MANAJEMEN KEPERAWATAN
Timbang Terima
NAMA KELOMPOK :
MADIUN2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah Trend Issue Keperawatan yang berjudul
“Timbang Terima Keperawatan”. Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak lupa
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
penyusunan makalah ini.
Tujuan penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas belajar pada prodi
keperawatan, dimana diharapkan mahasiswa sebagai calon perawat dapat dan mampu
memahami dan mengaplikasikan ilmunya baik untuk dirinya sendiri ataupun di masyarakat.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Untuk itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan mahasiswa dan dosen
pembimbing untuk kesempurnaan dalam pembuatan makalah selanjutnya.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengoptimalan peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi mandiri
merupakan satu upaya dalam meningkatkan profesionalisme pelayanan keperawatan. Hal ini
berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan
perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan setiap
perubahan yang terjadi. Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan dirasakan sebagai
suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat. Respon yang ada harus bersifat kondusif
dengan belajar tentang konsep pelayanan keperawatan dan langkah- langkah konkret dalam
pelaksanaannya. Langkah- langkah tersebut dapat berupa penataan ketenagaan dan pasien,
penerapan MAKP dan perbaikan dokumentasi keperawatan.
Timbang terima merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima
informasi yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima harus dilakukan seefektif
mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan komplit tentang tindakan mandiri
perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan saat itu. Informasi yang disampaikan
harus akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna.
Timbang terima dilakukan oleh perawat primer antar shift secara tulisan dan lisan.
Selama ini timbang terima sudah dilakukan. Isi dan substansi timbang terima yang
dilakukan selama ini adalah identitas pasien, diagnosa medis, diagnosa keperawatam,
program terapi yang sudah dilakukan dan rencana tindakan yang akan dilakukan. Timbang
terima dilakukan secara lisan dan tertulis kemudian keliling ke semua pasien. Timbang terima
perlu terus ditingkatkan baik teknik maupun alurnya karena timbang terima merupakan
bagian penting dalam menginformasikan permasalahan klien sehari- hari.
Keakuratan data yang diberikan saat timbang terima sangat penting, karena dengan
timbang terima ini maka pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan akan bisa
dilaksanakan secara berkelanjutan, dan mewujudkan tanggungjawab dan tanggunggugat dari
seorang perawat. Bila timbang terima tidak dilakukan dengan baik, maka akan muncul
kerancuan dari tindakan keperawatan yang diberikan karena tidak adanya informasi yang bisa
digunakan sebagai dasar pemberian tindakan keperawatan. Hal ini akan menurunkan kualitas
pelayanan keperawatan dan menurunkan tigkat kepuasan pasien. Kegiatan timbang terima
yang telah dilakukan perlu dipertahankan dan ditingkatkan kualitasnya.
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
1. Bagi Perawat
a. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.
b. Menjalin suatu hubungan kerjasama dan bertanggungjawab antar perawat.
c. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap klien yang berkesinambungan.
d. Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna.
2. Bagi Klien
Klien mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal.
3. Bagi Rumah Sakit
Meningkatkan pelayanan keperawatan kepada klien secara komprehensif.
BAB II
KONSEP TEORI
2.1 Pengertian
Timbang terima memiliki beberapa istilah lain. Beberapa istilah itu diantaranya
handover, handoffs, shift report, signout, signover dan cross coverage. Handover adalah
komunikasi oral dari informasi tentang pasien yang dilakukan oleh perawat pada pergantian
shift jaga. Friesen (2008) menyebutkan tentang definisi dari handover adalah transfer tentang
informasi (termasuk tanggungjawab dan tanggunggugat) selama perpindahan perawatan yang
berkelanjutan yang mencakup peluang tentang pertanyaan, klarifikasi dan konfirmasi tentang
pasien. Handoffs juga meliputi mekanisme transfer informasi yang dilakukan, tanggungjawab
utama dan kewenangan perawat dari perawat sebelumnya ke perawat yang akan melanjutnya
perawatan.
1. Persiapan
a. Kedua kelompok dalam keadaan siap.
b. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
2. Pelaksanaan
Dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada masing-masing penanggung
jawab:
a. Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift atau operan.
b. Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima dengan
mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah keperawatan klien,
rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya
yang perlu dilimpahkan.
c. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap sebaiknya
dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada perawat yang
berikutnya.
d. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :
Identitas klien dan diagnosa medis.
Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul.
Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan.
Intervensi kolaborasi dan dependen.
Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan
penunjang lainnya, persiapan untuk konsultasi atau prosedur lainnya yang
tidak dilaksanakan secara rutin.
e. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi, tanya jawab
dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang kurang jelas Penyampaian pada saat
timbang terima secara singkat dan jelas
f. Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada
kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci.
g. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada buku laporan
ruangan oleh perawat.
(Nursalam, 2002)
1. Interaksi dalam komunikasi harus memberikan peluang untuk adanya pertanyaan dari
penerima informasi tentang informasi pasien.
2. Informasi tentang pasien yang disampaikan harus up to date meliputi terapi,
pelayanan, kodisi dan kondisi saat ini serta yang harus diantipasi.
3. Harus ada proses verifikasi tentang penerimaan informasi oleh perawat penerima
dengan melakukan pengecekan dengan membaca, mengulang atau mengklarifikasi.
4. Penerima harus mendapatkan data tentang riwayat penyakit, termasuk perawatan dan
terapi sebelumnya.
5. Handover tidak disela dengan tindakan lain untuk meminimalkan kegagalan informasi
atau terlupa.
Timbang terima atau operan jaga memiliki efek-efek yang sangat mempengaruhi diri seorang
perawat sebagai pemberi layanan kepada pasien. Efek-efek dari shift kerja atau operan adalah
sebagai berikut:
1. Efek Fisiologi
Kualitas tidur termasuk tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak gangguan dan
biasanya diperlukan waktu istirahat untuk menebus kurang tidur selama kerja malam.
Menurunnya kapasitas fisik kerja akibat timbulnya perasaan mengantuk dan lelah.
Menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan.
2. Efek Psikososial
Efek ini berpengeruh adanya gangguan kehidupan keluarga, efek fisiologis hilangnya
waktu luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan teman, dan mengganggu
aktivitas kelompok dalam masyarakat. Saksono (1991) mengemukakan pekerjaan
malam berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat yang biasanya dilakukan pada
siang atau sore hari. Sementara pada saat itu bagi pekerja malam dipergunakan untuk
istirahat atau tidur, sehingga tidak dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan tersebut,
akibat tersisih dari lingkungan masyarakat.
3. Efek Kinerja
Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh efek fisiologis dan
efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan kemampuan mental
menurun yang berpengaruh terhadap perilaku kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas
kendali dan pemantauan.
4. Efek Terhadap Kesehatan
Shift kerja menyebabkan gangguan gastrointestinal, masalah ini cenderung terjadi
pada usia 40-50 tahun. Shift kerja juga dapat menjadi masalah terhadap keseimbangan
kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes.
5. Efek Terhadap Keselamatan Kerja
Survei pengaruh shift kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja yang dilakukan
Smith et. Al (dalam Adiwardana, 1989), melaporkan bahwa frekuensi kecelakaan
paling tinggi terjadi pada akhir rotasi shift kerja (malam) dengan rata-rata jumlah
kecelakaan 0,69 % per tenaga kerja. Tetapi tidak semua penelitian menyebutkan
bahwa kenaikan tingkat kecelakaan industri terjadi pada shift malam. Terdapat suatu
kenyataan bahwa kecelakaan cenderung banyak terjadi selama shift pagi dan lebih
banyak terjadi pada shift malam.
Dokumentasi adalah salah satu alat yang sering digunakan dalam komunikasi
keperawatan. Hal ini digunakan untuk memvalidasi asuhan keperawatan, sarana komunikasi
antar tim kesehatan, dan merupakan dokumen pasien dalam pemberian asuhan keperawatan.
Ketrampilan dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan
kepada tenaga kesehatan lainnya dan menjelaskan apa yang sudah, sedang, dan akan
dikerjakan oleh perawat.
PASIEN
RENCANA
TINDAKAN
PERKEMBANGAN
KEADAAN PASIEN
MASALAH:
- TERATASI
- BELUM
- SEBAGIAN
2.10 Mekanisme Kegiatan Timbang Terima
1. Evaluasi Struktur
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah tersedia antara lain :
Catatan timbang terima, status klien dan kelompok shift timbang terima. Kepala
ruangan memimpin kegiatan timbang terima yang dilaksanakan pada pergantian shift
yaitu pagi ke sore. Sedangkan kegiatan timbang terima pada shift sore ke malam
dipimpin oleh perawat primer.
2. Evaluasi Proses
Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan dan dilaksanakan oleh seluruh
perawat yang bertugas maupun yang akan mengganti shift. Perawat primer malam
menyerahkan ke perawat primer berikutnya yang akan mengganti shift. Timbang
terima pertama dilakukan di nurse station kemudian ke bed klien dan kembali lagi ke
nurse station. Isi timbang terima mencakup jumlah klien, masalah keperawatan,
intervensi yang sudah dilakukan dan yang belum dilakukan serta pesan khusus bila
ada. Setiap klien dilakukan timbang terima tidak lebih dari 5 menit saat klarifikasi ke
klien.
3. Evaluasi Hasil
Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift. Setiap perawat dapat
mengetahui perkembangan klien. Komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.
BAB III
SKENARIO
Pemain :
Narator : Elvin
Kepala Ruangan : Tri Setyo
Perawat Pelaksana Malem 1 : Berliana
Perawat Pelaksana Malem 2 : Dimas
Perawat Pelaksana Pagi 1 : Erin
Perawat Pelaksana Pagi 2 : Farid
Pasien 1 : Mira
Pasien 2 : Shalsa
NURSE STATION
PP 1 (Pagi) : Apa yang masih dirasakan bu ? apakah masih merasakan sesak atau ada
keluhan lain?
Pasien 1 : Iya suster saya masih merasakan sesak nafas sama masih bengkak pada
bagian kaki saya
PP 1 (Malam) : Identitas pasien yang pertama:
S : - Nama Ny. M umur 35 th, dengan diagnosa medis CKD
- Masalah keperawatan yang muncul saat pengkajian pola nafas tidak
efektif dan resiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
B : - Pasien masih mengeluh sesak, oedema ekstremitas bawah dan asites.
A : - TD: 150/80 mmHg, RR: 30x/menit
- pengeluaran urine 40 cc/ 24jam
- Hasil Lab dari Hb 9 mg/dl, albumin 3 mg/dl, ureum 23 mg/dl.
R : - Tanyakan pada dokter apakah pemberian oksigen perlu diganti
dengan NRM dan konsul untuk pemberian diuretiknya apakah perlu di
tingkatkan atau tidak
- Lanjutkan intervensi lainya
DI NURSE STATION
Perawat pelaksana dinas pagi mengklarifikasikan hasil validasi kepada Karu dan
perawat pelaksana dinas malam.
Karu : Kita tadi sudah bersama-sama melakukan kegiatan timbang terima, saya
berharap dengan adanya kegiatan ini proses pendelegasian tugas antar shift
bisa jelas dan terstruktur. Mungkin dari pasien tadi ada yang masih harus di
diskusikan lagi?
PP 1 (Pagi) : Iya, ada tambahan dari pasien kamar mawar atas nama Ny. M masih
mengeluhkan sesak nafas.
PP 1 (Malam) : untuk Ny. M tadi sudah diberikan terapi oksigen 3 lpm tetapi masih sesak
mungkin perlu megganti oksigen dengan NRM
Karu : untuk intervensi lainya tetap dilanjutkan pasien Ny. M tetap berikan posisi
semi fowler, bila perlu konsulkan lagi ke dokter Riri
PP 1 (Pagi) : Baik Bu.. terima kasih.
Karu : Terima kasih atas kerjasamanya perawat pelaksana yang telah bekerja
dengan baik. Demikian tadi timbang terima ini semoga apa yang telah kita
lakukan hari ini memberikan banyak keuntungan bagi kita semua, dan kita
diberikan kelancaran dalam melaksanakan tugas masing-masing. Demikian
saya akhiri Wassalamu’alaikum wr, wb.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima suatu laporan
yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima merupakan kegiatan yang harus
dilakukan sebelum pergantian shift. Selain laporan antar shift, dapat disampaikan juga
informasi-informasi yang berkaitan dengan rencana kegiatan yang telah atau belum
dilaksanakan.
Timbang terima adalah satu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu
(laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien (Nursalam, 2002). Timbang terima bertujuan
untuk kesinambungan informasi mengenai keadaan klien secara menyeluruh sehingga
tercapai asuhan keperawatan yang optimal.
4.2 SARAN
Sebagai pemberi pelayanan keperawatan, perawat kiranya lebih mematuhi SOP yang
ditetapkan, menerapkan kerjasama dengan tim kesehatan dalam pemberian pelayanan
kesehatan, menerapkan komunikasi yang baik terhadap pasien dan keluarga serta tenaga
kesehatan lainnya, peka dalam menyelesaikan masalah terhadap kejadian tidak diharapkan,
mendokumentasikan dengan benar semua asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien
dan keluarga. Pada laporan timbang terima hendaknya dilengkapi dengan tanda tangan PP
malam dan PP pagi sebagai dokumentasi keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Friesen, M.A.White,V.S& Byers F.J ( 2008 ).Handsoffs : Implication For Nurse.
Kaasean M, Jagoo ZB. (2005). Managing change in the nursing handover from traditional to
bedside handover- a case study from Mauritius. BMC Nursing 4 ( 1 ) : 1