Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN HEMOROID

DISUSUN OLEH:

1. Fitria Ayu L (180)


2. Hutami Dinda P (18027)
3. Nabila Hutami (18036)
4. Prisca Ayu W (18037)
5. Siska Rahayu (180
6. Sutanti Sri K.S (180
7. Tri Nurjanah (180
8. Triana Wulandari (180
9. Yashinta Zeni F (18049)

AKADEMI KEPERAWATAN INSAN HUSADA SURAKARTA

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


A. DEFINISI
Hemoroid adalah pelebaran varices satu segmen atau lebih vena-vena
hemoroidalis (Mansjoer, 2000). Hemoroid atau ”wasir (ambeien)” merupakan
vena varikosa pada kanalis ani. Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang
disebabkan oleh gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis. Hemoroid
sering dijumpai dan terjadi pada sekitar 35% penduduk berusia lebih dari 25
tahun. Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, namun dapat
menimbulkan perasaan yang sangat tidak nyaman (Price dan Wilson, 2006).
Penyakit hemoroid sering menyerang usia diatas 50 tahun. Hemoroid
seringkali dihubungkan dengan konstipasi kronis dan kehamilan. Terkadang
dihubungkan dengan diare, sering mengejan, pembesaran prostat, fibroid
uteri, dan tumor rectum. Komplikasi dapat menyebabkan nyeri hebat, gatal
dan perdarahan rectal (Chandrasoma, 2006; Price dan Wilson, 2006).
Hemoroidektomi adalah eksisi yang hanya dilakukan pada jaringan
yang benar-benar berlebihan untuk penderita yang mengalami keluhan
menaun dan pada penderita hemoroid derajat III dan IV (Sjamsuhidayat dan
Jong, 2000).

B. ETIOLOGI
1. Faktor predisposisi adalah herediter, anatomi, makanan, psikis dan
sanitasi, sedangkan sebagai faktor presipitasi adalah faktor mekanis
(kelainan sirkulasi parsial dan peningkatan tekanan intra abdominal),
fisiologis dan radang umumnya faktor etiologi tersebut tidak berdiri
sendiri tetapi saling berkaitan. Menurut Tambayong (2000) faktor
predisposisi dapat diakibatkan dari kondisi hemoroid. Hemoroid berdarah
mungkin akibat dari hipertensi portal kantong-kantong vena yang melebar
menonjol ke dalam saluran anus dan rectum terjadi trombosis, ulserasi,
dan perdarahan,  sehingga nyeri mengganggu. Darah segar sering tampak
sewaktu defekasi atau mengejan. Menurut Smeltzer dan Bare (2002)
hemoroid sangat umum terjadi pada usia 50-an, 50% individu mengalami
berbagai tipe hemoroid berdasarkan vena yang melebar, mengawali atau
memperberat adanya hemoroid.
2. Faktor penyebab terjadinya hemoroid adalah sebagai berikut:
a. Mengejan pada waktu defekasi
b. Konstipasi yang menahun yang tanpa pengobatan
c. Pembesaran prostat
d. Keturunan atau hereditas
e. Kelemahan dinding structural dari dinding pembuluh darah
f. Peningkatan tekanan intra abdomen (seperti: Kehamilan, berdiri dan
duduk terlalu lama dan konstipasi)

C. KLASIFIKASI
1. Hemoroid internal
Merupakan pelebaran plexus hemoroidalis superior.  Diatas garis
mukokutan dan ditutupi oleh mukosa diatas sfingter ani. Hemoroid
internal dikelompokkan dalam 4 derajat:
a. Derajat I
Hemoroid menyebabkan perdarahan merah segar tanpa rasa nyeri
sewaktu defekasi. Tidak terdapat prolap dan pada pemeriksaan terlihat
menonjol dalam lumen.
b. Derajat II
Hemoroid menonjol melalui kanal analis pada saat mengejan ringan
tetapi dapat masuk kembali secara spontan.
c. Derajat III
Hemoroid akan menonjol saat mengejan dan harus didorong kembali
sesudah defekasi.
d. Derajat IV
Hemoroid menonjol keluar saat mengejan dan tidak dapat didorong
masuk kembali.
2. Hemoroid  Eksternal
Merupakan hemoroid yang menonjol keluar saat mengejan dan tidak
dapat didorong masuk. Hemoroid eksternal dikelompokkan dalam 2
kategori yaitu:
a. Akut
Bentuk hemoroid akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada
pinggir anus dan sebenarnya merupakan hematoma. Walaupun
disebut sebagai hemoroid trombosis eksterna akut. Bentuk ini sering
sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung saraf pada kulit merupakan
reseptor nyeri.
b. Kronik
Bentuk hemoroid eksterna kronik adalah satu atau lebih lipatan kulit
anus yang terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh
darah.

D. PATOFISIOLOGI
Dalam keadaan normal sirkulasi darah yang melalui vena
hemoroidalis mengalir dengan lancar sedangkan pada keadaan hemoroid
terjadi gangguan aliran darah balik yang melalui vena hemoroidalis.
Gangguan aliran darah ini antara lain dapat disebabkan oleh peningkatan
tekanan intra abdominal. Vena porta dan vena sistematik, bila aliran darah
vena balik terus terganggu maka dapat menimbulkan pembesaran vena
(varices) yang dimulai pada bagian struktur normal di regio anal, dengan
pembesaran yang melebihi katup vena dimana sfingter anal membantu
pembatasan pembesaran tersebut. Hal ini yang menyebabkan pasien merasa
nyeri dan feces berdarah pada hemoroid interna karena varices terjepit oleh
sfingter anal.
Peningkatan tekanan intra abdominal menyebabkan peningkatan vena
portal dan vena sistemik dimana tekanan ini disalurkan ke vena anorektal.
Arteriola regio anorektal menyalurkan darah dan peningkatan tekanan
langsung ke pembesaran (varices) vena anorektal. Dengan berulangnya
peningkatan tekanan dari peningkatan tekanan intra abdominal dan aliran
darah dari arteriola, pembesaran vena (varices) akhirnya terpisah dari otot
halus yang mengelilinginya ini menghasilkan prolap pembuluh darah
hemoroidalis. Hemoroid interna terjadi pada bagian dalam sfingter anal, dapat
berupa terjepitnya pembuluh darah dan nyeri, ini biasanya sering
menyebabkan pendarahan dalam feces, jumlah darah yang hilang sedikit
tetapi bila dalam waktu yang lama bisa menyebabkan anemia defisiensi besi.
Hemoroid eksterna terjadi di bagian luar sfingter anal tampak merah
kebiruan, jarang menyebabkan perdarahan dan nyeri kecuali bila vena ruptur.
Jika ada darah beku (trombus) dalam hemoroid eksternal bisa menimbulkan
peradangan dan nyeri hebat.
E. PATHWAYS
F. MANIFESTASI KLINIS
a. Tanda
1. Perdarahan
Umumnya merupakan tanda pertama  hemoroid interna trauma oleh
feces yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak
bercampur dengan feces. Walaupun berasal dari vena, darah yang
keluar berwarna merah segar karena kaya akan zat asam, jumlahnya
bervariasi.
2. Nyeri
Nyeri yang hebat jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid
interna dan hanya timbul pada hemoroid eksterna yang mengalami
trombosis dan radang.
b. Gejala
1. Anemia dapat terjadi karena perdarahan hemoroid yang berulang.
2. Jika hemoroid bertambah besar dapat terjadi prolap awalnya dapat
tereduksi spontan. Pada tahap lanjut pasien harus memasukkan sendiri
setelah defekasi dan akhirnya sampai pada suatu keadaan dimana
tidak dapat dimasukkan.
3. Keluarnya mucus dan terdapatnya feces pada pakaian dalam
merupakan ciri hemoroid yang mengalami prolap menetap
4. Rasa gatal karena iritasi perianal dikenal sehingga pruritis anus
rangsangan mucus.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Inspeksi
a. Hemoroid eksterna mudah terlihat terutama bila sudah mengandung
thrombus.
b. Hemoroid interna yang prolap dapat terlihat sebagai benjolan yang
tertutup mukosa.
c. Untuk membuat prolap dengan menyuruh pasien mengejan.
2. Rectal touch
a. Hemoroid interna biasanya tidak teraba dan tidak nyeri, dapat teraba
bila sudah ada fibrosis.
b. Rectal touch diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan
karsinoma recti.
c. Anoscopi
Pemeriksaan anoscopi diperlukan untuk melihat hemoroid interna
yang belum prolap. Anoscopi dimasukkan dan dilakukan sebagai
struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lubang.

H. PENATALAKSANAAN
Terapi yang diberikan disesuaikan dengan klasifikasi hemoroid yaitu
untuk derajat I dapat dicoba dengan menghilangkan faktor-faktor penyebab,
misalnya saat konstipasi dengan  menghindari mengejan berlebihan saat
BAB. Memberi nasehat untuk diit tinggi serat, banyak makan sayur, buah dan
minum air putih paling sedikit 2.000 cc/hari dan olahraga ringan secara
teratur, serta kurangi makan makanan yang merangsang dan daging, menjaga
hygiene daerah anorektal dengan baik, jika ada infeksi beri antibiotika
peroral. Bila terdapat nyeri yang terus-menerus dapat diberikan suppositoria,
untuk melancarkan defekasi, dapat diberikan cairan parafin atau larutan
magnesium sulfat 10%. Bila dengan pengobatan di atas tidak ada perbaikan,
diberikan terapi skleroting (sodium moruat) 5% atau fenol. Penyuntikan
dilakukan antara mukosa dan varices, dengan harapan timbul fibrosis dan
hemoroid mengecil. Kontraindikasi pengobatan ini adalah hemoroid eksterna,
radang dan adanya fibrosis hebat di sekitar hemoroid interna.
Pada hemoroid derajat II dapat dicoba dengan terapi sklerosing secara
bertahap. Apabila terapi sklerosing tidak berhasil dapat dilakukan tindakan
operasi. Pada derajat III dapat dicoba dengan rendaman duduk. Cara lain
yang dapat dilakukan adalah operasi, bila ada peradangan diobati dahulu.
Teknik operasi pada hemoroid antara lain:
1. Prosedur ligasi pita-karet
Prosedur ligasi pita-karet  dengan cara melihat hemoroid melalui
anoscop dan bagian proksimal diatas garis mukokutan di pegang dengan
alat. Kemudian pita karet kecil diselipkan diatas hemoroid yang dapat
mengakibatkan bagian distal jaringan pada pita karet menjadi nekrotik
setelah beberapa hari dan lepas. Tindakan ini memuaskan pada beberapa
pasien, namun pasien yang lain merasakan tindakan ini menyebabkan
nyeri dan menyebabkan hemoroid sekunder  dan infeksi perianal.
2. Hemoroidektomi kriosirurgi
Metode ini dengan cara mengangkat hemoroid dengan jalan
membekukan jaringan hemoroid selama beberapa waktu tertentu sampai
waktu tertentu. Tindakan ini sangat kecil sekali menimbulkan nyeri. 
Prosedur ini tidak terpakai luas karena menyebakan keluarnya rabas yang
berbau sangat menyengat dan luka yang ditimbulkan lama sembuh.
3. Laser Nd: YAG
Metode ini telah digunakan saat ini dalam mengeksisi hemoroid,
terutama hemoroid eksternal. Tindakan ini cepat menimbulkan nyeri.
Hemoragi dan abses jarang menjadi komplikasi pada periode pasca
operatif.
4. Hemoroidektomi
Hemoroidektomi atau eksisi bedah, dapat dilakukan untuk
mengangkat semua jaringan sisa yang terlibat dalam proses ini. Setelah
prosedur operatif selesai, selang kecil dimasukkan melaui sfingter untuk
memungkinkan keluarnya flatus dan darah.
Untuk Terapi setelah operasi dapat dilakukan dengan cara suppositoria
yang mengandung anestesi, antibiotika, analgetik dan astrigent. Tiga hari
post operasi diberikan diit rendah sisa untuk menahan BAB. Jika sebelum
tiga hari ingin BAB, tampon dibuka dan berikan rendaman PK hangat
(37oC) dengan perbandingan 1:4000 selama 15-20 menit. Setelah BAB,
lalu dipasang lagi tampon baru. Jika setelah tiga hari post operasi pasien
belum BAB diberi laxantia. Berikan rendaman duduk dengan larutan PK
hangat (37oC), perbandingan 1:4000 selama 15-20 menit sampai dengan
1-2 minggu post operasi.
Pada penatalaksanaan hemoroid tingkat IV dapat dilakukan dengan
istirahat baring dan juga operasi. Bila ada peradangan diobati dahulu.

I. KONSEP ASKEP
1. Pre Operasi
a. Pengkajian
1) Pengkajian yang dilakukan pada pola persepsi kesehatan dan
pemeliharaan kesehatan adalah kebiasaan olahraga pada pasien,
kemudian diit rendah serat, selain itu juga perlu dikaji mengenai
kebiasaan klien tentang minum kurang dari 2.000 cc/hari. Hal lain
yang perlu dikaji adalah mengenai riwayat kesehatan klien tentang
penyakit sirorcis hepatis.
2) Pengkajian mengenai pola nutrisi metabolik pada klien adalah
mengenai berat badan klien apakah mengalami obesitas atau tidak.
Selain itu juga perlu dikaji apakah klien mengalami anemia atau
tidak. Pengkajian mengenai diit rendah serat (kurang makan sayur
dan buah) juga penting untuk dikaji.  Kebiasaan minum air putih
kurang dari 2.000 cc/hari.
3) Pengkajian pola eliminasi pada klien adalah mengenai kondisi
klien apakah sering mengalami konstipasi atau tidak. Keluhan
mengenai nyeri waktu defekasi, duduk, dan saat berjalan. Keluhan
lain mengenai keluar darah segar dari anus. Tanyakan pula
mengenai jumlah dan warna darah yang keluar. Kebiasaan
mengejan hebat waktu defekasi, konsistensi feces, ada
darah/nanah. Prolap varices pada anus gatal atau tidak.
4) Pengkajian pola aktivitas dan latihan pada klien mengenai
kurangnya aktivitas dan kurangnya olahraga pada klien. Pekerjaan
dengan kondisi banyak duduk atau berdiri, selain itu juga perlu
dikaji mengenai kebiasaan mengangkat barang-barang berat.
5) Pengkajian pola persepsi kognitif yang perlu dikaji adalah
keluhan nyeri atau gatal pada anus.
6) Pengkajian pola tidur dan istirahat adalah apakah klien
mengalami gangguan pola tidur karena nyeri atau tidak.
7) Pengkajian pola reproduksi seksual yang perlu dikaji adalah
riwayat persalinan dan kehamilan.
8) Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap serat. Koping
yang digunakan dan alternatif pemecahan masalah.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri b.d. adanya pembengkakan, trombus pembuluh darah pada
anus.
2) Resti perdarahan b.d. penekanan pada vena hemoroidal akibat
konstipasi.
3) Cemas b.d. rencana pembedahan dan rasa malu.
4) Kurang pengetahuan b.d. kurang informasi tentang operasi.
c. Intervensi Keperawatan
1) Nyeri b.d. adanya pembengkakan, trombus pembuluh darah pada
anus.
Kriteria hasil: nyeri pada anus berkurang dengan skala nyeri 0-1,
wajah pasien tampak rileks.
Rencana tindakan:
a) Kaji skala nyeri
Rasional: Menentukan tingkat nyeri, untuk menentukan
tindakan yang tepat.
b) Anjurkan untuk menarik nafas dalam setiap kali timbul nyeri.
Rasional: Mengurangi rasa nyeri.
c) Berikan posisi yang nyaman sesuai dengan keinginan pasien.
Rasional: Memberikan rasa nyaman.
d) Observasi tanda-tanda vital.
Rasional: Identifikasi dini komplikasi nyeri ditandai dengan
peningkatan tekanan darah.
e) Berikan bantal/alas pantat.
Rasional: Untuk mengurangi rasa nyeri.
f) Anjurkan untuk tidak mengejan yang berlebihan saat defekasi.
Rasional: Mengurangi rasa nyeri dan prolap varices.
g) Berikan rendaman duduk sesuai anjuran duduk.
Rasional: Mengurangi rasa nyeri.
h) Kolaborasi untuk pemberian terapi analgetik.
Rasional: Mengurangi rasa nyeri.
2) Resti perdarahan b.d. penekanan pada vena hemoroidal akibat
konstipasi.
Kriteria Hasil: Tidak terjadi perdarahan yang ditandai dengan:
tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak timbul perdarahan
pada feces dalam waktu 1-2 hari.
Rencana tindakan:
a) Kaji tanda-tanda vital (TD, N, S, RR) setiap 4 jam.
Rasional: Indikator dini terhadap resiko perdarahan hebat
ditandai dengan tidak adanya peningkatan TD dan Nadi.
b) Monitor tanda-tanda hipovolemia.
Rasional: Deteksi dini untuk tindakan segera.
c) Periksa daerah rectal setiap 2 jam/setelah BAB.
Rasional: Deteksi dini perdarahan untuk pertolongan segera.
d) Beri air minum 2-3 liter/hari.
Rasional: Hidrasi yang adekuat membuat konsistensi feces
lembek.
e) Berikan banyak makan sayur dan buah.
Rasional: Meningkatkan masa feces sehingga lebih mudah
dikeluarkan.
f) Anjurkan untuk segera berespon bila ada rangsangan BAB.
Rasional: Untuk mencegah rangsangan hilang dan akan terjadi
konstipasi.
g) Kolaborasi untuk pemberian laxantia dan analgetik.
Rasional: Pelunak feces dan mengurangi nyeri saat BAB.
3) Cemas b.d. rencana pembedahan
Kriteria Hasil: pasien mengatakan kecemasan berkurang, pasien
berpartisipasi aktif dalam perawatan.
Rencana tindakan:
a) Kaji tingkat kecemasan.
Rasional: Menentukan tingkat kecemasan untuk menentukan
tindakan yang tepat.
b) Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang pembedahan.
Rasional: Menentukan informasi yang akan diberikan.
c) Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan
perasaannya.
Rasional: Mengurangi kecemasan.
d) Dampingi dan dengarkan pasien.
Rasional: Meningkatkan rasa percaya dan rasa aman sehingga
mengurangi cemas.
e) Libatkan keluarga atau pasien lain yang menderita penyakit
yang sama untuk memberikan dukungan.
Rasional: Sebagai support sistem dan mengurangi rasa malu.
f) Anjurkan pasien untuk mengungkapkan kecemasannya.
Rasional: Untuk mengurangi cemas.
g) Kolaborasi dengan dokter untuk penjelasan prosedur operasi.
Rasional: Pengetahuan yang cukup tentang prosedur operasi
akan mengurangi cemas.
h) Kolaborasi untuk terapi anti cemas (bila perlu).
Rasional: Mengurangi cemas.
4) Kurang pengetahuan b.d. kurang informasi tentang operasi.
Kriteria Hasil: pasien mengatakan ketidaktahuan  mengenai
tindakan operasi berkurang.
Rencana tindakan:
a) Kaji tingkat pengetahuan
Rasional: Mengetahui tingkat pengetahuan tentang penyakit
b) Berikan pendidikan kesehatan tentang penyakit
Rasional: Meningkatkan pengetahuan
c) Diskusikan program latihan yang sesuai ketentuan
Rasional: menentukan program latihan yang sesuai
d) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan
perubahan hidup yang perlu
Rasional: Perubahan yang harus diprioritaskan secara realistik
untuk menghindari rasa tidak menentu dan berdaya.

2. Post Operasi
a. Pengkajian
1) Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan adalah
pengkajian mengenai keadaan lingkungan yang tenang (nyaman),
pengkajian mengenai pengetahuan tentang perawatan pre operasi.
Selain itu juga penting dilakukan pengkajian mengenai harapan
klien setelah operasi.
2) Pengkajian pola nutrisi metabolik setelah operasi adalah mengenai
kepatuhan klien dalam menjalani diit setelah operasi.
3) Pengkajian pola eliminasi setelah operasi adalah ada tidaknya
perdarahan. Pengkajian mengenai pola BAB dan buang air kecil.
Pemantauan klien saat mengejan setelah operasi, juga kebersihan
setelah BAB dan buang air kecil.
4) Pengkajian pola aktivitas dan latihan  yang penting adalah
mengenai aktivitas klien yang dapat menimbulkan nyeri,
pengkajian keadaan kelemahan yang dialami klien.
5) Pengkajian pola tidur dan istirahat adalah mengenai gangguan
tidur yang dialami klien akibat nyeri.
6) Pengkajian pola persepsi kognitif adalah mengenai tindakan yang
dilakukan klien bila timbul nyeri.
7) Pengkajian pola persepsi dan konsep diri klien adalah kecemasan
yang dialami klien setelah operasi.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri b.d. adanya luka operasi
2) Gangguan mobilitas fisik b.d. menurunnya kekuatan/ketahanan
konstruktur nyeri
3) Resiko tinggi perdarahan b.d. hemoroidectomi
4) Defisit perawatan diri  b.d. kelemahan, nyeri
5) Resiko tinggi infeksi b.d. adanya luka operasi di daerah anorektal
6) Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d. resiko tinggi
perdarahan.
c. Intervensi Keperawatan
1) Nyeri b.d. adanya luka operasi.
Kriteria Hasil: klien mengatakan nyeri pada luka operasi
berkurang dengan skala nyeri 0-1, wajah pasien tampak rileks.
Rencana tindakan:
a) Kaji skala nyeri
Rasional: Menentukan tingkat nyeri, untuk menentukan
tindakan yang tepat.
b) Anjurkan teknik nafas dalam dan pengalihan perhatian.
Rasional: Untuk mengurangi rasa nyeri.
c) Berikan posisi supine.
Rasional: Mengurangi regangan pada daerah anorectal.
d) Observasi tanda-tanda vital.
Rasional: Identifikasi dini komplikasi nyeri.
e) Berikan bantalan flotasi di bawah bokong saat duduk.
Rasional: Menghindari penekanan pada daerah operasi.
f) Kolaborasi untuk rendaman duduk setelah tampon diangkat.
Rasional: Kehangatan meningkatkan sirkulasi dan membantu
menghilangkan ketidaknyamanan.
g) Kolaborasi pelunak feces dan laksatif. Beri masukan oral
setiap hari sedikitnya 2-3 liter cairan, makanan berserat.
Rasional: Feces yang keras menekan insisi operasi.
h) Kolaborasi untuk pemberian terapi analgetik.
Rasional: Mengurangi nyeri.
2) Gangguan mobilitas fisik b.d. menurunnya kekuatan/ketahanan
konstruktur nyeri.
Kriteria hasil: klien mampu melakukan pergerakan secara
bertahap.
Rencana tindakan:
a) Tentukan kemampuan fungsional (skala 0-4) dan alasan
ketidakseimbangan.
Rasional: mengidentifikasi kebutuhan atau tingkat intervensi
yang dibutuhkan.
b) Catat respon emosional/ tingkah laku untuk mengubah
kemampuan.
Rasional: perubahan fisik dan kehilangan kemandirian
seringkali menciptakan perasaan marah, frustasi dan depresi
yang dapat dimanifestasikan sebagai keengganan untuk ikut
serta dalam aktivitas.
c) Berikan motivasi dan latihan pada klien dalam memenuhi
kebutuhan ADL sesuai dengan kebutuhan.
Rasional: motivasi dapat meningkatkan perasaan klien untuk
berusaha memenuhi kebutuhan ADL.
d) Anjurkan keluarga untuk membantu melatih dan beri motivasi.
Rasional: keluarga berperan penting dalam membantu melatih
dan memberi motivasi klien.
3) Resiko tinggi perdarahan b.d. hemoroidectomi.
Kriteria Hasil: Tidak terjadi perdarahan setelah perawatan 48 jam,
balutan luka operasi tidak basah, tanda-tanda vital dalam batas
normal.
Rencana tindakan:
a) Monitor tanda-tanda vital setiap 4 jam selama 24 jam pertama.
Rasional: Indikator dini perubahan volume darah.
b) Monitor tanda-tanda hipovolemik.
Rasional: Deteksi dini untuk tindakan segera.
c) Periksa daerah rectal atau balutan setiap dua jam selama 24
jam pertama.
Rasional: Deteksi dini perdarahan untuk pertolongan segera.
d) Berikan kompres dingin.
Rasional: Vasokonstriksi pembuluh darah.
e) Kolaborasi untuk pemeriksaan Hb dan Ht.
Rasional: Indikator lain perubahan volume darah.
f) Kolaborasi untuk pemberian terapi astrigen.
Rasional: Untuk menciutkan pembuluh darah.
4) Defisit perawatan diri b.d kelemahan, nyeri.
Kriteria hasil: aktifitas perawatan diri dalam tingkat kemampuan
sendiri.
Rencana tindakan :
a) Kaji tingkat kemampuan dan tingkat kekurangan untuk
melakukan kegiatan sehari – hari.
Rasional: Membantu dalam merencanakan pemenuhan
kebutuhan secara individual.
b) Beri bantuan dalam pemenuhan kebutuhan ADL klien sesuai
kebutuhan.
Rasional :Untuk memandirikan pasien.
c) Libatkan keluarga dalam perawatan diri pasien.
Rasional: Supaya klien merasa diperhatikan oleh keluarganya.
5) Resiko tinggi infeksi b.d. adanya luka operasi di daerah anorektal.
Kriteria Hasil: luka sembuh dengan baik, tanda-tanda vital dalam
batas normal.
Rencana tindakan:
a) Observasi tanda-tanda vital.
Rasional: Peningkatan nilai tanda-tanda vital merupakan
indikator dini proses infeksi.
b) Berikan rendaman duduk setiap kali setelah BAB selama 1-2
minggu.
Rasional: Mematikan kuman penyebab infeksi.
c) Kaji daerah operasi terhadap pembengkakan dan pengeluaran
pus.
Rasional: Merupakan tanda-tanda infeksi.
d) Ganti tampon setiap kali setelah BAB.
Rasional: Mencegah infeksi.
e) Kolaborasi untuk pemberian terapi antibiotika.
Rasional: Membunuh bakteri yang menyebabkan infeksi.
6) Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d. resiko tinggi
perdarahan.
Kriteria hasil: pasien tidak mengalami kekurangan volume cairan,
TTV dalam batas normal.
Rencana tindakan:
a) Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran, tinjau ulang
catatan intra operasi.
Rasional: dokumentasi yang akurat akan membantu dalam
mengidentifikasi pengeluaran cairan/keutuhan pengantian dan
pilihan-pilihan mempengaruhi intervensi.
b) Kaji pengeluaran urinarius terutama untuk tipe prosedur
operasi yang dilakukan.
Rasional: mungkin akan terjadi penurunan (penghilangan
setelah prosedur pada sistem genitourinarius dan atau struktur
yang berdekatan.
c) Pantau tanda-tanda vital pasien.
Rasional: hipertensi, takikardi, penurunan pernafasan
mengidentifikasi kekurangan cairan.
d) Periksa pembalut, alat drain pada interval reguler. Kaji luka
untuk terjadinya pembengkakan.
Rasional: perdarahan yang berlebihan dapat mengacu pada
hipovolemia/hemoragi. Pembengkakan lokal mungkin
mengindikasikan formasi hematoma/perdarahan.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, H. A. A. 2007. Riset keperawatan dan Tekhnik Penulisan Ilmiah.


Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Ariyoni, D. 2011. Asuhan keperawatan hemoroid. Dikutip tanggal 15 Juni
2011 dari website http://desiariyoni.wordpress.com/2011/03/23/.
Basuki, Ngudi. 2007. Pengaruh teknik distraksi dan relaksasi terhadap
penurunan tingkat nyeri pada pasien fraktur ekstremitas bawah.
Dikutip tanggal 15 juni 2011 dari website http:/www.poltekes-
soeproen.ac.id/?prm=artikel&yar=detail&id=27.
Carpenito, L. J. 2001. Buku saku diagnosa keperawatan. Edisi 8. Jakarta:
EGC.
Chandrasoma, T. 2006. Ringkasan patologi anatomi.Edisi2. Jakarta:EGC.
Corwin, E. J. 2000. Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC.
Doenges, M. E. 2000. Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC.
Guyton, A. C. Hall, S. E. 1997. Fisiologi Kedokteran. Irawati Setiawan. Edisi
9. Jakarta: EGC.
Jong, W. D. Syamsuhidayat, R. 2000. Buku ajar ilmu bedah, Editor:
R.Syamsuhidajat, W. D. Jong, Edisi revisi. Jakarta:EGC.
Mansjoer, A. 2000. Kapita selekta kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Penerbit
Media Aeskulapius.
Nanda. 2011. Pedoman diagnosa keperawatan, Alih Bahasa Budi Sentosa.
Jakarta: Arima Medika.
NN. 2009. Askep hemoroid. Dikutip tanggal 15 Juni 2011 dari website
http://be11nursingae.blogspot.com.
NN. 2011. Media informasi obat. Dikutip tanggal 15 Juni 2011 dari website
http://medicastore.com.

Anda mungkin juga menyukai