (AR) maka bedah tutup VSD harus
dilakukan untuk mencegah kerusakan katup aorta serta AR yang lebih berat.
Bergantung beratnya AR mungkin saat tindakan bedah juga perlu dilakukan reparasi
atau ganti katup aorta. Dilaporkan intervensi bedah tutup VSD akan berjalan lancar
tanpa komplikasi dengan hasil yang baik apabila TVP <6 Wood U.m2 dengan rasio
tahanan vaskular paru dan tahanan vaskular sistemik (TVP/TVS) <0,3. Intervensi
bedah masih dianjurkan walaupun dengan risiko tinggi apabila hasil tes pemberian
oksigen 100%, TVP turun menjadi 6-9 Wood U.m2 dengan TVP/TVS 0,3-0,5.
Penutupan VSD tidak dianjurkan lagi apabila sudah terjadi PVP atau sindrom
Eisenmenger, yaitu bila pada hasil pemeriksaan kateterisasi jantung diperoleh TVP >8
Wood U.m2 dan pada tes reaktivitas vaskular paru dengan pemberian oksigen 100%
atau vasodilator paru (nitrit oksida) tidak turun sampai <8 Wood U.m2 (tidak
reaktif).15
Ventricle septal defect jenis membranus dan muskular dapat ditutup secara
nonbedah dengan alat penutup (occluder) yang dipasang melalui kateter secara
perkutaneus melalui vena dan arteri femoralis apabila memenuhi kriteria yang
ditentukan. Kriterianya antara lain adalah berat badan >8 kg, Qp/Qs >1,5, jarak dari
tepi VSD dengan katup semilunar >2-4 mm (bergantung jenis alat yang dipilih) dan
TVP <7 Wood Um2. Penutupan VSD secara perkutaneus in memberikan hasil yang
baik dengan morbiditas rendah. Komplikasi yang tidak menguntungkan walaupun
tidak terlalu sering adalah blok atrioventrikular total. Untuk mengurangi komplikasi
ini diperlukan seleksi pasien yang baik dan pemilihan alat yang sesuai dengan bentuk
dan tipe VSD. Alat yang tersedia dan sering digunakan di Indonesia antara lain
Amplatzer membranous/muscular VSD dan duct ocluder, PFM Nit® occluder Le
VSD, Lifetech CeraTM perimembranous/muscular VSD dan PDA occluder.16
Pengobatan pada sindrom Eisenmenger hanya difokuskan pada terapi paliatif dan
suportif saja. Pemberian antagonis reseptor endotelin, penghambat phosphodiesterase
type-5 dan analog prostasiklin dapat memperbaiki kapasitas latihan, kelas fungsional
dan hemodinamik tanpa memengaruhi saturasi oksigen.17
perbedaan, tergantung dari klasifikasi PDA, yaitu PDA kecil, PDA sedang atau
moderat, PDA besar, dan PDA besar dengan hipertensi pulmonal. PDA kecil dengan
diameter 1,5-2,5 milimeter biasanya tidak memberi gejala. Tekanan darah dan tekanan
nadi dalam batas normal. Jantung tidak membesar. Kadang teraba getaran bising di
sela iga II kiri sternum. Pada auskultasi terdengar bising kontinu, machinery murmur
yang khas untuk PDA, di daerah subklavikula kiri. Bila telah terjadi hipertensi
pulmonal, bunyi jantung kedua mengeras dan bising diastolik melemah atau
menghilang.25
PDA sedang / moderat dengan diameter 2,5-3,5 milimeter biasanya timbul sampai
usia dua sampai lima bulan tetapi biasanya keluhan tidak berat. Pasien mengalami
kesulitan makan, seringkali menderita infeksi saluran nafas, namun biasanya berat
badannya masih dalam batas normal. Anak lebih mudah lelah tetapi masih dapat
mengikuti permainan.25
PDA besar dengan diameter >3,5-4,0 milimeter menunjukkan gejala yang berat
berat badannya tidak bertambah. Pasien akan tampak sesak nafas (dispnea) atau
penyakit vaskular paru, yakni suatu komplikasi yang ditakuti. Komplikasi ini dapat
terjadi pada usia kurang dari satu tahun, namun jauh lebih sering terjadi pada tahun
ke-2 dan ke-3. Komplikasi ini berkembang secara progresif, sehingga akhirnya
ireversibel, dan pada tahap tersebut operasi koreksi tidak dapat dilakukan.25
terbatas pada bayi kurang bulan dan menurun seiiring menigkatnya usia paska
kelahiran. Efeknya terbatas pada 3–4 minggu kehidupan. Obat yang kedua adalah
ibuprofen, yaitu inhibitor non selektif dari COX yang berefek pada penutupan duktus
arteriosus. Studi klinik membuktikan bahwa ibuprofen memiliki efek yang sama
dengan indometasin pada pengobatan duktus arteriosus pada bayi kurang bulan.26
indikasi. Pada penderita dengan PDA kecil, dilakukan tindakan bedah adalah untuk
mencegah endarteritis atau komplikasi lambat lain. Pada penderita dengan PDA
kongestif atau mencegah terjadinya penyakit vaskuler pulmonal. Bila diagnosis PDA
ditegakkan, penangan bedah jangan terlalu ditunda sesudah terapi medik gagal
jantung kongestif telah dilakukan dengan cukup. Karena angka kematian kasus
dengan penanganan bedah sangat kecil kurang dari 1% dan risiko tanpa pembedahan
lebih besar, pengikatan dan pemotongan duktus terindikasi pada penderita yang tidak
setiap umur jika dapat dilakukan pada kateterisasi jantung bahwa aliran pirau masih
dominan dari kiri ke kanan dan bahwa tidak ada penyakit vaskuler pulmonal yang
berat.24
banyak kasus dan penutupan PDA diindikasian terhadap semua pasien dengan tanda
volume ventrikel kiri yang terlalu penuh. Pada kasus PDA pirau kiri ke kanan dengan
hipertensi pulmonal berat, penutupan dapat dilakukan dengan kondisi khusus. Coil
dan ADO merupakan alat penutupan PDA secara transkateter yang paling banyak
2.3 AVSD
2.3.1 Definisi
Atrioventricular septal defect (AVSD) adalah kelainan berupa defek pada septum
atrioventrikular (AV) di atas atau bawah katup AV, disertai kelainan katup AV, terjadi
akibat pertumbuhan yang abnormal dari endokardial cushion pada masa janin. AVSD
mewakili 4% sampai 5% bawaan cacat jantung. Dilaporkan seorang pasien laki–laki
20 tahun dengan keluhan sesak nafas saat beraktivitas dan berkurang dengan istirahat,
disertai bibir dan kuku jari yang membiru, sakit kepala hilang timbul, muka
kemerahan, demam, lemah letih lesu dan dada rasa berdebar-debar. Adanya sianosis,
kulit kemerahan, Konjungtiva hiperemis, peningkatan JVP, hepatojugular refluks,
bentuk dada abnormal. Bunyi jantung reguler, terdengar bising sistolik di RIC VI,
blowing, grade 4/6, punctum maximum di apeks, penjalaran ke Axilla. Bising sistolik
di RIC V linea strenalis dektra, grade 4/6, blowing punctum maksimun di RIC V linea
sternalis dextra.28
2.4 ASD
2.4.1 Definisi
Atrial septal defect (ASD) adalah kelainan lubang pada septum interatrial yang
terjadi karena kegagalan fusi septum interatrial semasa janin. Kelainan ini ditemukan
pada 8-10% anak dengan PJB.5 Insidens-nya sekitar 56 bayi per 100.000 kelahiran
hidup.
Berdasarkan lokasi lubang, diklasifikasikan dalam 4 tipe, yaitu (1). ASD
sekundum, bila lubang terletak pada daerah fosa ovalis, (2). ASD primum, bila lubang
terletak di daerah ostium primum, yang termasuk salah satu bentuk Ventricular Septal
Defect (AVSD), (3). Sinus Venosus (SVD) bila lubang terletak di daerah sinus venosu
suara vena kava superior atau inferior, dan (4). Co Sinus Defect (CSD) bila dinding
pemisah sinus koronarius dengan atrium kiri tidak ada.32
KESIMPULAN
3.1 PJB merupakan kecacatan anatomis jantung yang muncul pada saat embriogenesis
3.2 Penyebab PJB merupakan kombinasi faktor predisposisi dan stimulus lingkungan
3.3 PJB asianotik merupakan malformasi obstruksi maupun malformasi dengan pirau dari
kiri ke kanan
3.4 Pemeriksaan penunjang utama yang sering digunakan untuk menegakkan diagnosis PJB
asianotik adalah ekokardiografi
3.5 Terapi utama PJB asianotik berhubungan dengan interfensi anatomi yang dilakukan
dengan prosedur katerisasi atau bedah
3.6 Jika PJB asianotik tidak memberikan dampak yang besar/ bersifat ringan, tindakan
bedah tidak diperlukan
DAFTAR PUSTAKA
1. Kumar V, Abbas AK, Aster JC. Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease. 9th
Ed. Philadelphia: Elsevier Saunder; 2015.
2. Kliegman RM. Nelson Textbook of Pediatrics. 20th Ed. Philadelphia: Elsevier; 2016.
3. Gupta A, Abqari S, Shahab T, Rabbani MU, Ali SM, Firdaus U. Profile of Acyanotic
Congenital Heart Defects. IABCR. 2016; 2(4): 11-6. Cited on 7 Mar 2021. Available
from:
https://www.researchgate.net/publication/313318209_Profile_of_Acyanotic_Congenit
al_Heart_Defects?enrichId=rgreq-18c5ab93e5819c311a789e26054704cb-
XXX&enrichSource=Y292ZXJQYWdlOzMxMzMxODIwOTtBUzo0NTkwMDcwM
TkyMjkxODdAMTQ4NjQ0NzIwOTUzNA%3D
%3D&el=1_x_2&_esc=publicationCoverPdf
4. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of anatomy & physiology. 15th Ed. Hoboken:
John Wiley & Sons; 2017.
5. Hoffman JIE dan Kaplan S. The Incidence of Congenital Heart Disease. J Am Coll
Cardiol. 2002.
6. Hopkins MK, Goldstein SA, Ward CC, Kuller JA. Evaluation and Management of
Maternal Congenital Heart Disease: A Review. Obstet Gynecol Surv. 2018
Feb;73(2):116-124.
7. Kenny D. Interventional Cardiology for Congenital Heart Disease. Korean Circ J.
2018 May;48(5):350-364.
8. Van der Linde D, Konings EE, Slager MA, Witsenburg M, Helbig WA, Takkenberg
JJ dan Roos-Hesselink JW. Birth Prevalence of Congenital Heart Disease
Worldwide : A systemic review and meta-analysis. J Am Coll Cardiol. 2011.
9. Pinto NM, Waitzman N, Nelson R, Minich LL, Krikov S, Botto LD. Early Childhood
Inpatient Costs of Critical Congenital Heart Disease. J Pediatr. 2018 Dec;203:371-
379.e7
10. Spicer DE, Hsu HH, Co-Vu J, Anderson RH, Fricker FJ. Ventricular septal defect.
Orphanet J Rare Dis. 2014 Dec 19;9:144. doi: 10.1186/s13023-014-0144-2. PMID:
25523232; PMCID: PMC4316658.
11. Minette M.S and Shan D.J. Ventricular Septal Defects. Circulation. 114: 2190-2197.
2006.
12. Rao, P.S. Management of Congenital Heart Disease: State of the Art; Part I—
ACYANOTIC Heart Defects. Children 2019, 6, 42.
https://doi.org/10.3390/children6030042
13. Beghetti M. Congenital heart disease and pulmonary hypertension. Rev Port Cardiol.
2004 Feb;23(2):273-81. PMID: 15116461.
14. Rubio AE, Lewin M. Ventricular septal defects. In: Allen HA, Driscoll D, Shaddy
RE, Feltes TF, editors. Moss and Adams’ heart disease in infants, children, and
adolescents. 8th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2013. p. 713–21.
15. Beghetti M, Galiè N, Bonnet D. Can "inoperable" congenital heart defects become
operable in patients with pulmonary arterial hypertension? Dream or reality? Congenit
Heart Dis. 2012 Jan-Feb;7(1):3-11. doi: 10.1111/j.1747-0803.2011.00611.x. Epub
2012 Jan 10. PMID: 22233186.
16. Baumgartner H, De Backer J, Babu-Narayan SV, Budts W, Chessa M, Diller GP,
Lung B, Kluin J, Lang IM, Meijboom F, Moons P, Mulder BJM, Oechslin E, Roos-
Hesselink JW, Schwerzmann M, Sondergaard L, Zeppenfeld K; ESC Scientific
Document Group. 2020 ESC Guidelines for the management of adult congenital heart
disease. Eur Heart J. 2021 Feb 11;42(6):563-645. doi: 10.1093/eurheartj/ehaa554.
PMID: 32860028.
17. Horst Sievert, Shakeel A. Qureshi, Neil Wilson, Ziyad M. Hijazi. Interventions in
Structural, Valvular and Congenital Heart Disease 2nd Ed. CRC Press : 2015.
18. Khalid OM, Busse J. Patent Ductus Areteriosus. In: Abdulla R, editor. Heart Diseases
in Children. New York: Springer; 2011.p:113.
19. Schneider D, Moore J. Patent Ductus Arteriosus. Circulation. 2006 Oct
24;114(17):1873-82.
20. Djer MM. Current Management of Congenital Heart Disease: Where We Are? In:
Lestari ED, Hidayah D, Riza M, editors. Proceedings of The 6th Child Health Annual
Scientific Meeting of Indonesian Pediatric Society, Solo October 5–9, 2013. Solo:
UNS Press; 2013. p. 272–6.
21. Keane J, Lock J, Fyler D, Nadas A. Nadas' Pediatric Cardiology. Philadelphia:
Saunders; 2006.p.617-24.
22. Kitterman JA, Edmunds LH Jr, Gregory GA, Heyman MA, Tooley WH, Rudolph
AM. Patent Ductus Arteriosus in Premature Infants: Incidence, Relation to Pulmonary
Disease And Management. N Engl J Med. 1972 Sep 7;287(10):473–7.
23. Ellison RC, Peckman GJ, Lang P, et al. Evaluation of The Preterm Infant for Patent
Ductus Arteriosus. Pediatrics. 1983 Mar 1;71(3):364-72.
24. Yarrabolu TR, Syamasundar Rao. Transcatheter Closure of Patent Ductus Arteriosus.
Texas : Pediatric and Therapeutics. 2012.
25. Moore P, Brook MM, Heyman MA. Patent ductus arteriosus. In: Allen HD, Gutgesell
HP, editors. Moss & Adams' Heart Disease in Infants, Children & Adolescents:
Including the Fetus and Young Adults. 6th ed. Philadelphia, PA: Lippincott Williams
& Wilkins; 2001. pp. 653–663. et al., eds
26. Fortescue EB, Lock JE, Galvin T, McElhinney DB. To close or not to close: the very
small patent ductus arteriosus. Congenit Heart Dis. 2010;5(4):354-365.
doi:10.1111/j.1747-0803.2010.00435.x
27. Bentham J, Wilson N. Ultrasound Guidance In: Seivert H, Qureshi SA, Wilson N,
Hijazi ZM, Eds. Interventions in structural, valvu-lar, and congenital heart disease.
Boca Raton: CRC Press 2015; pp. 611-5
28. Muresan D, Marginean C, Zaharie G, Stomatian F, Rotar IC. Complete
atrioventricular septal defect in the era of prenatal diagnosis.
Medultrason.2016:18;500-7.
29. Marx GR, Fyler DC. Endocardial Cuhion Disease. Dalam Keane JF, Lock JE, Fyler
DC. Penyunting. Nadas Pidatric Cardiology . Philadelphia. Saunders Elsevier. 2006.
663- 674
30. Craig B. Atrioventricular septal defect: from fetus to adult. Heart. 2006;92:1879-85.
31. Kelompok Kerja Kardiologi Pediatrik Dan Penyakit Jantung Bawaan Perhimpunan
Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Panduan Tatalaksana Penyakit Jantung
Bawaan Dewasa (PJBD). Persatuan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia. 2020.
32. Sachdeva R. Atrial septal defects. In: Allen HD, Driscoll DJ, Shaddy RE, et al,
editors. Moss and Adams’ heart disease in infants, children and adolescents: including
the fetus and young adult. 8th ed. Philadephia: Lippincott Williams & Wilkins; 2013.
p. 672-90.
33. Chelu RG, Horowitz M, Sucha D, Kardys I, Ingremeau D, Vasanawala S, Nieman K,
Paul JF, Hsiao A. Evaluation of atrial septal defects with 4D flow MRI-multilevel and
inter-reader reproducibility for quantification of shunt severity. MAGMA. 2019
Apr;32(2):269-279.
34. van der Linde D, Konings EE, Slager MA, Witsenburg M, Helbing WA, Takkenberg
JJ, Roos-Hesselink JW. Birth prevalence of congenital heart disease worldwide: a
systematic review and meta-analysis. J Am Coll Cardiol. 2011 Nov 15;58(21):2241-7.
35. Park MK. Left to right shunt lesion, Atrial Septal Defect. In Pediatric cardiology for
practitioner. 5th ed. Philadelphia. Mosby Elsevier 2008.page 161-166..
36. Amin Z. Transcatheter closure of secundum atrial septal defects. Catheter Cardiovasc
Interv. 2006 Nov;68(5):778-87. doi: 10.1002/ccd.20872. PMID: 17039536.
37. Atmosugido IS. Uji Penutupan Balon Suatu Teknik Baru Sebagai Pedoman
Penutupan Defek Septum Atrium Yang Disertai Dengan Hipertensi Pulmonel.
Jakarta : Universitas Indonesia. 2012.
38. Yuniadi Y(ed), Hermanto DY(ed), Siswanto BB(ed). Buku Ajar Kardiologi Jilid 2.
Jakarta: Sagung Seto; 2017.
39. Singh GK. Congenital Aortic Valve Stenosis. Children (Basel). 2019; 6(5): 69. Cited
on 5 Mar 2021. Available from: https://dx.doi.org/10.3390%2Fchildren6050069
40. Sadler TW. Langman’s Medical Embryology. 13th Ed. Philadelphia: Wolters Kluwer;
2015.
41. Baumgartner H, Backer JD, Babu-Narayan SV, Budts W, Chessa M, Diller GP, et al.
2020 ESC Guidelines for the management of adult congenital heart disease: The Task
Force for the management of adult congenital heart disease of the European Society
of Cardiology (ESC). Endorsed by: Association for European Paediatric and
Congenital Cardiology (AEPC), International Society for Adult Congenital Heart
Disease (ISACHD). European Heart Journal. 2021; 42(6): 563-645. Cited on 6th Mar
2021. Available from: https://doi.org/10.1093/eurheartj/ehaa554
42. Kliegman RM. Nelson Textbook of Pediatrics. 20th Ed. Philadelphia: Elsevier; 2016.
43. Mitchell BJ, Mhlongo M. The Diagnosis and Management of Congenital Pulmonary
Valve Stenosis. SA Heart. 2018; 15(1): 39-45. Cited on 6 Mar 2021. Available from:
https://doi.org/10.24170/15-1-2903
44. Dima C. Mitral Stenosis [Internet]. Medscape 2 Feb 2018. Cited on 6 Mar 2021.
Available from: https://emedicine.medscape.com/article/155724-overview#a5
45. Mayo Foundation for Medical Education and Research. Ventricular Septal Defect
[Internet]. 2021. Cited on 18 March 2021. Available on :
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/ventricular-septal
defect/multimedia/ventricular-septal-defect/img-20007973
46. Makaryus Amgad N., Lawrence M. Boxt. Ventricular Septal Defect [Internet]. 2015.
Cited on 18 March 2021. Available on : https://clinicalgate.com/ventricular-septal-
defect/
47. Mayo Foundation for Medical Education and Research. Patent Ductus Arteriosus
[Internet]. 2021. Cited on 18 March 2021. Available on :
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/patent-ductus-arteriosus/symptoms-
causes/syc-20376145
48. Mayo Foundation for Medical Education and Research. Atrioventricular Septal Defect
[Internet]. 2018. Cited on 18 March 2021. Available on :
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/atrioventricular-canal-
defect/symptoms-causes/syc-20361492
49. Mayo Foundation for Medical Education and Research. Atrial Septal Defect
[Internet]. 2019. Cited on 18 March 2021. Available on :
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/atrial-septal-defect/symptoms-
causes/syc
50. Mayo Foundation for Medical Education and Research. Stenosis Aorta [Internet].
2021. Cited on 18 March 2021. Available on : https://www.mayoclinic.org/diseases-
conditions/aortic-stenosis/symptoms-causes/syc-20353139
51. Mayo Foundation for Medical Education and Research. Coarctatio of the Aorta
[Internet]. 2020. Cited on 18 March 2021. Available on :
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/coarctation-of-the-
aorta/multimedia/coarctation-of-the-aorta/img-20007864
52. Mayo Foundation for Medical Education and Research. Pulmonary stenosis
[Internet]. 2017. Cited on 18 March 2021. Available on :
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/pulmonary-valve-stenosis/symptoms-
causes/syc-20377034
53. Mayo Foundation for Medical Education and Research. Mitral valve stenosis
[Internet]. 2017. Cited on 18 March 2021. Available on :
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/mitral-valve-
stenosis/multimedia/normal-heart-and-heart-with-mitral-valve-stenosis-image/img-
20110854