Anda di halaman 1dari 1

Perkara sengketa kewenangan antar lembaga negara terkait pembelian 7 % saham PT.

Newmont Nusa Tenggara (NNT) yang tercatat dalam perkara nomor 2/SKLN-X/2012.

Adapun lembaga negara yang terlibat sengketa kewenangan dalam perkara tersebut adalah
antara Presiden Republik Indonesia selaku Pemohon dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
selaku Termohon I dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) selaku Termohon II.

Divestasi 7 persen saham PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) oleh pemerintah menimbulkan
perbedaan pendapat antara pemerintah dan DPR.

Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan Kiagus Ahmad Baharuddin mengganggap kebijakan


pembelian saham 7 persen yang dilepas PT NNT itu murni kewenangan konstitusional
pemerintah sesuai kewenangan yang diberikan Pasal 4 ayat (1), Pasal 17, Pasal 23C, dan Pasal
33 ayat (3) ) UUD 1945 bukan kewenangan DPR.

Sedangkan menurut DPR, bahwa pemerintah hanya dapat membeli 7 persen saham divestasi PT
NNT setelah mendapat persetujuan DPR. Hal itu dituangkan dalam surat No. PW.01 / 9333 /
DPR-RI / X / 2011 dan No. AG / 9314 / DPR-RI / X / 2011 tertanggal 28 Oktober 2011.

Atas hal tersebut Baharudin sebagai sekertaris jendral kementrian keuangan meminta
termohon II (BPK) untuk mengaudit proses pembelian saham divestasi PT NNT tersebut

Dalam laporan hasil pemeriksaan, BPK juga berpendapat keputusan pemerintah untuk investasi
jangka panjang dalam bentuk penyertaan modal pemerintah di perusahaan swasta harus
ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah setelah mendapatkan persetujuan DPR. Sehingga
Perkara tersebut selanjutnya di serahkan ke MK.

Anda mungkin juga menyukai