Anda di halaman 1dari 19

INDIKATOR PEMBELAJARAN:

KATA
1. Mendeskripsikan hubungan antara
bioteknologi dengan mikrobiologi,
biokimia dan biologi sel
2. Mendeskripsikan ciri-ciri bioteknologi
modern? Jelaskan sesuai
pengetahuan kalian masing-masing!
3. Mendeskripsikan prinsip dan sejarah
dari kultur jaringan!
4. Mendeskripsikan bagaimana
peranan kultur jaringan dalam
meningkatkan kesejaterahan
manusia dan berikan contohnya
minimal 4!
5. Mendeskripsikan tahapan yang
dilakukan dalam pengerjaan kultur
jaringan!
6. Identifikasi titik kritis untuk
keberhasilan kultur jaringan!

KATA KUNCI

Bioteknologi Tahap perakaran


Kultur Tahap aklimatisasi
Tahap induksi Kultur kalus Kultur Sel dan Jaringan Tumbuhan | i

tahap multipikasi Kultur protoplas


PENGANTAR

Puji syukur penulis berikan kepada Allah SWT, karena berkat


limpahan rahmat, dan hidayah-Nya serta syafaat Rasulullah SAW, sehingga
penulis dapat menyelesaikan bahan ajar pada topik prinsip kultur sel dan
jaringan tumbuhan. Bahan ajar ini dapat diselesaikan dengan bantuan dari
berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Dr. Ir. Badruzsaufari, M.Sc dan pihak-pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian bahan ajar ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan bahan ajar ini masih
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan masukan yang
membangun terhadap penyusunan bahan ajar ini sangat diharapkan. Penulis
berharap semoga bahan ajar ini dapat memberikan manfaat bagi para peserta
didik, guru dan semua pihak di lingkungan pendidikan.

Banjarmasin, Desember 2020

Penulis

Kultur Sel dan Jaringan Tumbuhan | ii


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................ii
DAFTAR ISI ....................................................................................iii
Kultur Sel dan Jaringan Tumbuhan ...................................... 1
A. Pengertian Bioteknologi ........................................................ 1
B. Perkembangan Bioteknologi ................................................. 1
C. Kultur Sel dan Jaringan Tumbuhan ...................................... 2
D. Manfaat dan Kultur Jaringan ................................................ 4
E. Tahapan Kultur Sel dan Jaringan ......................................... 6
F. Macam-macam Teknik Kultur Jaringan .............................. 10
Rangkuman ......................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA................................................................ 15

Kultur Sel dan Jaringan Tumbuhan | iii


Jumlah penduduk bumi yang semakin bertambah berbanding lurus
dengan tingkat kebutuhannya pula. Ketika hanya mengandalkan pada
sumber daya alam yang ada dapat diperkirakan kurang mencukupi, karena
antara tingkat peningkatan kebutuhan dengan tingkat "pemuas" kebutuhan
tersebut tidak seimbang. Oleh karena itu, diperlukan suatu terobosan untuk
dapat mencukupi dan meningkatkan kesejahteraan manusia. Salah satu
caranya adalah dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
melalui bioteknologi.
A. Pengertian Bioteknologi
Bioteknologi berasal dari kata
bios yang artinya makhluk hidup, teknos
yang artinya aplikasi atau penerapan
dan logos yang berarti ilmu. Sehingga
bioteknologi dapat diartikan sebagai
ilmu yang mempelajari tentang
penerapan makhluk hidup melalui suatu
tahapan dan proses untuk
menghasilkan suatu produk yang
berguna meningkatkan kesejahteraan
manusia.
Bioteknologi saling berhubungan Gambar 1. Aplikasi Bioteknologi
dengan mikrobiologi yang mempelajari Sehingga dapat dikatakan
semua makhluk hidup yang berukuran bioteknologi bukanlah satu cabang
sangat kecil, biokimia yang mempelajari ilmu khusus, namun merupakan
organisme dari aspek kimianya, biologi suatu cabang ilmu yang
terintegrasi dengan cabang imu
sel yang mempelajari tentang sel dan
yang lain atau bisa dikatakan juga
juga genetika yang mempelajari tentang
bahwa bioteknologi merupakan
hal-hal yang berhubungan dengan salah satu ilmu terapan.
pewarisan sifat.
Kerjakan Latihan 1.1 berikut yang akan mengembangkan kecakapan personal
dan kecakapan akademik kalian!

Buatlah hubungan antara bioteknologi dengan mikrobiologi,


biokimia dan biologi sel!

B. Perkembangan Bioteknologi
1. Bioteknologi Tradisional atau Konvensional
Disadari ataupun tidak sebenarnya manusia telah mengenal bahkan
telah menerapkan bioteknologi dalam kehidupan sehari-hari sudah sejak jaman
dulu. Ketika orang dulu telah mampu membuat tempe, tape serta minuman
beralkohol, itu semua sebenarnya adalah penerapan dari bioteknologi. Orang

Kultur Sel dan Jaringan Tumbuhan | 1


dulu mendapatkan ilmu cara membuat tempe dan tape secara turun temurun
dan tanpa melalui pengkajian secara ilmiah.
Umumnya mereka membuat itu semua hanya untuk mencukupi
kebutuhan mereka sendiri tanpa ada pemikiran untuk memperjualbelikan atau
memproduksi dalam jumlah yang banyak. Dari sini dapat disimpulkan bahwa
bioteknologi tradisional memiliki ciri-ciri:
a. Ilmu yang didapatkan merupakan warisan turun temurun dan berdasarkan
kebiasaan semata.
b. Hanya diproduksi dalam skala kecil untuk mencukupi kebutuhan masing-
masing.
c. Belum ada pengkajian prinsip-prinsip ilmiah.
2. Bioteknologi Modern
Seiring dengan perkembangan IPTEK, bioteknologi juga mengalami
perkembangan yang pesat dan semakin canggih. Sekarang telah ditemukan
bagaimana cara kloning, rekayasa genetika, terapi gen, bayi tabung dan juga
kultur jaringan. Semua itu merupakan bagian dari bioteknologi modern yang
sekarang. Untuk menemukan itu semua memerlukan proses panjang yaitu
melalui pengkajian prinsip-prinsip ilmiah yang mendalam.
Kerjakan Latihan 1.2 berikut yang akan mengembangkan kecakapan personal
dan kecakapan akademik kalian!

Apakah ciri-ciri bioteknologi modern? Jelaskan sesuai


pengetahuan kalian masing-masing!

C. Kultur Sel dan Jaringan Tumbuhan


Kultur adalah budidaya, dan jaringan adalah sekelompok sel yang
mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. Kultur jaringan, adalah metode untuk
mengisolasi bagian dari tanaman, seperti sel, sekelompok sel, jaringan, dan
organ, serta menumbuhkan dalam kondisi aseptik, sehingga bagian-bagian
tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman yang
lengkap. Kultur Jaringan, membudidayakan jaringan tanaman menjadi tanaman
baru yang mempunyai sifat sama dengan induknya
Dasar orientasi kultur jaringan adalah teori totipotensi sel, yang ditulis
oleh Schleiden dan Schwann, bahwa bagian tanaman yang hidup mempunyai
totipotensi, kalau dibudidayakan di lingkungan yang sesuai, dapat tumbuh
menjadi tanaman yang sempurnaKultur jaringan merupakan teknik
perbanyakan sel, jaringan atau organ tanaman dengan pada medium buatan (in
vitro) secara aseptik. Teknologi kultur in vitro dimulai dengan spekulasi ilmuwan
dari Jerman bernama Haberlandt pada awal abad ke 20 tentang teori totipotensi.
Haberlandt menyatakan bahwa setiap sel mampu tumbuh dan berkembang
menjadi tanaman normal jika dikulturkan pada nutrisi dan lingkungan yang tepat.

Kultur Sel dan Jaringan Tumbuhan | 2


Di bawah ini merupakan gambaran umum sejarah perkembangan kultur
jaringan:
1. 1838, ditemukannya teori totipotensi oleh Schwann dan Schleiden.
2. 1880, Julius von Sachs menemukan bahwa di dalam tanaman terdapat senyawa
yang berfungsi untuk membentuk organ-organ.
3. 1902, Haberlandt mulai melakukan praktek kultur jaringan tanaman dengan
mengkultur kultur sel-sel tanaman pada larutan hara untuk hidroponik + sukrosa +
asparagin dan mengamati ukuran sel meningkat namun tidak dapat membelah. Sel
tanaman tersebut hanya bertahan hidup selam 20 hari.
4. 1904, Hannig berhasil membuat kultur embrio pada Crucifera.
5. 1909, Kuster mencoba membuat kultur protoplast namun gagal.
6. 1922, Knudson berhasil mengecambahkan biji anggrek secara in vitro.
7. 1922, Kotte dan Robbin berhasil membuat kultur organ pertama kali, pada ujung
akar kapri (Pisum satuvum) dan jagung (Zea mays), dengan penambahan ekstrak
yeast pada media.
8. 1925, Laibach berhasil membuat kultur embrio pada hasil persilangan interspesifik
Linum.
9. 1929, kultur embrio Linum dilakukan untuk menghindari inkompatibilitas silang.
10. 1934, Gautheret melakukan kultur in vitro jaringan kambium pada beberapa
tanaman berkayu dan menghasilkan kultur kalus pertama namun gagal, hanya
tumbuh 6 bulan. Saat penelitian ini dilakukan auksin belum ditemukan.
11. 1934, White berhasil melakukan kultur akar tanaman tomat (Solanum
lycopersicum).
12. 1936, Larue melakukan kultur embrio berbagai tanaman Gimnospermae.
13. 1939, Gautheret dan Nobecourt melakukan kultur jaringan pada wortel (Daucus
carota) sedangkan White melakukan penelitian pada tembakau (Nicotiana
tabacum) dan berhasil membuat kultur kalus yang berkesinambungan dengan
menambahkan auksin pada media.
14. 1940, Gautheret melakukan kultur jaringan kambium Ulmus untuk mempelajari
pembentukan tunas adventif.
15. 1941, van Ovberbeek malakukan penambahan air kelapa pertama kali pada kultur
embrio Datura.
16. 1941, White dan Braun melakukan kultur in vitro jaringan tumor crown gall
(Agrobacterium tumefaciens) dan sel-sel dapat tumbuh membelah pada kultur
tanpa auksin.
17. 1944, Skoog melakukan kultur tembakau pertama kali untuk mempelajari
pembentukan tunas adventif.
18. 1945, Loo melakukan penelitian kultur ujung batang Asparagus.
19. 1946, Ball mengembangkan pertama kali mikropropagasi kultur tunas pucuk.
20. 1948, Skoog dan Tsui berhasil melakukan pembentukan tunas dan akar adventif
dari tembakau, dengan menyeimbangkan ratio auksin/adenin.
21. 1950, Ball berhasil meregenerasi organ dari jaringan kalus Sequoia Sempervirens.
22. 1952, Morel dan Martin menghasilkan tanaman dahlia bebas virus, dari kultur
meristem.
23. 1952, Morel dan Martin mengaplikasikan mikrografting pertama kali.
24. 1959, Gautheret berhasil memublikasi pertama kali tentang kultur jaringan
tanaman.
25. 1960, Kanta berhasil melakukan fertilisasi pertama kali secara in vitro pada
Papaver rhoeas.
26. 1960, Cocking melakukan degradasi enzimatik dinding sel untuk menghasilkan
protoplas.

Kultur Sel dan Jaringan Tumbuhan | 3


27. 1960, Morel berhasil melakukan propagasi vegetatif pada anggrek melalui kultur
meristem.
28. 1962, Murashige dan Skoog merperkenalkan medium Murashige & Skoog (MS).
29. 1964, Guha dan Maheswari berhasil membuat tanaman haploid Datura dari kultur
polen.
30. 1964, Mathes melakukan regenerasi tunas dan akar pada jaringan kalus Populus
tremuloides.
31. 1965, Aghion-Prat berhasil menginduksi pembungaan tembakau secara in vitro.
32. 1967, Pierik berhasil menginduksi pembungaan Lunaria annua secara in vitro
melalui vernalisasi.
33. 1969, Eriksson dan Jonassen berhasil melakukan isolasi protoplas dari kultur
suspensi Hapopappus gracilis.
34. 1970, Power dkk. berhasil melakukan fusi protoplas.
35. 1972, Carlson dkk. berhasil melakukan hibridisasi interspesifik melalui fusi
protoplas 2 spesies tembakau.
36. 1976, Power dkk. melakukan hibridisasi interspesifik melalui fusi protoplas pada
Petunia hybrida dan Petunia parodii.
37. 1978, Melchers dkk. melakukan somatik hibridisasi antara tomat dan kentang.
38. 1982, Zimmermann melakukan fusi protoplas melalui rangsangan elektrik.
39. 1984, Paszkowski dkk. melakukan transformasi sel tanaman dengan DNA plasmid.
40. 1985, Horsch dkk. berhasil melakukan infeksi dan transformasi potongan daun
dengan A. tumefaciens dan regenerasi tanaman transformasi.

Kerjakan Latihan 1.3 berikut yang akan mengembangkan kecakapan personal


dan kecakapan akademik kalian!

Jelaskan prinsip dan sejarah dari kultur jaringan!

D. Manfaat Kultur Jaringan


1. Kultur Jaringan Dalam Bidang Pertanian (Agricultural)
Kultur jaringan banyak dimanfaatkan dalam bidang pertanian seperti
penyediaan bibit dalam jumlah besar, menghasilkan bibit unggul, mengasilkan
bibit yang bebas hama dan penyakit, dan memperbaiki sifat-sifat tanaman.
Perbaikan sifat tanaman dapat dilakukan dengan menggunakan fusi protoplas.
Fusi protoplas merupakan pengabungan protoplast tanaman untuk
menghasilkan sifat-sifat yang diinginkan. Dengan fusi protoplast juga
dimungkinkan menghasilkan tanaman yang berukuran besar (poliploidi). Selain
menghasilkan tumbuhan beukuran besar melalui kultur jaringan juga dapat
dihasilkan tumbuhan berukuran (haploid). Tumbuhan haploid dapat dihasilkan
melalui kultur antera maupun kultur ovul. Perbaikan sifat tanaman juga dapat
dilakukan dengan transfer gen. Transfer gen dilakukan dengan bantuan
Agobacterium tumifiens. Dengan bantuan bakteri tersebut dimungkinkan
terjadinya perakitan gen-gen tanaman sesuai yang dibutuhkan. Teknologi
transformasi gen dapat menghasilkan tanaman dengan varietas bibit unggul
(hasil lebih tinggi), menghasilkan tanaman bebas virus dan bakteri, taman

Kultur Sel dan Jaringan Tumbuhan | 4


dengan kandungan senyawa berkhasiat lebih tinggi, tanaman tahan terhadap
salinitas, tahan terhadap kekeringan, maupun tanaman yang tahan terhadap
stress.
2. Kultur Jaringan Untuk Tujuan Pengobatan (Medicine)
Kultur jaringan merupakan salah satu cara yang efisien untuk
menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang berkhasiat obat. Kultur
jaringan dapat digunakan sebagai metode alternatif untuk memperoleh
metabolit sekunder, karena dapat dilakukan modifikasi media, zat pengatur
tumbuh, sumber karbon untuk menghasilkan metabolit yang diinginkan.
Keuntungan lain penggunaan kultur jaringan ini untuk produksi alkaloid adalah
produksinya dapat diatur, kualitas dan hasil produksi lebih konsisten, biaya
produksi lebih kecil, dan mengurangi penggunaan lahan. Beberapa tanaman
yang penting dalam pengobatan dan telah dilakukan dalam skala industri antara
lain: Lithospermum erythrorhizon, Catharanthus roseus, Dioscorea deltoidea,
Digitalis lanata, Panax notoginseng, Taxus wallichiana dan Podophyllum
hexandrum. Untuk menghasilkan senyawa bioaktif yang berkhasiat obat dalam
skala besar dengan kultur sel dan kultur rambut akar (hairy root).
3. Kultur Jaringan Untuk Tujuan Konservasi
Pada tahun 2004 telah dikembangkan kultur jaringan untuk
meningkatkan hasil tanaman yang dimanfaatkan sebagai obat terutama
tanaman yang bersatus endangered (terancam punah) atau tanaman yang
lambat pertumbuhannya atau sulit berkembang. Kultur jaringan dapat
meningkatkan produksi senyawa metabolit sekunder yang bekhasiat obat
seperti obat kanker. Kultur jaringan juga dapat membantu konservasi secara ex-
situ dari berbagai tanaman yang terancam punah. Beberapa diantaranya:
Plumbago zeylanica L., Nicotiana tabacum L., Artemisia absinthium L., Rosa
damascena Mill., Althea rosea L., Stevia rebaudiana Bertoni., Jatropha curcas
L., Phalaenopsis, Piper nigrum L., Solanum tuberosum L., Araucaria
heterophylla Salisb. Franco., Taxus wallichiana Zucc., dan Taxus wallichiana.
Penerapan konservasi in-vitro dapat dilakukan melalui penyimpanan dalam
keadaan tumbuh (jangka pendek), penyimpanan pertumbuhan minimal (jangka
pendek dan menengah) dan penyimpanan dengan pembekuan (jangka
panjang).
Melalui teknik in-vitro pertumbuhan minimal, bahan tanaman dapat
disimpan dalam waktu hingga 20 tahun. Penyimpanan dalam keadaan tumbuh
adalah cara pemeliharaan dengan melakukan pemindahan tanaman (sub-
kultur) secara rutin pada media yang sama agar biakan tetap hidup. Untuk
menghindari terjadinya mutasi dan menjaga viabilitas tanaman maka zat
pengatur tumbuh yang digunakan diusahakan seminimal mungkin.
Penyimpanan pertumbuhan minimal adalah dengan menekan pertumbuhan
biakan dengan menurunkan proses pembelahan sel dan proses metabolisme
yang hamper mendekati nol.

Kultur Sel dan Jaringan Tumbuhan | 5


Beberapa hal yang dilakukan dalam teknik pertumbuhan minimal antara
lain: penurunan temperatur lingkungan, menggunaan regulator osmotik,
pengenceran media, penggunaan zat penghambat tumbuh. Untuk menekan
pertumbuhan tersebut dilakukan manipulasi suhu, pemberian zat penghambat
tumbuh (Paclobutrazol, CCC, Ancymidol), retardan (ABA), pemberian
stabilisator osmotik seperti manitol dan sorbitol serta pemiskinan media,
terutama unsur makronya dari ½ sampai 1/10 nya. Penyimpanan dengan teknik
pembekuan atau jangka panjang dengan cara ini proses metabolisme dari sel,
jaringan maupun organ yang disimpan dihentikan sehingga tidak ada proses
pertumbuhan.

Jelaskan bagaimana peranan kultur jaringan dalam


meningkatkan kesejaterahan manusia dan berikan contohnya
minimal 4!

E. Tahapan Kultur Jaringan


Tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan kultur jaringan tanaman
bervariasi sesuai dengan tujuan penelitian atau pengerjaan. Secara umum
tahapan kultur jaringan sebagai berikut:

Gambar 2 Tahapan Kultur Jaringan


(Kurniawan Eka, 2018)
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan dilakukan untuk memastikan keseluruhan peralatan
dan bahan yang akan digunakan tersedia. Alat dan bahan yang akan digunakan

Kultur Sel dan Jaringan Tumbuhan | 6


terlebih dahulu dibersihkankemudian disterilisasi. Sterilisasi merupakan
tahapan yang sangat kritis dalam pelaksanaan kultur jaringan. Hal ini dilakukan
untuk memastikan seluruh alat dan bahan yang akan digunakan ada dalam
keadaan steril sesuai dengan prinsip kultur jaringan merupakan kultur yang
bersifat aseptik. Sterilisasi meliputi beberapa hal antara lain sterilisasi alat,
bahan maupun media. Semua peralatan baik alat pembuatan media (botol
kultur) dan alat inokulasi eksplan (cawan petri, scalpel blade, gunting eksplan,
pinset, kertas saring dan tissue) dilakukan sterilisasi. Sterilisasi dilakukan
dengan autoklaf dengan suhu 121oC tekanan 1,5 atm selama 20 menit.
2. Tahap Pembuatan Media
Media yang digunakan dalam kultur jaringan bervariasi sesuai dengan
tujuan penelitian. Media yang umum digunakan antara lain medium Murashige-
Skoog (MS), medium Vacint Went (VW), media Gamborg, medium B5 dan
medium White. Setiap media memiliki komposisi yang berbeda, namun secara
umum mengandung unsur makronutrien, mikronutrien, unsur tambahan yang
dibutuhkan tumbuhan. Medium MS merupakan medium yang paling memiliki
senyawa makro dan mikronutrien yang paling lengkap sehingga paling sering
digunakan untuk mikropropagasi berbagai jenis tumbuhan. Sediaan medium
kultur jaringan saat ini bervariasi ada yang berbentuk instant (tinggal tuang)
namun ada dalam bentuk senyawa tunggal sehingga penting dibuat larutan stok.
Berikut ini merupakan contoh pembuatan medium MS baik dari medium instant.
Medium MS instant untuk satu liter dimasukkan ke dalam 1000 mL akuades dan
diaduk hingga larut sempurna. pH medium diatur 5,8–6,0 dengan
menambahkan NaOH atau HCl. Bila yang akan dibuat media padat maka pada
medium tersebut ditambahkan agar-agar sebanyak 7-8 gr lalu dipanaskan
hingga mendidih dan agar terlarut sempurna. Media yang telah terbentuk
dimasukkan ke dalam botol kultur sebanyak 15-20 mL perbotol lalu ditutup
dengan alumunium foil. Medium dalam botol kultur disetilkan dengan
menggunakan autoklap autoklav dengan suhu 121oC pada tekanan 15 atm Psi
selama 15 menit.
3. Kegiatan Kultur Jaringan
a. Penanaman / Induksi (tahap 1) (kultur aseptik)
Eksplan atau kultur dapat terkontaminasi oleh berbagai mikrooganisme
seperti jamur, bakteri, serangga atau virus. Organisme-organisme tersebut
secara universal terdapat pada jaringan tanaman. Kondisi in vitro yang disukai
eksplan, yaitu mengandung sukrosa dan hara dalam konsentrasi tinggi,
kelembaban tinggi dan suhu yang hangat, juga disukai mikroorganisme yang
seringkali tumbuh dan berkembang sangat cepat, mengalahkan pertumbuhan
eksplan. Jika permukaan tanaman ditutupi oleh rambut atau sisik, perhatian
mesti diberikan untuk memastikan penetrasi bahan kimia, karena kontak dengan
organisme sangat penting untuk sterilisasi. Ini biasanya dicapai dengan
menambahkan detergen, digoyang-goyang, atau membenamkan eksplan

Kultur Sel dan Jaringan Tumbuhan | 7


dengan sedikit tekanan untuk mengilangkan gelembung udara yang mungkin
mengandung mikroorganisme. Berikut ini gambar tahapan penaman/induksi.

Gambar 3 Tahap Induksi/Penaman


(Nurul Marta, 2019)
b. Multiplikasi (tahap 2) (tahap perbanyakan tanaman)
Jika kultur aseptik telah berhasil diperoleh, tujuan berikutnya adalah
untuk menginduksi multiplikasi. Pada beberapa spesies, eksplan mungkin akan
membentuk akar pada tahap awal pertumbuhan di media yang sederhana.
Spesies lain menghasilkan banyak tunas tanpa perlakuan khusus.

Gambar 4 Tahap Multipikasi


(Satekso, 2018)
Dalam hal ini, kebutuhan akan media yang lebih kompleks tergantung
pada tingkat multiplikasi yang diperoleh atau diperlukan. Multiplikasi tunas dapat
diperoleh dengan beberapa cara yaitu:

Kultur Sel dan Jaringan Tumbuhan | 8


1) Ujung tunas yang sudah ada akan memanjang menghasilkan ruas dan buku
baru yang nantinya dapat dipotong lagi
2) Tunas lateral yang ada pada eksplan akan menghasilkan tunas yang
selanjutnya akan menghasilkan tunas baru. Seringkali tunas lateral ini sulit
dilihat dengan mata telanjang, tapi sebagian besar titik tumbuh daun (leaf axil)
mengandung banyak calon tunas
3) Perkembangan tunas adventif. Pada banyak spesies, organ tanaman seperti
akar, tunas, atau umbi dapat diinduksi untuk membentuk jaringan yang
biasanya tidak dihasilkan pada organ ini. Organogenesis adventif seperti ini
lebih berpotensi dibandingkan induksi tunas aksilar untuk perbanyakan klonal
tanaman.
4) Somatik embryogenesis. Potensi terbesar multiplikasi klon adalah melalui
somatic embryogenesis, dimana 1 sel dapat menghasilkan 1 embrio dan
menjadi tanaman lengkap. Somatic embryogenesis dapat terjadi pada kultur
suspensi atau kadang terjadi pada kalus.
c. Perakaran (tahap 3)

Gambar 5 Tahap Perakaran


(Amanda Fazani, 2012)
Persiapan planlet untuk ditanam di tanah, perakaran planlet harus cukup
mendukung. Jika banyak tunas sudah dihasilkan, tahap selanjutnya adalah
inisiasi akar in vitro. Cara mudah dan praktis adalah dengan mengakarkan stek
mikro di luar kultur, terutama untuk spesies-spesies yang mudah berakar. Ini
tidak memerlukan media baru dan perlunya bekerja pada kondisi aseptik.
Kelembaban tinggi diperlukan untuk menghindari kekeringan tunas baru yang
masih lunak. Stek mikro dapat diberi perlakuan hormon (tepung auksin atau
pencelupan pada larutan auksin) seperti pada stek biasa. Keuntungan lain
pengakaran di luar kultur adalah tipe akar yang dihasilkan lebih beradaptasi
pada lingkungan luar/tanah. Stek mikro yang diakarkan pada media kultur
biasanya memiliki morfologi yang beradaptasi pada air dan bukan pada tanah,

Kultur Sel dan Jaringan Tumbuhan | 9


sehingga kadang tidak berfungsi normal saat dipindah ke lapang. Jika
mengakarkan pada media kultur, auksin diperlukan untuk menginduksi
pembentukan akar. Sitokinin biasanya menghambat pembentukan akar.
d. aklimatisasi (tahap 4)
Penanaman di tanah pada kondisi taraf penyesuaian dengan lingkungan
yang baru. Stek mikro, atau tanaman yang sudah berakar, selanjutnya ditransfer
ke tanah, akan mengalami perubahan lingkungan yang dapat menyebabkan
stress pada tanaman.

Gambar 6 Tahap Aklimatisasi


(Muhammad Raif, 2020)
Hal ini seringkali merupakan tahap kritis dalam keseluruhan kegiatan
kultur jaringan. Lingkungan kultur in vitro meliputi kelembaban yang tinggi,
bebas pathogen, suplai hara yang optimal, intensitas cahaya rendah dan suplai
sukrosa dan media cair atau gel. Tanaman yang dihasilkan dengan kultur in vitro
beradaptasi pada kondisi tersebut. Ketika terkespos pada lingkungan luar,
tanaman kecil ini harus dapat beradaptasi pada lingkungan yang baru. Jika
transisinya terlalu keras, tanaman akan mati.
F. Macam-macam Teknik Kultur Jaringan
1. Kultur Meristem
Kultur meristem Istilah ini seringkali digunakan secara bebas terhadap
potongan ujung pucuk yang sangat kecil yang diambil dari tunas terminal atau
lateral. Pada dasarnya teknik ini menggunakan kubah apikal yang mikroskopik
yang hanya terdiri atas primordia daun terkecil, biasanya berdiameter kurang
dari 2 mm. Keuntungan penggunaan meristem pucuk adalah bahwa meristem-
meristem tersebut sangat mungkin bebas dari patogen internal (misalnya untuk
eradikasi virus) dan kecil kemungkinan timbulnya keragaman kimera di dalam
kultur. Namun kelemahan utamanya adalah meristem-meristem tersebut sangat
peka terhadap kerusakan dan menghendaki pemotongan yang sangat hati-hati
di bawah mikroskop. Kebutuhan akan lingkungan kultur sama seperti halnya

Kultur Sel dan Jaringan Tumbuhan | 10


pada eksplan yang lebih besar, namun tingkat kematian kultur pada tahap awal
nampaknya cukup tinggi.
2. Kultur kalus
Untuk tujuan mikropropagasi biasanya pembentukan kalus selalu
dihindari karena dapat menimbulkan keragaman dan, terutama sekali pada zona
perakaran, dapat menyebabkan diskontinyuitas jaringan akar dengan sistem
vaskular utama. Kadang-kadang eksplan membentuk kalus, bukan
pertumbuhan pucuk-pucuk baru, terutama sekali bila diberikan hormon dengan
kadar yang tinggi. Pada kasus lain kalus kemungkinan diinduksi secara sengaja
dikarenakan potensinya dalam memproduksi plantlet-planlet baru secara
massal. Faktor pembatasnya adalah sulitnya menginduksi pucuk-pucuk baru,
terutama pada spesies tanaman berkayu, serta tingginya peristiwa mutasi
somatik. Kebanyakan penelitian awal mengenai kultur jaringan melibatkan kultur
kalus pada tanaman tembakau, wortel, petunia, dan lain-lain, yang semuanya
adalah tanaman berbatang lunak. Pada tanaman-tanaman ini, pendekatan
umum adalah memanipulasi keseimbangan sitokinin dan auksin yang diberikan
guna mengatur pola pertumbuhan untuk memproduksi pucuk atau akar. Hal ini
menuntun ke arah perkembangan media yang biasanya digunakan, namun
penggandaan dari meristem-meristem pucuk yang sudah ada pada eksplan
merupakan cara yang banyak dipakai dewasa ini.
Penggunaan kultur kalus yang paling potensial adalah di mana sel-sel
kalus dapat dipisahpisahkan dan diinduksi untuk berdiferensiasi menjadi embrio
somatik. Secara morfologis, embrio somatik ini mirip dengan embrio yang
terdapat di dalam biji; namun berbeda dengan embrio biji, embrio somatik
secara genetik identik dengan tanaman induk, dikarenakan tidak terjadinya
segregasi seksual dari bahan-bahan genetik. Oleh karena di dalam satu mililiter
kalus terdapat ribuan sel yang masing-masing mampu membentuk embrio,
maka laju penggandaan dengan kultur kalus akan sangat tinggi. Kultur kalus
dapat diandalkan untuk produksi plantlet secara otomatis karena dapat
dilakukan di dalam medium cair dan embrio-embrio berkembang sebagai
individu-individu yang terpidah yang menjadikan penanganannya lebih
sederhana. Suatu pendekatan yang sangat menarik adalah pembuatan benih
artifisial (somatik) dengan membungkus embrioembrio menggunakan
pembungkus protektif. Benih artifisial ini selanjutnya dapat diperlakukan
sebagaimana benih biasa. Jadi, kita dapat menciptakan benih-benih klonal dari
tanaman terpilih pada skala yang sesuai untuk tanaman agronomi.
3. Suspensi sel
Suspensi sel terutama sekali merupakan produk dari kultur kalus, yakni
kalus yang biasanya dikatakan sebagai massa sel yang tidak terdiferensiasi,
begitu dipisah-pisahkan di dalam kultur cair menjadi suspensi sel. Kultur
suspensi sel dapat dimanfaatkan untuk memproduksi suatu substansi secara
langsung dari sel-sel tanpa meregenerasikan tanaman baru yang utuh.
Substansi tersebut dapat merupakan massa sel atau merupakan ekstrak

Kultur Sel dan Jaringan Tumbuhan | 11


kimiawi. Kultur demikian mirip dengan kultur mikroorganisme. Sel-sel yang
dikulturkan dapat direkayasa genetiknya untuk meningkatkan sintesis substansi
tertentu.
4. Kultur protoplas
Kultur protoplas merupakan langkah berikutnya dari kultur suspensi, di
mana dinding dari sel-sel yang tersuspensi dibuang dengan menggunakan
enzim pencerna selulosa sehingga menghasilkan isolasi protoplas, yakni sel-sel
yang terbungkus oleh suatu membran semi permeabel. Dengan dibuangnya
dinding sel memungkinkan dilakukannya penyisipan atau memasukkan benda-
benda asing, termasuk bahan genetika dasar DNA dan RNA ke dalam sel, atau
melakukan fusi sel-sel dari spesies yang berbeda. Sementara secara teknis
mungkin saja memanipulasi komposisi genetik sel-sel, namun penerapan teknik
ini menghadapi faktor penghalang berupa serba terbatasnya pengetahuan kita
mengenai kode genetik berbagai spesies tanaman. Kita perlu mengetahui
sekuen DNA dan genom mana yang mengatur sifat-sifat yang ingin
dikendalikan. Hal ini menjadi lebih rumit dengan adanya berbagai gen dalam
berbagai aspek pertumbuhan tanaman. Namun demikian, rekayasa karakteristik
gen sederhana mungkin saja dilakukan. Barangkali pemanfaatan kultur
protoplas yang paling cepat adalah dalam fusi keseluruhan protoplas tanaman
yang inkompatibel. Hal ini akan memungkinkan pengkombinasian pembawa-
pembawa sifat dari spesies yang sangat beragam. Suatu topik yang menarik
adalah mengintroduksikan pembawa sifat pengikatan nitrogen dari tanaman
legum ke dalam tanaman serealia.
5. Kultur antera dan serbuk sari
Produksi kalus dan embrio somatik dari kultur serbuk sari dan antera
telah dibuktikan pada sejumlah spesies tanaman. Hal yang paling menarik di
sini adalah produksi embrio-embrio haploid, yakni embrio yang hanya memiliki
satu set kromosom normal. Embrio-embrio haploid ini muncul dari jaringan
gametofit di dalam antera. Bila jumlah kromosom selanjutnya digandakan,
misalnya dengan perlakuan kolkisin, maka tanaman-tanaman yang
diregenerasikan akan memiliki pasangan koromosom yang identik, artinya
tanaman-tanaman tersebut memiliki sifat homozigot dan karenanya akan sama
dengan induk (true to type).
6. Kultur embrio muda
Pengkulturan embrio-embrio muda yang diekstrak dari biji memiliki dua
penerapan utama. Dalam beberapa hal, inkompatibilitas antar spesies atau
kultivar tanaman yang terjadi setelah pembentukan embrio mengakibatkan
gugurnya embrio (embrio abortion). Embrio-embrio tersebut dapat diekstrak
pada saat masih muda sebelum terjadinya keguguran, dan ditanam di dalam
kultur. Hal yang lain adalah bilamana tidak diperoleh biji-biji matang dari suatu
spesies tanaman yang kemungkinan disebabkan kegagalan biji untuk
berkembang dan menghilang ketika buah matang, atau biji-biji yang tengah

Kultur Sel dan Jaringan Tumbuhan | 12


berkembang diserang oleh serangga sebelum mencapai kedewasaannya.
Kultur embrio sederhana, di mana embrio merupakan miniatur dari tanaman
lengkap dan karenanya tidak diperlukan diferensiasi pucuk atau akar secara de
novo.

Jelaskan tahapan yang dilakukan dalam pengerjaan kultur


jaringan!
Identifikasi titik kritis untuk keberhasilan kultur jaringan!

Ilmuwan
Gottlieb Haberlandt (lahir di Mosonmagyaróvár, 28 November 1854-
meninggal di Berlin, 30 Januari 1945 pada umur 90 tahun) adalah seorang
botanis asal Austria yang merupakan orang pertama yang mempraktikkan
kultur jaringan tanaman pada tahun 1902. Haberlandt dijuluki Bapak Kultur
Jaringan.

Kultur Sel dan Jaringan Tumbuhan | 13


RANGKUMAN

bioteknologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penerapan makhluk


hidup melalui suatu tahapan dan proses untuk menghasilkan suatu produk
yang berguna meningkatkan kesejahteraan manusia.
Kultur jaringan adalah metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman,
seperti sel, sekelompok sel, jaringan, dan organ, serta menumbuhkan dalam
kondisi aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri
dan beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap.
Kultur jaringan bermanfaat dalam bidang pertanian, bidang pengobatan dan
konservesi.
Tahap kultur jaringan terdiri dari tahap persiapan, tahap pembuatan media,
tahap induksi/penanaman, tahap multipikasi, tahap perakaran dan tahap
aklimatisasi.
Macam kultur jaringan terdiri dari kultur meristem, kultur kalus, suspensi sel,
kultur protoplas, kultur serbuk sari, dan kultur embrio.

Kultur Sel dan Jaringan Tumbuhan | 14


DAFTAR PUSTAKA

Daisy P. Sriyanti Hendaryono dan Ari Wijayani, (1994), Teknik Kultur Jaringan,
Penerbit Kanisius.
Hussain, A., I.A. Qarshi, H. Nazir and I. Ullah. (2010). Plant Tissue Culture:
Current Status and Opportunities. http://dx.doi.org/10.5772/50568.: 1-28.
Mantell SH, and H Smith.(1983). Culturel Factor That Influence Secondary
Metabolite Accumulation in Plant Cell and Tissue. In: Plant Biotechnology.
Mantell SH and H Smith (Eds). 75-108. Cambrige University Press. New
York.
Moeso Suryowinoto, 1991, Budidaya jaringan Terobosan Bermanfaat Dalam
Bioteknologi, Fakultas Biologi UGM.
Puspitasari, R.L., T. Caroline, Sardjono, B. Setiawan, F.Sandra. (2008). Kultur
Embrionic Stem Cell menjadi Sel Neuron dengan Medium Bebas Serum.
CDK 165.35 (6): 342-344.

Kultur Sel dan Jaringan Tumbuhan | 15


Kultur Sel dan Jaringan Tumbuhan | 16

Anda mungkin juga menyukai