Anda di halaman 1dari 13

PERMASALAHAN KEGIATAN PENDAFTARAN TANAH DI INDONESIA

DAN UPAYA PEMERINTAH MENGATASINYA

Oleh :
ANANDA DERMAWAN
1815013023

JURUSAN TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2021
PERMASALAHAN KEGIATAN PENDAFTARAN TANAH DI INDOENSIA
DAN UPAYA PEMERINTAH MENGATASINYA

Ananda Dermawan (1815013023)


Fakultas Teknik Universitas Lampung
Email : anandadermawan.ad@gmail.com

ABSTRAK

Pendaftaran tanah di Indonesia diatur dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1960


tentang peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria atau sering disebut Undang-undang
Pokok Agraria (UUPA). Tanah yang didaftarkan memiliki hak milik secara sah diatas
namakan atas satu nama seseorang yang memiliki hak atas tanah tersebut. Kegiatan
pendaftaran tanah di Indonesia sudah dilakukan sejak puluhan satun tetapi hingga saat
ini masih banyak hak atas tanah yang belum didaftarkan. Peristiwa tersebut
diakibatkan oleh banyaknya permasalahan dalam proses melakukan pendaftaran tanah
mulai dari masalah pada masyarakat, kasus pertanahan, hingga proses pendaftaran
tanah itu sendiri. Dalam hal ini, pemerintah telah banyak melakukan upaya serta
membentuk program-program untuk meningkatkan kualitas pendaftaran tanah di
Indonesia salah satunya Poyek Operasi Nasional Agraria (PRONA) dan Pendaftaran
Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) yang akan dibahas pada kajian ini.

Kata kunci : Pendaftaran Tanah, Hak Atas Tanah, PRONA, PTSL

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulisan
makalah ini bisa diselesaikan tanpa ada kendala. Tak lupa saya ucapkan terimakasih
kepada Dosen Pembimbing Bapak Ir. Fauzan Murdapa S.T., M.T. yang telah
memberikan arahan dalam proses penyelesaian makalah.
Makalah ini saya buat sebagai Tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Survei
Kadastral Jurusan Teknik Geodesi dan Geomatika Universitas Lampung Tahun ajaran
2020/2021 yang berjudul ”Permasalah Kegiatan Pendaftaran Tanah di Indonesia dan
Upada Pemerintah Mengatasinya”.
Saya berharap pembaca dapat mendapatkan manfaat dan wawasan dari isi
makalah ini. Mohon maaf jika masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah,
saya menerima segala masukan berupa kritik dan saran dari pembaca.

Palembang, 27 Januari 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

ABSTRAK.................................................................................................................ii

KATA PENGANTAR...............................................................................................iii

DAFTAR ISI..............................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................5
1.1......................................................................................................................... Lata
r Belakang......................................................................................................5
1.2......................................................................................................................... Rum
usan Masalah..................................................................................................6
1.3......................................................................................................................... Tuju
an....................................................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................7


2.1......................................................................................................................... Pend
aftaran Tanah..................................................................................................7
2.2......................................................................................................................... Siste
m Pendaftaran Tanah di Indonesia.................................................................7
2.3......................................................................................................................... Kasu
s – kasus Pertanahan.......................................................................................8

BAB III ISI.................................................................................................................9


3.1......................................................................................................................... Per
masalahan Pendaftaran Tanah di Indonesia...................................................9
3.2......................................................................................................................... Upa
ya Pemerintah untuk Menyelesaikan Masalah...............................................10
3.3......................................................................................................................... Prog
ram – program Pendaftaran Tanah oleh Pemerintah......................................10

BAB IV PENUTUP...................................................................................................12
4.1......................................................................................................................... Kesi
mpulan............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................13

iv
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanah merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia. Tanah adalah


harta atau properti yang tidak bergerak, sehingga secara fisik tidak dapat
dipindahkan dari satu orang ke orang lain. Tanah bersifat permanen, yaitu tidak
dapat semakin naik, semakin turun, atau hancur seperti properti lainnya (Hanstad,
1998), sehingga dapat dicatat atau direkam sampai kapanpun. Tanah dapat menjadi
rumah, sumber pendapatan, tempat untuk berbisnis, akses ke lahan lain, keamanan
pinjaman, dan seabagainya (Land Registration Act 2002; Zevenbergen, 2002). Dari
sisi ekonomi, tanah didefinisikan sebagai sarana produksi yang dapat
mendatangkan kesejahteraan dan aset (industri, pertanian komersial). Dari sisi
politik, tanah dapat menentukan posisi seseorang dalam pengambilan keputusan
bagi masyarakat. Dari sisi sosial penduduk, tempat untuk hidup. Sementara itu, dari
sisi hukum, tanah merupakan dasar kekuatan untuk yuridiksi.
Sehubungan dengan itu agar dapat terwujud kepastian hukum terhadap hak-
hak atas tanah dilakukan melalui sarana pendaftaran tanah di Badan Pertanahan
Nasional. Pendaftaran tanah diselenggarakan dengan mengingat keadaan negara
dan masyarakat, keperluan lalu liintas sosial ekonomi serta kemungkinaan
penyelenggaraannya. Beberapa program pemerintah dalam mendukung dan
mempercepat pendaftaran tanah selalu bergulir dari tahun ke tahun. Sasarannya
yaitu masyarakat dengan tingkat ekonomi yang rendah. Adapun program tersebut
Prona (Proyek Operasi Nasional), Pronada (Proyek Operasi Nasional Daerah),
Sertifikasi Usaha Kecil Menengah (UKM), dan Larasita (Layanan Rakyat untuk
Sertifikasi Tanah). Namun, program-program tersebut masih kurang memberi andil
yang berarti, masih banyak bidang tanah yang belum terdaftar.
Terhambatnya program pemerintah salah satu faktor disebabkan oleh konflik
pertanahan. Akumulasi permasalah pertanahan yang masuk ke Mahkamah Agung
diperkirakan berkirsar antara 60% hingga 70% setiap tahun dan belum terhitung
kasus yang selesai ketika diputuh pada tingkat pertama maupun pada tingkat
banding (Aabdurrahman, 2009). Kementrian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional (2014) mencapat ada sekitar 5.878 kasus pertanahan yang
masuk ke BPN pada tahun 2014.
Salah satu akar permasalahannya disebabkan oleh sistem pendaftaran tanah di
Indonesia menggunakan sistem publikasi negatif yang bertendensi positif. Dalam
sistem tersebut, pemerintah tidak memberikan jaminan kepastian hukum terhadap
pemegang bukti sah atau sertifikat tanah. Selain itu, pemerintah juga tidak
bertanggung jawab atas isi data dan infromasi sertifikat hak atas tanah. Data dan
informasi di dalam sertifikat dianggap benar sepanjang tidak ada pihak lain yang
menggugatnya. Dengan kondisi berikut menyebabkan timbul berbagai masalah,
seperti konflik dan sengketa lahan antar berbagai pihak di beberapa wilayah di
Indonesia.

5
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengkaji tentang problem
pendaftaran tanah di Indonesia serta bagaimana cara pemerintah mengatasinya.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada kajian ini antara lain sebagai berikut :
1.2.1. Apa saja problema pendaftaran tanah di Indonesia dan bagaimana upaya
pemerintah menyelesaikan problem tersebut ?
1.2.2. Apa saja program pendaftaran tanah yang telah dilakukan pemerintah
untuk melaksanakan pendaftaran bidang tanah ?

1.3. Tujuan
Tujuan dibuatnya kajian ini adalah sebagai berikut :
1.3.1. Untuk mengetahui apa saja permasalahan pendaftaran tanah di Indonesia
serta updaya pemerintah dalam menyelesaikan masalah tersebut.
1.3.2. Untuk mengetahui program-program pendaftaran tanah yang telah
dilakukan pemerintah untuk melaksanakan pendaftaran bidang tanah.

6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pendaftaran Tanah

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1997


mendefinisikan bahwa pendaftaran tanah merupakan serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan, dan teratur,
meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan
data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar mengenai bidang-bidang
tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya
bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknnya dan hak milik atas satuan rumah
susun serta hak-hak tertentu yang membebaninanya. Data fisik adalah keterangan
mengenai letak, batas, luas bidang tanah, dan satuan rumah susun yang di daftar,
termasuk keterangan mengenai adanya bangunan atau bagian bangunan di atasnya.
Data yuridis adalah keterangan mengenai status hukum bidang tanah dan satuan
rumah susun yang di daftar serta pemegang haknya, hak pihak lain, dan beban
beban lain yang membebaninnya.
Pendaftaran tanah juga dimaksudkan untuk mencatat identitas tanah yang
sudah dimiliki sesorang atau suatu badan dengan hak tertentu ke Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kota tempat tanah tersebut berada, kemudian pemegang hak atas tanah
tersebut diberikan sertifikat hak atas tanah (Perangin, 1994; Indiraharti, 2009).
Identitas tanah berisi keterangan-keterangan mengenai sebidang tanah, sehingga
bidang tanah tersebut dapat dengan jelas diketahui haknya, luasnya, batas-batasnya,
keadaannya, letaknya, pemiliknya, dan ciri-ciri khas lainnya (Ballantyne dan
Dobbin, 2000).
Pendaftaran tanah secara sistematik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk
pertama kali dilakukan secara serentak meliputi semua obyek pendaftaran yang
belum di daftar dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan.
Pendaftaran tanah secara sporadik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama
kali satu atau beberapa obyek pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian wilayah
suatu desa/kelurahan secara individual atau massal.

2.2. Sistem Pendaftaran Tanah di Indonesia

Sistem pendaftaran tanah di Indonesia menurut PP. 24/1997 menggunakan


sistem pendaftaran tanah publikasi negatif bertendensi positif. Sistem tersebut
adalah sistem pendaftaran tanah ini menggunakan sistem pendaftaran hak, tetapi
sistem publikasinya belum dapat positif murni. Hal ini disebabkan data fisik dan
data yuridis da;am sertifikat tanah belum pasti benar, meskipun harus diterima oleh
pengadilan sebagai data yang benar selama tidak ada alat pembuktian yang
membuktikan sebaliknya (Indiraharti, 2009). Selain itu, jika suatu pihak mengalami
kehilangan hak atas tanah akibat pengalihan hak oleh pihak lain secara ilegal atau
kesalahan dalam register, maka pemerintah tidak memberikan jaminan ganti rugi.
Untuk mengatasi kelemahan sistem publikasi tersebut, indonesia menggunakan

7
lembaga reschtverwerking. Penggunaan lembaga tersebut dikarenakan hukum tanah
di Indonesia masih menggunakan dasar hukum adat. Hukum adat menurut UUPA,
apabila seseorang selama sekian waktu membiarkan tanahnya tidak dikerjakan
kemudian tanah itu dikerjakan oleh orang lain yang memperoleh hak atas tanah
tersebut dengan itikad baik, maka pemilik tanah semula akan mengalami
kehilangan hak atas tanahnya.

2.3. Kasus - kasus Pertanahan

Permasalahan pertanahan dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu sengketa


pertanahan, konflik pertanahan, dan perkara pertanahan yang membutuhkan
penanganan atau penyelesaian sesuai peraturan perundang-undangan dan kebijakan
pertanahan nasional (Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pengolahan Pengkajian dan Penanganan
Kasus Pertanahan). Sengketa pertanahan adalah perselisihan pertanahan antara
orang perseorangan, badan hukum, atau lembaga yang tidak berdampak luas secara
sosio-politis. Konflik pertanahan adalah perselisihan pertanahan antara orang
perseorangan, kelompok, golongan, organisasi, badan hukum, atau lembaga yang
telah berdampak luas secara sosio-politis. Sedangkan perkara pertanahan adalah
perselisihan pertanahan yang penyelesaiannya dilaksanakan oleh lembaga peradilan
atau putusan lembaga peradilan yang masih dimintakan penanganan
perselisihannya di BPN-RI (http://www.bpn.go.id. Diakses pada Januari 2021).

8
BAB III ISI

3.1. Permasalahan Pendaftaran Tanah di Indonesia

3.3.1. Kebijakan Pemerintah Mengenai Kewajiban Perpajakan dalam Kegiatan


Pendaftaran Tanah.
Kebijakan pemerintah yang di atur pada Undang-undang No. 21 Tahun
1997 dan Undang-undang No. 20 Tahun 2000 tentang BPHTB (Bea
Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan) dengan penentuan jika Nilai
Perolehan Objek Tanah lebih besar maka dikenai pajak, sebaliknya apabila
Nilai Peroleh Objek Tanah lebih kecil maka tidak akan dikenai pajak.
Sebelum BPHTB ini berlaku masyarakat yang memohon hak cukup
membayar biaya yang ditentukan oleh instansi Kantor Pertanahan. Namun,
adanya NBPHTB maka masyarakat diwajibkan membayar biaya yang
ditentukan oleh Kantor Pertanahan ditambah dengan BPHTB.
3.3.2. Kurang Pemahaman Fungsi dan Kegunaan Sertifikat.
Pada umumnya masyarakat kurang memahami fungsi dan kegunaan
sertifikat hak atas tanah. Hal ini disebabkan masyarakat kurang mendapat
informasi dan edukasi tentang pendaftaran tanah. Oleh karena itu akan
mempengaruhi kesadaran masyarakat untuk mendaftarkan tanahnya. Selain
itu, anggapan masyarakat bahwa sertifikat hak atas tanah hanya dipandang
dari nilai ekonomisnya saja, seperti :
a. Masyarakat menganggap bahwa sertifikat hak atas tanah hanya
diperlukan untuk menaikkan harga bidang tanah sebagai kompensasi
dari biaya pengurusan sertifikat ke kantor pertanahan, sementara
masyarakat beranggapan bahwa harga ekonomi suatu bidang tanah
dinilai berdasarkan luas dan kualitas tanah.
b. Masyarakat menganggap sertifikat hak atas tanah hanya diperlukan jika
ada keperluan untuk mengajukan pinjaman di bank sebagai jaminan
pemberian kredit yang akan dijadikan sebagai objek hak tanggungan.
3.3.3. Anggapan masyarakat bahwa Diperlukan Biaya yang Mahal
Tarif pendaftaran tanah untuk setiap simpul dari kegiatan pendaftaran tanah
telah diatur dalam PP No. 46 Tahun 2002 namun dalam prateknya baik
pihak pertanahan maupun pemerintah dalam hal menerbitkan sertifikat
melaksanakan pengutipan di luar ketentuan yang berlaku. Beberapa
pelaksanaan pendaftaran tanah secara sporadik tidak berjalan dengan baik,
selain karena pengaruh kurangnya informasi akurat tentang pendaftaran
tanah, tingkat pendidikat masyarakat berpengaruh pada kesadaran
masyarakat untuk mendaftarkan tanahnya dan juga pengaruh dari anggapan
bahwa mendaftarkan tanah membutuhkan biaya yang besar.
3.3.4. Faktor Anggapan Waktu yang Lama dalam Pengurusan Sertifikat.
Masyarakat menganggap bahwa mengurus sertifikat hak atas tanah
dibutuhkan waktu yang lama. Hal ini banyak diungkapkan masyarakat

9
dalam mendaftarkan tanah secara sporadik membutuhkan waktu paling
cepat 3 bulan hingga paling lama 8 bulan bahkan ada yang sampai 1 tahun.
3.3.5. Faktor Anggapan Kepemilikan Tanah Warisan
Sebagian masyarakat beranggapan bahwa tanah-tanah yang sudah terdaftar
bermakna jika tanah tersebut sudah ada suratnya asalkan terkait
pembuatannya dengan instansi pemerintah berarti tanah tersebut sudah
terdaftar dan merupakan alat bukti hak yang kuat, apalalgi terhadap tanah
yang diperoleh dari warisan pada umumnya anggota masyarakat mengetahui
riwayat pemilik tanah. Padahal seluruh tanah yang dimiliki masyarakat telah
ditetapkan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dalam rangka pemenuhan dan
peningkatan pendapatan negara.
3.3.6. Faktor Sitem Publikasi Pendaftaran Tanah di Indonesia
Sistem publikasi negatif yang mengandung unsur positif yang dianut
Indonesia memberikan kesempatan kepada orang lain untuk menggugat
orang yang sudah memiliki sertifikat sehingga ada keraguan pada
masyarakat untuk mendaftarkan tanahnya karena sertifikat tersebut tidak
menjamin secara multak kepastian hak atas tanahnya.
Dalam sistem publikasi negatif, jika orang sebagai subyek namanya sudah
terdaftar dalam buku tanah, haknya masih memungkinkan digugat jika
gugatan tersebut memiliki bukti yang kuat. Kelemahan dari sistem publikasi
ini pemerintah tidak menjamin kebenaran dari isi daftar umum yang
diadakan dalam pendaftaran hak.

3.2. Upaya Pemerintah untuk Menyelesaikan Masalah

Berbagai kendala dan hambatan yang telah disebutkan di atas tentunya beragam
pula upaya dan solusi yang telah dilakukan oleh pemerintah di antaranya :
3.3.1. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
Melakukan peningkatan Sumber Daya Manusia untuk menampung dan
mengangani kegiatan pendaftaran tanah di Indonesia sudah diupayakan oleh
pemerintah dengan cara mengikuti program khusus Diploma atau Sarjana
dalam pemetaan dan pengukuran. Hak ini dilakukan guna meningkatkan
kualitas pengukuran di lapangan agar tidak terjadi kesalahan, sehingga
tidaka ada tanah yang tumpang tindih maupun terjadi salah ukur.
3.3.2. Memberantas Calo
Guna menepis anggapan masyarakat tentang biaya pendaftaran tanah yang
mahal dan tidak sesuai dengan aturan yang berlaku, pemerintah melakukan
pemberantasan calo yang beredar di masyarakat.
3.3.3. Melakukan Sosialisasi
Untuk memberikan pengetahuan yang lebih dalam kepada masyarakat
pemerintah melakukan sosialisasi terkait pendaftaran tanah.

3.3. Program – program Pendaftaran Tanah oleh Pemerintah

3.3.1. Pembentukan Proyek Operasi Nasional Agraria (PRONA)

10
Menurut Pasal 1 ayat 1 Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepada
Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun 2015 tentang Program Nasional
Agraria (PRONA), PRONA adalah rangkaian kegiatan pensertifikatan tanah
secara masal pada suatu wilayah administrasi desa/kelurahan atay sebutan
lain atau bagian-bagiannya.
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 189 Tahun 1981 tentang Proyek
Operasi Nasional Agraria (PRONA) menjelaskan hal-hal sebagai berikut :
1) Pembentukan PRONA merupakan salah satu upaya dalam
melaksanakan Garis-garis Besar Haluan Negara (Tap. MPR
No.IV/MPR/1978) dan Catur Tertib di bidang pertanahan sebagaimana
digariskan dalam repelita III. Tujuan dibentuknya PRONA adalah untuk
menumbuhkan kesadaran hukum masyarakat dalam bidang pertanahan
sebagai usaha untk berpartisipasi dalam meciptakan stabilitas sosial
politik serta pembangunan di bidang ekonomi.
2) Adapun tugas dari PRONA adalah :
a. Melaksanakan program pensertifikatan tanah secara masal di
Indonesia untuk memberikan jaminan kepastian hukum bagi
penguasaan dan kepemilikan tanah sebagai tanda bukti yang kuat,
terutama dalam rangka meningkatkan maupun menunjuang
pelaksanaan Landreform.
b. Melaksanakan pemeriksaan dan penelitian terhadap berbagai kasus
tanah berupa sengketa yang bersifat strategis dan menyelesaikan
secara tuntas (Djoko Prakoso dan Budiman Adi Purwanto, 1985).

3.3.2. Pembentukan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL)


Guna menanggulangi lambannya proses pembuatan sertifikat tanah,
pemerintah melalui Kementrian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional telah meluncurkan Program Prioritas Nasional Berupa Percepatan
Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL). PTSL adalah proses
pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak dan
meliputi semua obyek pendaftaran tanah yang belum didaftarkan di dalam
suatu wilayah desa/kelurahan atau nama lainnya yang setingkat dengan itu.
Melalui PTSL, pemerintah memberikan jaminan kepastian hukum atau hak
atas tanah yang dimiliki masyarakat.
Program ini dituangkan dalam Peraturan Menteri Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) No. 6 tahun 2018 tentang
PTSL dan Instruksi Presiden No. 2 tahu 2018. Program PTSL menargetkan
126 juta bidang tanah di Indonesia terdaftar dan tersertifikasi keseluruhan
pada tahun 2025. Kemudian dijabarkan dalam target 5 juta bidang pada
tahun 2017, lalu 7 juta bidang pada tahun 2018, 9 juta bidang pada tahun
2019, dan 10 juta setiap tahunnya sampai dengan tahun 2025.

11
BAB IV PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan kajian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa pelaksaaan kegiatan pendaftaran tanah di Indonesia
masih banyak kekurangan. Tujuan dari pendaftaran tanah itu sendiri belum
terpenuhi, diantaranya tertib administrasi pertanahan belum tercapai, hal ini dapat
dilihat banyaknya bidang tanah yang belum didaftarkan. Selain itu, permasalahan
atau kendala pendaftaran tanah di masyarakat masih belum bisa ditangani
sepenuhnya sehingga menyebabkan terhambatnya kegiatan pendaftaran tanah di
Indonesia. Dalam hal ini, pemerintah terus melakukan upaya untuk meningkatkan
kualitas pendaftaran tanah dengan membuat berbagai macam program diantaranya
Proyek Operasi Nasional Agraria (PRONA) dan Pendaftaran Tanah Sistematis
Lengkap (PTSL), walaupun demikian dalam program tersebut masih terdapat
hambatan sehingga belum bisa terealisasi secara maksimal. Pemerintah masih terus
menagerkan percepatan pendaftaran tanah di Indonesia terutama prioritasnya dalam
Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) hingga tahun 2025.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ardani, Mira Novana. 2019. “Tantangan Pelaksanaan Kegiatan Pendaftaran Tanah


Sitematis Lengkap dalam Rangka Mewujudkan Pemberian Kepastian Hukum”.
Jurnal Gema Keadilan (ISSN : 0852-011),Volume 6, Edisi III, 268-186.
Bappenas, 2016. “Kajian Persiapan Perubahan Sistem Pendaftaran Tanah Publikasi
Positif di Indonesia”. Jakarta : Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan – Bappenas.
Fernandez, Anna Maria. 2014. “Hambatan Hukum dalam Pelaksanaan Pendaftaran
Tanah Secara Sporadik Demi Menjamin Kepastian Hukum Hak Atas Tanah
Adat”. Skripsi. Fakultas Hukum : Universitas Brawijaya : Malang.
Iryanto, Bagus., Mandey, Lucia C., dan Pakasi, Caroline B.D. 2019. ”Kajian Proses
Pelaksanaan Pendaftaran tanah Sistematis Lengkap (PTSL) di Kantor Pertanahan
Kabupaten Minahasa Utara”. Jurnal Agrirud, Volume 1(3), 394 – 403.
Mujiburohman, Dian Aries. 2018. “Potensi Permasalahan Pendaftaran Tanah Sistematik
Lengkap (PTSL). Jurnal Bhumi (ISSN 2580 – 2151), Volume 4(1), 90-103.

13

Anda mungkin juga menyukai