1. Lingkup Pekerjaan :
Pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor adalah Peningkatan
Drainase Jalan Cendana Kasongan sesuai dengan Rencana Anggaran
Biaya (RAB) dan Gambar Kerja, dengan rincian secara garis besar sebagai
berikut:
I. Pekerjaan Persiapan
II. Pekerjaan Tanah
III. Pekerjaan Beton
2. Sarana Pekerjaan :
Untuk kelancaran pekerjaan pelaksanaan di lapangan, Kontraktor
menyediakan :
a. Tenaga Pelaksana yang selalu ada di lapangan, tenaga kerja yang terampil
dan cukup jumlahnya dengan kapasitas yang memadai dengan
pengalaman untuk prasarana gedung.
b. Bahan-bahan bangunan harus tersedia di lapangan dengan jumlah yang
cukup dan kualitas sesuai dengan spesifikasi teknis.
c. Melaksanakan tepat sesuai dengan time schedule.
3. Cara Pelaksanaan :
Pekerjaan harus dilaksanakan dengan penuh keahlian, dan sesuai dengan
syarat-syarat (RKS), gambar rencana, Berita Acara Penjelasan serta mengikuti
petunjuk dan keputusan Pengawas lapangan dan Direksi Teknis.
1
d. Spesifikasi bahan bangunan bagian A : SK SNI S-04-1989-F;
2
pekerjaan di lapangan dan mendapat kuasa penuh dari Kontraktor,
berpendidikan minimal STM atau sederajat dengan pengalaman minimum 3
(tiga) tahun.
2. Dengan adanya Pelaksana, tidak berarti bahwa Kontraktor lepas tanggung
jawab sebagian maupun keseluruhan terhadap kewajibannya.
3. Kontraktor wajib memberi tahu secara tertulis kepada Direksi/Pengawas
Lapangan, nama dan jabatan Pelaksana untuk mendapatkan persetujuan.
4. Bila kemudian hari menurut pendapat Direksi/Pengawas Lapangan, Pelaksana
kurang mampu atau tidak cakap memimpin pekerjaan, maka akan diberitahu
kepada Kontraktor secara tertulis untuk menggantinya dengan personil yang
memenuhi syarat.
5. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan Surat Pemberitahuan,
Kontraktor harus sudah menunjuk Pelaksana baru atau Kontraktor sendiri
(penanggung jawab/Direktur Perusahaan) yang akan memimpin pelaksanaan.
3
dalam lapangan pekerjaan untuk para pekerja tidak diperkenankan, kecuali
untuk penjaga keamanan.
4. Segala hal yang menyangkut jaminan sosial dan keselamatan sesuai dengan
peraturan perundang undangan yang berlaku.
4
disetujui Direksi/Pengawas Lapangan. Hal ini dikecualikan bila
Direksi/Pengawas Lapangan meminta perpanjangan waktu.
4. Bila Kontraktor melanggar ayat 1 pasal ini, Direksi/Pengawas Lapangan
berhak memerintahkan membongkar bagian pekerjaan sebagian atau
seluruhnya untuk memperbaiki, biaya pembongkaran dan pemasangan
menjadi tanggungan Kontraktor.
5
b. Pembersihan dan Perapihan
Setelah pekerjaan selesai semua, permukaan harus bersih dari segala macam
kotoran dan dalam keadaan baik sempurna, serta sisa dari bahan-bahan yang
sudah digunakan yang berupa apapun harus dibersihkan atau dibuang.
6
pasir urug yang diratakan dan diairi serta dipadatkan sampai mencapai 100
% kepadatan kering maksimum yang dibuktikan dengan test laboratorium.
l. Perlindungan terhadap benda-benda berfaedah. Kecuali ditunjukkan untuk
dipindahkan, seluruh barang-barang berharga yang mungkin ditemui di
lapangan harus dilindungi dari kerusakan, dan apabila sampai menderita
kerusakan harusdireparasi/diganti oleh Kontraktor atas tanggungannya
sendiri.
2. Pekerjaan Urugan
a. Pekerjaan untuk urugan mencapai titik peil yang dikehendaki digunakan
tanah urug pilihan lapis demi lapis.
b. Urugan pasir pada bawah pondasi 10 cm
c. Urugan kembali lubang pondasi dilakukan setelah dilakukan
pemeriksanaan pondasi.
2. Pekerjaan Plesteran
7
a. Pada dasarnya spesi untuk plesteran sama dengan campuran spesi untuk
pekerjaan pasangannya.
b. Sebelum pekerjaan plesteran dilakukan, bidang-bidang yang akan diplester
harus dibersihkan terlebih dahulu, kemudian dibasahi dengan air agar
plesteran tidak cepat kering dan tidak retak-retak.
c. Semua permukaan beton yang diplester permukaanya harus dikasarkan
terlebih dahulu.
d. Adukan untuk plesteran harus benar-benar halus sehingga plesteran tidak
terlihat pecah-pecah.
e. Tebal plesteran 2,5 cm.
f. Plesteran supaya digosok berulang-ulang sampai mantap dengan acian PC
sehingga tidak terjadi retak-retak dan pecah dengan hasil halus dan rata.
g. Pekerjaan plesteran terakhir harus lurus, rata, vertikal dan tegak lurus
dengan bidang lainnya.
h. Semua pekerjaan plesteran harus menghasilkan bidang yang tegak lurus,
halus, tidak bergelombang. Sedang sponeng/tali air harus lurus dan baik.
i. Susunan adukan untuk plesteran Beraben harus terdiri dari campuran 1 pc :
2 ps dalam volume dan airnya cukup untuk menghasilkan kekentalan untuk
keperluan yang diinginkan.
j. Sebelum pekerjaan plesteran beraben dimulai, celah-celah diantara batu
harus dikorek sebelum adukan dipasang (atau dicungkil untuk pasangan
batu yang sudah lama) dan permukaannya harus dibersihkan dengan sikat
kawat dan dibasahi.
2. Persyaratan Umum :
a. Beton bertulang spesi 1Pc : 2Ps : 3Split atau mutu K.175
b. Pembuatan cetakan beton.
c. Konstruksi harus menggunakan peralatan-peralatan/normalisasi yang
berlaku di Indonesia seperti PBI, SKSNI, PMI, PKKI dan lain-lain.
3. Bahan-bahan
Bahan menggunakan adukan beton siap pakai (ready mixed
concrete) atau dengan beton adukan ditempat dengan memakai molen,
kontrol mutu sesuai dengan spesifikasi di bawah ini
Agregat beton
1) Agregat beton berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu
dengan Wet Sistem Stone Crusher.
2) Agregat beton harus sesuai dengan spesifikasi agregat beton menurut
ASTM-C 33.
3) Ukuran terbesar agregat beton adalah 2,5 cm.
8
4) Sistem penyimpanan harus sedemikian rupa agar memudahkan
pekerjaan dan menjaga agar tidak terjadi kontaminasi bahan yang tidak
dinginkan.
5) Agregat harus bersih dari segala kotoran, tidak melebihi 5 %.
Agregat kasar
1) Agregat kasar untuk beton harus terdiri dari
butir-butir yang kasar, tidak berpori dan berbentuk kubus.
2) Bila ada butir-butir yang pipih jumlahnya tidak
boleh melampaui 20 % dari jumlah berat seluruhnya.
3) Agregat kasar tidak boleh mengalami
pembubukan hingga melebihi 50 % kehilangan berat menurut test mesin
Los Angeles ASTM-C 131-55.
4) Agregat kasar harus bersih dari zat-zat organis ,
zat-zat reaktif alkali atau subtansi yang merusak beton.
Agregat halus
1) Agregat halus dapat digunakan pasir alam yang
berasal dari pasir lokal.
2) Pasir harus bersih dari bahan organis, zat-zat
alkali dan substansi-substansi yang merusak beton.
3) Pasir tidak boleh mengandung segala jenis
substansi tersebut lebih dari 5 %.
4) Pasir laut tidak boleh digunakan untuk beton.
5) Pasir harus terdiri dari partikel-partikel yang
tajam dan keras.
6) Cara dan penyimpanan harus sedemikian rupa
agar menjamin kemudahan pelaksanaan pekerjaan dan menjaga agar
tidak terjadi kontaminasi yang tidak dinginkan.
PC (Portland Cement)
1) Semen yang dipakai harus dari mutu yang
disyaratkan NI-8 bab 3.2 . PC type I.
2) Kontraktor harus mengusahakan agar 1 merk
semen saja yang dipakai untuk seluruh pekerjaan beton.
3) Semen ini harus dibawa ketempat pekerjaan dalam
zak yang tertutup oleh pabrik dan terlindung serta harus dalam jumlah
sesuai urutan pengirimannya.
4) Penyimpanannya harus dilaksanakan dalam
tempat-tempat rapat air dengan lantai terangkat dan ditumpuk dalam
urutan pengirimannya. Semen yang rusak atau tercampur apapun tidak
boleh dipakai dan harus dikeluarkan dari lapangan.
Pembesian
1) Besi penulangan beton harus disimpan dengan cara-
cara sedemikian rupa, sehingga bebas dari hubungan langsung dengan
tanah lembab maupun basah.
2) Besi penulangan harus disimpan berkelompok
berdasarkan ukuran-ukuran masing-masing besi penulangan rangka
9
maupun besi-besi penulangan bergelombang (Deformed bar) harus
sesuai dengan persyaratan dalam NI-2 bab 3.7.
3) Besi penulangan yang akan digunakan harus bebas
dari karat dan kotoran lain, apabila harus dibersihkan dengan cara
disikat atau digosok tanpa mengurangi diameter penampang besi atau
dengan bahan cairan sejenis “Vikaoxy off” yang disetujui Pengawas.
4) Direksi atau Pengawas berhak untuk memerintahkan
untuk menambah besi tulangan di tempat yang dianggap perlu sampai
maksimum 5 % dari tulangan yang ada di tempat tersebut, meski tidak
tertera dalam gambar struktur, tanpa biaya tambahan.
5) Penulangan harus terdiri dari baja keras dengan mutu
U – 39 dan Baja lunak U – 24 sesuai PBI 1971 dan PBI 1989.
Kawat pengikat
Harus berukuran minimal diameter 1 mm seperti yang disyaratkan dalam
NI-2 bab 3.7.
Air
Air harus bersih dan jernih sesuai dengan persyaratan dalam NI-2 bab 3.6.
Sebelum air untuk pengecoran digunakan harus terlebih dahulu
diperiksakan pada laboratorium PAM / PDAM setempat yang disetujui
pengawas dan biaya sepenuhnya ditanggung oleh Kontraktor.
Kontraktor harus menyediakan air atas biaya sendiri.
Additive
Untuk mencapai slump yang disyaratkan dengan mutu yang tinggi bila
diperlukan campuran beton dapat menggunakan bahan additive
POZZOLITH 300 R atau yang setaraf.
Bahan tersebut harus disetujui oleh Pengawas. Additive yang mengandung
Chloride atau Nitrat tidak boleh digunakan
4. Pelaksanaan
Sebelum dilaksanakan, Kontraktor harus mengadakan Trial test atau mixed
design yang dapat membuktikan bahwa mutu beton yang disyaratkan dapat
tercapai. Dari hasil test tersebut ditentukan oleh Direksi/Pengawas Lapangan
“deviasi standar” yang akan dipergunakan untuk menilai mutu beton selama
pelaksanaan.
a. Pengecoran beton
Pengecoran beton dapat dilaksanakan setelah Kontraktor mendapat ijin
secara tertulis dari Direksi/Pengawas Lapangan. Permohonan ijin
rencana pengecoran harus diserahkan paling lambat 2 (dua) hari
sebelumnya.
Sebelum pengecoran dimulai Kontraktor harus sudah menyiapkan seluruh
stek-stek maupun anker-anker dan sparing-sparing yang diperlukan, pada
kolom-kolom, balok-balok beton untuk bagian yang akan berhubungan
dengan bata maupun pekerjaan instalasi.
Kecuali dinyatakan lain pada gambar, maka stek-stek dan anker-anker
dipasang dengan jarak setiap 1 meter.
b. Persetujuan Direksi untuk mengecor beton berkaitan dengan
pelaksaan pekerjaan stekan dan pemasangan besi serta bukti bahwa
Kontraktor dapat melaksanakan pengecoran tanpa gangguan. Persetujuan
10
tersebut di atas tidak mengurangi tanggung jawab Kontraktor atas
pelaksanaan pekerjaan beton secara menyeluruh.
c. Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampurnya air
pada semen dan agregat atau semen pada agregat telah melampaui 1 jam
dan waktu ini dapat berkurang lagi jika Direksi menganggap perlu
didasarkan pada kondisi tertentu.
d. Beton harus dicor sedemikian rupa sehingga menghindarkan
terjadinya pemisahan material (segregation) dan perubahan letak tulangan.
e. Cara penuangan dengan alat-alat pembantu seperti talang, pipa,
chute dan sebaganya, harus mendapat persetujuan Direksi/Pengawas
Lapangan.
f. Alat-alat penuang seperti talang, pipa chute dan sebagainya harus
selalu bersih dan bebas dari lapisan-lapisan beton yang mengeras.
g. Adukan beton tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian
lebih dari 2 meter.
h. Selama dapat dilaksanakan sebaiknya digunakan pipa yang terisi
penuh adukan dengan pangkalnya terbenam dalam adukan yang baru
dituang.
i. Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah
mengalami “Initialset” atau yang telah mengeras dalam batas dimana
akan terjadi plastis karena getaran.
j. Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang menyentuh
tanah harus diberi lantai dasar setebal 5 cm agar menjamin duduknya
tulangan dengan baik dan penyerapan air semen dengan tanah.
k. Bila pengecoran harus berhenti sementara beton sudah menjadi
keras dan tidak berubah bentuk, harus dibersihkan dari lapisan air semen
(laitances) dan partikel-pertikel yang terlepas samapi suatau kedalaman
yang cukup sampai tercapai beton yang padat.
l. Segera setelah pemberhentian pengecoran ini maka adukan yang
lekat pada tulangan dan cetakan harus dibersihkan.
5. Pemadatan beton
a. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk
menyediakan peralatan untuk mengangkat dan menuang beton dengan
kekentalan secukupnya agar beton padat tanpa menggetarkan secara
berlebihan.
b. Selama proses pengecoran berlangsung, maka beton
harus dipadatkan dengan alat mekanis (internal / eksternal vibrator), kecuali
jika Direksi/Pengawas Lapangan mengijinkan pemadatan dengan tenaga
manusia, maka dapat dilakukan denan cara memukul – mukul acuan dari
luar, mencocol atau menusuk – nusuk adukan beton secara kontinyu.
c. Pelaksanaan penuangan dan penggetaran beton
adalah sangat penting. Beton digetarkan dengan vibrator secukupnya dan
dijaga agar tidak berlebihan (overvibrate). Hasil beton yang berongga-
rongga / pemisahan bahan - bahan dan terjadi pengantongan beton-beton
tidak akan diterima.
d. Penggetaran tidak boleh dengan maksud mengalirkan
beton.
11
e. Pada daerah pembesian yang penuh (padat) harus
digetarkan dengan penggetar frekuensi tinggi 0,2 cm agar dijamin
pengisian beton dan pemadatan yang baik.
f. Penggetaran beton harus dilaksanakan oleh tenaga
kerja yang mengerti dan terlatih dan pelaksanaan pemadatan dilaksanakan
sesuai dengan petunjuk Direksi/Pengawas Lapangan.
Slump/Max Min
Jenis Konstruksi
(mm) (mm)
a. Kaki dan dinding
pondasi 125 50
b. Pelat, balok dan 150 75
dinding 150 75
c. Kolom 125 50
d. Pelat di atas tanah
Bila tidak digunakan alat penggetar dengan frekuensi getaran tinggi nilai
tersebut di atas dapat dinaikkan sebesar 50 %, tetapi dalam hal apapun tidak
boleh melebihi 150 mm.
12
9. Pengujian kekuatan beton
a. Selama masa pelaksanaan, mutu beton harus
diperiksa secara kontinyu dari hasil pemeriksaan benda uji. Paling sedikit
setiap 5 m3 beton harus dibuat 1 sampel benda uji, atau untuk seluruh
bangunan dibuat minimal sampai 20 benda uji.
b. Benda uji harus diperiksa kekuatan tekannya di
laboratorium yang disetujui Direksi/Pengawas Lapangan dengan biaya
menjadi tanggungan kontraktor dan hasil kuat tekan harus sesuai dengan
ketentuan PBI-1971 pasal 3.5.
c. Mutu beton yang disyaratkan K 225
13
h. Bekisting dapat dipergunakan maksimal 3 kali.
Pembongkaran bekisting dapat dilakukan minimal 3 (tiga) hari setelah
konstruksi dicor atau harus seijin Direksi/Pengawas Lapangan dan
dilaksanakan sedemikian rupa sehingga menjamin keamanan sepenuhnya.
i. Perancah menggunakan scafolding beserta
perlengkapannya. Pemasangannya harus benar-benar kokoh dan tidak
berubah tempat sebelum dan selama pengecoran.
j. Cetakan beton dapat dibongkar dengan
persetujuan tertulis dari Direksi/Pengawas Lapangan atau jika umur beton
telah melampaui waktu sebagai berikut :
1. Bagian bawah sisi balok 28 hari
2. Balok tanpa beban konstruksi 7 hari
3. Balok dengan beban konstruksi 21 hari
4. Pelat lantai / atap 21 hari
k. Dengan persetujuan Direksi/Pengawas
Lapangan cetakan beton dapat dibongkar lebih awal asal benda uji yang
kondisi perawatannya sama dengan beton sebenarnya telah mencapai
kekuatan 75 % dari kekuatan pada umur 28 hari. Segala ijin yang diberikan
oleh Direksi/Pengawas Lapangan sekali-kali tidak boleh menjadi bahan
untuk mengurangi/membebaskan tanggung jawab Kontraktor dari adanya
kerusakan-kerusakan yang timbul akibat pembongkaran cetakan tersebut.
l. Pembongkaran cetakan beton tersebut harus
dilaksanakan dengan hati-hati sedemikian rupa sehingga tidak
menyebabkan cacat pada permukaan beton, tetap dihasilkan sudut-sudut
yang tajam dan tidak pecah.
m. Bekas cetakan beton untuk bagian-bagian
konstruksi yang terpendam dalam tanah harus dicabut dan dibersihkan
sebelum dilaksanakan pengurugan tanah kembali.
13. Cacat pada Beton
Meskipun hasil pengujian kubus memuaskan, Direksi/Pengawas Lapangan
mempunyai wewenang untuk menolak konstruksi beton yang cacat, seperti
berikut :
a. Konstruksi beton yang keropos.
b. Konstruksi beton yang tidak sesuai dengan bentuk yang
direncanakan atau profil – profil tidak seperti yang ditunjuk pada gambar.
c. Konstruksi beton yang berisikan kayu atau bahan – bahan
lainnya.
d. Jika menurut pendapat Direksi/Pengawas Lapangan, beton
tersebut cacat, maka Kontraktor wajib memperbaikinya atau
membongkarnya kembali sesuai petunjuk Direksi/Pengawas Lapangan.
14
2. Hal-hal yang timbul dalam pelaksanaan dan diperlukan penyelesaian di
lapangan akan dibicarakan dan diatur oleh Pengawas, dengan dibuat Berita
Acara yang disyahkan oleh Pemberi Tugas.
Dibuat Oleh :
Konsultan Perencana
CV. TIKA KREATIF DESAIN KONSULTAN
15