Anda di halaman 1dari 29

i

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI EDIOLOGI NASIONAL

Disusun oleh:

1. AJI PRASETIA NUGROHO


NPP: 31.0263
2. ELFRIDA TRI FARAH ANINDITA
NPP: 31.0422
3. GLENN ARTHUR MAMBRI BISAY
NPP: 31.1026
4. NI PUTU NOPIANTI
NPP: 31.0600
5. OBETA AMEDIA PUTRA
NPP: 31.0450
6. YUDI SIO PRATAMA DAULAY
NPP: 31.0102
7. KEVIN AL-HAJ KAIRO
NPP: 31.0246

Kelas : E4

FAKULTAS MANAJEMEN PEMERINTAHAN PRODI MANAJEMEN SDM SEKTOR


PUBLIK
ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan karya tulis ini guna memenuhi tugas mata
kuliah.

Dalam proses penyusunannya tidak lepas dari bantuan, arahan, dan


masukan dari berbagai pihak. Kami menyadari dalam menyelesaikan tugas ini masih
banyak kekurangan dan kekeliruan di dalam penulisannya baik dari segi tanda baca,
tata bahasa, maupun isi, sehingga kami menerima segala kritik dan saran dari
pembaca.

Besar harapan kami, tugas ini dapat menjadi contoh untuk pembuatan tugas
selanjutnya. Demikian yang bisa kami sampaikan, semoga karya tulis ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Denpasar , 18 Januari 2021

Penulis
iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 1

1.3 Tujuan Penulisan 1

BAB II ISI 3

BAB III PENUTUP 24

3.1 Kesimpulan 24

3.2 Saran 24

DAFTAR PUSTAKA 25
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pancasila sebagai ediologi nasional bukan dibentuk dan diciptakan oleh

seseorang begitu saja tetapi terbentuknya melalui proses yang panjang dalam

sejarah bangsa Indonesia yang diangkat dari nilai–nilai adat istiadat, nilai–nilai

kebudayaan serta nilai religious yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat

Indonesia sebelum membentuk Negara.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, Ediologi merupakan sesuatu

yang sangat penting dalam kehidupan suatu Negara. Tanpa adanya ediologi maka

suatu Negara akan kehilangan pegangan dan tidak memiliki pedoman arah yang

jelas dalam menyelenggarakan Negara sehingga akan terombang–ambing oleh

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat. Namun, ediologi bukan

sesuatu yang harus dihafalkan tetapi harus dipahami dan diamalkan dalam berbagai

bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Ediologi negara

Indonesia adalah Ediologi Pancasila. Ediologi Pancasila ini dijadikan sebagai

pandangan hidup bagi bangsa Indonesia dalam mengembangkan negara Indonesia

dalam berbagai aspek.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apakah pengertian Asal Mula Pancasila ?

2. Apakah Kedudukan dan Fungsi Pancasila ?

3. Bagaimana Perbandingan Ediologi Pancasila dengan Ediologi Besar Lainnya

di Dunia ?
2

1.3 TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui Asal Mula Pancasila.

2. Untuk mengetahui Kedudukan dan Fungsi Pancasila.

3. Untuk mengetahui Perbandingan Ediologi Pancasila dengan Ediologi Besar

Lainnya di Dunia.
3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN ASAL MULA PANCASILA

Pancasila sebagai dasar filsafat serta ediologi bangsa dan negara Indonesia,

bukan terbentuk secara mendadak serta bukan hanya diciptakan oleh seseorang

namun pancasila terbentuk melalui proses yang panjang dalamsejarah bangsa

Indonesia.

Sebelum pancasiladisahkan sebagai dasar filsafat negara, nilai–nilainya

sudah ada dan berasal dari bangsaIndonesia itu sendiri seperti nilai–nilai adat

istiadat, kebudayaan dan nilai–nilai religius. Kemudian para pendiri negara

Indonesiamengangkat nilai – nilai tersebut serta dirumuskan secara musyawarah

dalam sidang BPUPKI pertama. Asal mula (kausa) Pancasila dibedakanmenjadi dua

macam yaitu :

1) Asal Mula yang Langsung

Asal mula yang langsung tentang Pancasila adalah asal mula yang langsung

terjadinya Pancasila sebagai dasar filsafat negara yaitu asal mula yang sesudah dan

menjelang proklamasi kemerdekaan. Adapun rincian asal mula langsung Pancasila

tersebut menurut Notonagoro yaitu :

a. Asal mula bahan (Kausa Materialis)

Asal bahan Pancasila adalah bangsa Indonesia sendiri yang terdapat

dalam kepribadiandan pandangan hidup. Unsur-unsur Pancasila

tersebut dapat berupa nilai-nilai adat istiadat kebudayaan serta nilai-

nilai religius yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia.


4

b. Asal mula bentuk (Kausa Formalis)

Asal mula bentuk Pancasila adalah Ir. Soekarno bersama-sama

dengan Drs. Moh. Hatta serta anggota BPUPKI lainnya merumuskan dan

membahas Pancasila terutama dalam hal bentuk, rumusan serta nama

Pancasila.

c. Asal mula karya (Kausa Effisien)

Asal mula karya yaitu asal mula yang menjadikan Pancasila dari calon

dasar negara menjadi dasar negara yang sah. Adapun asal mula Pancasila

adalah PPKI sebagai pembentuk negara dan atas kuasa pembentuk negara

yang mengesahkan Pancasila menjadi dasar negara yang sah, setelah

dilakukan pembahasan baik dalam sidang-sidang BPUPKI maupun oleh

Panitia Sembilan.

d. Asal mula tujuan (Kausa Finalis)

Tujuan dirumuskan dan dibahasnya Pancasila adalah untuk dijadikan

sebagai dasar negara. Adapun asal mula tujuannya yaitu para anggota

BPUPKI dan Panitia Sembilan termasuk Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta

yang menentuka tujuan dirumuskannya Pancasila sebelum ditetapkan oleh

PPKI sebagai dasar negara yang sah.

2) Asal Mula yang Tidak Langsung

Asal mula tidak langsung Pancasila adalah asal mula sebelum terjadinya

proklamasi kemerdekaan yang terdapat pada kepribadian serta dalam pandangan

hidup sehari-hari bangsa Indonesia. Adapun rincian asal mula tidak langsung

Pancasila adalah sebagai berikut:


5

a. Nilai-nilai yang menjadi unsur-unsur Pancasila sebelum secaralangsung

dirumuskan menjadi dasar negara yaitu: nilai ketuhanan, nilai

kemanusiaan, nilaipersatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan telah ada

dan tercermin dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia sebelum

membentuk negara.

b. Nilai-nilai tersebut terkandung dalam pandangan hidup

masyarakatIndonesia sebelum membentuk negara dan dijadikan pedoman

dalam memecahkan problema kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia.

c. Dengan demikian asal mula tidak langsung Pancasila adalah bangsa

Indonesia sendiri sebagai Kausa Materialis yaitu sebagai asal mula tidak

langsung nilai-nilai Pancasila.

Berdasarkan tinjauan tersebut, pada hakikatnya nilai–nilai Pancasila sebagai

pandangan hidup bangsa Indonesia telah tercermin dan teramalkan dalam

kehidupan sehari-hari. Selain itu tinjauan tersebut memberikan bukti bahwa

terbentuknya pancasila bukan merupakan hasil perenungan atau pemikiran

seseorang atau kelompok orang dan bukan hasil pengaruh dari paham-paham besar

dunia, melainkan nilai-nilai Pancasila secara tidak langsung telah terkandung dalam

pandangan hidup bangsa Indonesia.

2.2 Kedudukan dan Fungsi Pancasila

Pancasila sebagai dasar negara Indonesia digali dari nilai–nilai yangterdapat

pada bangsa Indonesia sendiri yang berupa pandangan hidup bangsa Indonesia.

Oleh karena itu dari berbagai macam kedudukan dan fungsi pancasila sebenarnya

dapat dikembalikan pada dua macam kedudukan dan fungsi pancasila yang pokok

yaitu sebagai dasar negara republik Indonesiadan sebagai pandangan hidup bangsa

Indonesia. Kedudukan pancasila dan fungsi pancasila dapat diuraikan seperti :


6

2.2.1 Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa

Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dalam

perjuangan untuk mencapai kehidupan yang lebih sempurna, senantiasa

memerlukan nilai-nilai luhur yang dijunjungnya sebagai suatu pandangan

hidup. Pandangan hidup tersebut berfungsi sebagai kerangka acuan untuk

menata kehidupan diri pribadi maupun dalam interaksi antar manusia

dalam masyarakat serta alam sekitarnya.

Sebagai makhluk individu dan sosial manusia akan senantiasa hidup

sebagai bagian dari lingkungan sosial yang lebih luas mulai dari lingkungan

keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam kehidupan

bersama tersebut, muncul pandangan hidup dalam masyarakat yang

dituangkan dan dilembagakan menjadi pandangan hidup bangsa,

selanjutnya pandangan hidup bangsa dituangkan dan dilembagakan

menjadi pandangan hidup negara.

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa memberikan pedoman

dan kekuatan rohaniah bagi bangsa untuk berperilaku luhur dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sehingga dalam

Pancasila terkandung konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-

citakan serta dasar pemikiran dan gagasan mengenai wujud kehidupan

yang dianggap baik.

2.2.2 Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia

Pancasila sebagai dasar negara merupakan suatu dasar nilai serta

norma untuk mengatur penyelenggaraan negara. Akibatnya seluruh

pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara terutama peraturan perundang-

undangan harus dijabarkan dan dirumuskan dari nilai-nilai Pancasila. Maka


7

Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukumyang mempunyai

kekuatan mengikat secara hukum.

2.2.3 Pancasila sebagai Ediologi Bangsa dan Negara Indonesia

Sebagai suatu ediologi bangsa dan Negara Indonesia maka pancasila

pada hakikatnya bukan hanya merupakan suatu hasil perenungan atau

pemikiran seseorang atau kelompok orang sebagaimana ediologi-ediologi

lain di dunia, namun pancasila diangkat dari nilai-nilai adat istiadat, nilai-

nilai budaya serta nilai religious yang terdapat dalam pandangan hidup

masyarakat Indonesia sebelum membentuk negara, dengan kata lain

unsur-unsur yang merupakan materi (bahan) pancasila tidak lain diangkat

dari pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri, sehingga bangsa ini

merupakan kausa materialis (asal bahan) pancasila.

a. pengertian ediologi

Istilah ediologi berasal dari kata ‘idea’ yang berarti “gagasan,

konsep, pengertian dasar, cita-cita’ dan ‘lagos’ yang berarti ‘ilmu’. Kata

‘idea’ berasal dari kata bahasa Yunani ‘eidos’ yang berarti ‘bentuk’. Di

samping itu ada kata ‘idein’ yang artinya ‘melihat’.

Maka secara harafiah, ediologi berarti ilmu pengertian-pengertian

dasar. Dalam pengertian sehari-hari, ‘idea’ disamakan artinya dengan

‘cita-cita’. Cita-cita yang dimaksud adalah cita-cita yang bersifat tetap

itu sekaligus merupakan dasar, pandangan atau

faham. Dengan demikian ediologi mencangkup pengertian tentang

idea-idea, pengertian dasar, gagasan dan cita-cita.

Maka ediologi Negara dalam arti cita-cita Negara atau cita-cita

yang menjadi basis bagi suatu teori atau sistem kenegaraan untuk
8

seluruh rakyat dan bangsa yang bersangkutan pada hakikatnya

merupakan asas kerohanian yang antara lain memiliki ciri sebagai

berikut:

a) Mempunyai derajat yang tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan

dan kenegaraan.

b) Oleh karena itu mewujudkan suatu asas kerohanian, pandangan,

pandangan hidup, pedoman hidup,pegangan hidup yang dipelihara,

dikembangkan, diamalkan, dilestarikan kepada generasi berikutnya,

diperjuangkan dan dipertahankan dengan kesediaan berkorban.

b. ediologi terbuka dan ediologi tertutup

Ediologi sebagai suatu sistem pemikiran, maka ediologi

Terbukaitumerupakan suatu sistem pemikiran terbuka,

sedangkanediologi tertutup itu merupakan suatu sistempemikiran

tertutup. Suatu ediologi tertutup dapat dikenali dari berbagai ciri khas.

Ediologi itu bukan cita-cita yang sudah hidupdalammasyarakat,

melainkan merupakan cita-cita suatukelompok orang yang mendasari

suatu program untukmengubah dan memperbarui masyarakat. Dengan

demikianadalah menjadi cita-cita ediologi tertutup, bahwa atas nama

ediologi dibenarkan pengorbanan-pengorbanan yangdibebankan

kepada masyarakat.Ediologi terbuka tidak diciptakan oleh negara

melainkan digali dan ditemukan dalam masyarakat itu sendiri. Oleh

karena itu, ediologi terbuka adalah milik seluruh rakyat dan masyarakat

menemukan pada “dirinya”, “kepribadiannya”, di dalam ediologi

tersebut. Selain itu sifat ediologi terbuka juga senantiasa berkembang


9

seiringdengan perkembangan aspirasi dalam mewujudkan cita-citanya

untuk hidup berbangsa.

c. ediologi partikular dan ediologi komprehensif

Dari segi sosiologis pengetahuan mengenai ediologi

dikembangkan oleh Karl Mannhein yang beraliran Marx. Mannhein

membedakan dua macam kategori secara sosiologis, yaitu ediologi

yang bersifat partikular dan ediologi yang bersifat komprehensif.

Kategori pertama diartikan sebagai suatu keyakinan-keyakinan yang

tersusun secara sistematis yang terkait erat dengan suatu kelas sosial

tertentu dengan masyarakat. Kategori kedua diartikan sebagai suatu

sistem pemikiran menyeluruh mengenai semua aspek kehidupan

sosial ediologi dalam kategori kedua ini bercita-cita melakuakn

transformasi sosial secara besar-besaran.

d. hubungan antara filsafat dan ediologi

Filsafat sebagai pandangan hidup dan hakikatnya merupakan

sistem nilai yang secara epistemologis kebenarannya telah diyakini

sehingga dijadikan dasar atau pedoman hidup manusia dalam

memandang realitas alam semesta, manusia, masyarakat, bangsa dan

negara, tentang makna hidup serta sebagai dasar pedoman bagi

manusia dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam

kehidupan.

Tiap ediologi sebagai suatu rangkaian kesatuan cita-cita yang

mendasar dan menyeluruh yang saling menjalin menjadi satu sistem

pemikiran yang logis dan bersumber kepada filsafat. Jadi filsafat


10

sebagai dasar dan sumber bagi perumusan ediologi yang menyangkut

strategi, telah timbul di dalam kehidupan bangsa dan Negara, termasuk

di dalamnya menentukan sudut pandang atau filsafat hidup yang

merupakan norma ideal yang melandasi ediologi.

 Makna ediologi bagi bangsa dan negara

Manusia dalam mewujudkan tujuannya untuk meningkatkan

harta dan martabatnya, dan kenyataannya senantiasa

membutuhkan orang lain. Oleh karena itu manusia membutuhkan

suatu lembaga bersama untuk melindungi haknya, dalam pengertian

inilah manusia membentuk suatu negara. Negara sebagai lembaga

kemasyarakatan, sebagai organisasi hidup manusia senantiasa

memiliki cita-cita dan harapan, ide-ide serta pemikiran-pemikiran

yang secara bersama merupakan suatu yang orientasi bagi semua

tindakan dalam hidup kenegaraan.

 Pancasila sebagai ediologi yang Reformasi, Dinamis, dan

Terbuka

Pancasila sebagai suatu ediologi tidak bersifat kaku dan

tertutup, namun bersifat reformatif, dinamis, dan terbuka. Hal ini

dimaksudkan bahwa ediologi Pancasila adalah bersifat aktual,

dinamis dan terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa ediologi pancasila

adalah bersifat aktual, dinamis, aspiratif dan senantiasa mampu

menyesuaikan dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan

dan teknologi serta dinamika perkembangan aspirasi masyarakat.

Keterbukaan ediologi pancasila bukan berarti mengubah nilai-nilai

dasaryang terkandung di dalamnya,sehingga memiliki kemampuan


11

reformatif untuk memecahkan masalah-masalah aktual yang seiring

dengan aspirasi rakyat, perkembangan iptek serta zaman.

Berdasarkan pengertian tentang ediologi terbuka, nilai-nilai yang

terkandung dalam ediologi pancasila sebagai ediologi terbuka

adalah sebagai berikut :

a) Nilai dasar yaitu : hakikat kelima sila pancasila yaitu ketuhanan,

kemanusiaan, persatuan, kesatuan, kerakyatan dan keadilan.

b) Nilai instrumental yang merupakan arahan, kebijakan, strategi,

sasaran serta lembaga pelaksanaanya.

c) Nilai praksis yaitu merupakan realisassi nilai-nilai instrumental

dalam suatu realisasi perkembangan yang bersifat nyata dalam

kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara.

Oleh karena itu pancasila sebagai ediologi terbuka secara

struktural memiliki tiga dimensi yaitu:

a) Dimensi idealis, yaitu nilai-nilai dasar yang terkandung di dalam

pancasilayang bersifat sistematis, rasional dan menyeluruh,

yaitu hakikat nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila pancasila

yaitu Ketuhanan, kemanusian, persatuan, kerakyatan dan

keadilan.

b) Dimensi normatif yaitu nilai yang terkandung dalam pancasila

perlu dijabarkan dalam suatu sistem norma, sebagaimana

terkandung dalam norma-norma kenegaraan.


12

c) Dimensi realistis, yaitu suatu ediologi harus mampu

mencerminkan realitas yang hidup dan berkembang di dalam

masyarakat.

2.3 Perbandingan Ediologi Pancasila dengan Paham Ediologi Besar lainnya di

Dunia

Ediologi Pancasila sebagai ediologi bangsa dan negara Indonesia

berkembang melalui proses yang cukup panjang. Pada awalnya bersumber dari

nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa Indonesia yaitu dalam adat istiadat, serta dalam

agama-agama. Oleh karena ituediologi Pancasila, ada pada kehidupan bangsa

terlekat pada kelangsungan hidup bangsa Indonesia.

Ediologi Pancasila mendasarkan sifat manusia sebagai makhluk individu dan

makhluk sosial, yaitu dalam ediologi Pancasila yang mengakui kebebasan individu.

Selain itu bahwa manusia menurut Pancasila berkedudukan sebagai makhluk

pribadi dan makhluk Tuhan yang Maha Esa.

Dalam hal ini nilai-nilai ketuhanan senantiasa menjiwai kehidupan manusia dalam

hidup bermasyarakat.

1. Paham Negara Persatuan

Hakikat negara kesatuan adalah negara yang merupakan suatu

kesatuan dari unsur-unsur yang membentuknya, yaitu rakyat yang terdiri

dari berbagai macam suku bangsa, golongan kebudayaan, agama, dan

wilayah yang terdiri dari beribu-ribu pulau. Pengertian Persatuan Indonesia

dalam Pembukaan UUD 1945 negara yang mengatasi segala paham

golongan dan paham perseorangan. Jadi, negara persatuan bukanlah


13

negara yang berdasarkan pada individualisme dan golongan. Tetapi negara

persatuan adalah negara yang memiliki sifat persatuan bersama,

bedasarkan kekeluargaan serta tolong menolong atas dasar keadilan

sosial.

2. Paham Negara Kebangsaan

Bangsa merupakan suatu persekutuan hidup dalam suatu wilayah

tertentu serta memiliki tujuan tertentu. Sedangkan bangsa yang hidup

dalam suatu wilayah tertentu serta memiliki tujuan tertentu maka disebut

sebagai negara. Menurut M. Yamin, bangsa Indonesia dalam merintis

terbentuknya suatu bangsa dalam panggung politik internasional, yaitu

suatu bangsa yang modern yang memiliki kemerdekaan dan kebebasan.

a) Hakikat Bangsa

Pada hakikatnya bangsa merupakan suatu penjelmaan dari sifat

kodrat manusia dalam merealisasikan harkat dan martabat

kemanusiaannya. Oleh karena itu deklarasi bangsa Indonesia dalam

pembukaan UUD 1945 dinyatakan bahwa kemerdekaan adalah hak

segala bangsa. Pernyataan tesebut merupakan suatu pernyataan

universal hak kodrat manusia sebagai bangsa, manusia dalam

merealisasikan sifat kodratnya sebagai makhluk individu dan sosial.

b) Teori Kebangsaan

Teori-teori kebangsaan sebagai berikut :

 Teori Hans Kohn

Yang dikatakan bangsa yaitu terbentuk karena

persamaan bahasa, ras, agama, peradaban, wilayah, negara,


14

dan kewarganegaraan. Suatu bangsa tumbuh dan berkembang

dari akar – akar yang terbentuk melalui suatu proses sejarah.

 Teori Ernest Renan

Menurut Emest Renan pokok-pokok pikiran tentang

bangsa sebagai berikut: 1. Bangsa adalah satu jiwa, suatu asas

kerohanian. 2. Bangsa adalah suatu solidaritas yang besar. 3.

Bangsa adalah suatu hasil sejarah. 4. Bangsa bukan suatu yang

abadi. 5.Wilayah dan ras bukan penyebab timbulnya bangsa.

Adapun faktor-faktor yang membentuk jiwa bangsa sebagai

berikut:

1. Kejayaan dan kemuliaan di masa lampau

2. Keinginan hidup yang lebih baik

3. Penderitaan bersama

4. Modal sosial.

 Teori Gepolitik oleh Frederick Ratzel

Teori geopolitik merupakan teori yang mengungkapkan

hubungan antara wilayah geografi dengan bangsa. Teori

tersebut menyatakan bahwa negara adalah merupakan suatu

organisme hidup.

 Negara Kebangsaan Pancasila

Sintesa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia

dituangkan dalam suatu asas kerohanian yang merupakan

suatu kepribadian serta jiwa bersama yaitu Pancasila. Unsur-

unsur pembentuk nasionalisme Indonesia adalah kesatuan


15

sejarah, kesatuan nasib, kesatuan kebudayaan, kesatuan

wilayah, kesatuan asas kerohanian.

3. Paham Negara Integralistik

Bangsa Indonesia yang membentuk suatu persekutuan hidup dengan

mempersatukan keanekaragaman yang dimilikinya dalam suatu kesatuan

integral yang disebut negara Indonesia. Paham integralistik pertama kali

diusulkan oleh Soepomo pada sidang BPUPKI yang berakar pada budaya

bangsa. Bangsa Indonesia terdiri atas manusia-manusia sebagai individu,

kelompok-kelompok, golongan-golongan, suku bangsa-suku bangsa,

kelompok-kelompok yang hidup dalam suatu wilayah yang terdiri atas

beribu-ribu pulau yang memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam.

Paham integralistik yang terkandung dalam Pancasila meletakkan asas

kebersamaan hidup, mendambakan keselarasan dalam hubungan antar

individu maupun masyarakat. Hal ini menyatakan paham negara

integralistik tidak memihak yang kuat, tidak mengenal dominasi mayoritas

4. Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan yang Berketuhanan Yang

Maha Esa.

Sesuai dengan makna negara kebangsaan Indonesia yang

berdasarkan Pancasila adalah kesatuan integral dalam kehidupan bangsa

dan negara. Dalam pengertian ini negara Pancasila pada hakikatnya adalah

negara Kebangsaan yang berketuhanan yang Maha Esa. Landasan pokok

sebagai pangkal tolak paham tersebut adalah sebagai sang pencipta segala

sesuatu. Setiap individu yang hidup dalam suatu bangsa adalah makhluk

Tuhan maka bangsa dan negara sebagai totalitas yang integral adalah
16

Berketuhanan, demikian pula warganya juga Berketuhanan Yang Maha

Esa.

Rumusan Ketuhanan yang Maha Esa sebagaimana terdapat dalam

Pembukaan UUD 1945 telah memberikan sifat khas kepada negara

Kebangsaan Indonesia, yaitu bukan merupakan negara sekuler yang

memisahkan antara agama dengan negara demikian juga bukan

merupakan negara agama yaitu negara yang mendasarkan atas agama

tertentu. Negara kebangsaan Indonesia adalah negara yang mengakui

Tuhan yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab,

yaitu negara Kebangsaan yang Berketuhanan yang Maha Esa.Negara tidak

memaksakan agama seseorang karena agama merupakan suatu keyakinan

batin yang tercermin dalam hati sanubari dan tidak dipaksakan. Dalam hal

ini, negara menjamin kemerdekaan setiap penduduk untuk memeluk agama

dan untuk beribadah menurut agama dan kepercayaan masing-masing.

Setiap umat beragama memiliki kebebasan untuk menggali dan

meningkatkan kehidupan spiritualnya dalam masing-masing agama.Negara

wajib memelihara budi pekerti yang luhur dari setiap warga Negara pada

umumnya dan para penyelenggara negara khususnya, berdasarkan nilai-

nilai Pancasila.

a. Hakikat Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila pertama Pancasila sebagai dasar filsafat negara

adalah “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Oleh karena sebagai

dasar negara maka sila tersebut merupakan sumber nilai, dan

sumber norma dalam setiap aspek penyelenggaraan negara,

baik yang bersifat material dan spiritual. Masalah-masalah


17

yang menyangkut penyelenggaraan negara dalam arti material

antara lain, bentuk negara tujuan negara, tertib hukum, dan

sistem negara. Adapun yang bersifat spiritual antara lain moral

agama dan moral penyelenggaraan negara.

Sila ketuhanan yang Maha Esa merupakan dasar yang

memimpin cita-cita kenegaraan kita untuk menyelenggarakan

yang baik bagi masyarakat dan penyelenggara negara.

Dengan dasar sila ini, maka politik negara mendapat dasar

moral yang kuat, menjadi dasar yang memimpin kerohanian

arah jalan kebenaran, keadilan, kebaikan, kejujuran dan

persaudaraan.

Hakikat ketuhanan yang Maha Esa secara ilmiah filosofis

mengandung makna terdapat kesesuaian hubungan sebab

akibat antara Tuhan, manusia dengan Negara. Kedudukan

kodrat manusia adalah sebagai makhluk Tuhan yang Maha

Esa. Oleh karena itu terdapat hubungan sebab akibat yang

langsung antara Tuhan dengan manusia karena manusia

sebagai makhluk Tuhan.

b. Hubungan Negara dengan Agama

 Hubungan Negara dengan Agama Menurut Pancasila

Menurut Pancasila, negara berdasar atas Tuhan yang

Maha Esa atas dasar Kemanusiaan yang adil dan beradab.

Rumusan yang demikian ini, menunjukkan pada kita bahwa

Negara Indonesia yang berdasarkan pancasila adalah bukan

Negara sekuer yang memisahkan Negara dengan agama,


18

karena hal ini tercantum dalam pasal 29 ayat (1), bahwa negara

berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini berarti bahwa

Negara sebagai persekutuan hidup adalah berketuhanan yang

Maha Esa.Konsekuensinya segala aspek dalam pelaksanaan

dan penyelenggaraan negara harus sesuai dengan hakikat nilai-

nilai yang berasal dari Tuhan. Nilai-nilai yang berasal dari Tuhan

yang pada hakikatnya adalah Hukum Tuhan adalah merupakan

sumber material bagi segala norma, terutama bagi hukum positif

di Indonesia.

Negara pancasila pada hakikatnya mengatasi segala

agama dan menjamin kehidupan agama dan umat beragama,

karena beragama merupakan hak asasi yang bersifat mutlak.

Pada pasal 29 ayat (2) memberikan kebebasan kepada

seluruh warga Negara untuk memeluk agama dan menjalankan

ibadah sesuai dengan keimanan dan ketaqwaan masing-

masing. Negara kebangsaan yang berketuhanan yang Maha

Esa adalah Negara yang merupakan pemjelmaan dari hakikat

kodrat manusia sebagai individu makhluk, sosial dan manusia

adalah sebagai pribadi dan makhluk Tuhan yang Maha Esa.

 Hubungan Negara dengan Agama Menurut Paham Theokrasi

Hubungan negara dengan agama menurut paham

Theokrasi bahwa antara Negara dan agama tidak dapat

dipisahkan. Negara menyatu dengan agama, pemerintahan

dijalankan berdasarkan firman-firman Tuhan, segala tata

kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara didasrkan atas


19

firman-firman Tuhan. Dalam praktik kenegaraan terdapat dua

macam pengertian Negara Theokrasi, yaitu Negara Theokrasi

langsung dan Negara Theokrasi tidak langsung.

a. Negara Theokrasi Langsung

Dalam sistem Negara Theokrasi langsung,

kekuasaan adalah langsung merupakan otoritas Tuhan.

Adanya Negara di dunia ini adalah atas kehendak Tuhan,

dan yang memerintah adalah Tuhan.

Ajaran-ajaran berkembang dalam Negara

Theokrasi langsung, sebagai upaya untuk memperkuat

dan meyakinkan rakyatterhadap kekuasaan Tuhan dalam

Negara. Dalam sistem Negara yang demikian maka

agama menyatu dengan Negara, dalam arti seluruh

sistem negara, norma-norma Negara adalah merupakan

otoritas langsung dari Tuhan melalui wahyu.

b. Negara Theokrasi Tidak Langsung

Berbeda dengan sistem Negara Theokrasi yang

langsung, Negara Theokrasi tidak langsung bukan Tuhan

sendiri yang memerintahkan dalam Negara, melainkan

Kepala Negara atau Raja, yang memiliki otoritas atas

nama Tuhan,

Kepala Negara atau Raja memerintah Negara atas

kehendak Tuhan, sehingga kekuasaan dalam Negara

merupakan suatu karunia dari Tuhan. Dalam sejarah

kenegaraan Kerajaan Belanda, raja mengemban tugas


20

suci yaitu kekuasaan yang merupakan amanat dari Tuhan

(mission sacre). Raja mengemban tugas suci dari Tuhan

untuk memakmurkan rakyat. Politik yang demikian inilah

yang diterapkan Belanda terhadap wilayah jajahannya

sehingga dikenal dengan Ethische Politik (politik etis).

Kerajaan Belanda mendapat aman dari Tuhan untuk

bertindak sebagai wali dari wilayah jajahan Indonesia.

 Hubungan Negara dengan Agama menurut Sekulerisme

Paham Sekulerisme membedakan dan memisahkan

antara agama dan bentuk, sistem, segala aspek kenegaraan

tidak ada hubungannya dengan agama. Sekulerisme

berpandangan bahwa negara adalah masalah-masalah

keduniawian hubungan manusia dengan manusia, adapun

agama adalah urusan akhirat yang menyangkut hubungan

manusia dengan Tuhan.

Negara adalah urusan hubungan horizontal antarmanusia

dalam mencapai tujuannya, sedangkan agama adalah menjadi

urusan umat masing-masing agama. Walaupun dalam Negara

sekuler yang membedakan antara Negara dengan agama,

namun lazimnya warga negara diberikakan kebebasan dalam

memeluk agama masing-masing.

5. Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan yang Berkemanusiaan Yang

Adil dan Beradab

Negara adalah lembaga kemanusiaan, lembaga kemasyarakatan


21

yangbertujuan demitercapainya harkat dan martabat manusia serta

kesejahteraan lahirmaupun batin. Sehingga tidak mengherankan apabila

manusia adalah merupakan subjek pendukung pokok negara. Oleh karena

itu negara adalah suatu negara Kebangsaan yang Berketuhanan yang

Maha Esa, dan Berkemanusiaan yang Adil dan Beradab. Negara Pancasila

sebagai negara Kebangsaan yang berkemanusiaan yang Adil dan

Beradab, mendasarkan nasionalisme (kebangsaan) berdasarkan hakikat

kodrat manusia. Kebangsaan Indonesia adalah kebangsaan yang

berkemanusiaan.

6. Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan yang Berkerakyatan

Negara kebangsaan yang berkedaulatan rakyat berarti bahwa

kekuasaan tertinggi adalah di tangan rakyat yang dilaksanakan oleh MPR.

Oleh karena itu negara kebangsaan yang berkedaulatan rakyat adalah

suatu negara demokrasi. Penggunaan hak-hak demokrasi dalam negara

kebangsaan, diantaranya hak-hak demokrasi yang disertai tanggung jawab

kepada Tuhan yang Maha Esa, menjunjung dan memperkokoh persatuan

dan keatuan bangsa, serta disertai dengan tujuan untuk mewujudkan sutu

keadilan sosial, yaitu suatu keadilan sosial berupa kesejahteraan dalam

hidup bersama.

Demokrasi kerakyatan mengembangkan demokrasi bersama,

berdasarkan asas kekeluargaan, dan kebebasan individu diletakkan dalam

rangka tujuan atas kesejahteraan bersama-sama. Pokok-pokok kerakyatan

yang terkandung dalam sila keempat dalam penyelenggaraan negara

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:


22

a. Dalam menggunakan hak-haknya selalu memperhatikan dan

mempertimbangkan kepentingan negara dan masyarakat.

b. Karena mempunyai kedudukan, hak serta kewajiban yang sama maka

pada dasarnya tidak dibenarkan memaksakan kehendak pada pihak

lain.

c. Sebelum mengambil keputusan, terlebih dahulu diadakan musyawarah.

d. Keputusan diusahakan ditentukan secara musyawarah.

e. Musyawarah untuk mencapai mufakat, diliputi oleh suasana dan

semangat kebersamaan.

7. Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan yang Berkeadilan Sosial

Negara Pancasila adalah negara kebangsaan yang berkeadilan sosial,

yang berarti bahwa negara sebagai penjelmaan manusia sebagai makhluk

Tuhan yang Maha Esa, sifat kodrat individu dan makhluk sosial bertujuan

untuk mewujudkan suatu keadilan dalam hidup bersama (keadilan sosial).

Sebagai suatu negara berkeadilan sosial maka negara Indonesia

bertujuan untuk melindungi warga negaranya dan seluruh tumpah

darahnya, memajukan kesejahteraan umum, serta mencerdaskan

warganya. Dalam pergaulan internasional, Indonesia bertujuan untuk ikut

menciptakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Negara yang berkeadilan sosial

harus merupakan negara yang berdasarkan hukum yang memiliki 3

persyaratan, yaitu pengakuan dan perlindungan atas hak alam asasi

manusia, peradilan yang bebas, dan legalitas dalam arti hukum dalam

segala bentuknya.

2.3.1 Ediologi Liberal


23

Paham liberalisme berkembang dari akar-akar rasionalisme,

materialisme, dan empirisme. Rasionalisme adalah paham yang

meletakkan rasio sebagai sumber kebenaran tertinggi. Materialisme

adalah paham yang meletakkan materi sebgai nilai tertinggi.

Sedangkan empirisme mendasarkan atas kebenaran fakta empiris yang

meletakkan kebebasan individu sebagai nilai teringgi dalam kehidupan

masyarakat dan negara.

Liberalisme memiliki prinsip bahwa rakyat adalah ikatan individu-

individu yang bebas dan ikatan hukumlah yang mendasari kehidupan

bersama dalam negara. Kebebasan manusia dalam realisasi demokrasi

senanstiasa berdasarkan atas kebebasan individu di atas segala-

galanya. Rasio merupakan hakikat tingkatan tertinggi dalam negara

sehingga dimungkinkan kedudukannya masih lebih tinggi dari nilai

religius. Hal ini harus dipahami karena demokrasi mencakup seluruh

sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Atas dasar inilah

perbedaan sifat serta karakter bangsa yang sering menimbulkan

gejolak dalam menerapkan demokrasi yang hanya berdasarkan

liberalisme. Indonesia sendiri pada era reformasi ini yang tidak semua

orang memahami makna demokrasi sehingga penerapannya tidak

sesuai dengan kondisi bangsa sehingga menimbulkan berbagai konflik.

2.3.2 Ediologi Sosialisme Komunisme

Paham ini adalah sebagai bentuk reaksi atas perkembangan

masyarakat kapitalis hasil leberalisme. Berkembangnya paham

liberalisme memunculkan masyarakat kapitalis yang mengakibatkan

penderitaan sehingga komunisme muncul sebagai reaksi atas


24

penindasan rakyat kecil oleh kalangan kapitalis yang didukung

pemerintah.

Ediologi komunisme mendasarkan pada suatu keyakinan bahwa

manusia pada hakikatnya adalah hanya makhluk sosial saja. Hak milik

pribadi tidak ada karena hal ini menimbulkan kapitalisme yang akan

menimbulkan penindasan terhadap rakyat kecil

Etika ediologi komunisme mendasarkan suatu kebaikan hanya

pada kepentingan demi keuntungan kelas masyarakrat secara totalitas.

Atas dasar inilah inilah komunisme mendasarkan moralnya pada

kebaikan yang relatif demi keuntungan kelasnya. Oleh karena itu,

segala cara dihalalkan. Hak asasi manusia dalam negara hanya

berpusat pada hak kolektif sehingga hak individupada hakikatnya tidak

ada. Atas dasar inilah komunisme adalah anti demokrasi dan hak asasi

manusia.
25

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

1. Terbentuknya pancasila bukan merupakan hasil perenungan dari paham-

paham besar dunia, melainkan nilai-nilai pancasila secara tidak langsung

oleh terkandung dalam pandangan hidup bangsa Indonesia.

2. Pancasila sebagai ediologi bagi bangsa Indonesia telah ditetapkan sejak

tahun 1945 seluruh bangsa Indonesia berkomitmen kuat untuk tetap dan

terus memakai pancasila sebagai ediologi negara selama negara indonesia

ada. Ediologi merupakan hal yang penting bagi suatu negara karena

berfungsi sebagai pandangan hidup dan petunjuk arah hidup suatu negara.

3. Pancasila sebagai ediologi nasional membawa konsekuensi logis bahwa nilai-

nilai pancasila dijadikan landasan pokok atau fundamental bagi

penyelenggaraan negara. Nilai-nilai dasar yang ada dalam pancasila adalah

nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai

keadilan.

3.2 SARAN

Kita sebagai warga Negara Indonesia sudah sepatutnya untuk

menumbuhkan rasacinta terhadap tanah air. Serta terus mempelajari makna

yang terkandung dari pancasila agar nantinya Negara Indonesia tetap

mempunyai pedoman serta pandangan dan arah untuk kedepannya.


26

DAFTAR PUSTAKA

Arief Hakam, M. 2001. Kiat Menulis Artikel di Media Cetak. Bandung : Yayasan

Nuansa Cendekia.

Tri Purwanto Bambang dan Sunardi. 2012. Kewarganegaraan untuk kelas XII SMA

dan MA. Solo : Platinum.

Kaelan. 2010. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta : Paradigma.

Anda mungkin juga menyukai