Anda di halaman 1dari 15

SYARAT – SYARAT TEKNIS

Pasal VI.01. URAIAN PEKERJAAN

1. Lingkup Pekerjaan :
Pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor adalah Peningkatan
Drainase Jalan Cendana Kasongan sesuai dengan Rencana Anggaran
Biaya (RAB) dan Gambar Kerja, dengan rincian secara garis besar sebagai
berikut:
I. Pekerjaan Persiapan
II. Pekerjaan Tanah
III. Pekerjaan Beton

2. Sarana Pekerjaan :
Untuk kelancaran pekerjaan pelaksanaan di lapangan, Kontraktor
menyediakan :
a. Tenaga Pelaksana yang selalu ada di lapangan, tenaga kerja yang terampil
dan cukup jumlahnya dengan kapasitas yang memadai dengan
pengalaman untuk prasarana gedung.
b. Bahan-bahan bangunan harus tersedia di lapangan dengan jumlah yang
cukup dan kualitas sesuai dengan spesifikasi teknis.
c. Melaksanakan tepat sesuai dengan time schedule.

3. Cara Pelaksanaan :
Pekerjaan harus dilaksanakan dengan penuh keahlian, dan sesuai dengan
syarat-syarat (RKS), gambar rencana, Berita Acara Penjelasan serta mengikuti
petunjuk dan keputusan Pengawas lapangan dan Direksi Teknis.

Pasal VI.02. JENIS DAN MUTU BAHAN


Jenis dan mutu bahan yang dipakai diutamakan produksi dalam negeri sesuai
dengan Keputusan bersama Menteri Perdagangan dan Koperasi, Menteri
Perindustrian dan Menpen. No.: 472/Kop/XII/80, No.: 813/Menpen/1980, No.:
64/Menpen/1980, Tanggal 23 Desember 1980

Pasal VI.03. GAMBAR – GAMBAR


RKS ini dilampiri :
1. Gambar kerja arsitektur/Sipil
2. Gambar Pelengkap dan Detail Khusus

Pasal VI.04. PERATURAN TEKNIS PEMBANGUNAN YANG DIGUNAKAN


1. Dalam melaksanakan Pekerjaan, kecuali bila ada ketentuan lain dalam
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini, berlaku dan mengikat ketentuan-
ketentuan di bawah ini termasuk segala perubahan dan tambahannya :
a. Peraturan Presiden RI Nomor 54 Tahun 2010 jo. Perpres 70 Tahun 2012
tentang Pedoman Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan perubahannya;
b. Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia 1982;
c. Peraturan umum dari Dinas Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja;

1
d. Spesifikasi bahan bangunan bagian A : SK SNI S-04-1989-F;

2. Untuk melaksanakan pekerjaan dalam pasal 1 ayat 1 tersebut di atas berlaku


dan mengikat pula.
a. Gambar Kerja yang dibuat Perencana, termasuk juga gambar-gambar
detail yang diselesaikan oleh Kontraktor dan sudah disahkan / disetujui
Direksi.
b. Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS).
c. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.
d. Berita Acara Penetapan Pemenang Penyedia Barang/Jasa.
e. Surat Keputusan Penetapan Penyedia Barang/Jasa.
f. Surat Penawaran dan lampiran-lampirannya.
g. Jadwal Pelaksanaan (Tentative Time Schedule) yang telah disetujui
Direksi.

Pasal VI.05. PENJELASAN RKS DAN GAMBAR


1. Kontraktor wajib meneliti semua gambar dan Rencana Kerja dan Syarat-syarat
(RKS) termasuk tambahan dan perubahannya yang dicantumkan dalam Berita
Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing).
2. Bila gambar tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS),
maka yang mengikat/berlaku adalah RKS. Bila suatu gambar tidak sesuai
dengan gambar yang lain, maka gambar yang mempunyai skala yang lebih
besar yang berlaku, begitu pula apabila dalam RKS tidak dicantumkan
sedangkan gambar ada, maka gambarlah yang mengikat.
3. Bila perbedaan-perbedaan ini menimbulkan keraguan-keraguan sehingga
dalam pelaksanaan menimbulkan kesalahan, Kontraktor wajib menanyakan
kepada Direksi/Pengawas Lapangan dan Kontraktor mengikuti keputusan
dalam rapat.

Pasal VI.06. JADWAL PELAKSANAAN


1. Sebelum mulai pekerjaan nyata di lapangan Kontraktor wajib membuat
Rencana Kerja Pelaksanaan dan bagian-bagian pekerjaan berupa Bar-chart
dan curve bahan/tenaga.
2. Rencana kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu
dari Direksi/Pengawas Lapangan, paling lambat dalam waktu 15 (lima belas)
hari kalender setelah SPPBJ diterima Kontraktor. Rencana Kerja yang telah
disetujui oleh Direksi/Pengawas Lapangan, akan disahkan oleh Pemberi
Tugas.
3. Kontraktor wajib memberikan salinan Rencana Kerja rangkap 4 (empat)
kepada Direksi/Pengawas Lapangan, satu salinan Rencana Kerja harus
ditempel pada dinding di bangsal Kontraktor di lapangan yang selalu diikuti
dengan grafik kemajuan (prestasi kerja).
4. Direksi/Pengawas Lapangan akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor
berdasarkan Rencana Kerja tersebut.

Pasal VI.07. KUASA KONTRAKTOR DI LAPANGAN


1. Di lapangan pekerjaan, Kontraktor wajib menunjuk seorang kuasa Kontraktor
atau biasa disebut Pelaksana yang cakap untuk memimpin pelaksanaan

2
pekerjaan di lapangan dan mendapat kuasa penuh dari Kontraktor,
berpendidikan minimal STM atau sederajat dengan pengalaman minimum 3
(tiga) tahun.
2. Dengan adanya Pelaksana, tidak berarti bahwa Kontraktor lepas tanggung
jawab sebagian maupun keseluruhan terhadap kewajibannya.
3. Kontraktor wajib memberi tahu secara tertulis kepada Direksi/Pengawas
Lapangan, nama dan jabatan Pelaksana untuk mendapatkan persetujuan.
4. Bila kemudian hari menurut pendapat Direksi/Pengawas Lapangan, Pelaksana
kurang mampu atau tidak cakap memimpin pekerjaan, maka akan diberitahu
kepada Kontraktor secara tertulis untuk menggantinya dengan personil yang
memenuhi syarat.
5. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan Surat Pemberitahuan,
Kontraktor harus sudah menunjuk Pelaksana baru atau Kontraktor sendiri
(penanggung jawab/Direktur Perusahaan) yang akan memimpin pelaksanaan.

Pasal VI.08. TEMPAT TINGGAL (DOMISILI) KONTRAKTOR & PELAKSANA


1. Untuk menjaga kemungkinan diperlukannya jam kerja apabila terjadi hal-hal
mendesak, kontraktor dan pelaksana wajib memberitahukan secara tertulis,
alamat dan nomor telepon di lokasi kepada Direksi/Pengawas Lapangan.
2. Alamat Kontraktor dan pelaksana diharapkan tidak berubah-ubah selama
pekerjaan. Bila terjadi perubahan alamat, Kontraktor dan pelaksana wajib
memberitahukan secar tertulis.

Pasal VI.09. PENJAGAAN KEAMANAN DI LAPANGAN PEKERJAAN


1. Kontraktor wajib menjaga keamanan lapangan terhadap barang-barang milik
Proyek, Direksi/Pengawas Lapangan dan milik pihak ketiga yang ada di
lapangan.
2. Bila terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah disetujui
Direksi/Pengawas Lapangan, baik yang telah dipasang maupun yang belum,
menjadi tanggung jawab kontraktor dan tidak akan diperhitungkan dalam biaya
pekerjaan tambah.
3. Apabila terjadi kebakaran, kontraktor bertanggung jawab atas akibatnya baik
yang berupa barang-barang maupun keselamatan jiwa. Untuk itu kontraktor
diwajibkan menyediakan alat-alat pemadam kebakaran yang siap dipakai yang
ditempatkan di tempat-tempat yang akan ditetapkan oleh Direksi/Pengawas
Lapangan.

Pasal VI.10. JAMINAN DAN KESELAMATAN KERJA


1. Kontraktor diwajibkan menyediakan obat-obatan menurut syarat-syarat
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) yang selalu dalam keadaan
siap pakai di lapangan, untuk mengatasi segala kemungkinan musibah bagi
semua petugas dan pekerja lapangan.
2. Kontraktor wajib menyediakan air minum yang bersih dan memenuhi syarat-
syarat bagi semua petugas dan pekerja yang ada di bawah kekuasaan
kontraktor.
3. Kontraktor wajib menyediakan air bersih, kamar mandi dan WC yang layak dan
bersih bagi semua petugas dan pekerja. Membuat tempat penginapan di

3
dalam lapangan pekerjaan untuk para pekerja tidak diperkenankan, kecuali
untuk penjaga keamanan.
4. Segala hal yang menyangkut jaminan sosial dan keselamatan sesuai dengan
peraturan perundang undangan yang berlaku.

Pasal VI.11. ALAT-ALAT PELAKSANAAN


Semua alat-alat untuk pelaksanaan pekerjaan harus disediakan olek Kontraktor,
sebelum pekerjaan secara fisik dimulai dalam keadaan baik dan siap dipakai,
antara lain :
1. Perlengkapan penerangan untuk pekerjaan lembur.
2. Alat-alat lainnya yang sesuai dengan pekerjaan yang dilaksanakan.

Pasal VI.12. SITUASI DAN UKURAN


1. Pekerjaan tersebut dalam pasal VI.01 adalah pekerjaan lanjutan, sesuai
dengan gambar.
2. Ukuran – ukuran dalam gambar ataupun dalam RKS merupakan garis
besar pelaksanaan.
3. Kontraktor wajib meneliti situasi tapak, terutama keadaan bangunan, sifat
dan luas pekerjaan, dan hal – hal yang dapat mempengaruhi harga
penawaran.
4. Kelalaian atau kekurang telitian kontraktor dalam hal ini tidak dijadikan
alasan untuk menggagalkan tuntutan.

Pasal VI.13. SYARAT – SYARAT CARA PEMERIKSAAN BAHAN BANGUNAN


1. Semua bahan bangunan yang didatangkan harus memenuhi syarat – syarat
yang ditentukan pasal VI.02.
2. Semua bahan bangunan yang akan dipergunakan harus diperiksakan dahulu
kepada Direksi/Pengawas Lapangan untuk mendapatkan persetujuan.
3. Bahan bangunan yang telah didatangkan oleh Kontraktor di lapangan
pekerjaan, tetapi ditolak pemakaiannya oleh Direksi/Pengawas Lapangan,
harus segera dikeluarkan dari lapangan pekerjaan selambat - lambatnya
dalam waktu 2 x 24 jam terhitung dari jam penolakan.
4. Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilakukan kontraktor tetapi
ternyata ditolak Direksi/Pengawas Lapangan, harus segera dihentikan dan
selanjutnya dibongkar atas biaya kontraktor dalam waktu yang ditetapkan oleh
Direksi/Pengawas Lapangan.

Pasal VI.14. PEMERIKSAAN PEKERJAAN


1. Sebelum memulai pekerjaan lanjutan yang apabila bagian pekerjaan ini telah
selesai, akan tetapi belum diperiksa oleh Direksi/Pengawas Lapangan,
Kontraktor diwajibkan meminta kepada Direksi/Pengawas Lapangan.
2. Kemudian jika Direksi/Pengawas Lapangan telah menyetujui bagian pekerjaan
tersebut, Kontraktor dapat meneruskan pekerjaannya.
3. Bila permohonan pemeriksaan itu dalam waktu 2 x 24 jam (dihitung dari jam
diterimanya permohonan pemeriksaan , tidak terhitung hari libur/hari raya),
tidak dipenuhi oleh Direksi/Pengawas Lapangan, Kontraktor dapat meneruskan
pekerjaannya dan bagian yang sebenarnya diperiksakan dianggap telah

4
disetujui Direksi/Pengawas Lapangan. Hal ini dikecualikan bila
Direksi/Pengawas Lapangan meminta perpanjangan waktu.
4. Bila Kontraktor melanggar ayat 1 pasal ini, Direksi/Pengawas Lapangan
berhak memerintahkan membongkar bagian pekerjaan sebagian atau
seluruhnya untuk memperbaiki, biaya pembongkaran dan pemasangan
menjadi tanggungan Kontraktor.

Pasal VI.15. KENAIKAN HARGA/FORCE MAJEURE


1. Kenaikan harga yang bersifat biasa tidak dapat mengajukan klaim.
2. Kenaikan harga yang diakibatkan kebijaksanaan moneter oleh Pemerintah dan
bersifat nasional dapat mengajukan klaim sesuai petunjuk yang dikeluarkan
oleh Pemerintah RI.
3. Semua kerugian akibat Force Majeure yang dikarenakan gempa bumi, angin
puyuh, badai topan, kerusuhan, peperangan dan semua kejadian karena faktor
alam serta kejadian tersebut dibenarkan oleh Pemerintah bukan menjadi
tanggungan Kontraktor.

Pasal VI.16. PEKERJAAN TAMBAH/KURANG


1. Tugas mengerjakan pekerjaan tambah/kurang diberitahukan dengan tertulis
dalam buku harian oleh Direksi/Pengawas Lapangan serta persetujuan
Pemberi Tugas.
2. Pekerjaan tambah / kurang hanya berlaku bila memang nyata-nyata ada
perintah tertulis dari Direksi/Pengawas Lapangan atas persetujuan Pemberi
Tugas.
3. Biaya pekerjaan tambah / kurang akan diperhitungkan menurut daftar harga
satuan pekerjaan, yang dimaksudkan oleh Kontraktor yang pembayarannya
diperhitungkan bersama-sama angsuran terakhir.
4. Untuk pekerjaan tambah yang harga satuannya tidak tercantum dalam harga
satuan yang dimasukkan dalam penawaran, harga satuannya akan ditentukan
lebih lanjut oleh Direksi/Pengawas Lapangan bersama-sama Kontraktor
dengan persetujuan Pemberi Tugas.
5. Adanya Pekerjaan Tambah tidak dapat dijadikan alasan sebagai penyebab
kelambatan penyerahan pekerjaan, tetapi Direksi/Pengawas Lapangan dapat
mempertimbangkan perpanjangan waktu karena adanya pekerjaan tambah
tersebut.

Pasal VI.17. PEKERJAAN PERSIAPAN


a. Uitzet/Bouwplank
a. Semua papan bouwplank menggunakan kayu kuat kelas II dengan
ketebalan 2 cm dipasang terentang pada patok kayu ukuran 5/7 dan diserut
rata pada permukaan atas dan terpasang water pass dengan peil + 0.00.
b. Bouwplank dipasang memanjang keliling bangunan, pada as dinding
penyekat supaya diberi tanda dengan cat warna merah / meni.
c. Bouwplank dipasang di luar garis bangunan dengan jarak minimal 2 m
untuk mencegah kelongsoran terhadap galian tanah pondasi.
d. Setelah pemasangan bouwplank selesai, Kontraktor wajib melapor kepada
Direksi/Pengawas Lapangan untuk mendapatkan persetujuan pekerjaan
selanjutnya.

5
b. Pembersihan dan Perapihan
Setelah pekerjaan selesai semua, permukaan harus bersih dari segala macam
kotoran dan dalam keadaan baik sempurna, serta sisa dari bahan-bahan yang
sudah digunakan yang berupa apapun harus dibersihkan atau dibuang.

Pasal VI.18. PEKERJAAN TANAH


1. Pekerjaan Galian
a. Pekerjaan galian untuk semua lubang, baru boleh dilaksanakan setelah
papan patok (bouwplank) dengan penandaan sumbu ke sumbu selesai
diperiksa dan disetujui oleh Direksi/Pengawas Lapangan.
b. Dalamnya galian untuk lubang pondasi harus sesuai dengan gambar kerja.
Untuk hal tersebut diadakan pemeriksaan setempat oleh Direksi/Pengawas
Lapangan.
c. Dasar galian harus dikerjakan dengan teliti sesuai dengan ukuran gambar
kerja dan dibersihkan dari segala kotoran.
d. Semua galian harus dilaksanakan sesuai dengan gambar dan syarat -
syarat yang ditentukan dalam Spesifikasi Teknis dan atau petunjuk Direksi
Pengawas.
e. Dasar dari semua galian harus waterpas. Bilamana pada dasar setiap
galian masih terdapat akar-akar tanaman atau bagian-bagian gembur,
maka ini harus digali keluar sedang lubang-lubang tadi diisi kembali dengan
pasir, disiram dan dipadatkan sehingga mendapatkan kembali dasar yang
waterpas.
f. Terhadap kemungkinan adanya air di dasar galian, baik pada waktu
penggalian maupun pada waktu pekerjaan pondasi harus disediakan
pompa air atau pompa lumpur yang jika diperlukan dapat bekerja terus
menerus untuk menghindari tergenangnya air pada dasar galian.
g. Kontraktor harus memperhatikan pengamanan terhadap dinding tepi galian
agar tidak
longsor dengan memberikan suatu dinding penahan atau penunjang
sementara atau lereng yang cukup.
h. Juga kepada Kontraktor diwajibkan mengambil langkah-langkah
pengamanan terhadap bangunan lain yang berada dekat sekali dengan
lubang galian yaitu dengan memberikan penunjang sementara pada
bangunan tersebut sehingga dapat dijamin bangunan tersebut tidak akan
mengalami kerusakan.
i. Semua tanah kelebihan yang berasal dari pekerjaan galian, setelah
mencapai jumlah tertentu harus segera disingkirkan dari halaman
pekerjaan pada setiap saat yang dianggap perlu dan atas petunjuk Direksi
Pengawas.
j. Bagian-bagian yang akan diurug kembali harus diurug dengan tanah yang
bersih, bebas dari segala kotoran dan memenuhi syarat-syarat sebagai
tanah urug.
k. Pelaksanaannya secara berlapis-lapis dengan. penimbrisan lubang-lubang
galian yang terletak di dalam garis bangunan harus diisi kembali dengan

6
pasir urug yang diratakan dan diairi serta dipadatkan sampai mencapai 100
% kepadatan kering maksimum yang dibuktikan dengan test laboratorium.
l. Perlindungan terhadap benda-benda berfaedah. Kecuali ditunjukkan untuk
dipindahkan, seluruh barang-barang berharga yang mungkin ditemui di
lapangan harus dilindungi dari kerusakan, dan apabila sampai menderita
kerusakan harusdireparasi/diganti oleh Kontraktor atas tanggungannya
sendiri.

2. Pekerjaan Urugan
a. Pekerjaan untuk urugan mencapai titik peil yang dikehendaki digunakan
tanah urug pilihan lapis demi lapis.
b. Urugan pasir pada bawah pondasi 10 cm
c. Urugan kembali lubang pondasi dilakukan setelah dilakukan
pemeriksanaan pondasi.

Pasal VI.19. PEKERJAAN PASANGAN DAN PLESTERAN


1. Pekerjaan Pondasi Batu Kali .
a. Lingkup Pekerjaan
Ini meliputi penyediaan bahan dan perekatnya, menyiapkan tempat yang
akan dipasang batu kali, serta pelaksanaan pekerjaan pasang batu kali itu
sendiri, sesuai gambar dan spesifikasi ini.
b. Bahan Batu yang digunakan harus berkualitas terbaik dan merupakan bahan
setempat, padat, bersih, tanpa retak-retak dan kekurangan - kekurangan lain
yang mempengaruhi kualitas. Baik batu gunung maupun batu kali dapat
digunakan.
c. Adukan
Semua pasangan batu kali untuk dinding penahan tanah, pondasi dan
pekerjaan batu kali lainya dilaksanakan dengan adukan1 Pc : 4 Ps
d. Pelaksanaan
 Pasangan batu kali harus diukur dilapangan dan dilaksanakan sesuai
dengan ukuran dan ketinggian seperti tercantum pada gambar - gambar.
 Batu kali digunakan untuk pondasi harus batu pecah, sudut runcing,
berwarna abu-abu hitam, keras, tidak berpori (porous).
 Permukaan dasar galian harus ditimbun dengan pasir urug setebal
minimal 10cm atau sesuai gambar kerja, disiram dan diratakan dan di
atasnya diberi batu kali pecah yang dipasang sesuai dengan gambar.
 Pondasi batu kali menggunakan adukan dengan campuran 1Pc : 4Ps.
Adukan harus membungkus batu kali pada bagian tengah pondasi
sedemikian rupa sehingga tidak ada bagian pondasi yang berongga atau
tidak padat.
e. Perlindungan
Pada tahap pelaksanaan pekerjaan batu kali yang tidak terlindung, bila hujan
maka bagian atas harus dilindungi.

2. Pekerjaan Plesteran

7
a. Pada dasarnya spesi untuk plesteran sama dengan campuran spesi untuk
pekerjaan pasangannya.
b. Sebelum pekerjaan plesteran dilakukan, bidang-bidang yang akan diplester
harus dibersihkan terlebih dahulu, kemudian dibasahi dengan air agar
plesteran tidak cepat kering dan tidak retak-retak.
c. Semua permukaan beton yang diplester permukaanya harus dikasarkan
terlebih dahulu.
d. Adukan untuk plesteran harus benar-benar halus sehingga plesteran tidak
terlihat pecah-pecah.
e. Tebal plesteran 2,5 cm.
f. Plesteran supaya digosok berulang-ulang sampai mantap dengan acian PC
sehingga tidak terjadi retak-retak dan pecah dengan hasil halus dan rata.
g. Pekerjaan plesteran terakhir harus lurus, rata, vertikal dan tegak lurus
dengan bidang lainnya.
h. Semua pekerjaan plesteran harus menghasilkan bidang yang tegak lurus,
halus, tidak bergelombang. Sedang sponeng/tali air harus lurus dan baik.
i. Susunan adukan untuk plesteran Beraben harus terdiri dari campuran 1 pc :
2 ps dalam volume dan airnya cukup untuk menghasilkan kekentalan untuk
keperluan yang diinginkan.
j. Sebelum pekerjaan plesteran beraben dimulai, celah-celah diantara batu
harus dikorek sebelum adukan dipasang (atau dicungkil untuk pasangan
batu yang sudah lama) dan permukaannya harus dibersihkan dengan sikat
kawat dan dibasahi.

Pasal VI.20. PEKERJAAN BETON BERTULANG


1. Pekerjaan yang harus dilaksanakan adalah :
a. Beton bertulang plat penutup saluran dan Beton bertulang plat gorong-
gorong
b. Sesuai dengan gambar perencanaan.

2. Persyaratan Umum :
a. Beton bertulang spesi 1Pc : 2Ps : 3Split atau mutu K.175
b. Pembuatan cetakan beton.
c. Konstruksi harus menggunakan peralatan-peralatan/normalisasi yang
berlaku di Indonesia seperti PBI, SKSNI, PMI, PKKI dan lain-lain.

3. Bahan-bahan
 Bahan menggunakan adukan beton siap pakai (ready mixed
concrete) atau dengan beton adukan ditempat dengan memakai molen,
kontrol mutu sesuai dengan spesifikasi di bawah ini
 Agregat beton
1) Agregat beton berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu
dengan Wet Sistem Stone Crusher.
2) Agregat beton harus sesuai dengan spesifikasi agregat beton menurut
ASTM-C 33.
3) Ukuran terbesar agregat beton adalah 2,5 cm.

8
4) Sistem penyimpanan harus sedemikian rupa agar memudahkan
pekerjaan dan menjaga agar tidak terjadi kontaminasi bahan yang tidak
dinginkan.
5) Agregat harus bersih dari segala kotoran, tidak melebihi 5 %.
 Agregat kasar
1) Agregat kasar untuk beton harus terdiri dari
butir-butir yang kasar, tidak berpori dan berbentuk kubus.
2) Bila ada butir-butir yang pipih jumlahnya tidak
boleh melampaui 20 % dari jumlah berat seluruhnya.
3) Agregat kasar tidak boleh mengalami
pembubukan hingga melebihi 50 % kehilangan berat menurut test mesin
Los Angeles ASTM-C 131-55.
4) Agregat kasar harus bersih dari zat-zat organis ,
zat-zat reaktif alkali atau subtansi yang merusak beton.
 Agregat halus
1) Agregat halus dapat digunakan pasir alam yang
berasal dari pasir lokal.
2) Pasir harus bersih dari bahan organis, zat-zat
alkali dan substansi-substansi yang merusak beton.
3) Pasir tidak boleh mengandung segala jenis
substansi tersebut lebih dari 5 %.
4) Pasir laut tidak boleh digunakan untuk beton.
5) Pasir harus terdiri dari partikel-partikel yang
tajam dan keras.
6) Cara dan penyimpanan harus sedemikian rupa
agar menjamin kemudahan pelaksanaan pekerjaan dan menjaga agar
tidak terjadi kontaminasi yang tidak dinginkan.
 PC (Portland Cement)
1) Semen yang dipakai harus dari mutu yang
disyaratkan NI-8 bab 3.2 . PC type I.
2) Kontraktor harus mengusahakan agar 1 merk
semen saja yang dipakai untuk seluruh pekerjaan beton.
3) Semen ini harus dibawa ketempat pekerjaan dalam
zak yang tertutup oleh pabrik dan terlindung serta harus dalam jumlah
sesuai urutan pengirimannya.
4) Penyimpanannya harus dilaksanakan dalam
tempat-tempat rapat air dengan lantai terangkat dan ditumpuk dalam
urutan pengirimannya. Semen yang rusak atau tercampur apapun tidak
boleh dipakai dan harus dikeluarkan dari lapangan.
 Pembesian
1) Besi penulangan beton harus disimpan dengan cara-
cara sedemikian rupa, sehingga bebas dari hubungan langsung dengan
tanah lembab maupun basah.
2) Besi penulangan harus disimpan berkelompok
berdasarkan ukuran-ukuran masing-masing besi penulangan rangka

9
maupun besi-besi penulangan bergelombang (Deformed bar) harus
sesuai dengan persyaratan dalam NI-2 bab 3.7.
3) Besi penulangan yang akan digunakan harus bebas
dari karat dan kotoran lain, apabila harus dibersihkan dengan cara
disikat atau digosok tanpa mengurangi diameter penampang besi atau
dengan bahan cairan sejenis “Vikaoxy off” yang disetujui Pengawas.
4) Direksi atau Pengawas berhak untuk memerintahkan
untuk menambah besi tulangan di tempat yang dianggap perlu sampai
maksimum 5 % dari tulangan yang ada di tempat tersebut, meski tidak
tertera dalam gambar struktur, tanpa biaya tambahan.
5) Penulangan harus terdiri dari baja keras dengan mutu
U – 39 dan Baja lunak U – 24 sesuai PBI 1971 dan PBI 1989.
 Kawat pengikat
Harus berukuran minimal diameter 1 mm seperti yang disyaratkan dalam
NI-2 bab 3.7.
 Air
Air harus bersih dan jernih sesuai dengan persyaratan dalam NI-2 bab 3.6.
Sebelum air untuk pengecoran digunakan harus terlebih dahulu
diperiksakan pada laboratorium PAM / PDAM setempat yang disetujui
pengawas dan biaya sepenuhnya ditanggung oleh Kontraktor.
Kontraktor harus menyediakan air atas biaya sendiri.
 Additive
Untuk mencapai slump yang disyaratkan dengan mutu yang tinggi bila
diperlukan campuran beton dapat menggunakan bahan additive
POZZOLITH 300 R atau yang setaraf.
Bahan tersebut harus disetujui oleh Pengawas. Additive yang mengandung
Chloride atau Nitrat tidak boleh digunakan
4. Pelaksanaan
Sebelum dilaksanakan, Kontraktor harus mengadakan Trial test atau mixed
design yang dapat membuktikan bahwa mutu beton yang disyaratkan dapat
tercapai. Dari hasil test tersebut ditentukan oleh Direksi/Pengawas Lapangan
“deviasi standar” yang akan dipergunakan untuk menilai mutu beton selama
pelaksanaan.
a. Pengecoran beton
Pengecoran beton dapat dilaksanakan setelah Kontraktor mendapat ijin
secara tertulis dari Direksi/Pengawas Lapangan. Permohonan ijin
rencana pengecoran harus diserahkan paling lambat 2 (dua) hari
sebelumnya.
Sebelum pengecoran dimulai Kontraktor harus sudah menyiapkan seluruh
stek-stek maupun anker-anker dan sparing-sparing yang diperlukan, pada
kolom-kolom, balok-balok beton untuk bagian yang akan berhubungan
dengan bata maupun pekerjaan instalasi.
Kecuali dinyatakan lain pada gambar, maka stek-stek dan anker-anker
dipasang dengan jarak setiap 1 meter.
b. Persetujuan Direksi untuk mengecor beton berkaitan dengan
pelaksaan pekerjaan stekan dan pemasangan besi serta bukti bahwa
Kontraktor dapat melaksanakan pengecoran tanpa gangguan. Persetujuan

10
tersebut di atas tidak mengurangi tanggung jawab Kontraktor atas
pelaksanaan pekerjaan beton secara menyeluruh.
c. Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampurnya air
pada semen dan agregat atau semen pada agregat telah melampaui 1 jam
dan waktu ini dapat berkurang lagi jika Direksi menganggap perlu
didasarkan pada kondisi tertentu.
d. Beton harus dicor sedemikian rupa sehingga menghindarkan
terjadinya pemisahan material (segregation) dan perubahan letak tulangan.
e. Cara penuangan dengan alat-alat pembantu seperti talang, pipa,
chute dan sebaganya, harus mendapat persetujuan Direksi/Pengawas
Lapangan.
f. Alat-alat penuang seperti talang, pipa chute dan sebagainya harus
selalu bersih dan bebas dari lapisan-lapisan beton yang mengeras.
g. Adukan beton tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian
lebih dari 2 meter.
h. Selama dapat dilaksanakan sebaiknya digunakan pipa yang terisi
penuh adukan dengan pangkalnya terbenam dalam adukan yang baru
dituang.
i. Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah
mengalami “Initialset” atau yang telah mengeras dalam batas dimana
akan terjadi plastis karena getaran.
j. Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang menyentuh
tanah harus diberi lantai dasar setebal 5 cm agar menjamin duduknya
tulangan dengan baik dan penyerapan air semen dengan tanah.
k. Bila pengecoran harus berhenti sementara beton sudah menjadi
keras dan tidak berubah bentuk, harus dibersihkan dari lapisan air semen
(laitances) dan partikel-pertikel yang terlepas samapi suatau kedalaman
yang cukup sampai tercapai beton yang padat.
l. Segera setelah pemberhentian pengecoran ini maka adukan yang
lekat pada tulangan dan cetakan harus dibersihkan.

5. Pemadatan beton
a. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk
menyediakan peralatan untuk mengangkat dan menuang beton dengan
kekentalan secukupnya agar beton padat tanpa menggetarkan secara
berlebihan.
b. Selama proses pengecoran berlangsung, maka beton
harus dipadatkan dengan alat mekanis (internal / eksternal vibrator), kecuali
jika Direksi/Pengawas Lapangan mengijinkan pemadatan dengan tenaga
manusia, maka dapat dilakukan denan cara memukul – mukul acuan dari
luar, mencocol atau menusuk – nusuk adukan beton secara kontinyu.
c. Pelaksanaan penuangan dan penggetaran beton
adalah sangat penting. Beton digetarkan dengan vibrator secukupnya dan
dijaga agar tidak berlebihan (overvibrate). Hasil beton yang berongga-
rongga / pemisahan bahan - bahan dan terjadi pengantongan beton-beton
tidak akan diterima.
d. Penggetaran tidak boleh dengan maksud mengalirkan
beton.

11
e. Pada daerah pembesian yang penuh (padat) harus
digetarkan dengan penggetar frekuensi tinggi 0,2 cm agar dijamin
pengisian beton dan pemadatan yang baik.
f. Penggetaran beton harus dilaksanakan oleh tenaga
kerja yang mengerti dan terlatih dan pelaksanaan pemadatan dilaksanakan
sesuai dengan petunjuk Direksi/Pengawas Lapangan.

6. Slump (kekentalan beton)


Kekentalan beton untuk jenis konstruksi berdasarkan pengujian dengan PBI-
1971 adalah sebagai berikut :

Slump/Max Min
Jenis Konstruksi
(mm) (mm)
a. Kaki dan dinding
pondasi 125 50
b. Pelat, balok dan 150 75
dinding 150 75
c. Kolom 125 50
d. Pelat di atas tanah

Bila tidak digunakan alat penggetar dengan frekuensi getaran tinggi nilai
tersebut di atas dapat dinaikkan sebesar 50 %, tetapi dalam hal apapun tidak
boleh melebihi 150 mm.

7. Penyambungan beton dan Water Stop


a. Setiap penyambungan beton, permukaan harus
dibersihkan / dikasarkan dan diberi bahan bonding agent seperti : EMAGG
atau sejenis yang dapat menjamin kontinuitas adukan beton lama dengan
yang baru.
b. Tempat-tempat penyambungan pengecoran yang
terletak di bawah permukaan tanah atau tempat-tempat yang berhubungan
dengan genangan air hujan/air kotor harus diberi PVC water stop LWG (9”)
dan dipasang sesuai dengan petunjuk Direksi/Pengawas Lapangan.

8. Sambungan beton (Construction joint)


a. Rencana atau schedule pengecoran harus
dipersiapkan untuk penyelesaian satu struktur secara menyeluruh. Dalam
schedule tersebut Direksi/Pengawas Lapangan akan memberikan
persetujuan di mana letak construction joint tersebut.
b. Dalam keadaan mendesak Direksi dapat
merubah letak construction joint.
c. Permukaan construction joint harus bersih
dan dibuat kasar dengan mengupas seluruh permukaan sampai didapat
permukaan beton, sesudah 2 jam tapi kurang dari 4 jam sejak beton
dituang.
d. Bila pada sambungan beton/coran timbul
retak atau bocor, perbaikan dilakukan dengan CONCRESIVE SGB
Procces.

12
9. Pengujian kekuatan beton
a. Selama masa pelaksanaan, mutu beton harus
diperiksa secara kontinyu dari hasil pemeriksaan benda uji. Paling sedikit
setiap 5 m3 beton harus dibuat 1 sampel benda uji, atau untuk seluruh
bangunan dibuat minimal sampai 20 benda uji.
b. Benda uji harus diperiksa kekuatan tekannya di
laboratorium yang disetujui Direksi/Pengawas Lapangan dengan biaya
menjadi tanggungan kontraktor dan hasil kuat tekan harus sesuai dengan
ketentuan PBI-1971 pasal 3.5.
c. Mutu beton yang disyaratkan K 225

10. Pemeriksaan lanjutan


a. Apabila hasil pemeriksaan tersebut di atas masih
meragukan, maka pemeriksaaan lanjutan dilakukan dengan menggunakan
concrete gun atau kalau perlu dengan core drilling untuk meyakinkan
penilaian terhadap kualitas beton yang sudah ada sesuai dengan pasal 4.8
PBI 1971.
b. Seluruh biaya pekerjaan pemeriksaan lanjutan ini
sepenuhnya menjadi tanggungan Kontraktor.
c. Cetakan Beton / Bekisting
11. Standard
Seluruh cetakan harus mengikuti persyaratan-persyaratan normalisasi di
bawah ini :
a. NI – 2 – 1971
b. NI – 3 – 1979
12. Bahan-bahan
a. Bekisting harus dibuat dari kayu kelas II tebal 3 cm
dengan permukaan yang rata dan diketam halus, sehingga diperoleh
permukaan beton yang baik.
b. Agar bekisting kuat, tidak bergoyang dan tidak
melendut, harus dipasang penopang dari kayu ukuran 5 x 7 cm.
c. Bekisting harus bebas dari kotoran-kotoran,
potongan-potongan serta serbuk gergaji, tanah dan lain-lain.
d. Semua bekisting yang dibangun harus teguh, alat-
alat dan usaha-usaha membuka cetakan-cetakan harus sesuai dan cocok
tanpa merusak permukaan dari beton yang telah selesai.
e. Semua bekisting harus betul-betul teliti dan aman
pada kedudukannya sehingga dicegah pengembangan atau lain-lain
gerakan selama penuangan adukan beton.
f. Bekisting harus dibuat dan disangga sedemikian
rupa sehingga dapat dicegah dari kerusakan-kerusakan dan dapat
mempermudah penumbukan pada waktu pemadatan adukan mortar beton
tanpa merusak kontruksi.
g. Sewaktu-waktu Direksi/Pengawas Lapangan
dapat menolak sesuatu bagian dari bentuk yang tidak dapat diterima dan
Pemborong harus dengan segera membongkar bentuk yang ditolak dan
untuk menggantinya atas bebannya sendiri.

13
h. Bekisting dapat dipergunakan maksimal 3 kali.
Pembongkaran bekisting dapat dilakukan minimal 3 (tiga) hari setelah
konstruksi dicor atau harus seijin Direksi/Pengawas Lapangan dan
dilaksanakan sedemikian rupa sehingga menjamin keamanan sepenuhnya.
i. Perancah menggunakan scafolding beserta
perlengkapannya. Pemasangannya harus benar-benar kokoh dan tidak
berubah tempat sebelum dan selama pengecoran.
j. Cetakan beton dapat dibongkar dengan
persetujuan tertulis dari Direksi/Pengawas Lapangan atau jika umur beton
telah melampaui waktu sebagai berikut :
1. Bagian bawah sisi balok 28 hari
2. Balok tanpa beban konstruksi 7 hari
3. Balok dengan beban konstruksi 21 hari
4. Pelat lantai / atap 21 hari
k. Dengan persetujuan Direksi/Pengawas
Lapangan cetakan beton dapat dibongkar lebih awal asal benda uji yang
kondisi perawatannya sama dengan beton sebenarnya telah mencapai
kekuatan 75 % dari kekuatan pada umur 28 hari. Segala ijin yang diberikan
oleh Direksi/Pengawas Lapangan sekali-kali tidak boleh menjadi bahan
untuk mengurangi/membebaskan tanggung jawab Kontraktor dari adanya
kerusakan-kerusakan yang timbul akibat pembongkaran cetakan tersebut.
l. Pembongkaran cetakan beton tersebut harus
dilaksanakan dengan hati-hati sedemikian rupa sehingga tidak
menyebabkan cacat pada permukaan beton, tetap dihasilkan sudut-sudut
yang tajam dan tidak pecah.
m. Bekas cetakan beton untuk bagian-bagian
konstruksi yang terpendam dalam tanah harus dicabut dan dibersihkan
sebelum dilaksanakan pengurugan tanah kembali.
13. Cacat pada Beton
Meskipun hasil pengujian kubus memuaskan, Direksi/Pengawas Lapangan
mempunyai wewenang untuk menolak konstruksi beton yang cacat, seperti
berikut :
a. Konstruksi beton yang keropos.
b. Konstruksi beton yang tidak sesuai dengan bentuk yang
direncanakan atau profil – profil tidak seperti yang ditunjuk pada gambar.
c. Konstruksi beton yang berisikan kayu atau bahan – bahan
lainnya.
d. Jika menurut pendapat Direksi/Pengawas Lapangan, beton
tersebut cacat, maka Kontraktor wajib memperbaikinya atau
membongkarnya kembali sesuai petunjuk Direksi/Pengawas Lapangan.

Pasal VI.21. PEKERJAAN LAIN - LAIN


1. Segala sesuatu yang belum tercantum dalam RKS ini yang mana masih
termasuk lingkup dalam pelaksanaan ini kontraktor harus menyelesaikan,
sesuai dengan petunjuk, Perintah Pengawas dan Pemberi Tugas, baik
sesudah atau selama berjalannya pekerjaan, serta perubahan-perubahan di
dalam Berita Acara Aanwijzing.

14
2. Hal-hal yang timbul dalam pelaksanaan dan diperlukan penyelesaian di
lapangan akan dibicarakan dan diatur oleh Pengawas, dengan dibuat Berita
Acara yang disyahkan oleh Pemberi Tugas.

Palangka Raya, Maret 2021

Dibuat Oleh :
Konsultan Perencana
CV. TIKA KREATIF DESAIN KONSULTAN

ANDRIA ARISANTO, ST., MT


Direktur

15

Anda mungkin juga menyukai